Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ARTRITIS REUMATOID

Dosen Pengampu: Ns. Devy Setya P. S.Kep., M.Kep.

Oleh:

1. ANGGIE ARISTIANI (2017011929)


2. ANA UMI LATIFAH (2017011927)
3. DANANG PUSPA A . (2017011933)

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan meneyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatka puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Artriti
Reumatoid” dengan baik tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan tentang informasi yang membahas tentang “Artritis Reumatoid”.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang aryritis
reumatoid.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah turut membantu
dalam penyelesaian skripsi ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Devy Setya, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia
meluangkan waktu dan membimbing penulis sehingga mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
2. Kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
terutama di bidang kesehatan dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Aamiin.

Kudus, Maret 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KOVER……………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1

DAFTAR ISI....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................3


B. Rumusan Masalah ...............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Artritis Reumatid ...................................................................................3


B. Etiologi Artritis Reumatid ...................................................................................5
C. Patofisiologi Artritis Reumatid ...........................................................................6
D. Manifestasi Artritis Reumatid .............................................................................6
E. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................7
F. Penatalaksanaan Artritis Reumatid .....................................................................9
G. Asuhan Keperawatan Teori Artritis Reumatid....................................................14

BAB III PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................................................15
B. Saran ....................................................................................................................15

DAFTAPUSTAKA .........................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Angka kejadian artritis di dunia adalah 40/100.000, yang tergolong prevalensi
yang rendah. Namun penyakit ini dapat memepengaruhi keadaan sosioekonomi
seseorang, karena penyakit ini menyerang persendeian, dan sendi yang diserang
adalah sendi-sendi yang kecil, seperti sendi-sendi ditangan dan sendi-sendi dikaki
yang dapat menggangu aktivitas fisik penderita.
Di masyarakat sendiri artritis rheumatoid dianggap penyakit yang tidak
berbahaya, padahal jika dibiarkan dapat menyebabkan manifestasi-manifestasi yang
berbahaya, seperti; perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa, defiesi
ulna, semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan tangan, siku dan bahu)
(Niken. 2017. Manifestasi Klinis Artritis Rheumatoid). Oleh karena fenomena-
fenomena tersebut, penulis ingin membahas tentang artritis rheumatoid, supaya
nantinya bisa menambah pengetahuan masyarakat tentang artritis rheumatoid.

D. Rumusan Masalah
1. Apa definisi artritis reumatid?
2. Apa etiolog artritis reumatid?
3. Apa patofisiologi artritis reumatid?
4. Apa manifestasi artritis reumatid?
5. Apa penatalaksanaan artritis reumatid?
6. Bagimana asuhan keperawatan artritis reumatid?

E. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan definisi artritis reumatid.
2. Untuk menjelaskan etiologi artritis reumatid.
3. Untuk menjelaskan patofisiologi artritis reumatid.
4. Untuk menjelaskan manifestasi artritis reumatid.
5. Untuk menjelaskan penatalaksanaan artritis reumatid.
6. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan artritis reumatid.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Artritis Reumatid


Artritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi non bakerial yang bersifat
progresif kronis mengenai sendi lutut dan tidak diketahui penyebabnya. Pada saat ini
artritis rheumatoid lutut diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang
menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi secara terus-
menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktursendi di sekitarnya
seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, legamen dan tendon. Inflamasi ditandai
dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan
pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan
penebalan membran pada sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan
inflamasi berlanjut. Pembentukan panus terjadi oleh penebalan sinovium yang
dilapisi jaringan granular. Penyebaran panus ke sinovium menyebabkan
peradangandan pembentukan jaringan parut memacu kerusakan sendi dan deformitas.
Biasanya jaringan ikat yang pertama kali mengalami kerusakan adalah jaringan ikat
yang membentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium (Muttaqin, 2011)

B. Etiologi Artritis Reumatid

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti.


Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,hormonal dan faktor
sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti
bakteri, mikoplasma dan virus (Boham, 2011).Ada beberapa teori yang dikemukakan
sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan

4
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktorautoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid
yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang
menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon
antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG. Walaupun respon
ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR
mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG
semula. Antibodi ynngditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor
rematoid ( FR ). FRmenetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik
dandestruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhada
penyakit autoimun.

C. Patofisiologi Artritis Reumatid


Erosi kartilago dan persendian
Faktor penyebab
(belum diketahui)
Atrofi (pada otot paha dan kaki)
Di duga
pada
Hambatan mobilitas
Autoimun dan
infeksi (kronis) fisik Defisit perawatan
diri
Respon
psikologis Nyeri (akut)

Peradangan
Gangguan
Ansietas (pada sinovial)
citra tubuh

Hiperemia
Resiko cedera

5
Belum diketahui pasti apa faktor penyebab dari artritis reumatoid, namun di duga
faktor penyebab dari artritis ini adalah autoimun dan infeksi yang terjadi dalam kurun
waktu yang relatif lama atau kronis (> 3 bulan). Karena faktor yang tersebut tadi,
tubuh melakukan respon psikologis yaitu berupa peradangan,karena terjadi
peradangan maka respon imun tubuh adalah memperbanyak aliran darah ke tempat
yang terjadi peradangan. Karena hal tersebut terjadi dalam jangka waktu yang relatif
lama maka mengakibatkan banyak manisfestasi (Muttaqin, 2011), yaitu:
1. Erosi kartilago dan persendian, yang lambat laun menyebabkan atrofi (pada otot
paha dan kaki), sehingga terjadi hambatan mobilitas fisik pada penderita yang
selanjutnya terjadi pula defisit perawatan diri penderita.
2. Menyebabkan nyeri akut, karena efek dari inflamasi.
3. Ansietas pada sinovial, dan tindakan yang bisa dilakukan adalah tindakan
pembedahan.

D. Manifestasi Artritis Reumatid


Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut polatritis
rheumatoid. Persendian yang paling terkena adalah sendi tandi, pergelangan tangan,
sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya
bersifat bilateral atau simetris. Tetapi, kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi
disebut atritis rheumatoid mono articular (Chairuddin, 2003).
1. Stadium awal
Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam, dan anemia. Gejala lokal yang
berupa pembekakan, nyeri dan gangguan gerak pada sendi mata karpo falangeal.
Pemeriksaan fisik: tenosinofitas pada daerah ekstensor pergelangan tangan dan
fleksor jari-jari. Pada sendi besar (misalnya sendi lutut) gejala peradangan local
berupa pembengkakan nyeri serta tanda-tanda efusi sendi.
2. Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya timbul atau
ketidakstabilan sendi akibat rupture tendon atau ligament yang menyebabkan
deformitas rheumatoid yang khas berupa deviasi ulnar jari-jari deviasi radial atau
volar pergelangan tangan, serta valgus lutut dan kaki.

6
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Faktor reumatoid, fiksasilateks, reaksi-reaksi aglutinasi.
2. Laju endap darah: umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
3. Protein c-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
4. Sel darah putih: meningkatkan pada waktu timbul proses inflamasi.
5. Haegmoglobin: umumnnya menunjukkan anemia sedang.
6. Ig( Ig M danIg G ) : peningkatan besar menunjukkan proses autorium sebagai
penyebab AR.
7. Sinar x dari sendi yang sakit: menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio.
8. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium
9. Artroskopi langsung, aspirasi cairan synovial
10. Biopsy membrane sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.

