Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
I.1     LATAR BELAKANG
Premature rupture of the membrane (PRM)/Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah
penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi ibu.
Insidensi ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm
insidensinya bervariasi 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua
kehamilan. Hampir semua premature rupture of the membrane (PRM) pada kehamilan preterm
akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban
pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban
pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.
Neonatologis dan ahli obstetri harus bekerja sebagai tim untuk memastikan perawatan yang optimal
untuk ibu dan janin.

Etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai
penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang
berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorrhea.

Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada
komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Dilema sering terjadi pada
pengelolaan premature rupture of the membrane (PRM) dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai terjadinya proses
persalinan sehingga masa tunggu akan memanjang, yang berikutnya akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada premature rupture
of the membrane (PRM) kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru
dan berat badan janin yang cukup.
I.2        RUMUSAN MASALAH
–        Bagaimana definisi, etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan premature rupture
of the membrane (PRM)?
–        Bagaimana definisi, etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan premature rupture
of the membrane (PRM)?
I.3        TUJUAN
–        Mengetahui definisi, etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan premature rupture
of the membrane (PRM).
–        Mengetahui definisi, etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan premature rupture
of the membrane (PRM).
I.4        MANFAAT
–    Menambah wawasan mengenai penyakit di bidang kebidanan khususnya premature rupture of
the membrane (PRM).

–    Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik
bagian ilmu kebidanan dan kandungan.

BAB II
STATUS PASIEN
 
II.1      IDENTITAS PASIEN

No Reg : 259426
Nama penderita           : Ny. GW                    Nama suami                : Tn. J

Umur penderita           : 32 tahun                    Umur suami                 : 32 tahun

Alamat                         : Ds. Sumbersari RT/RW 06/09 Wonosari

Pekerjaan penderita     : Ibu Rumah Tangga   Pekerjaan suami          : Tukang ojek

Pendidikan penderita : SMEA tamat             Pendidikan suami        : SMP tamat

II.2      ANAMNESA
1. Masuk rumah sakit tanggal : 11 juli 2011 pukul 09.00 WIB
2. Datang sendiri/dikirim oleh dukun/bidan/dokter/dokter ahli : Bidan.
3. Keluhan utama : Keluar cairan ketuban jernih
4. Riwayat penyakit sekarang :

Keluar cairan ketuban jernih, merembes dan bertambah banyak, sebelumnya pasien mengeluh
kenceng – kenceng jarang kemudian keluar cairan ketuban lewat jalan lahir sejak tadi pagi pukul
05.00 WIB. Saat itu pasien langsung ke bidan, dan bidan mengatakan belum ada pembukaan dan
pada pukul 09.00 WIB pasien langsung dirujuk ke RSUD.

1. Riwayat kehamilan yang sekarang : hamil anak ke 2, ANC 9 kali ke bidan, pijat oyok 5 kali.
2. Riwayat menstruasi : menarche 15 tahun, , HPHT : 12 Oktober 2010, UK : 39-39 minggu
3. Riwayat perkawinan : 1 kali, lama 12 tahun, umur pertama kawin 20 tahun.
4. Riwayat persalinan sebelumnya : anak I lahir ditolong bidan, cukup bulan, laki-laki, BB 2500
gram, pada tahun 1999, hidup.
5. Riwayat penggunaan kontrasepsi : pil KB, selama 5 tahun.
6. Riwayat penyakit keluarga : –
7. Riwayat kebiasaan dan sosial : alcohol (-), Jamu (-), Kopi (-)
8. Riwayat pengobatan yang telah dilakukan : pil vitamin dari bidan.
II.3      PEMERIKSAAN FISIK
1. Status present
 Keadaan umum : cukup, Kesadaran compos mentis
 Tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 90x/menit, suhu: 36,8⁰C, RR: 20x/menit.
1. Pemeriksaan umum
 Kulit : gatal (-) luka (-), warna : sawo matang.
 Kepala :

Mata             : conjungtiva anemi -/-, sclera ikterik -/-, odem palpebra -/-

Wajah           : simetris

Mulut           : kebersihan gigi geligi cukup, stomatitis (-),


hiperemi pharyng (-), pembesaran tonsil(-)

 Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-), pembesaran kelenjar tyroid (-)
 Thorax

Paru :

Inspeksi : Pergerakan pernafasan simetris, tipe pernapasan normal.

