Disusun Oleh:
ANITA VEBIANI
NIM. 211133001
VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"
MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa,
Anita Vebiani
NIM. 211133001
Mengetahui,
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui asuha keperawatan yang tepat bagi pasien BBLR
berdasarkan data dan keluhan-keluhan yang didapat dari pasien.
2. Tujuan khusus
Agar pembaca mengetahui tentang :
1. pengertian pada pasien BBLR
2. Diagnosa keperawatan tentang pasien BBLR
3. intervensi keperawatan tentang pasien BBLR
4. Implementasi keperawatan tentang pasien BBLR
5. Evaluasi keperawatan tentang pasien BBLR
BAB II
KONSEP DASAR
2. ETIOLOGI
Menurut Sarwono( 2016), Faktor-faktor yang menyebabkan BBLR adalah
a. Faktor ibu
1) Gizi saat hamil yang kurang dan antenatalcare yang kurang
2) Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
3) Jarak kehamilan dan bersalin yamg telalu dekat
4) Ibu pendek dengan tinggi badan kurang dari 150cm
5) Penyakit menahun ibu, hipertensi, DM, jantung, gangguan pembuluh
darah, perokok, gangguan narkotik.
6) Pekerjaan yang terlalu berat.
b. Faktor kehamilan.
1) Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan misalnya toxemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis
2) Hamil ganda
3) Hamil dengan hidromion
c. Faktor janin
1) Cacat bawaan
2) Infeksi dalam rahim
3) Gangguan metabolisme dalam rahim
4) Kelainan kromosom
5) Syphilis termasuk infeksi kronis
d. Faktor-faktor yang lain
1) Radiasi
2) Bahan-bahan keratogen atau karsinogen
3) Tempat tinggal didataran tinggi
3. KLASIFIKASI
a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
b. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir
ekstrem rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.
Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1500 gram.
a. Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara 1501 -
2500 gram
b. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang lahir
dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
c. Retardasi pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth
Retardation/IUGR): ditemukan pada bayi yang pertumbuhan
intrauterinenya mengalami retardasi (terkadang digunakan sebagai istilah
yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk masa gestasi).
d. Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas presentil
ke-90 pada kurva perumbuhan intrauterine.
4. TANDA DAN GEJALA
a. Sistem Pernafasan
1) Apnea
2) Ritme dan dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur
3) Timbul sianosis
4) Kecepatan pernafasan dapat 60-80.
b. Sistem Sirkulasi
1) Kerja jantung lemah lembut dan lambat
2) Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga
lemah
3) Tekanan darah lebih rendah (sistolik 45-60 mmHg, diastolic 30-45
mmHg)
4) Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit
5) Cenderung ditemukan aritmia
c. Pengendalian suhu.,
1) Cenderung memiliki suhu tubuh yang subnormal yang disebabkan
karena produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas,
pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya
lemak dalam jaringan akibatnya mempercepat perubahan suhu tubuh,
kurangnya pergerakan sehingga produksi panas juga berkurang,
permukaan tubuh lebih luas sehingga pengeluaran panas melalui tubuh
lebih besar.
2) Kegagalan untuk mempertahankan suhu adekuat disebabkan karena
tidak adanya jaringan adipose coklat (yang mempuyai aktivitas
metabolic yang tinggi). Pernafasn yang lemah dengan pembakaran
oksigen yang buruk. Aktivitas otot yang buruk dan pemasukan
makanan yang rendah.
d. Sistem Pencernaan
1) Reflek menghisap dan menelan lemah
2) Sering terjadi regurgitasi karena mekanisme penutupan spinter jantung
yang kurang berkembang dan spinter pylorus yang relatif kuat.
e. Sistem Urinarius
1) GFR(Glomerolus Filtrasi Rate) menurun
2) Urin sedikit
3) Sering terjadi gangguan keseimbangan keseimbangan air dan elektrolit
f. Sistem Persarafan
1) Tangisan lemah
2) Pusat pengendalian fungsi vital kurang berkembang
3) Lebih sulit untuk dibangunkan
g. Sistem Genetalia
1) Genital kecil
2) Pada laki-laki, testis terdapat dalam abdomen, kanalis ingualis atau
skrotum.
3) Pada wanita labia minor tidak ditutupi oleh labia mayor hingga aterm.
h. Gambaran umum
1) BB kurang dari 2500gr
2) TB kurang dari 45cm
3) Lingkar dada kurang dari 30cm
4) Lingkar kepala kurang dari 33cm
5) Kulit biasanya tipis,merah,dan berkerut.
6) Ditemukan sedikit lemak subkutan.
7) Kuku lembut dan lanugo mencolok tetapi terdapatsedikit atau tidak
ditemukan verniks caseosa.
8) Rambut pendek dan jarang.
9) Alis mata sering kalli tidak ada.
5. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi
risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
a. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
b. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan
dibandingkan BBLC.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi
antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk
mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai
kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau
buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan
lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang
diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh
dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
6. KOMPLIKASI
a. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
b. Hipoglikemi simtomatik.
c. Asfiksis neonatorum
d. Penyakit membran hialin.
e. Hiperbilirubinemia.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
c. Titer Torch sesuai indikasi
d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
e. Pemantauan elektrolit
f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
8. PENATALAKSAAN
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
b. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang
minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka,
juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o 2
yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari Jmlh ml/kg BB
1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
BAB II
PROSES KEPERAWATAN
A.
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Biodata
1) Identitas bayi
2) Identitas orang tua,
b. Pemeriksaan Biologis Ibu
1) Riwayat kehamilan, umur kehamilan dan lain-lain
2) Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan
3) Keadaan fisik ibu saat pengkajian
4) Riwayat penyakit ibu
c. Pemeriksaan Fisik Bayi
1) Keadaan bayi saat dilahirkan: warna kulit, rambut tebal, lemak
subkutan, gerakan, hasil Apgarscore, kemampuan bernafas,
temperatur dan lain-lain.
2) Keadan bayi saat pengkajian: fisik, kesadaran, tingkatan sakit,
kemampuan bernafas, temperatur dan lain-lain.
3) Pengkajian proses pertolongan dan penanganan selanjutnya.
4) Pemeriksaan Antropometri : Panjang badan kurang dari 45 cm,
berat badan kurang dari 2500 gram, lingkar dada kurang dari 30
cm, lingkar lengan atas kurang dari 9 cm, lingkar kepala fronto
occipitalis kurang dari 12 cm, lingkar kepala submetobregmatika
kurang dari 9,5 cm.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Penurunan Hb/Hct
2) Serum glukosa menurun
3) Elektrolit (Na, K, Cl)
4) BGA, asidosis
5) Trombositopenia
6) Serum kalsium menurun.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Hipertermi Berhubungan Dengan proses penyakit
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan. Ketidakmampuan mencerna
makanan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efefk prosedur invasif
Objektif
1. Pernapasan pursep lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Ventilasi semenit
menurun
4. Kapasitas vital
menurun
Kolaborasi
5. Kolaboras
i
pemberian
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Gulardi & Wiknjosastro.(2017) Pola Kejadian dan Determinan Bayi Dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia. Bul Penelit Sist Kesehat.
2015;18(1):1–10.
Juaria dan Henry.(2016). Buku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Jakarta: Trans Info Media; 2016.
Kemenkes.RI..Keputusan.Menteri.Kesehatan.RI.nomorHK.02.02/MENKES/52/2
015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. In:
Kesehatan, editor. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015
Mansjoer.(2017) Depressive Symptoms pada Ibu Hamil dan Bayi Berat Lahir
Rendah. Ber Kedokt Masy. 2010;26(2):81–9.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.