Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelahiran prematur adalah kelahiran yang berlangsung pada umur

kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

terakhir.1 Kelahiran prematur merupakan masalah penting dibidang

reproduksi manusia baik di negara maju maupun negara berkembang seperti

Indonesia. Sebesar 70% penyebab tingginya kematian perinatal disebabkan

oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri merupakan

tolak ukur kemampuan suatu negara dalam upaya menyelenggarakan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh.2 Kelahiran prematur

meningkat dari 7,5% (2 juta kelahiran) menjadi 8,6% (2,2 juta kelahiran) di

dunia. Angka kejadian kelahiran prematur di negara berkembang jauh lebih

tinggi, seperti India (30%), Afrika Selatan (15%), Sudan (31%) dan Malaysia

(10%). Angka kelahiran prematur berkisar 10-20% di Indonesia pada tahun

2009 dan angka ini menyebabkan Indonesia termasuk dalam peringkat kelima

dengan kelahiran prematur terbesar. 4 Berdasarkan data Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) terjadi penurunan AKB (Angka Kematian Bayi)

sejak tahun 1991 yaitu sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 34 per

1.000 kelahiran hidup menurut SDKI 2007. 3 Namun, angka tersebut masih

jauh dari target 2 Millennium Development Goals (MDGs) ke 4 yang berisi

target untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2015

sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Disamping itu, adanya program

1
Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) yang bertujuan untuk

menurunkan angka kematian ibu dan bayi sebesar 25% pada tahun 2011

hingga 2016, menjadikan perlunya mempelajari faktor-faktor apa saja yang

dapat mempengaruhi luaran maternal dan perinatal, khususnya pada pada

persalinan prematur sehingga dapat menekan angka mortalitas dan morbiditas

ibu dan bayi.5 Kelahiran prematur dapat disebabkan karena adanya masalah

kesehatan pada ibu hamil maupun pada janin itu sendiri yang merupakan

faktor risiko dari terjadinya kelahiran prematur. Ibu dan anak yang dilahirkan

dapat mengalami berbagai masalah kesehatan dikarenakan ibu belum siap

secara mental dan fisik untuk melakukan persalinan, sedangkan pada bayi

belum terjadi kematangan organ janin ketika dilahirkan yang mengakibatkan

banyaknya organ tubuh yang belum dapat bekerja secara sempurna. Hal ini

mengakibatkan bayi prematur sulit menyesuikan diri dengan kehidupan luar

rahim, sehingga mengalami banyak gangguan kesehatan.6 Berdasarkan

adanya sumber dan target tersebut, maka pada penelitian ini dimaksudkan

untuk melihat faktor prematuritas apa saja yang mempengaruhi luaran

maternal dan perinatal berdasarkan usia kehamilan.

2
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI

Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari

2500 gram. Bayi prematur adalah neonatus dengan Berat Badan Lahir pada

saat kelahiran kurang dari 2500 gram (Tanto, 2014). Dalam hal ini dibedakan

menjadi:

1. Prematuritas murni yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan

berat badan sesuai.

2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai

dengan usia kehamilan.

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi pada bayi premature:

a. Bayi prematur digaris batas

1) 37 mg, masa gestasi

2) 2500 gr, 3250 gr

3) 16 % seluruh kelahiran hidup

4) Biasanya normal

5) Masalah: Ketidak stabilan, kesulitan menyusui, ikterik, RDS mungkin

muncul

6) Penampilan: Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo

banyak, genitalia kurang berkembang.

3
b. Bayi Prematur Sedang

1) 31 mg – 36 gestasi

2) 1500 gr – 2500 gram

3) 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup

4) Masalah: Ketidak stabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia,

infeksi, kesulitan menyusu.

5) Penampilan: Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih

parah, kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak.

c. Bayi Sangat Prematur

1) 24 mg – 30 mg gestasi

2) 500 gr – 1400 gr

3) 0,8 % seluruh kelahiran hidup

4) Masalah : semua

5) Penampilan: Kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, kedua mata

mungkin berdempetan (Tanto, 2014).

C. ETIOLOGI

Prematuritas adalah penyebab utama dari kematian perinatal di negara

idiopatik, meskipun pada beberapa kasus disebabkan oleh infeksi, kelainan

uterus, inkompetensia serviks dan kelainan placenta. Etiologi prematur adalah :

1. Demografi

a. Insidens bertambah

1) Batas usia teratas dan terbawah Mungkin berkaitan dengan

campuran faktor lainnya.

4
2) Status sosial ekonomi yang rendah

3) Prenatal care yang tidak adekuat

4) Ras. Beberapa penelitian melaporkan kenaikan dua kali lipat kulit

hitam.

2. Gaya hidup dan pekerjaan

a. Terbukti menaikkan insidens

1) Merokok

2) Penggunaan obat-obatan (drug ust)

b. Mungkin insidens naik

1) Berdiri terlalu lama

2) Kelelahan kerja dan kerja terlalu lama

3) Kerja berat mengangkat berat pada pasien yang mempunyai

predisposisi melahirkan prematur.

3. Riwayat Reproduksi

Faktor utama dalam menetapkan resiko pada kehamilan yang sedang

berlangsung.

4. Anomali uterus

Lelomiomata pada uterus bisa juga meningkatkan insidens partus

prematurus.

5. Kenaikan berat badan

Berat badan yang rendah atau kenaikan berat badan yang sedikit bisa

meningkatkan resiko.

