Di Susun Oleh
(113063J120101)
CI Akademik :
CI Lahan :
Sulistiowati, S.Kep.,Ners
2020-2021
LEMBAR PERSETUJUAN PRESEPTOR
Mengetahui
Kaprodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin
2. Tulang dada
Tulang dada (sternum) merupakan tulang pipih memanjang
yang terletak di tengah dada. Tulang dada terlibat dalam banyak
gerakan tubuh bagian atas. Tulang ini tersambung ke tulang rusuk
yang melindungi organ-organ vital tubuh seperti jantung, paru-
paru, lambung, dan hati.
Sumber : kelaspintar.id
4. Gelang Panggul
Gelang panggul merupakan gabungan tiga buah tulang yang
bersatu, yang meliputi tulang usus (ilium), tulang duduk (iskium),
dan tulang kemaluan (pubis). Gelang panggul berfungsi sebagai
penyangga berat badan dan melindungi uterus dan kandung kemih.
Gambar 6 : Gelang Panggul
Sumber : materi.carageo.com
a) Tulang usus (os illium), terdiri dari dua buah yakni kiri dan kanan.
Fungsinya adalah menyokong berat badan dan postur tubuh,
sebagai titik jangkat otot, tendon, dan ligamen, dan melindungi
organ-organ bagian dalam.
b) Tulang pinggul (os pelvis), merupakan sebuah rongga yang
dibentuk oleh sambungan antara tulang-tulang panggul.
Fungsinya adalah menyangga berat tubuh bagian atas ketika sedang
duduk, berdiri dan beraktivitas. Sementara pada wanita, ini
bertugas mengandung ketika hamil dan melindungi viscera pelvis
dan abdominopelvic viscera (bagian inferior saluran kemih,organ
reproduksi internal).
c) Tulang duduk (os ichium), berbentuk setengah lingkaran dan
menghadap ke atas. Fungsinya adalah membantu memberikan
dukungan untuk tulang punggung bagian bawah dan membantu
gerakan kaki bagian atas.
d) Tulang kemaluan (os pubis), memiliki dua cabang, satu menuju ke
samping atas dan satu lagi menuju ke samping bawah. Fungsinya
adalah melindungi alat/organ reproduksi.
c. Persendian
Sendi merupakan perhubungan antar tulang
sehingga tulang dapat digerakkan. Hubungan dua tulang disebut
persendian (artikulasi). Fungsi utama sendi adalah untuk memberikan
fleksibilitas dan pergerakan pada tempatnya, juga sebagai poros
anggota gerak.
Macam macam sendi berdasarkan jangkauan gerak :
e. Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang
pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan
bentuk tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang
didalam tendon misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua
tulang memiliki sponge tetapi akan bervariasi dari
kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh secara longitudinal, bagian tengah
disebut epiphyse yang berbatasan dengan metaphysic yang berbentuk
silinder.
h. Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada
tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi
dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian
tersebut) dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan
yang mungkin dilakukan pada persendian).
Gambar 7 : Persendian
Sumber : materi.carageo.com
B. Definisi
Rheumatoid Artritis merupakan penyakit inflamasi sistemik
kronis yang tidak diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh
kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan
kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Kusharyadi,
2010). Rheumatoid Artritis adalah penyakit inflamasi sistemik yang
kronis dan terutama menyerang persendian, otot-otot, tendon,
ligamen, dan pembuluh darah yang ada disekitarnya. (Kowalak,
2011). Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling
umum ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro,
2008). Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang
menyebabkan imflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai
lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).
Sumber : materi.carageo.com
C. Etiologi Artritis Reumatoid
E. Epidemiologi
Menurut (Noor, 2016):217, Klinis Arthritis Rheumatoid bersifat
suatu eksaserbasi dan remisi. Sekitar 40% dari pasien dengan Arthritis
Rheumatoid menjadi cacat setelah 10 tahun, tetapi hasilnya akan sangat
bervariasi. Arthritis Rheumatoid yang tetap terus- menerus aktif selama
lebih dari satu tahun mungkin akan menyebabkan cacat sendi. Periode
progresivitas berlangsung hanya beberapa minggu atau beberapa bulan
diikuti oleh remisi spontan. Tingkat kematian pada pasien Arthritis.
Rheumatoid dilaporkan 2,5 kali dari populasi umumorang dengan
penyakit artikular dan ekstrartikular berat, seperti penyakit koroner atau
penyakit hodgkin stadium IV. Sebagian besar berasal dari infeksi,
vaskulitis, dan giziburuk.
F. Patofisiologi
Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial
menjadi edema, kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh darah
baru, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang kartilago.
