Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK

KEPERAWATAN ANAK TENTANG BERAT BADAN LAHIR RENDAH


DI RUANG PERINATOLOGI RSUD ABDUL AZIZ

Disusun Oleh:
ANITA VEBIANI
NIM. 211133001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PROFESI NERS
2021/2022
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis  Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK


KEPERAWATAN ANAK TENTANG BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI
RUANG PERINATOLOGI RSUD ABDUL AZIZ

Telah disetujui pada tanggal, November 2021

Mahasiswa,

Anita Vebiani
NIM. 211133001

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instructur


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang


lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan
prediktor tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan
pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko
kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang lahir
dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir
dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang
berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih
tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada
masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%) dan
tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7%
(Kemenkes RI,2015).

BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek


(prematuritas),dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam
bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau
keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti
faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut
menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa
kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami
proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal
pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang
lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat
BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi,
penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan
Henry, 2016) .
Berdarsarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus dengan melakukan laporan pendahuluan
tentang Berat Badan Lahir Rendah .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengetahui “ Bagaimanakah proses laporan pendahuluan pada Berat
Badan Lair Rendah ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui asuha keperawatan yang tepat bagi pasien BBLR
berdasarkan data dan keluhan-keluhan yang didapat dari pasien.
2. Tujuan khusus
Agar pembaca mengetahui tentang :
1. pengertian pada pasien BBLR
2. Diagnosa keperawatan tentang pasien BBLR
3. intervensi keperawatan tentang pasien BBLR
4. Implementasi keperawatan tentang pasien BBLR
5. Evaluasi keperawatan tentang pasien BBLR
BAB II

KONSEP DASAR

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFENISI
BBLR adalah bayi yang mempuyai berat badan lahir kurang dari 2500
gram (Gulardi & Wiknjosastro, 2017)
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram. Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir(Mansjoer,2017)
Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah
melahirkan) (Sarwono, 2016).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir.

2. ETIOLOGI
Menurut Sarwono( 2016), Faktor-faktor yang menyebabkan BBLR adalah
a. Faktor ibu
1) Gizi saat hamil yang kurang dan antenatalcare yang kurang
2) Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
3) Jarak kehamilan dan bersalin yamg telalu dekat
4) Ibu pendek dengan tinggi badan kurang dari 150cm
5) Penyakit menahun ibu, hipertensi, DM, jantung, gangguan pembuluh
darah, perokok, gangguan narkotik.
6) Pekerjaan yang terlalu berat.
b. Faktor kehamilan.
1) Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan misalnya toxemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis
2) Hamil ganda
3) Hamil dengan hidromion
c. Faktor janin
1) Cacat bawaan
2) Infeksi dalam rahim
3) Gangguan metabolisme dalam rahim
4) Kelainan kromosom
5) Syphilis termasuk infeksi kronis
d. Faktor-faktor yang lain
1) Radiasi
2) Bahan-bahan keratogen atau karsinogen
3) Tempat tinggal didataran tinggi