5
6. Anemia

a. Alat prediksi yang paling lemah.

b. Kemungkinan berkaitan dengan faktor resiko lainnya.

7. Ukuran uterus dan kelainan placenta

Uterus yang menggelembung (distended) bisa memperbesar perbentukan

junction.

a. Kehamilan ganda

b. Polihramnnion

Faktor yang dapat mendorong timbulnya prematuritas adalah :

1. Faktor ibu adalah meliputi :

a. Usia dibawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.

b. Penyakit yang diderita ibu, misalnya pendarahan antepartum, trauma

psikis, toksimia gravidarum.

c. Hipotensi tiba-tiba

d. Pre eklami dan eklamsi

e. Multigravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat.

f. Keadaan sosial ekonomi rendah

g. Ibu perokok, peminum alkohol.

2. Faktor janin adalah :

a. Kehamilan ganda

b. Kelainan kromosom

c. Infeksi dalam kandungan

d. KPD

6
3. Faktor lingkungan

a. Tempat tinggal

b. Radiasi

c. Zat-zat racun (Adnyanti, 2011).

D. PATOFISIOLOGI

Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara jelas. Data

statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang

memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan

pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan.

Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan

komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur.

Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan

mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor

tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan

memaksa bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum

masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi

lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk

memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar (Tanto, 2014).

7
Faktor Ibu Faktor Plasenta Faktor Janin

Persalinan Preterm/Prematur

Permukaan tubuh Imaturitas Integumen Imaturitas Organ-Organ


relative lebih luas

Lemak Subkutan Kulit tipis, halus, Sistem kekebalan Gangguan


Penguapan Pemaparan
Kurang mudah lecet tubuh blm sempurna aliran darah
Berlebih dg suhu luar
Penurunan daya Perfusi O2 ke
Kehilangan Imaturitas Panas tubuh Risiko gangguan tahan tubuh
Cairan Termoregulasi Berkurang integritas kulit jaringan

Risiko infeksi
Dehidrasi Kehilangan Respon Menggigil Gangguan
Panas Pertukaran gas

Resiko Melalui kulit Pembakaran lemak


ketidaksei metabolisme Pola nafas tidak
mbangan efektif
Hipotermia
cairan Kekurangan
cadangan energi

Reflek menghisap Malnutrisi


belum sempurna

Ketidakstabilan kadar glukosa


Defisit nutrisi darah

8
E. MANIFESTASI KLINIS

1. Berat badan kurang dari 2500 gram

2. Panjang badan kurang dari 45 cm

3. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

4. Lingkar dada kurang dari 30 cm

5. Kepala lebih besar dari badan

6. Kulit tipis transparan

7. Lanugo (bulu-bulu) banyak terutama di dahi, pelipis dan telinga dan

tangan.

8. Lemak subkutan kurang.

9. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora

(pada wanita). Pada laki-laki tester belum turun.

10. Rambut tipis, halus.

11. Tulang rawan di daun telinga masih kurang sempurna.

12. Putting susu belum terbentuk dengan baik.

13. Pergerakan kurang dan lemah.

14. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan seringmengalami

serangan apnae.

15. Reflek tonus lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batul

belum sempurna.

16. Kulit tampak mengkilat dan licin (Adnyanti, 2011).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia

9
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl

2. Pemantauan gas darah arteri

Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar

PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.

3. Kimia darah sesuai kebutuhan

a. Hb (Hemoglobin)

Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl

b. Ht (Hematokrit)

Ht normal berkisar 45% - 53%

c. LED darah lengkap untuk anak – anak

Menurut :

Westerfreen : 0 – 10 mm/jam

Wintrobe : 0 – 13 mm/jam

d. Leukosit (SDP)

Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000

– 225.000/ mm³.

e. Trombosit

Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.

f. Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)

Adalah 14 – 27 mEq/ L

g. Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari)

Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.

h. MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM

i. MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel

j. MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³

10
k. Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5

4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan

5. Penyimpangan darah tali pusat

F. KOMPLIKASI

1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres

respirasi, penyakit membran hialin.

2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.

3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak.

4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan

darah.

5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC).

6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal (Adnyanti, 2011).

G. PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN

1. Perawatan di Rumah Sakit

Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk

pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan

hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,

pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi

sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

a. Pengaturan suhu

Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila

berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh

permukaan tubuh bai yrang relative lebih luas bila dibandingkan

11
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan

kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia

perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam

keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh

bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu

untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan

untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta

mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator

berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan

pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator

dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg

dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat

tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak

ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan

meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang

lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk

mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan

memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam

incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena

radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang

dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini

ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat

servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan

12
pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat

bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.

Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin

untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku,

warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit

yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta

pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.

b. Pemberian ASI pada bayi premature

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat

diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature.

Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature

berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang

melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang

lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangant premature (<30).

Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan

premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan

bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi

prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi

untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks,

peristaltik lambat.

Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan

ASI perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara

memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI

13
perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa

lambung.

1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi)

dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari

pertama kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI donor

dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali sehari.

2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34

minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah

ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali

sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 –

31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan

ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.

c. Makanan bayi

Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna,

kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama

lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari

dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah

sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi

cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3

jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.

Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan

cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia

esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga

14
dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada

umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu

pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang

mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari –

hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung

(orogastrik intubation).

Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5

ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12

jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap

hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.

d. Mencegah infeksi

Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh

karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum

sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi

terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki

keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan

kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal),

screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat

kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan

aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung

maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi

15
silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang

berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan:

1) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi

yang tidak terkena infeksi

2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi

3) Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi

(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu

untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)

4) Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu

5) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri

6) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang

telah disediakan

7) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi

8) Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya

9) Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca

e. Minum cukup

Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi

mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa

menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan

pipet.

f. Memberikan sentuhan

Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada

bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut

16
penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada

jika si bayi jarang disentuh.

g. Membantu beradaptasi

Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan

membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah

suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah

boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan

patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya

mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus

dengan kondisi kesehatan bayi secara umum (Adnyanti, 2011).

2. Perawatan di rumah

a. Minum susu

Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun

dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi

prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang

proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan

bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan

ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum

ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat

pertumbuhan berat anak.

b. Jaga suhu tubuhnya

Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh

yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan

17
supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau

penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati

kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.

c. Pastikan semuanya bersih

Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi.

Karenanya orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil

supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan

terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum

memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.

d. BAB dan BAK

BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah

disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi

tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan

BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera

membawanya ke dokter.

e. Berikan stimulus yang sesuai

Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat,

mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan

perbedaan warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan

berwarna cerah (Tanto, 2014).

18
H. PENGATURAN SUHU

1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas / BBLR

a. Bayi prematuritas akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi

hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi

dengan baik. Metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif

luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam

inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim.

Bayi prematur dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu yang

sesuai dengan berat badan bayi. Berat badan di bawah 2000 gram

35oC, berat badan 2000-2500 gram 34oC. Suhu inkubator diturunkan

1oC setiap minggu sampai dapat ditempatkan pada suhu lingkungan

sekitar 21-27oC, kelembaban inkubator sekitar 50-60%,

penanganannya baru lahir langsung keringkan dengan handuk hangat,

beri lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm dari bayi dapat dengan

dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit.

b. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus

dengan kain dan disampingnya diletakkan botol yang berisi air panas,

sehingga panas badannya diperhatikan.

Pusat pengaturan suhu di hypothalamus belum berkembang, walaupun


sudah aktif. Kelenjar keringat belum berfungsi normal, mudah kehilangan
panas tubuh (perbandingan luas permukaan dan berat badan lebih besar,
tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable terhadap air), sehingga
neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu
lingkungan (bersifat poikilotermik). Produksi panas mengandalkan pada
proses non-shivering thermogenesis yang dihasilkan oleh jaringan lemak

19
coklat yang terletak diantara scapula, axila, mediastinum dan sekitar ginjal.
Hipoksia mencegah produksi panas dari lemak coklat (Morgan HAH,1993)

Hipotermia dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu sekitar yang panas,


selimut atau kain penutup yang tebal dan pemberian obat penahan keringat
(misal: atropin, skopolamin). Adapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu
lingkungan yang rendah, permukaan tubuh terbuka, pemberian cairan infuse/
tranfusi darah dingin, irigasi oleh cairan dingin, pengaruh obat anestesi umum
(yang menekan pusat regulasi suhu) maupun obat vasodilator.

Temperature lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus adalah


270C. Paparan dibawah suhu ini akan mengandung resiko diantaranya:
cadangan energi protein akan berkurang, adanya pengeluaran katekolamin
yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tahanan vaskuler paru dan
perifer, lebih jauh lagi dapat menyebabkan lethargi, shunting kanan ke kiri,
hipoksia dan asidosis metabolic.
Untuk mencegah hipotermia bias ditempuh dengan : memantau suhu
tubuh, mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat,
lampu penghangat, incubator, cairan intra vena hangat, begitu pula gas
anestesi, cairan irigasi maupun cairan antiseptic yang digunakan yang hangat.

2. Termoregulasi Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah

1) Peranan Hipotalamus

Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan


hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang
terletak pada hipotalamus
Pada bayi baru lahir pusat pengatur suhu tubuhnya belum berfungsi dengan
sempurna, sehingga mudah terjadi penurunan suhu tubuh, terutama karena
lingkungan yang dingin.

20
2) Pengatur panas
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya
keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi
panas. Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu
hipotalamus.
Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra
uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin ynag relatif lebih dingin.
Hal tersebut menyebabkan penurunan suhu tubuh 2o-3oC, terutama
hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada
kulit bayi yang tidak segera dikeringkan. Kondisi tersebut akan memacu
tubuh menjadi dingin yang akan menyebabkan respon metabolisme dan
produksi panas.Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan
dengan metabolisme dan penggunaan oksigen.
Bayi cukup bulan dalam keadaan tanpa pakaian dapat bertahan pada
suhu lingkungan sekitar 32-34oC. Sedangkan batas pada orang dewasa 26-
28oC. Oleh karena itu bayi baru lahir normal memerlukan suhu
lingkungan yang lebih hangat dan suhu lingkungan tersebut harus
dipelihara dengan baik.
Pada bayi baru lahir lemak subkutannya lebih sedikit dan epidermis
lebih tipis dibandingkan pada orang dewasa. Pembuluh darah pada bayi
sangat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan semua ini
dibawah pengaruh hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu.
Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan sehingga
akan mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi panjang
badan bayi, perbandingan permukaan utbuh dengan berat badan dari usia
bayi, yang semua ini dapat mempengaruhi batas suhu normal. Pada bayi
dengan berat badan lahir rendah(BBLR) jaringanadiposa sedikit dan
kelenturan menurun sehingga memerlukan suhu lingkungan yang lebih
panas untuk mencapai suhu yang normal.
Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan
merespon dengan meningkatkan oksigen danmemperbesar metabolisme