Retraksi costa -/-

Palpasi : teraba massa abnormal -/-, pembesaran kelenjar axilla -/-

Perkusi : sonor +/+, hipersonor -/-, pekak -/-

Auskultasi : vesikuler +/+, suara nafas menurun -/-, wheezing -/-, ronchi -/-

Jantung :

Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

Palpasi  : thrill –

Perkusi  : batas jantung normal

Auskultasi : denyut jantung regular, S1/S2

 Abdomen

Inspeksi :  flat (-), distensi (-), gambaran pembuluh darah collateral (-).

Palpasi  : pembesaran organ (-), nyeri tekan (-), teraba massa abnormal (-)    Tinggi fundus uteri 3
jari dibawah prosesus xipoideus

Perkusi  : tympani (+)

Auskultasi : suara bising usus normal, metalic sound (-)

 Ekstremitas: odema -/-


1. Status obstetri :

Pemeriksaan luar  :

Leopold I           : diatas bulat, besar, lunak, kurang lenting, TFU : 3 jari dibawah  prosesus
xiphoideus  (35 cm), kesan bagian teratas janin : bokong.
Leopold II          : tahanan memanjang di sebelah kanan, bagian kiri teraba bagian kecil janin,
punggung janin : punggung kanan, tunggal

Leopold III        : di bagian bawah teraba bulat, besar, keras, melenting, bagian terendah   janin :
kepala belum masuk PAP

Leopold IV     : kepala Hodge I

Bunyi jantung janin: 138x/menit, regular, tunggal

HIS          : 10 menit/2 kali/ 25 detik

Pemeriksaan Dalam

Dilakukan oleh                 : bidan

Pengeluaran pervaginam  :

Vulva / vagina             : blood (-), slym (+), cairan ketuban (+)

Pembukaan waktu his : 1 cm

Penipisan portio           : 10%

Kulit Ketuban                         : (-)

Bagian terdahulu         : (-)

Bagian tersamping terdahulu  : (-)

Bagian terendah          : (-)

Hodge                         : I

Molase                         : –

II.4      Ringkasan      :

Anamnesa        :

Keluar cairan ketuban jernih, merembes dan bertambah banyak, sebelumnya pasien mengeluh
kenceng – kenceng jarang kemudian keluar cairan ketuban lewat jalan lahir sejak tadi pagi pukul
05.00 WIB. Saat itu pasien langsung ke bidan, dan bidan mengatakan belum ada pembukaan dan
pada pukul 09.00 WIB pasien langsung dirujuk ke RSUD. Pasien hamil anak ke 2, UK 38-39
minggu, ANC 9 kali ke bidan, oyok 5 kali. anak I lahir ditolong bidan, cukup bulan, laki-laki, BB
2500 gram, pada tahun 1999, hidup. Pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi pil selama 5
tahun. Selama hamil pasien mengkonsumsi pil vitamin dari bidan.

Pemeriksaan fisik        :


Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis, tekanan
darah : 120/80 mmHg, nadi: 90x/menit, suhu: 36,8⁰C, RR: 20x/menit.

Pemeriksaan obstetrik luar:

Leopold I           : diatas bulat, besar, lunak, kurang lenting, TFU : 3 jari dibawah  prosesus
xiphoideus  (35 cm), kesan bagian teratas janin : bokong.

Leopold II          : tahanan memanjang di sebelah kanan, bagian kiri teraba bagian kecil janin,
punggung janin : punggung kanan, tunggal

Leopold III        : di bagian bawah teraba bulat, besar, keras, melenting, bagian terendah   janin :
kepala belum masuk PAP

Leopold IV     : kepala Hodge I

Bunyi jantung janin: 138x/menit, regular, tunggal

HIS      : 10 menit/2 kali/ 25 detik

Pemeriksaan Dalam

Pengeluaran pervaginam         :

V/V: blood (-), slym (+), cairan ketuban (+), Æ 1 cm, Penipisan portio: 10%, kulit ketuban (-), Bagian
terdahulu belum teraba, Bagian tersamping terdahulu: belum teraba, Bagian terendah: belum
teraba, Hodge : I.

Diagnosa: GIIP1001Ab000, UK 38-39 minggu dengan PRM belum inpartu.