F. Penatalaksanaan Artritis Reumatid


1. Medis
Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang dilakukan
adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antar pasien dengan
keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya
(Herdman,2010).
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan akan
dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatanpasien.
b. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang
sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
a. Aspirin : pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4x 1g/hari
kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g perminggu sampai terjadi perbaikan atau
gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
b. Ibu profen, naproksen, piroksikam, dklofenak, dan sebagainya.
c. DMARD ( disease modifying antirheumatic drugs ) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat atritis

7
rheumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian.
Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan proses rheumatoid akan
berkurang. Jenis-jenis yang digunakan adalah :
a. Klorokuin : paling banyak digunakan karena harganya terjangkau, namun
efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Dosis anjuran
klorokuinfosfat 250 mg/hari, hidroklorokuin 400 mg/hari.
b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam dosis
1x500mg/hari , tingkatkan 500 mg per minggu, sampai mencapai dosis
4x500 mg. setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari
untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai remisi sempurna.
c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan
dalam dosuis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4
minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4x250-300
mg/hari.
d. Riwayat penyakit alamiah
Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang
bersifat monosiklik ( hanya mengalami satu episode AR dan akan mengalami
remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien akan menderita
penyakit ini sepanjang hidupnya dengan hanya diselingi oleh beberapa masa
remisi yang singkat ( jenis polisiklik ). Sebagian kecil lainnyaa akan menderita
AR yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang
menetap pada setiap ekssaserbasi. Sampai saat ini belum berhasil dijumpai
obat yang bersifat sebagai disease controlling antirheumatic therapy (DCART).
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan
pasien AR dengan tujuan :
a. Mengurangi rasa nyeri
b. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan geraksendi
c. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
d. Mencegah terjadianya defokmitas
e. Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
f. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang
lain.

8
2. Keperawatan
a. Pendidikan: meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab dan prognosis
penyakit ini.
b. Istirahat: karena pada Artritis Rheumatois ini disertai rasa lelah yang hebat.
c. Latihan: pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.

G. Asuhan Keperawatan Artritis Reumatid


1. Data Dasar Pengkajian
Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya, (mis.,
mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan (misalnya, eksaserbasi akut atauremisi)
dan keberadaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris,
limitasi fungsional yang berpengaruh terhadap gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda: Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktur/kelainanpada sendi dan otot.
2) Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis., pucat intermiten,sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal), integritas ego.
Gejala: Faktor-faktor stress akut/kronis; mis., finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusasaan dan ketidakberdayaan
(situasi ketidakmampuan), ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi, (misalnya, ketergantungan pada diri orang lain).
3) Makanan/Cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat, mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ).
Tanda: Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
4) Higiene
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
ketergantungan pada diri orang lain.

9
5) Neurosensori
Gejala: Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jaringan, pembengkakan sendi simetris.
6) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Fase akut dari nyeri mungkin/mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi, rasa nyeri kronis dan kekakuan
(terutama pada pagi hari).
7) Keamanan
Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan
menetap, kekeringan pada mata dan membran mukosa, interaksi sosial.
Gejala: Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi.
8) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja).
Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “penyembuhan” arthritistanpa
pengujian.Riwayat perikarditis, lesi katup; fibrosis pulmonal, pleuritis.DRG
menunjukan rata-rata lama dirawat: 4,8 hari. Pertimbangan Rencana
Pemulangan: Mungkin membutuhkan pada transportasi, aktivitas perawatan
diri dan tugas/pemeliharaan rumah tangga.

2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rheumatoid.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang, kekakuan sendi.
3) Gangguann citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan, sendi,
bengkok, deformitas.
4) Defisit perawtaan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
(penurunan kekuatan sendi).
5) Resiko cidera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.