21
sehingga akan meningkatkan produksi panas.Bila bayi berada ditempat
terbuka dengan lingkugan yang dingin dapat menyebabkan habisnya
cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis.
3) Produksi Panas Atau Thermogenesis
Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru lahir
memerlukan penambahan panas.Bayi mempunyai mekanisme fisiologi
untuk meningkatkan produksi panas dipengaruhi oleh karena :
Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan Thermogenesis
Kimiawi :
a. Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan
tubuh selama istirahat mutlak dan keadaan sadar.Pada bayi baru lahir,
gerakan tubuh, menggigil merupakan mekanisme penting untuk
memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor kulit
menurun pada suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut
akan diteruskan kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli sistem
saraf simpatis untuk menggunakan cadangan lemak coklat, yang
merupakan sumber panas yang utama untuk mengatasi stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal
berakhir pada lemak coklat yang menyebabkan trigliserid dapat
dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam lemak). Oksidasi
asam lemak ini meningkatkan produksi panas. Jika suplai lemak
coklat habis maka respon metabolisme terhadap keadaan dingin akan
berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya
oksigen, glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi
untuk mengubah menjadi panas.Kemampuan bayi untuk
menghasilkan oanas dapat berubah pada keadaan patologis seperti
hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi.

22
b. Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena
suhu yang dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan
metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi tidak menggigil berarti
metabolisme rate pada bayi sudah cukup.
c. Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh
rangsang saraf simpatis.
4) Aliran Darah Ke Kulit
Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas
yang disalurkan dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah
kulit pada konduksi panas dari inti tubuh permukaan kulit menggambarkan
peningktan konduksi panas hampir delapan kali lipat. Oleh karena itu
“Kulit merupakan sistem pengatur radiator panas yang efektif “, dan aliran
darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas yang paling efektif
dari inti tubuh ke kulit.
Dengan meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak
kulit langsung ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan
karena ibu merupakan sumber panas yang baik bagi bayi.
5) Respon Bayi Terhadap Hipotermi
Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls
kesusunan saraf pusat, distimulir sistem saraf simpatis, norephineprin
dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan
lemak coklat dimetabolisme untuk memproduksi panas.

I. BALLAC SKORT

Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini

penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang

tenang dan beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama beberapa jam

pertama kehidupan. Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan

23
hasil penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria

pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria

pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan maturitas

neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan, kemudian dengan

menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.

a. Maturitas Fisik

1. Kulit

Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya

bersamaan dengan hilangnya lapisan pelindung secara bertahap. Oleh

karena itu, kulit akan mengering dan menjadi kusut dan mungkin akan

24
timbul ruam.Pada jangka panjang, janin dapat mengalihkan mekonium ke

dalam cairan ketuban. Hal ini dapat menambahkan efek untuk

mempercepat proses pengeringan, menyebabkan kulit mengelupas,

menjadi retak seperti dehidrasi, kemudian menjadi kasar.

2. Lanugo

Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin. Pada orang dewasa,

kulit tidak memiliki lanugo. Hal ini mulai muncul di sekitar minggu 24

sampai 25 dan biasanya muncul terutama di bahu dan punggung atas, pada

minggu 28 kehamilan. Penipisan terjadi pertama di atas punggung bawah,

karena posisi janin yang tertekuk. Daerah kebotakan muncul dan menjadi

lebih besar pada daerah lumbo-sakral. Variabilitas dalam jumlah dan

lokasi lanugo pada usia kehamilan tertentu mungkin disebabkan sebagian

ciri-ciri keluarga atau ras, pengaruh hormonal, metabolisme, dan gizi

tertentu. Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes khas memiliki lanugo

berlimpah di pinnae mereka dan punggung atas sampai mendekati atau

melampaui usia kehamilan. Untuk tujuan penilaian, pemeriksa memilih

yang paling dekat menggambarkan jumlah relatif lanugo pada daerah atas

dan bawah dari punggung bayi.

J.

25
3. Garis Telapak Kaki

Bagian ini berhubungan dengan lipatan di telapak kaki. Penampilan

pertama dari lipatan muncul di telapak anterior kaki. ini mungkin

berhubungan dengan fleksi kaki di rahim, tetapi bisa juga karena dehidrasi

kulit. Bayi non-kulit putih telah dilaporkan memiliki lipatan kaki sedikit

pada saat lahir. Tidak ada penjelasan yang dikenal untuk ini. Di sisi lain

dilaporkan, percepatan perkembangan neuromuskuler pada bayi kulit

hitam biasanya mengkompensasi ini, mengakibatkan efek lipatan kaki

tertunda. Oleh karena itu, biasanya tidak ada berdasarkan diatas atau di

bawah perkiraan usia kehamilan karena ras ketika total skor dilakukan.

Bayi sangat prematur dan sangat tidak dewasa tidak memiliki lipatan kaki.