Rencana tindakan        :

–          Observasi inpartu à partus spontan

–          AB 3×1 (oxtercid)

–          Infus RL (20 tpm).

Lembar Follow Up

Nama pasien                : Ny. GW

Ruang kelas                 : IRNA Brawijaya

Diagnosa                     : P2002Ab000post partum dengan PRM


13Juli 2011

S = nyeri bekas jahitan (+), perdarahan pervaginam (+), panas (-)


O = Cukup

T = 120/80 mmHg                   N = 86x/menit

S = 36,8⁰C                              RR = 18x/menit

Palpasi      : setinggi umbilicus

A = P2002Ab000post partum dengan PRM

P =       1. Infus RL (20 tpm)

2. Antibiotik 3×1 (oxtercid).

3. BLPL

 
LAPORAN KELUAR RUMAH SAKIT

KRS tanggal                           : 13 juli 2011

Keadaan ibu waktu pulang     : Keadaan umum : cukup

T: 120/80 mmHgs       N = 86x/menit

S = 36,8⁰C                RR = 18x/menit

PPV (+)

Payudara                                 : ASI (=)

Fundus uteri                            : TFU setinggi pusat

Kontraksi uterus                      : –

Perineum                                 : –

Lochea                                                : (+)

Lain-lain                                  : (-)

Diagnosa saat pulang              : P2002Ab000 post pastum dengan PRM

Pengobatan                             : Motivasi Bedrest, kontrol 1 minggu.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. DEFINISI
Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes (PRM) adalah pecahnya selaput
ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Jika ketuban pecah sebelum umur kehamilan 37
minggu disebut ketuban pecah dini kehamilan preterm atau preterm premature rupture of the
membranes (PRM).-
III.2. ETIOLOGI
Walaupun banyak publikasi tentang premature rupture of the membranes (PRM), namun
penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan premature rupture of the membranes
(PRM), namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi
faktor predisposisi adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya premature rupture of the
membranes (PRM). Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah
dini.
2. 2.      Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase).
3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya tumor,
hidramnion, gemelli.
4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab
terjadinya premature rupture of the membranes (PRM). Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis
menyebabkan terjadinya premature rupture of the membranes (PRM) karena biasanya
disertai infeksi.
5. Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
6. 6.      Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan
antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan
Neischeria gonorhoe.
7. 7.      Faktor lain yaitu:
 Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
 Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum
 Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C
 

Membrana khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh
persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan
adanya aktivitas enzim kolagenolitik. Infeksi merupakan faktor yang cukup berperan pada
persalinan preterm dengan ketuban pecah dini. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering
menyebabkan amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis, Lactobacilli dan Staphylococcus
epidermidis adalah bakteri-bakteri yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan
preterm. Bakteri-bakteri tersebut dapat melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan
kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya
selaput ketuban.

III.3. DIAGNOSIS
Diagnosis premature rupture of the membranes (PRM) didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan laboratorium. Dari anamnesis 90% sudah dapat mendiagnosa premature rupture of the
membranes (PRM) secara benar. Pengeluaran urin dan cairan vagina yang banyak dapat
disalahartikan sebagai premature rupture of the membranes (PRM). Pemeriksaan fisik kondisi ibu
dan janinnya. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi antara lain bila suhu ibu ≥38°C.
Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Pemeriksaan inspekulo secara steril merupakan langkah pemeriksaan pertama terhadap
kecurigaan premature rupture of the membranes (PRM). Pemeriksaan dengan spekulum
pada premature rupture of the membranes (PRM) akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri
eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk,
megejan atau megadakan manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak
keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior. Cairan yang keluar dari vagina
perlu diperiksa warna, bau dan PH nya. Air ketuban yang keruh dan berbau menunjukkan adanya
proses infeksi.

Tentukan pula tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan. Periksa dalam dilakukan bila akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik dan
dibatasi sedikit mungkin. Pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak
perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut
bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan penunjang diagnosis antara lain:

1. Pemeriksaan laboratorium
 Tes lakmus (tes Nitrazin): jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis) karena pH air ketuban 7 – 7,5 sedangkan sekret vagina ibu hamil
pH nya 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap berwarna kuning. Darah dan
infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
 Mikroskopik (tes pakis): dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
1. Pemeriksaan ultrasonografi USG
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri dan
konfirmasi usia kehamilan. Pada kasus premature rupture of the membranes (PRM) terlihat jumlah
cairan ketuban yang sedikit. Walaupun pendekatan diagnosis premature rupture of the membranes
(PRM) cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya premature rupture of the
membranes (PRM) sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sedehana.
 
