Disusun Oleh:
ANITA VEBIANI
NIM. 211133001
VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"
MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa,
Anita Vebiani
NIM. 211133001
Mengetahui,
PENDAHULUAN
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang usia 0 - 28 hari, yang
lahir pada usia kehamilan 37 - 42 minggu. Tanda bayi lahir sehat dengan
berat lahir 2500 – 4000 gram, menangis kencang, reflek rooting, sucking,
morro, grasping baik, kulit merah muda dan tanpa kelainan kongenital.
Masalah gangguan kesehatan yang sering terjadi pada bayi lahir seperti
asfiksia neonatorum, sindrom gangguan pernafasan idiopatik, kejang,
trauma pasca kelahiran, dan ikterus neonatorum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengetahui “ Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada Ikterus
Neonatus?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien Ikterus
neonatus berdasarkan data dan keluhan-keluhan yang didapat dari
pasien.
2. Tujuan khusus
Agar pembaca mengetahui tentang :
a. Konsep dasar pada pasien Ikterus Neonatus
b. Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, rasional tindakan, implementasi dan evaluasi tentang
pasien Ikterus Neonatus
BAB II
KONSEP DASAR
6. KOMPLIKASI
a. Athetoid cerebral palsy, yaitu gangguan bergerak akibat kerusakan otak
b. Gangguan pergerakan mata, misalnya mata tidak bisa melirik ke atas
c. Noda pada gigi bayi
d. Gangguan pendengaran hingga tuli
e. Keterbelakangan mental
f. Sulit bicara
g. Kelemahan otot
h. Gangguan dalam mengendalikan gerakan
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Kadar bilirubin serum (total). Kadar bilirubin serum direk dianjurkan
untuk diperiksa, bila dijumpai bayi kuning dengan usia kurang lebih dari
10 hari dan tau dicurigai adanya suatu kolestatis.
b. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi untuk melihat
morfologi eritrosit dan hitumg retikulosit
c. Penentuan golongan darah dan factor Rh dari ibu dan bayi. Bayi yang
berasal dari ibu dengan Rh negative harus dilakukan pemeriksaan
golongan darah, faktor Rh uji coombs pada saat bayi dilahirkan, kadar
hemoglobin dan bilirubin tali pusat juga diperiksa (Normal bila Hb
>14mg/dl dan bilirubin Tali Pusat , < 4 mg/dl ).
d. Pemeriksaan enzim G-6-PD (glukuronil transferase ).
e. Pada Ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati (dapat dilanjutkan dengan
USG hati, sintigrafi system hepatobiliary, uji fungsi tiroid, uji urine
terhadap galaktosemia.
f. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, dan
pemeriksaan C reaktif protein (CRP).
8. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan medis pada ikterik neonatus menurut (Lia dewi,2016):
a. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
1) Menyusui bayi denga ASI, bilirubin dapat pecah jika bayi banyak
mengeluarkan feses dan urine, untuk itu bayi harus mendapatkan cukup
ASI. Seperti yang diketahui ASi memiliki zat zat terbaik yang dapat
memperlancar BAB dan BAK.
2) Pemberian fenobarbital, fenobarbital berfungsi untuk mengadakan
induksi enzim mikrosoma, sehingga konjungsi bilirubin berlangsung
dengan cepat.
b. Fototerapi Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin dari suatu senyawa
tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah
larut dalam air, dan dikeluarkan melalui urine, tinja, sehingga kadar
bilirubin menurun.
1) Cara kerja fototerapi Foto terapi dapat menimbulkan dekomposisi
bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air
menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air dan cairan empedu
duodenum dan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu
kedalam usus sehingga peristaltic usus menngkat dan bilirubin akan
keluar dalam feses.
2) Komplikasi fototerapi Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
fototerapi adalah:
a) Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan
peningkatan Insensible Water Loss (penguapan cairan). Pada BBLR
kehilangan cairan dapat meningkat 2-3 kali lebih besar.
b) Frekuensi defekasi meningkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin
indirek dalam cairan empedu dan meningkatkan peristaltic usus.
c) Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar
(berupa kulit kemerahan) tetapi akan hilang jika fototerapi selesai.
d) Gangguan pada retina jika mata tidak ditutup.
e) Kenaikan suhu akibat sinar lampu, jika hal ini terjadi sebagian lampu
dimatikan, tetapi diteruskan dan jika suhu terus naik, lampu semua
dimatikan sementara, dan berikan ekstra minum kepada bayi.