Untuk lebih membantu menentukan usia kehamilan, mengukur panjang

kaki atau jarak jari dan tumit. Hal ini dilakukan dengan menempatkan kaki

bayi pada pita pengukur metrik dan mencatat jarak dari belakang tumit ke

ujung jari kaki yang besar. Untuk jarak kurang dari 40 mm, skor (-2) ;

antara 40 dan 50 mm, skor (-1).

4. Payudara

Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang untuk

tumbuh dengan estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung pada

status gizi janin. pemeriksa catatan ukuran areola dan ada atau tidak

26
adanya stippling (perkembangan papila dari Montgomery). Palpasi

jaringan payudara di bawah kulit dengan memegangnya dengan ibu jari

dan telunjuk, memperkirakan diameter dalam milimeter, dan memilih yang

sesuai pada lembar skor. Kurang dan lebih gizi janin dapat mempengaruhi

variasi ukuran payudara pada usia kehamilan tertentu. Efek estrogen ibu

dapat menghasilkan ginekomastia neonatus pada hari keempat kehidupan

ekstrauterin.

5. Mata / Telinga

Perubahan pinna dari telinga janin dapat dijadikan penilaian konfigurasi

dan peningkatan konten tulang rawan sebagai kemajuan pematangan.

Penilaian meliputi palpasi untuk ketebalan tulang rawan, kemudian

melipat pinna maju ke arah wajah dan melepaskannya. Pemeriksa

mencatat kecepatan pinna dilipat dan kembali menjauh dari wajah ketika

dilepas, kemudian memilih yang paling dekat menggambarkan tingkat

perkembangancartilago.

Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat ketika

dilepas. Pada bayi tersebut, pemeriksa mencatat keadaan pembukaan

kelopak mata sebagai indikator tambahan pematangan janin. Pemeriksa

meletakan ibu jari dan telunjuk pada kelopak atas dan bawah, dengan

lembut memisahkannya. Bayi yang sangat belum dewasa akan memiliki

kelopak mata menyatu erat, yaitu, pemeriksa tidak akan dapat memisahkan

fisura palpebra walaupun dengan traksi lembut. Bayi sedikit lebih dewasa

akan memiliki satu atau kedua kelopak mata menyatu tetapi satu atau

27
keduanya akan sebagian dipisahkan oleh traksi ujung jari pemeriksa.

Temuan ini akan memungkinkan pemeriksa untuk memilih pada lembar

skor (-2) untuk sedikit menyatu, atau (-1) untuk longgar atau kelopak mata

sebagian menyatu. Pemeriksa tidak perlu heran menemukan variasi yang

luas dalam status fusi kelopak mata pada individu pada usia kehamilan

tertentu, karena nilai kelopak mata un-fusi dapat dipengaruhi oleh faktor-

faktor yang terkait dengan stres intrauterin dan humoral tertentu.

K.
L.

7. Genitalia Pria

Testis janin mulai turun dari rongga peritoneum ke dalam kantong skrotum

pada sekitar minggu 30 kehamilan. Testis kiri mendahului testis kanan

yang biasanya baru memasuki skrotum pada minggu ke-32. Pada saat

testis turun, kulit skrotum mengental dan membentuk rugae lebih banyak.

Testis ditemukan di dalam zona rugated dianggap turun.

8. Genitalia Wanita

Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus dinaikan sedikit, sekitar

45 ° dari horizontal dengan bayi berbaring telentang. hal ini menyebabkan

klitoris dan labia minora menonjol. Dalam prematuritas ekstrim, labia dan

28
klitoris yang datar sangat menonjol dan mungkin menyerupai kelamin

laki-laki. Pematangan berlangsung jika ditemukan klitoris kurang

menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Lama-kelamaan, baik

klitoris dan labia minora surut dan akhirnya diselimuti oleh labia majora

yang makin besar. Labia mayora mengandung lemak dan ukuran mereka

dipengaruhi oleh nutrisi intrauterin. Gizi lebih dapat menyebabkan labia

majora besar di awal kehamilan, sedangkan gizi kurang seperti pada

retardasi pertumbuhan intrauterin atau pasca-jatuh tempo, dapat

mengakibatkan labia majora kecil dengan klitoris dan labia minora relatif

menonjol. Temuan ini harus dilaporkan seperti yang diamati, karena skor

yang lebih rendah pada item ini atau pertumbuhan janin terhambat dapat

diimbangi dengan skor lebih tinggi pada item neuro-muscular tertentu.

M.
N.

b. Maturitas Neuromuskuler

29
Penjelasan :

1. Postur

Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi saat istirahat dan

ketahanan untuk meregangkan kelompok otot. Saat pematangan berlangsung,

gerak otot meningkat secara bertahap mulai dari fleksor pasif yang

berlangsung dalam arah sentripetal, dengan ekstremitas bawah sedikit di

depan ekstremitas atas. Untuk mendapatkan item postur, bayi ditempatkan

terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi mengendap dalam posisi

santai atau disukai. Jika bayi ditemukan telentang santai, manipulasi lembut

dari ekstremitas akan memungkinkan bayi untuk mencari posisi dasar

kenyamanan. bentuk yang paling dekat menggambarkan postur yang disukai

bayi.

4. Jendela pergelangan tangan

Fleksibilitas pergelangan dan/atau resistensi terhadap

peregangan ekstensor bertanggung jawab untuk sudut yang dihasilkan dari

fleksi pada pergelangan tangan.

Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan berikan tekanan lembut pada dorsum

tangan, dekat jari-jari. Sudut yang dihasilkan antara telapak tangan dan lengan

bawah bayi diperkirakan; > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 °.

30
5. Gerakan lengan membalik

Manuver ini berfokus pada gerakan fleksor pasif otot bisep dimana akan

diukur sudut dari ekstremitas atas. Dengan bayi berbaring telentang,

pemeriksa menempatkan satu tangan di bawah siku bayi. Kemudian, ambil

tangan bayi dan pemeriksa membuat lengan bayi dalm posisi fleksi, sesaat

kemudian lepaskan. Sudut mundur lengan saat kembali dicatat, dan dipilih

pada lembar skor. Bayi yang sangat prematur tidak akan menunjukkan

pengembalian lengan.

O.

6. Sudut popliteal

Manuver ini menilai pematangan gerakan fleksor pasif sendi lutut dengan

pengujian untuk ketahanan terhadap perpanjangan ekstremitas bawah. Dengan

posisi bayi berbaring telentang, kemudian paha ditempatkan lembut pada perut

bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi telah rileks dalam posisi ini,

pemeriksa menggenggam kaki dengan satu tangan sementara mendukung sisi

paha dengan tangan lainnya. Jangan berikan tekanan pada paha belakang.

Kaki diperpanjang sampai resistensi pasti untuk ekstensi. Pada beberapa bayi,

kontraksi hamstring dapat digambarkan selama manuver ini. Pada titik ini

terbentuk pada sudut lutut oleh atas dan kaki bagian bawah diukur.

Catatan: a) Hal ini penting bahwa pemeriksa menunggu sampai bayi berhenti

menendang aktif sebelum memperpanjang kaki. b) Posisi terang akan

31
mengganggu kehamilan sungsang dengan ini manuver untuk 24 sampai 48

jam pertama usia karena kelelahan berkepanjangan fleksor intrauterin. Tes

harus diulang setelah pemulihan telah terjadi; bergantian, skor yang sama

dengan yang diperoleh untuk item lain dalam ujian dapat diberikan.

7. Scarf Sign (Tanda selendang)

Manuver ini dilakukan dengan mengukur gerakan pasif fleksor bahu. Bayi

dalam posisi berbaring terlentang, pemeriksa menyesuaikan kepala bayi

untuk garis tengah dan meletakan tangan bayi di dada bagian atas dengan

satu tangan. Ibu jari tangan lain pemeriksa ditempatkan pada siku bayi.

Pemeriksa kemudian mendorong siku ke arah dada. Titik pada dada saat

siku bergerak dengan mudah sebelum resistensi yang signifikan, dicatat.

Batasnya adalah: leher (-1); aksila kontralateral (0); papila mamae

kontralateral (1); prosesus xyphoid (2); papila mamae ipsilateral (3), dan

aksila ipsilateral (4).

32
8. Tumit ke Telinga

Manuver ini mengukur gerakan fleksor pasif panggul dengan tes fleksi

pasif atau resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor pinggul posterior.

Bayi ditempatkan terlentang dan tekuk ekstremitas bawahnya.

Pemeriksa mendukung paha bayi lateral samping tubuh dengan satu

telapak tangan. Sisi lain digunakan untuk menangkap kaki bayi dan tarik

ke arah telinga ipsilateral.

Pemeriksa mencatat ketahanan terhadap perpanjangan fleksor panggul

posterior dan lokasi dari tumit saat resistensi yang signifikan. Batasnya

adalah: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); papila mamae (2); daerah pusar

(3), dan lipatan femoral (4).

P.

Q.

b. Hasil Pemeriksaan

Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik

digabungkan, kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan masa

gestasinya.

33
SKOR MINGGU
-10 20
-5 22
0 24
5 26
10 28
15 30
20 32
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44

34
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata

 Umur kurang dari 16 tahun atau diatas 35 tahun.

 Pekerjaan dan penghasilan sering kali dapat menggambarkan status sosial

ekonomi terutama dalam kecukupan gizi saat hamil yang kurang.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada kelahiran premature dirasakan bayi lahir berat badan kurang dari

2500 gram sesuai umur kehamilan. Sedangkan pada dismatur berat bayi

lahir kurang dari 2500 gram tetapi tidak sesuai umur kehamilan. Pada

ANC adanya riwayat perdarahan antepartum, pre eklampsia dan

eklampsia, jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat, adanya gangguan

pembuluh darah, gangguan insersi tali pusat, kelainan bentuk plasenta,

kahamilan ganda, hamil dengan hidramnion.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Adanya penyakit menahun pada ibu, hipertensi, jantung, gangguan

pembuluh darah, penyakit paru dan penyakit gula, infeksi dalam rahim.

4. Riwayat Obstetric

Riwayat menstruasi : ingat hari pertama menstruasi terakhir, denyut

jantung terdengar pada minggu ke 18 sampai 22.

35
5. Pola Aktivitas Sehari-hari

Kaji apakah ibu merokok atau minum alkohol, sebab rokok dan alkohol

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran dengan berat

badan rendah.

6. Pemeriksaan Fisik

 Nadi apical mungkin cepat atau tidak teratur dalam batas normal 120

sampai 160 x / menit.

 Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan daktus

arteriasus paten (PDA).