III.4. KOMPLIKASI
Ada tiga komplikasi utama yang terjadi yaitu peningkatan morbiditas dan mortalitas neonatal oleh
karena prematuritas, komplikasi selama persalinan dan kelahiran yaitu risiko resusitasi, dan yang
ketiga adanya risiko infeksi baik pada ibu maupun janin. Risiko infeksi karena ketuban yang utuh
merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya
selaput ketuban seperti pada premature rupture of the membranes (PRM), flora vagina normal yang
ada bisa menjadi pathogen yang bisa membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya.
Morbiditas dan mortalitas neonatal meningkat dengan makin rendahnya umur kehamilan.

Komplikasi pada ibu adalah terjadinya risiko infeksi dikenal dengan korioamnionitis. Dari studi
pemeriksaan histologis cairan ketuban 50% wanita yang lahir prematur, didapatkan korioamnionitis
(infeksi saluran ketuban), akan tetapi sang ibu tidak mempunyai keluhan klinis. Infeksi janin dapat
terjadi septikemia, pneumonia, infeksi traktus urinarius dan infeksi lokal misalnya konjungtivitis.
 
III.5. PENATALAKSANAAN
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada
komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
1. A.    Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Preterm
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan preterm berupa penanganan konservatif,
antara lain:
 Rawat di Rumah Sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa
mencapai 37 minggu.
 Berikan antibiotika (ampisilin 4×500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
 Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai
air ketuban tidak keluar lagi.
 Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin,
dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri
atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap
6 jam sebanyak 4 kali.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-): beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
 Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
 
1. B.     Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Aterm

Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara lain:

 Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula
diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
 Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di akhiri:

Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksio sesaria.

Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam

 
BAB IV
PENUTUP
 
IV.1    KESIMPULAN
Dari anamnesa didapatkan Ny.G, 32 tahun mengeluhkan keluar cairan ketuban jernih (+), kenceng-
kenceng (+).
Pemeriksaan fisik tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi: 90x/menit, suhu: 36,8 ⁰C, RR: 20x/menit.
TFU 3 jari dibawah  prosesus xiphoideus  (35 cm), belum masuk PAP, DJJ 138x/menit, regular,
tunggal, Pemeriksaan dalam V/V: blood (-), slym (+), cairan ketuban (+), Æ 1 cm, Penipisan portio:
10%, kulit ketuban (-), Hodge:I.
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan Diagnosa G IIP1001Ab000, UK 38-39 minggu dengan
PRM belum inpartu.
IV.2     SARAN
Untuk menghindari terjadinya PRM sebaiknya dihindari adanya factor predisposisi terjadinya PRM.
Jika sudah terjadi PRM diberikan antibiotic profilaksis untuk mencegah infeksi dan ibu bed rest. 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
1. Cunningham FG et al. Preterm Labor in Williams Obstetric, 22st ed. Mc.Graw Hill Publishing
Division, New York, 2005.
2. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan, edisi ke-3.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.
3. Prawirohardjo, Sarwono, “Asuhan Maternal dan Neonatal ”, YBP-SP, Jakarta : 2002
4. Mochtar, Rustam, “Sinopsis Obstetri”, EGC. Jakarta : 1998.
5.  Prawirohardjo, Sarwono, “Ilmu Bedah Kebidanan”, YBP-SP, Jakarta : 1999.
6. Sualman, K. 2009. Penatalaksanaan ketuban  pecah dini kehamilan preterm. Available
at http://belibis-a17.com/2009/08/28/penatalaksanaan-kpd-preterm/. Diunduh tanggal 18
juli 2011.
7. Anonim. 2010. Catatan kuliah lentera impian. Available
at http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/ketuban-pecah-sebelum-waktunya-
kpsw-atau-ketuban-pecah-dini-kpd-atau-ketuban-pecah-prematur-kpp/ . Diunduh tanggal 18
juli 2011.

Anda mungkin juga menyukai