Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

REUMATHOID ARTRITIS

Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :

Nor Azizh

1720151036

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
Jl. Ganesha I Purwosari Kudus Telp (0291) 442993 Kudus
TahunAjaran 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN

REUMTHOID ARTRITIS

A. Pengertian
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002).
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi.(www.medicastore.com)
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )

B. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial).
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik,
dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
1. Jenis Kelamin
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-
3:1.
2. Umur
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit
ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka
anda kemungkinan besar akan terkena juga.
4. Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis rheumatoid.

C. Manifestasi Klinis
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemic

D. Patofisiologi
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya
masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil
individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus
dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida : mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.

G. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
b. Latihan fisik dan termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan
ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua
kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai
latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi
dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi
ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan
khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat
merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya
penyakit.
c. Gizi : yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
d. Pemberian Obat-obatan :
1) Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis
yang telah ditentukan.
2) Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate
(Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory).
2. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah
dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari
sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti,
perbaikan tendon, sinovektomi.
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.
3. Keperawatan
a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis
penyakit ini
b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.

H. Pengkajian Fokus
1. Riwayat Kesehatan
a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui
dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
c. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
d. Catat bila ada krepitasi
e. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
f. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
g. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
h. Ukur kekuatan otot
i. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
j. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya
aspek body image dan harga diri klien.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