 Tekanan darah terlalu rendah atau tinggi.

 Frekuensi denyut jantung rendah sering terjadi apnoe.

7. Pernapasan

 Apgar skor mungkin rendah

 Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur, pernapasan diafrgamatik,

intermiten atau periodik 40-60 x / menit.

 Mengorok, pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau

substernal, atau berbagai derajat siarosis.

 Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distress

pernapasan, (RDS) penyakit membran Hialin penyebab surfaktan dalam

paru-paru tidak cukup.

36
8. Neurologis

 Tangis lemah, suhu berfluktuasi dengan mudah, kulit kemerahan,

tembus pandang, tonus atat lunak.

 Bisa terjadi ROP (Retinopathy Of Prematurity) untuk mneghindari

dapat diberikan oksigen tidak lebih dari 40 % / 2 lt / menit.

9. Pencernaan

Destensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung

berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk

mencernakan dan mengabsorbsi lemak laktosa, kerja dari sfingter kardio

esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi

lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi.

10. Imonologi

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkuran karena rendahnya kadar Ig

gamma globulin, bayi premature relatif belum sanggup membentuk

antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih

belum baik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

Adapun diagnosa keperawatan antara lain:(PPNI:2016)

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologi.

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi

nutrien.

3. Hipotermia berhubungan dengan malnutrisi, kekurangan lemak subkutan.

37
4. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan disfungsi intestinal.

5. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan

kekurangan/kelebihan volume cairan.

6. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan

toleransi glukosa darah.

7. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh.

38
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana keperawatan menurut Docterman dan Bullechek, 2016

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


N DIAGNOSIS
LUARAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak Pola nafas membaik 1. Pantau tingkat pernapasan, 1. Membantu dalam membedakan
kedalaman, dan kemudahan periode perputaran pernapasan
efektif berhubungan
bernafas. normal dari serangan apnetik sejati,
dengan imaturitas
terutama sering terjadi pada gestasi
neurologi. minggu ke-30.
2. Monitor Tekanan darah, nadi, 2. Memantau vital sign pasien
suhu, dan respiration rate
(pernafasan).
3. Perhatikan pola nafas pasien 3. Mengetahui jika terdapat tanda-
tanda yang menyebabkan dispneu.
4. Tentukan apakah pasien 4. Studi menemukan bahwa ketika
dispneu fisiologis atau penyebabnya adalah fisiologis

39
psikologis. memiliki tanda gejala kecemasan
dan kesemutan pada extremitas,
sedangkan bila dipsneu itu
psikologisl tanda gejalanya terkait,
batuk, dahak, dan palpitasi.
5. Berikan terapi oksigenasi (Atur 5. Perbaikan kadar oksigen dan
peralatan oksigenasi, monitor karbondioksida dapat
aliran oksigen, pertahankan meningkatkan fungsi pernapasan.
posisi pasien).
2. Defisit nutrisi 1. Kaji maturitas refleks 1. Menentukan metode pemberian
berkenaan dengan pemberian makan yang tepat untuk bayi.
berhubungan dengan
makan (misalnya : mengisap,
ketidakmampuan
menelan, dan batuk)
mengabsorbsi nutrien. 2. Kaji berat badan dengan 2. Mengidentifikasikan adanya resiko
menimbang berat badan setiap derajat dan resiko terhadap pola
hari, kemudian pertumbuhan. Bayi SGA dengan
dokumentasikan pada grafik kelebihan cairan ekstrasel
pertumbuhan bayi. kemungkinan kehilangan 15% BB
lahir. Bayi SGA mungkin telah

40
mengalami penurunan berat badan
dealam uterus atau mengalami
penurunan simpanan
lemak/glikogen.
3. Pantau masukan dan 3. Memberikan informasi tentang
pengeluaran. Hitung konsumsi masukan aktual dalam
kalori dan elektrolit setiap hari hubungannya dengan perkiraan
kebutuhan untuk digunakan dalam
penyesuaian diet.
4. Kaji kulit apakah kering, 4. untuk mengetahui adanya tanda-
turgor kulit dan perubahan tanda dehidrasi.
pigmentasi.
5. Kolaborasi pemberian nutrisi 5. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
parenteral (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi).
3. Hipotermia Hipotermia 1. Observasi suhu tubuh pada 1.Hipotermi membuat bayi cenderung
awal pengahangatan tiap 15 pada stress dingin, penghangatan
berhubungan dengan membaik
menit. terlalu cepat akan menyebabkan

41
malnutrisi, kekurangan apnea.
2. Tempatkan bayi pada 2.Mempertahankan lingkungan
lemak subkutan.
penghangat (inkubator). termonetral, membantu mencegah
stress dingin.

3. Ganti pakaian atau linen 3.Menurunkan kehilangan panas


tempat tidur bila basah. melalui evaporasi.
4. Kurangi pemajanan pada 4.Menurunkan kehilangan panas karena
aliran udara, hindari konveksi atau konduksi membatasi
pembukaan jendela inkubator kehilangan panas melalui radiasi.
yang tidak semestinya.