10
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut Kontrol nyeri (1605): Manajemen nyeri (1400):
berhubungan 1. Mampu mengontrol 1. Lakukan
dengan nyeri (tau penyebab pengkajian nyeri
perubahan nyeri, mampu secra
patologis oleh menggunakan teknik komprehensif
artritis nonfarmakologi untuk termasuk lokasi,
rheumatoid. mengurangi nyeri, karakteristik,
mencari bantuan). duras, frekuensi
2. Melaprkan bahwa dan faktor
nyeri berkurang resipitasi.
dengan menggunakan 2. Obverservasi
manajemen nyeri. reaksi nonverbal
3. Mampu mengenali dari
nyeri (skala, intensitas, ketidaknyamanan.
frekwensi dan tanda 3. Gunakan teknik
nyeri). komunikasi
4. Menyatakan rasa terapeutik untuk
nyaman setelah nyeri mengetahui
berkurang. pengalaman nyeri
pasien.
4. Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri.
5. Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau.
Pemberian Analgesik
(2210):
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitasm dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat.
2. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis
dan frekuensi.
3. Cek riwayat alergi.
4. Pilih nalgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih
dari satu.
5. Tentukan pilihan

11
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri.
2. Hambatan Pergerakan (0208): Terapi latihan: ambulasi
mobilitas fisik 1. Klien meningkat (0221):
berhubungan dalam aktivitas fisik. 1. Monitoring vital
dengan 2. Mengerti tujuan dari sign sebelum atau
kerusakan peningkatan mobilitas. sesudah latihan
integritas 3. Memverbalisasikan dan lihat respon
struktur tulang, perasaan dalam pasien saat latihan.
kekakuan sendi. meningkatkan 2. Konsultasikan
kekuatan dan dengan terapi fisik
kemampuan tentang rencana
berpindah. ambulasi sesuai
4. Memeperagakan dengan kebutuhan.
penggunaan alat. 3. Bantu klien untuk
5. Bantu untuk mobilisasi menggunakan
(walker). tongkat saat
berjalan dan cegah
terhadap cidera.
4. Ajarkan pasien tau
tenaga kesehatan
lain tentang teknik
ambulasi.
5. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi.
3. Gangguann Citra tubuh (1200): Peningkatan citra tubuh
citra tubuh 1. Body image positif. (5220):
berhubungan 2. Mampu 1. Kaji secara verbal
dengan mengidentifikasi dan nonverbal
perubahan kekuatan personal. respon klien
penampilan, 3. Mendeskripsikan terhadap tubuhnya.
sendi, bengkok, secara faktual 2. Monitor frekeuensi
deformitas. perubahan fungsi mengkritik dirinya.
tubuh. 3. Jelaskan tentang
4. Mempertahan pengobatan,
unteraksi sosial. perawatan
kemajuan dan
prognosis
penyakit.
4. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya.
5. Identifikasi arti
pengurangan
melalui pemakaian
alat bantu.
6. Fasilitasi kontak
dengan individu

12
lain dalam
kelompok kecil.
4. Defisit Perawatan diri: berpakaian Bantuan perawatan diri:
perawtaan diri (0302): berpakaian/dandan (1802):
berhubungan 1. Mampu melakukan 1. Pantau tingkat
dengan tugas fisik yang paling kekuatan dan
gangguan mendasar dan aktifitas toleransi aktifitas.
muskuloskeletal perawatan pribadi 2. Pantau
(penurunan secara mandiri dengan peningkatan dan
kekuatan sendi). tanpa alat bantu. penurunan
2. Mampu mengenakan kemampuan untuk
pakaian dan berhias berpakaian dan
sendiri secara mandiri melkukan
tanpa alat bantu. perawatan ambut.
3. Mampu 3. Pertimbangkan
mepertahankan budaya pasien
kebersihan pribadi dan ketiak
penampilan yang rapi mempromosikan
secra mandiri dengan aktifitas perawatan
tanpa alat. diri.
Perawatan diri: eliminasi Bantuan perawatan diri:
(0310): eliminasi (1804):
1. Mampu untuk 1. Pertimbangkan
melakukan aktifitas usia pasien ketika
eliminasi secra mempromosikan
mandiri tanpa alat aktifitas perawatan
bantu. diri.
2. Mampu duduk dan 2. Lepaskan pakaian
turun dari kloset. yang penting untuk
3. Mampu membersihkan memungkinkan
diri setelah eliminasi. penghapusan.
4. Mengenali dan 3. Membantu pasien
mengetahui kebutuhan ke toilet pada
bantuan untuk selang waktu
eliminasi. tertentu.
Perawatan diri: makan (0303): 4. Ganti pakaian
1. Status menelan: pasien setelah
perjalanan makanan eliminasi.
pada makanan padat Bantuan perawtan diri:
atau cairan secra aman pemberian makan (1803):
dari mulut ke 1. Memonitor pasien
lambung. kemmapuan untuk
2. Mampu makan secara menelan.
mandiri. 2. Identifikasi diet
3. Mengungkapkan yang diresepkan.
kepuasan makan. 3. Mengatur nampan
Perawatan diri: mandi (0301): makan dan meja
1. Mampu menarik.
mempertahankan 4. Pastikan posisi
mobilitasyang pasien yang tepat