Persendian yang meradang akan membentuk jaringan granulasi yang
disebut dengan pannus. Pannus akan meluas hingga masuk ke tulang
subkondrial. Jaringan granulasi akan menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago. Kondisi ini akan membuat kartilago
menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Jika kerusakan kartilago sangat luas, maka akan
terjadi adhesi di antara permukaan sendi, dimana jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Keruskan kartilago dan tulang dapat
menyebabkan tendon dan ligamen menjadi lemah, serta dapat
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari
tulang subkondrial dapat menyebabkan osteoporosissetempat.Lama proses
artritis reumatoid berbeda setiap orang. Hal ini ditandai dengan adanya
serangan dan tidak ada serangan. Sejumlah orang akan sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi, sedangkan orang
yang memiliki faktor reumatoid (seroposotif), maka kondisi yang
dialaminya akan menjadi kronis yang progresif. (Asikin, 2013): 37
G. WOC
FAKTOR PENYEBAB RHEUMATOID ARTHRITIS
Respon tubuh
membentuk Antibody
leukosit dalam Cairan
Proses Infeksi Reaksi Inflamasi
Pada jaringan sanovial
Faktor Rheumatoid
(FR)
Peningkatan suhu
Abses rongga sendi
Tubuh
Peradangan Kronik
Hipertermi Rawan sendi rusak
1. Pemeriksaanlaboratorium
3. Pemeriksaan radiologi
I. Diagnosa Medik :
Rhematoid Arthritis (RA)
J. Komplikasi
Rheumatoid arthritis dapat menyebabkan beberapa komplikasi, diantaranya :
1) Cervical myelopathy
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher
dan mengganggu saraf tulang belakang.
2) Carpal tunnel syndrome
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan
tangan, sehingga menekan saraf di sekitarnya.
3) Sindrom jogren
Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata
dan ludah, sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.
4) Limfoma
Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah
bening.
5) Penyakit jantung
Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan peradangan
di pembuluh darah jantung.
Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, pengobatan rheumatoid arthritis
juga dapat menimbulkan efek samping berupa osteoporosis, yang membuat tulang
menjadi rapuh dan rentan patah.
K. Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksaan medis ,antara lain (Hidayatus sya’diyah,
2018:212) dan (Asikin, 2013):41
a. Medis
1) Obat anti-inflamasi nonstreroid (OAINS)
2) Disease-modifying antirheumatic drug(DMARD)
3) Kortikosteroid
4) Terapi biologi
b. Non-Medis
1) Istirahat
2) Latihan fisik
3) Nutrisi : menjaga pola makan seperti :diet rendah purin
4) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi nyeri
5) Konsumsi makanan yang tinggi protein dan vitamin
6) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cidera
7) Kompres air es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri.
7. Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman konsep
diri, citra diri, perubahan bentuk badan
8. Makanan /cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang
adekuat: mual, anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin
seperti: kacang-kacangan, daun singkong, jeroan. Menghindari minum
kopi
9. Higyne
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain
10. Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada
jari tangan, pembengkakan sendi simetris.
11. Nyeri/kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan
lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.
12. Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan membran
mukosa.
13. Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan
peran.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit
Rheumatoid Arthritis, (Istianah, 2017) : 101 adalah sebagai berikut.
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Nyeri b.d proses Setelah dilakukan a. Kaji keluhan a. Membantu dalam
inflamasi tindakan nyeri, catat menentukan
akumulasi keperawatan lokasi dan kebutuhan
cairan, destruksi selama 1 x 24 intensitas manajemen nyeri
sendi. diharapkan tidak (skala 0-10). dan keefektifan
ada keluhan nyeri. Catat faktor program
Kriteria hasil : b. faktor yang b. Matras yang
a. Menunjukkan mempercepat lembut/ empuk,
nyeri hilang dan tanda tanda bantal yang besar
/terkontrol rasa sakit akan mencegah
b. Terlihat rileks c. Berikan kasur, pemeliharaan
dapat tidur bantal kecil, kesejajaran tubuh
/beristirahat tinggikan linen yang tepat,
tempat tidur menempatkan
sesuai stress pada sendi
kebutuhan yang sakit.
d. Tempatkan/ Peninggian linen
pantau tempat tidur
penggunaan menurunkan
bantal, karung tekanan pada
pasir, gulungan sendi yang
trokhanter, terinflamasi/nyeri
bebat, brace. c. Mengistirahatkan
e. Dorong untuk sendi-sendi yang
sering sakit dan
mengubah mempertahankan
posisi, bantu posisi netral.
untuk bergerak Penggunaan
di tempat tidur, brace dapat
sokong sendi menurunkan
yang sakit di nyeri dan dapat
atas dan mengurangi
bawah, hindari kerusakan pada
gerakan yang sendi
menyentak. d. Mencegah
f. Anjurkan terjadinya
pasien untuk kelelahan umum
mandi air dan kekakuan
hangat atau sendi.