4. Risiko Risiko 1. Observasi tekanan darah dan 1.Kehilangan 25 % volume darah


tekanan arterial merata. mangakibatkan syok.
ketidakseimbangan ketidakseimbangan
2. Timbang berat badan setap 2. Berat badan adalah indikator paling
cairan berhubungan cairan menurun
hari dalam waktu yang sama. sensitif dari keseimbangan cairan,
dengan disfungsi penurunan berat badan tidak boleh
melebihi 15 % dari berat badan total.
intestinal.
3. Balance cairan tiap pergantian 3. Haluran harus 1-3 cc / kg / jam,

42
dinas. sementara keutuhan terapi cairan
kira-kira 80-100 cc /kg / hari pada
hari pertama dan meningkat 120-140
cc/ kg/ hari pada hari ketiga.
4. Meminimalkan kehilangan 4. Bayi praterm kehilangan cairan
cairan yang tidak kasatmata dalam jumlah besar melalui kulit,
melalui penggunaan pakaian, karena pembuluh darah dekat dengan
suhu termonetral, permukaan dan kadar lapisan lemak
mengahangatkan atau berkurang atau tidak ada.
melembabkan oksigen.
5. Evaluasi turgor kulit, 5. Cadangan cairan dibatasi pada bayi
membran mukosa, keadaan praterm, kehilangan cairan yang
fontanel anterior. minimal dapat dengan cepat
menimbulkan dehidrasi.
6. Berikan infuse panenteral 6. Penggantian cairan menambah
dalam jumlah lebih besar dari volume darah, membantu
180 cc/ kg, khususnya pada mengembalikan vasokonstriksi
PDA, desplasia berkenaan dengan hipoksia acidosis
bronkopulmenal (BPD) atau dan pirau ke kanan ke kiri melalui

43
enterokolitis nekrotisan PDA dan membantu dalam
(NEC). penurunan komplikasi NEC dan
BPD.
5. Risiko gangguan Risiko gangguan 1. Observasi kulit, perhatikan 1. Mengidentifikasi area potensial
area kemerahan atau tekanan. derma yang dapat mengakibatkan
integritas kulit intagritas kulit
sepsis.
berhubungan dengan menurun
2. Berikan perawatan mulut 2. Membantu mencegah kekeringan
kekurangan/kelebihan dengan menggunakan salin dan pecah pada bibir berkenaan
atau gliserin soap. Berikan dengan tidak adanya masukan oral
volume cairan.
jelly petroleum pada bibir. atau efek kering dari terapi oksigen.
3. Minimalkan penggunaan 3. Melepaskan plester dapat
melepaskan lapisan epidermal,
plester untuk mengamankan
karena kohesi antara plester dan
selang, elektroda dan jalur IV.
korneum stratum lebih baik daripada
antara dermis dan epidermis.
4. Meningkatkan pemulihan pecah-
4. Berikan salep antibiotic pada
pecah dan iritasi berkenaan dengan
daerah yang pecah.
pemberian oksigen dapat membantu
mencegah infeksi.

44
6. Ketidakstabilan kadar Ketidakstabilan 1. Monitor vital sign 1. Untuk mengetahui keadaan umum

glukosa darah glukosa darah pasien.

berhubungan dengan membaik 2. Monitor : kadar glukosa, pucat, 2. Untuk mengetahui kadar glukosa

gangguan toleransi keringat dingin, kulit yang dalam darah.

glukosa darah. lembab

3. Lakukan pemberian susu manis 3. Untuk meningkatkan kadar glukosa

peroral 20 cc X 12 dalam darah.

4. Lakukan kolaborasi pemberian 4. Untuk menigkatkan kadar glukosa

Dex 15 % IV dalam darah secara cepat.

7. Risiko infeksi Risiko infeksi 1. Identifikasi bayi terhadap 1.Bermanfaat dalam mendiagnosa
tanda infeksi (ketidakstabilan infeksi.
berhubungan dengan menurun
suhu, hipotermia atau
ketidakadekuatan
hipertermi).
pertahanan tubuh. 2. Lakukan cici tangan pada 2.Mencuci tangan adalah praktek yang
orang tua, staf, dan tenaga paling penting untuk mencegah
kesehatan lain, gunakan kontaminasi silang serta mengontrol

45
antiseptic dalam membantu infeksi dalam ruang perawatan.
prosedur invansif.
3. Berikan jalan yang adekuat 3. Memberikan jarak 4-6 x dengan
antara bayi, gunakan ruangan bayi, membantu mencegah
isolasi terpisah dan tekhnik penyebaran droplet infection melalui
isolasi sesuai indikasi. udara.
4. Berikan ASI untuk pemberian 4. ASI mengandung IgA, makrofak,
makan bila tersedia. limfosit dan netrofil yang
memberikan beberapa perlindungan
dari infeksi.
5. Berikan antibiotik intravena 5. Antibiotik spectrum luas meliputi
sesuai dengan laporan ampisilin dan aminoglikosida
sensitivitas. biasanya diindikasikan, menunggu
hasil test kultur dan sensitivitas.

46
DAFTAR PUSTAKA

Adnyanti, Niti. 2011. Laporan Pendahuluan Pada Bayi Premature. Bali


http://niti-adnyani.blogspot.co.id/2011/09/laporan-pendahuluan-
pada-pasien-dengan 4945.html (diakses pada tanggal 13 Desember
2015).

Docterman dan Bullechek. 2016. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition


6, United States Of America:

Lia, Dewi VN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jogjakarta:
Salemba Medika.
Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta : Media
Aesculapius.

Mansjoer Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Euculapcius UI.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

47
48
49

Anda mungkin juga menyukai