3. KLASIFIKASI
a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
b. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir
ekstrem rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.
Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1500 gram.
a. Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara 1501 -
2500 gram
b. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang lahir
dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
c. Retardasi pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth
Retardation/IUGR): ditemukan pada bayi yang pertumbuhan
intrauterinenya mengalami retardasi (terkadang digunakan sebagai istilah
yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk masa gestasi).
d. Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas presentil
ke-90 pada kurva perumbuhan intrauterine.
4. TANDA DAN GEJALA
a. Sistem Pernafasan
1) Apnea
2) Ritme dan dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur
3) Timbul sianosis
4) Kecepatan pernafasan dapat 60-80.
b. Sistem Sirkulasi
1) Kerja jantung lemah lembut dan lambat
2) Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga
lemah
3) Tekanan darah lebih rendah (sistolik 45-60 mmHg, diastolic 30-45
mmHg)
4) Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit
5) Cenderung ditemukan aritmia
c. Pengendalian suhu.,
1) Cenderung memiliki suhu tubuh yang subnormal yang disebabkan
karena produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas,
pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya
lemak dalam jaringan akibatnya mempercepat perubahan suhu tubuh,
kurangnya pergerakan sehingga produksi panas juga berkurang,
permukaan tubuh lebih luas sehingga pengeluaran panas melalui tubuh
lebih besar.
2) Kegagalan untuk mempertahankan suhu adekuat disebabkan karena
tidak adanya jaringan adipose coklat (yang mempuyai aktivitas
metabolic yang tinggi). Pernafasn yang lemah dengan pembakaran
oksigen yang buruk. Aktivitas otot yang buruk dan pemasukan
makanan yang rendah.
d. Sistem Pencernaan
1) Reflek menghisap dan menelan lemah
2) Sering terjadi regurgitasi karena mekanisme penutupan spinter jantung
yang kurang berkembang dan spinter pylorus yang relatif kuat.
e. Sistem Urinarius
1) GFR(Glomerolus Filtrasi Rate) menurun
2) Urin sedikit
3) Sering terjadi gangguan keseimbangan keseimbangan air dan elektrolit
f. Sistem Persarafan
1) Tangisan lemah
2) Pusat pengendalian fungsi vital kurang berkembang
3) Lebih sulit untuk dibangunkan
g. Sistem Genetalia
1) Genital kecil
2) Pada laki-laki, testis terdapat dalam abdomen, kanalis ingualis atau
skrotum.
3) Pada wanita labia minor tidak ditutupi oleh labia mayor hingga aterm.
h. Gambaran umum
1) BB kurang dari 2500gr
2) TB kurang dari 45cm
3) Lingkar dada kurang dari 30cm
4) Lingkar kepala kurang dari 33cm
5) Kulit biasanya tipis,merah,dan berkerut.
6) Ditemukan sedikit lemak subkutan.
7) Kuku lembut dan lanugo mencolok tetapi terdapatsedikit atau tidak
ditemukan verniks caseosa.
8) Rambut pendek dan jarang.
9) Alis mata sering kalli tidak ada.

5. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi
risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
a. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
b. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan
dibandingkan BBLC.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi
antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk
mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai
kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau
buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan
lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang
diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh
dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.

6. KOMPLIKASI
a. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
b. Hipoglikemi simtomatik.
c. Asfiksis neonatorum
d. Penyakit membran hialin.
e. Hiperbilirubinemia.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
c. Titer Torch sesuai indikasi
d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
e. Pemantauan elektrolit
f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

8. PENATALAKSAAN
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
b. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang
minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka,
juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o 2
yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari Jmlh ml/kg BB
1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150

BAB II

WEB OF COUTION (WOC)

A. WOC (Web of caution)


BAB IV

PROSES KEPERAWATAN

A.
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Biodata
1) Identitas bayi
2) Identitas orang tua,
b. Pemeriksaan Biologis Ibu
1) Riwayat kehamilan, umur kehamilan dan lain-lain
2) Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan
3) Keadaan fisik ibu saat pengkajian
4) Riwayat penyakit ibu
c. Pemeriksaan Fisik Bayi
1) Keadaan bayi saat dilahirkan: warna kulit, rambut tebal, lemak
subkutan, gerakan, hasil Apgarscore, kemampuan bernafas,
temperatur dan lain-lain.
2) Keadan bayi saat pengkajian: fisik, kesadaran, tingkatan sakit,
kemampuan bernafas, temperatur dan lain-lain.
3) Pengkajian proses pertolongan dan penanganan selanjutnya.
4) Pemeriksaan Antropometri : Panjang badan kurang dari 45 cm,
berat badan kurang dari 2500 gram, lingkar dada kurang dari 30
cm, lingkar lengan atas kurang dari 9 cm, lingkar kepala fronto
occipitalis kurang dari 12 cm, lingkar kepala submetobregmatika
kurang dari 9,5 cm.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Penurunan Hb/Hct
2) Serum glukosa menurun
3) Elektrolit (Na, K, Cl)
4) BGA, asidosis
5) Trombositopenia
6) Serum kalsium menurun.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Hipertermi Berhubungan Dengan proses penyakit
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan. Ketidakmampuan mencerna
makanan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efefk prosedur invasif