J. Intervensi

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri, catat 1. Membantu dalam
dengan agen tindakan keperawatan lokasi dan intensitas (skala menentukan kebutuhan
pencedera, distensi selama 3x24 jam 0-10). Catat faktor-faktor manajemen nyeri dan
jaringan oleh diharapkan tidak ada yang mempercepat dan keefektifan program
akumulasi cairan/ Keluhan nyeri, dengan tanda-tanda rasa sakit non 2. Matras yang lembut/
proses inflamasi, kriteria : verbal empuk, bantal yang
destruksi sendi. 1. Menunjukkan 2. Berikan matras/ kasur besar akan mencegah
nyeri hilang/ keras, bantal kecil,. pemeliharaan
terkontrol Tinggikan linen tempat kesejajaran tubuh yang
2. Terlihat rileks, tidur sesuai kebutuhan tepat, menempatkan
dapat 3. Tempatkan/pantau stress pada sendi yang
tidur/beristirahat penggunaan bantal, sakit.
dan berpartisipasi karung pasir, gulungan 3. Peninggian linen tempat
dalam aktivitas trokhanter, bebat, brace. tidur menurunkan
sesuai 4. Dorong untuk sering tekanan pada sendi
kemampuan. mengubah posisi,. Bantu yang terinflamasi/nyeri
3. Mengikuti program untuk bergerak di tempat 4. Mengistirahatkan sendi-
farmakologis yang tidur, sokong sendi yang sendi yang sakit dan
diresepkan sakit di atas dan bawah, mempertahankan posisi
4. Menggabungkan hindari gerakan yang netral.
keterampilan menyentak. 5. Penggunaan brace dapat
relaksasi dan 5. Anjurkan pasien untuk menurunkan nyeri dan
aktivitas hiburan mandi air hangat atau dapat mengurangi
ke dalam program mandi pancuran pada kerusakan pada sendi
kontrol nyeri. waktu bangun dan/atau 6. Mencegah terjadinya
pada waktu tidur. kelelahan umum dan
Sediakan waslap hangat kekakuan sendi.
untuk mengompres sendi- Menstabilkan sendi,
sendi yang sakit beberapa mengurangi gerakan/
kali sehari. Pantau suhu rasa sakit pada sendi
air kompres, air mandi, 7. Panas meningkatkan
dan sebagainya. relaksasi otot, dan
6. Berikan masase yang mobilitas, menurunkan
lembut rasa sakit dan
7. Ajarkan teknik non melepaskan kekakuan
farmakologi (relaksasi, di pagi hari. Sensitivitas
distraksi, relaksasi pada panas dapat
progresif) dihilangkan dan luka
8. Beri obat sebelum dermal dapat
aktivitas/ latihan yang disembuhkan
direncanakan sesuai 8. Meningkatkan
petunjuk. relaksasi/ mengurangi
9. Kolaborasi: Berikan obat- nyeri, meningkatkan
obatan sesuai petunjuk realaksasi, mengurangi
(mis:asetil salisilat) tegangan otot/ spasme,
10. Berikan kompres dingin memudahkan untuk ikut
jika dibutuhkan serta dalam terapi
9. Sebagai anti inflamasi
dan efek analgesik
ringan dalam
mengurangi kekakuan
dan meningkatkan
mobilitas.
10. Rasa dingin dapat
menghilangkan nyeri
dan bengkak selama
periode akut
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Evaluasi/ lanjutkan 1. Tingkat aktivitas/
fisik berhubungan tindakan keperawatan pemantauan tingkat latihan tergantung dari
dengan deformitas selama 3x24 jam inflamasi/ rasa sakit pada perkembangan/ resolusi
skeletal, nyeri, diharapkan mobilitas sendi dari peoses inflamasi
penurunan, kekuatan fisik baik dengan 2. Pertahankan istirahat tirah 2. Istirahat sistemik
otot. kriteria : baring/ duduk jika dianjurkan selama
1. Mempertahankan diperlukan jadwal eksaserbasi akut dan
fungsi posisi aktivitas untuk seluruh fase penyakit
dengan tidak memberikan periode yang penting untuk
hadirnya/ istirahat yang terus mencegah kelelahan
pembatasan menerus dan tidur malam mempertahankan
kontraktur. hari yang tidak kekuatan
2. Mempertahankan terganmggu. 3. Mempertahankan/
ataupun 3. Bantu dengan rentang meningkatkan fungsi
meningkatkan gerak aktif/pasif, sendi, kekuatan otot dan
kekuatan dan demikiqan juga latihan stamina umum. Catatan
fungsi dari dan/ resistif dan isometris jika : latihan tidak adekuat
atau kompensasi memungkinkan menimbulkan kekakuan
bagian tubuh 4. Ubah posisi dengan sering sendi, karenanya
3. Mendemonstrasika dengan jumlah personel aktivitas yang
n tehnik/ perilaku cukup. Demonstrasikan/ berlebihan dapat
yang bantu tehnik pemindahan merusak sendi
memungkinkan dan penggunaan bantuan 4. Menghilangkan tekanan
melakukan mobilitas, mis, trapeze pada jaringan dan
aktivitas 5. Posisikan dengan bantal, meningkatkan sirkulasi.
kantung pasir, gulungan 5. Mempermudah
trokanter, bebat, brace perawatan diri dan
6. Gunakan bantal kecil/tipis kemandirian pasien.
di bawah leher. Tehnik pemindahan
7. Dorong pasien yang tepat dapat
mempertahankan postur mencegah robekan
tegak dan duduk tinggi, abrasi kulit
berdiri, dan berjalan 6. Meningkatkan stabilitas
8. Berikan lingkungan yang (mengurangi resiko
aman, misalnya cidera) dan
menaikkan kursi, memerptahankan posisi
menggunakan pegangan sendi yang diperlukan
tangga pada toilet, dan kesejajaran tubuh,
penggunaan kursi roda. mengurangi kontraktor
9. Kolaborasi: konsul dengan 7. Mencegah fleksi leher,
fisoterapi. memaksimalkan fungsi
10. Kolaborasi: Berikan sendi dan
matras busa/ pengubah mempertahankan
tekanan. mobilitas
11. Kolaborasi: berikan obat- 8. Menghindari cidera
obatan sesuai indikasi akibat kecelakaan/ jatuh
(steroid). 9. Berguna dalam
memformulasikan
program latihan/
aktivitas yang
berdasarkan pada
kebutuhan individual
dan dalam
mengidentifikasikan
alat
10. Menurunkan tekanan
pada jaringan yang