mandi Menstabilkan
pancuran pada sendi,
waktu bangun mengurangi
dan/atau pada gerakan/ rasa
waktu tidur. sakit pada sendi
Sediakan e. Panas
waslap hangat meningkatkan
untuk relaksasi otot,
mengompres dan mobilitas,
sendi-sendi menurunkan rasa
yang sakit sakit dan
beberapa kali melepaskan
sehari. Pantau kekakuan di pagi
suhu air hari. Sensitivitas
kompres, air pada panas dapat
mandi, dan dihilangkan dan
sebagainya. luka dermal
g. Ajarkan teknik dapat
non disembuhkan
farmakologi f. Meningkatkan
(relaksasi, relaksasi/
distraksi, mengurangi nyeri
relaksasi g. Meningkatkan
progresif) realaksasi,
h. Beri obat mengurangi
sebelum tegangan otot/
aktivitas/ spasme,
latihan yang memudahkan
direncanakan untuk ikut serta
sesuai dalam terapi
petunjuk. h. Sebagai anti
Kolaborasi: inflamasi dan
Berikan obat- efek analgesik
obatan sesuai ringan dalam
petunjuk mengurangi
(mis:asetil kekakuan dan
salisilat) meningkatkan
i. Berikan mobilitas.
kompres dingin i. Rasa dingin
jika dibutuhkan dapat
menghilangkan
nyeri dan
bengkak selama
periode akut
Gangguan Setelah dilakukan a. Kaji tingkat a. Tingkat aktivitas/
mobilitas fisik tindakan inflamasi/ rasa latihan tergantung
berhubungan keperawatan selama sakit pada sendi dari
dengan deformitas 1x24 jam diharapkan b. Pertahankan perkembangan/
skeletal, nyeri, mobilitas fisik baik istirahat tirah resolusi dari
penurunan, dengan kriteria : baring/ duduk peoses inflamasi
kekuatan otot. jika diperlukan b. Istirahat sistemik
a. Mempertahankan
jadwal aktivitas dianjurkan selama
fungsi posisi
untuk eksaserbasi akut
dengan tidak
memberikan dan seluruh fase
hadirnya/
periode istirahat penyakit yang
pembatasan
yang terus penting untuk
kontraktur.
menerus dan mencegah
b. Mempertahankan
tidur malam kelelahan
ataupun
hari yang tidak mempertahankan
meningkatkan
terganggu. kekuatan
kekuatan dan
c. Bantu dengan c. Mempertahankan/
fungsi dari dan/
rentang gerak meningkatkan
atau kompensasi
aktif/pasif, fungsi sendi,
bagian tubuh
demikian juga kekuatan otot dan
latihan resistif stamina umum.
dan isometris Catatan : latihan
jika tidak adekuat
memungkinkan menimbulkan
d. Ubah posisi kekakuan sendi,
dengan sering karenanya
dengan jumlah aktivitas yang
personel cukup berlebihan dapat
e. Demonstrasikan merusak sendi
/ bantu tehnik d. Menghilangkan
pemindahan dan tekanan pada
penggunaan jaringan dan
bantuan meningkatkan
mobilitas, mis, sirkulasi.
trapeze e. Mempermudah
f. Posisikan perawatan diri
dengan bantal, dan kemandirian
kantung pasir, pasien. Tehnik
gulungan pemindahan yang
trokanter, bebat, tepat dapat
brace mencegah
g. Gunakan bantal robekan abrasi
kecil/tipis di kulit
bawah leher f. Meningkatkan
h. Dorong pasien stabilitas
mempertahanka (mengurangi
n postur tegak resiko cidera) dan
dan duduk mempertahankan
tinggi, berdiri, posisi sendi yang
dan berjalan diperlukan dan
i. Berikan kesejajaran tubuh,
lingkungan mengurangi
yang aman, kontraktor
misalnya g. Mencegah fleksi
menaikkan leher
kursi, h. Memaksimalkan
menggunakan fungsi sendi dan
pegangan mempertahankan
tangga pada mobilitas
toilet, i. Menghindari
penggunaan cidera akibat
kursi roda. kecelakaan/ jatuh
j. Kolaborasi: j. Berguna dalam
konsul dengan memformulasikan
fisoterapi. program latihan/
k. Kolaborasi: aktivitas yang
Berikan matras berdasarkan pada
busa/ pengubah kebutuhan
tekanan. individual dan
l. Kolaborasi: dalam
berikan obat- mengidentifikasik
obatan sesuai an alat
indikasi k. Menurunkan
(steroid). tekanan pada
jaringan yang
mudah pecah
untuk mengurangi
risiko imobilitas
l. Mungkin
dibutuhkan untuk
menekan sistem
inflamasi akut
P : Planning
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Alih
bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Tartowo & Wartonah (2015) Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta
Istinah, Umi. (2017) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Yogyakarta; Pustaka Baru Press.
Sya’diyah, Hidayatus. (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori dan Aplikasi. Sidoarjo:
Indonesia Pustaka.
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed.,
Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta :
EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Price, SA. Dan Wilson LM. 1993. Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit
bag 2. Jakarta: EGC