BAB II
Masalah keperawatan :
ikterik neonatus
Masalah keperawatan :
Masalah Hipertermi
keperawatan : Masalah keperawatan :
Resiko cedera resiko
ketidakseimbangan
cairan
PROSES KEPERAWATAN
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ikterik Neonatus ( D.0024)
Penyebab
a. Penurunan berat badan abnormal ( >7-8% pada bayi baru lahir
yang menyusui ASI, >15% pada bayi cukup bulan)
b. Pola makan tidak ditetapkan dengan baik
c. Kesulitan transisi ditetapkan dengan baik
d. Usia kurang dari 7 hari
e. Keterlambatan pengeluaran feses
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : -
Objektif : - Profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total
>2mg/dL, bilirubin serum total pada rentang risiko
tinggi menurut usia pada normogram spesifik waktu)
- Membran mukosa kuning
- Kulit kuning
- Sklera kuning
2. Hipertermi (D.0130)
Penyebab
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
h. Penggunaan incubator
d. Ketidaknyamanan Transportasi
Internal
a. Ketidaknormalan profil darah
b. Perubahan orientasi afektif
c. Perubahan sensasi
d. Disfungsi autoimun
e. Disfungsi biokimia
f. Hipoksia jaringan
h. Malnutrisi
C. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA
1 Ikterik Neonatus Adaptasi neonatus Fototerapi Neonatus 1. mengetahui
( D.0024) (L.10095) (1.03091) ikterik pada
Setelah dilakukan Observasi sklera dan kulit
Etiologi : tindakan 1. Monitor ikterik pada bayi
1. Penurunan berat keperawatan 3x24 sklera dan kulit bayi
2. mengetahui
badan abnormal ( jam diharapkan 2. Monitor suhu dan tanda
suhu tubuh
>7-8% pada bayi fungsional neonatus vital setiap 4 jam sekali
normal atau
baru lahir yang membaik dengan 3. Monitor efek samping
kriteria hasil: dari fototerapi abnormal pada
menyusui ASI, bayi
>15% pada bayi 1. membrane
cukup bulan) mukosa menurun(5) Teraupetik 3. mengetahui
2. Pola makan tidak 2. kulit kuning 4. Siapkan lampu tanda- tanda dan
ditetapkan menurun (5) fototerapi dan incubator gejala efek
dengan baik 3. sklera menurun 5. Lepaskan pakaian bayi samping pada
3. Kesulitan transisi (5) kecuali popok fototerapi
ditetapkan 6. Berikan penutup mata
dengan baik 7. Ukur jarak antara lampu 4. agar dapat
4. Usia kurang dari dan permukaan kulit cahaya dari
7 hari bayi (30 cm atau lampu fototerapi
5. Keterlambatan tergantung spesifikasi 5. agar semua
pengeluaran lampu terapi) kulit pada tubuh
feses 8. Biarkan tubuh bayi bisa terkena
terpapar sinar fototerapi cahaya
secara berkelanjutan fototerapi
9. Ganti segera alas dan
popok bayi jika 6. agar cahaya
BAB/BAK tidak terkena
10. Gunakan linen berwarna mata bayi
putih agar memantulkan
7. memudahkan
cahaya sebanyak
dalam
mungkin
melakukan
tindakan
Edukasi
fototerapi
11. ajarkan ibu menyusui
sekitar 20-30 menit 8. mempercepat
12. ajarkan ibu menyusui hilang nya
sesering mungkin ikterik
Kolaborasi 9. memberikan
13. Kolaborasi pemeriksaan kenyamanan
darah vena bilirubin direk pada bayi
dan indirek 10.memudahkan
dalam pantulan
cahaya
11.
memudahkan
bayi dalam
fototerapi dalam
cukup lama
12. memberikan
asupan cairan
pada bayi
13. mengetahui
bilirubin total
2 Hipertermi (D.0130) Termoregulasi Manajemen hipertermia 1. mengetahui
(L.14134) (I.15506) terjadinya
Etiologi: hipertermi
Setelah dilakukan Observasi
1. Dehidrasi tindakan 2. mengetahui
keperawatan 1. Identifkasi penyebab suhu normal dan
2. Terpapar hipertermi (mis. dehidrasi
lingkungan panas selama 3x24 jam terpapar lingkungan panas
abnormal pada
diharapkan bayi
3. Proses penyakit termoregulasi penggunaan incubator)
(mis. infeksi, membaik dengan 3. agar bisa
2. Monitor suhu tubuh menurunkan
kanker) kriteria hasil:
Terapeutik panas tubuh
4. Ketidaksesuaian 1. suhu tubuh
pakaian dengan membaik (5) 3. Sediakan lingkungan 4. membantu
tubuh yang dingin menurunkan
2. suhu kulit panas
5. Peningkatan laju membaik (5) 4.Longgarkan atau lepaskan
metabolisme pakaian 5.membantu
3. kulit merah menurunkan
6. Respon trauma menurun (5) 5. Lakukan pendinginan panas
eksternal (mis. selimut
7. Penggunaan hipotermia atau kompres 6. memberikan
incubator dingin pada dahi, leher, posisi yang
dada, abdomen,aksila) nyaman pada
bayi
Edukasi
7. memberi
6. Anjurkan tirah baring asupan cairan
pada bayi.
Kolaborasi
7. Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika
perlu
Brits et al( 2017) Ilmu Kesehatan Anak Tanda & Gejala. Jakarta: Binarupa
Aksrara.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.