mudah pecah untuk
mengurangi risiko
imobilitas
11. Mungkin dibutuhkan
untuk menekan sistem
inflamasi akut
Gangguan Citra Setelah dilakukan 1. Dorong pengungkapan 1. Berikan kesempatan
Tubuh / Perubahan tindakan keperawatan mengenai masalah tentang untuk mengidentifikasi
Penampilan Peran selama 3x24 jam proses penyakit, harapan rasa takut/ kesalahan
berhubungan dengan diharapkan gangguan masa depan. konsep dan
perubahan citra tubuh berkurang 2. Diskusikan arti dari menghadapinya secara
kemampuan untuk dengan criteria: kehilangan/ perubahan langsung
melaksanakan tugas- 1. Mengungkapkan pada pasien/orang 2. Mengidentifikasi
tugas umum, peningkatan rasa terdekat. Memastikan bagaimana penyakit
peningkatan percaya diri dalam bagaimana pandangaqn mempengaruhi persepsi
penggunaan energi, kemampuan untuk pribadi pasien dalam diri dan interaksi
ketidakseimbangan menghadapi memfungsikan gaya hidup dengan orang lain akan
mobilitas. penyakit, sehari-hari, termasuk menentukan kebutuhan
perubahan pada aspek-aspek seksual. terhadap intervensi/
gaya hidup, dan 3. Diskusikan persepsi konseling lebih lanjut
kemungkinan pasien mengenai 3. Isyarat verbal/non
keterbatasan bagaimana orang terdekat verbal orang terdekat
2. Menyusun rencana menerima keterbatasan. dapat mempunyai
realistis untuk masa 4. Akui dan terima perasaan pengaruh mayor pada
depan. berduka, bermusuhan, bagaimana pasien
ketergantungan. memandang dirinya
5. Perhatikan perilaku sendiri
menarik diri, penggunaan 4. Nyeri konstan akan
menyangkal atau terlalu melelahkan, dan
memperhatikan perubahan perasaan marah dan
6. Susun batasan pada bermusuhan umum
perilaku mal adaptif. terjadi
Bantu pasien untuk 5. Dapat menunjukkan
mengidentifikasi perilaku emosional ataupun
positif yang dapat metode koping
membantu koping maladaptive,
7. Ikut sertakan pasien dalam membutuhkan
merencanakan perawatan intervensi lebih lanjut
dan membuat jadwal 6. Membantu pasien
aktivitas untuk mempertahankan
8. Bantu dalam kebutuhan kontrol diri, yang dapat
perawatan yang meningkatkan perasaan
diperlukan harga diri
9. Berikan bantuan positif 7. Meningkatkan perasaan
bila perlu. harga diri, mendorong
10. Kolaborasi: Rujuk pada kemandirian, dan
konseling psikiatri, mis: mendorong
perawat spesialis psikiatri, berpartisipasi dalam
psikolog. terapi
11. Kolaborasi: Berikan obat- 8. Mempertahankan
obatan sesuai petunjuk, penampilan yang dapat
mis; anti ansietas dan meningkatkan citra diri.
obat-obatan peningkat 9. Memungkinkan pasien
alam perasaan. untuk merasa senang
terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan
perilaku positif.
Meningkatkan rasa
percaya diri.
10. Pasien/orang terdekat
mungkin membutuhkan
dukungan selama
berhadapan dengan
proses jangka panjang/
ketidakmampuan
11. Mungkin dibutuhkan
pada sat munculnya
depresi hebat sampai
pasien
mengembangkan
kemapuan koping yang
lebih efektif
Defisit perawatan Setelah dilakukan 1. Diskusikan tingkat fungsi 1. Mungkin dapat
diri berhubungan tindakan keperawatan umum (0-4) sebelum melanjutkan aktivitas
dengan kerusakan selama 3x24 jam timbul awitan/ eksaserbasi umum dengan
musculoskeletal, diharapkan klien dapat penyakit dan potensial melakukan adaptasi
penurunan kekuatan, mengatur kegiatan perubahan yang sekarang yang diperlukan pada
daya tahan, nyeri sehari-hari, dengan diantisipasi. keterbatasan saat ini
pada waktu criteria hasil: 2. Pertahankan mobilitas, 2. Mendukung
bergerak, depresi. 1. Melaksanakan kontrol terhadap nyeri dan kemandirian
aktivitas perawatan program latihan. fisik/emosional
diri pada tingkat 3. Kaji hambatan terhadap 3. Menyiapkan untuk
yang konsisten partisipasi dalam meningkatkan
dengan perawatan diri. kemandirian, yang akan
kemampuan Identifikasi /rencana untuk meningkatkan harga
individual modifikasi lingkungan diri
2. Mendemonstrasika 4. Kolaborasi: Konsul 4. Berguna untuk
n perubahan teknik/ dengan ahli terapi menentukan alat bantu
gaya hidup untuk okupasi. untuk memenuhi
memenuhi 5. Kolaborasi: Atur evaluasi kebutuhan individual.
kebutuhan kesehatan di rumah Mis; memasang
perawatan diri. sebelum pemulangan kancing, menggunakan
3. Mengidentifikasi dengan evaluasi alat bantu memakai
sumber-sumber setelahnya. sepatu,
pribadi/ komunitas 6. Kolaborasi : atur konsul menggantungkan
yang dapat dengan lembaga lainnya, pegangan untuk mandi
memenuhi mis: pelayanan perawatan pancuran.
kebutuhan rumah, ahli nutrisi. 5. Mengidentifikasi
perawatan diri. masalah-masalah yang
mungkin dihadapi
karena tingkat
kemampuan actual
6. Mungkin
membutuhkan berbagai
bantuan tambahan
untuk persiapan situasi
di rumah.
K. Daftar Pustaka

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed.,
Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta :
EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/02/laporan-pendahuluan-artritis
reumatoid.html#.WjdRCPndV80 (Diakses pada tanggal 18 Desember 2017)
https://tandyyonoputrajaya.wordpress.com/2016/12/01/laporan-pendahuluan-pada-
pasien-dengan-rematik-atritis-reumatoid/ (Diakses pada tanggal 18 Desember
2017)
http://abienaufal.blogspot.com/2015/02/laporan-pendahuluan-artritis-reumatoid.html
(Diakses pada tanggal 18 Desember 2017)

Anda mungkin juga menyukai