NO SDKI SLKI SIKI RASIONAL


1 Pola nafas tidak efektif Pola nafas Manajemen
(D.0005) (L.01004) jalan nafas (I.
01011)
Penyebab Setelah dilakukan
1. Depresi pusat tindakan Observasi Mengetahui
pernapasan keperawatan 3x24 1. Monitor ada atau
2. Hambatan upaya nafas jam diharapkan pola nafas tidaknya
(mis. nyeri saat pola nafas ketidakefektian
bernapas, kelemahan membaik dengan jalan nafas
otot pernapasan) kriteria hasil:
3. Deformitas dinding - Penggunaan 2. Monitor Mengetahui
dada otot bantu bunyi nafas kelainan suara
4. Deformitas tulang dada nafas nafas
5. Gangguan menurun
neuromuscular - Frekuensi Teraupetik
6. Gangguan neurologis nafas 3. Posisikan Meningkatkan
(mis. membaik (16- semi-fowler ekspansi paru
Elektroensefalogram 24x/menit) atau fowler dan
[EEG] positif, cedera peningkatan
kepala, gangguan gerakan secret
kejang) agar mudah
7. Imanuritas neurologis dikeluarkan
4. Berikan
oksigen Membantu
Gejala dan Tanda Mayor dalam suplai
Subjektif Kolaborasi oksigen
1. Dispnea 5. Kolaborasi
pemberian
Objektif bronkodilat Bronkodilator
1. Penggunaan otot bantu or, digunakan
pernapasan ekspektoran untuk
2. Fase ekspirasi , mukolitik, melegakan
memanjanh jika perlu pernafasan.
3. Pola pernapasan Ekspetoran dan
abnormal (mis. mukolitir
Takipnea, bradipnea, digunakan
hiperventilasi, untuk
kussmaul, cheyne- mengencerkan
stokes) dahak.

Gejala dan Tanda Manor


Subjektif
1. Ortopnea

Objektif
1. Pernapasan pursep lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Ventilasi semenit
menurun
4. Kapasitas vital
menurun

2 Hipertermi (D.0130) Termoregulasi Manajemen


(L.14134) hipertermia
Penyebab (I.15506)
1. Dehidrasi Setelah dilakukan
2. Terpapar lingkungan tindakan Observasi
panas keperawatan 1. Monitor Merencanakan
3. Proses penyakit (mis. selama 3x24 jam suhu intervensi yang
Ineksi, kanker) diharapkan tubuh diperlukan
4. Ketidaksesuaian termoregulasi untuk
pakaian dengan suhu membaik dengan mengatasi
lingkungan kriteria hasil: masalah pasien
5. Peningkatan laju - Menggigil
metabolism menurun Teraupeutik
6. Respon trauma - Suhu tubuh 2. Lakukan Menurunkan
7. Aktivitas berlebihan membaik pendingin suhu dengan
(36,5- eksternal teknik
Gejala dan Tanda Mayor 37,5℃) (kompres) nonfarmakolog
Subjektif - Suhu kulit i
(tidak tersedia) membaik Edukasi
3. Anjurkan
Objektif tirah
1. Suhu tubuh diatas nilai baring Meminimalisir
normal jumlah
kegiatan pasien
Gejala dan Tanda Minor Kolaborasi
Subjektif 4. Kolaboras
(tidak tersedia) i Membantu
pemberian menurunkan
Objektif cairan dan suhu dengan
1. Kulit merah elektrolit farmakologi
2. Kejang intravena,
3. Takikardi jika perlu
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