13
diperlukan untuk ke untuk
kamar mandi dan memvasilitasi
menyediakan mengunyah ddan
perlengkapan mandi. menelan.
2. Mampu membersihkan Bantuan perawtan diri:
dan mengeringkan mandi/kebersihan (1801):
tubuh. 1. Pertimbangkan
3. Mampu untuk budaya pasien
mempertahankan ketika
kebersihan dan mempromosikan
penampilan yang rapi aktivitas perawatan
secra mandiri tanpa diri.
alat bantu. 2. Menentukan
jumlah dan jenis
bantuan yang
dibutuhkan.
3. Memfasilitasi diri
mandi pasien.
4. Memfasilitasi gigi
pasien menyikat
sesuai.
5. Resiko cidera Kontrol resiko (1902): Manajemen lingkungan:
berhubungan 1. Klien terbebas dari kesehatan (6486):
dengan cidera. 1. Sediakan
hilangnya 2. Klien mampu lingkungan yang
kekuatan otot, menjelaskan cara atau aman untuk pasien.
rasa nyeri. metode untuk 2. Identifikasi
mencegah kebutuhan
cidera/injury. keamanan pasien,
3. Klien mampu sesuai dengan
menjelaskan faktor kondisi fisik dan
resiko dari lingkungan fungsi kognitif
tau perilaku personal. pasien dan riwayat
4. Mampu memodifikasi penyakit terdahulu
gaya hidup untuk pasien.
mencegah injury. 3. Menghindarkan
5. Menggunakan fasilitas yang berbahaya
kesehatan yang ada. (misalnya
6. Mampu mengenali memindahkan
perubhan status perabotan).
kesehatan 4. Memasang siderail
tempat tidur.
5. Menyediakan
tempat tidur yang
nyaman dan
bersih.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak


diketahui penyebabnya, diakrekteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran
sinofial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deformitas(Kusharyadi, 2010).

Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti.
Ada beberapa teori yang ditemukan sebagai penyebab artritis reumatoid yaitu infeksi
streptokokus hemolitikus, dan streptokokus non hemolitikus, endokrin, autoimun,
metabolik, dan faktor genetik serta pemicu lingkungan.

B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah diberikan, dan
dapat menginterpretasikan didalam melakukan tindakan keperawatan dalam
praktik, khususnya pada pasien yag mengalami gangguan sistem muskuloskeletal,
Reumatoid Artritis, dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Rheumatoid Artritis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.Jakarta:EGC.

Boham, Mahfud, dkk. 2011.Askep Artritis Rheumatoid. Manado: Fakultas


Keperawatan.

Mutttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Ganggaun Muskuloskeletal Aplikasi pada Praktik
Keperawatan. Jakarta: EGC

Niken. 2017. Manifestasi Klinis Artritis Rheumatoid. “online”


(http://www.scribd.co/document/350287466/manifestasi-klinis-artritis-
rheumatoid). Diakses pada 12 Maret 2019.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda NOC-NIC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.

Herdman, Heather. 2010. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Price, Sylvia A. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:


Buku Keokteran.

16
17

Anda mungkin juga menyukai