3 Defisit nutrisi (D.0019) Status nutrisi Manajemen


(L.03030) nutrisi
Penyebab (I.03119)
1. Ketidakmampuan Setelah dilakukan
menelan makanan asuhan Observasi Memberikan
2. Ketidakmampuan keperawatan 3x24 1. Identifikasi nutrisi pada
mencerna makanan jam diharapkan perlunya pasien dengan
3. Ketidakmampuan status nutrisi pemasanga penurunan
mengabsorsi makanan membaik dengan n selang kesadaran
4. Peningkatan kebutuhan kriteria hasil: nasogastrik
metabolism - Berat badan Mengetahui
5. Faktor ekonomi (mis. membaik 2. Monitor asupan yang
Finansial tidak - Indeks Masa asupan masuk ke
mencukupi) Tubuh (IMT) makan dalam tubuh
membaik
Gejala dan Tanda Mayor - Frekuensi
Subjektif makan baik Memberikan
(tidak tersedia) - Membran Teraupetik kalori bagi
mukosa 3. Berikan tenaga dan
Objektif membaik makanan protein untuk
1. Berat badan menurun tinggi penyembuhan
minimal 10% di bawah kalori dan
rentang ideal protein
Mempermudah
Gejala dan Tanda Mayor Edukasi dalam
Subjektif 4. Anjurkan memberikan
1. Cepat kenyang setelah posisi makanan
makan duduk
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun Menentukan
jumlah kalori
Objektif Kolaborasi dan jenis
1. Bising usus hiperaktif 5. Kolaborasi nutrient yang
2. Otot pengunyah lemah dengan ahli dibutuhkan
3. Otot menelan lemah gizi

4 Resiko infeksi (D.0142) Tingkat ineksi Pencegahan


(L.14137) infeksi
Faktor Risiko (I.14539) Peningkatan
1. Penyakit kronis (mis. Setelah dilakukan leukosit dan
Diabetes) tindakan Observasi peningkatan
2. Efek prosedur invasive keperawatan 3x24 1. Monitor suhu tubuh
3. Malnutrisi jam diharapkan tanda dan tanda infeksi
4. Peningkatan paparan tingkat infeksi gejala
organisme pathogen menurun dengan infeksi
lingkungan kriteria hasil: Mencegah
5. Ketidakadekuatan - Demam penularan
pertahanan tubuh menurun Teraupetik infeksi,
primer (36,5-37,5℃) 2. Batasi mengurangi
a. Gangguan - Kadar sel jumlah kontaminasi
peristaltic darah putih pengunjun silang
b. Kerusakan membaik (L: g
integritas kulit 3.800- Cuci tangan
c. Perubahan sekresi 10.600/P: dapat
PH 3.600-11.00) membunuh
6. Ketidakadekuatan 3. Cuci mikroorganism
pertahanan tubuh tangan e
sekunder sebelum
a. Penurunan dan Meningkatkan
hemoglobin sesudah pengetahuan
b. Leukopenia kontak tentang cara
c. Vaksinasi tidak dengan mencuci
adekuat pasien tangan dengan
benar
Edukasi
4. Ajarkan Antubiotik
cara dapat
mencuci membunuh
tangan bakteri
dengan
benar

Kolaborasi
5. Kolaboras
i
pemberian
antibiotik

DAFTAR PUSTAKA
Gulardi & Wiknjosastro.(2017) Pola Kejadian dan Determinan Bayi Dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia. Bul Penelit Sist Kesehat.
2015;18(1):1–10.

Juaria dan Henry.(2016). Buku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Jakarta: Trans Info Media; 2016.

Kemenkes.RI..Keputusan.Menteri.Kesehatan.RI.nomorHK.02.02/MENKES/52/2
015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. In:
Kesehatan, editor. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015

Mansjoer.(2017) Depressive Symptoms pada Ibu Hamil dan Bayi Berat Lahir
Rendah. Ber Kedokt Masy. 2010;26(2):81–9.

Sarwono. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat


Lahir Rendah Di Irna Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rsup Dr .
Mohammad Hoesin Palembang. 2013;1(2):201–10.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai