Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS

OLEH :
AMRIL WIRAWAN
14420202090

C1 LAHAN C1 INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS

1. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16
minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat
fetus hidup dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi
BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus
(Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)
Abortus menurut WHO adalah penghentian kehamilan sebelum janin
berusia 20 minggu karena secara medis janin tidak bisa bertahan di luar
kandungan. Sebaliknya bila penghentian kehamilan dilakukan saat janin sudah
berusia berusia di atas 20 minggu maka hal tersebut adalah infanticide atau
pembunuhan janin.
B. Klasifikasi
Berdasarkan kejadiannya Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua
golongan :
1) Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun medisnalis,
semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Klasifikasi abortus spontan:
a) Abortus iminens
Keguguran tingkat permulaan,keguguran belum terjadi sehingga
kehamilan dapat dipertahankan dengan cara tirah baring, gunakan
preparat progeseron , tidak berhubungan badan, evaluasi secara berkala
dengan USG untuk melihat perkembangan janin.
b) Abortus Insipien
Proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum kehamilan
berusia 20 minggu dan konsepsi masih didalam uterus. ditandai dengan
adanya rasa sakit karna telah terjadi kontraksi rahum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi. ostium ditemukan sudah terbuka dan
kehamilan tidak dapat dipertahankan.
c) Abortus inkompletus (Keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari hasi konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal
adalah desidua atau plasenta. gejala amnorea, sakit perut, mulas-mulas,
perdarahan sedikit/banyak, dan biasa berupa stolsel (darah beku), sudah
ada fetus atau jaringan yang keluar, tetapi jika perdarahan belum
berhenti karena konsepsi belum keluarsemua akan menyebabkan syok.
ini terjadi sbelum kehamilan 20 minggu.
d) Abortus komplitus (Keguguran Lengkap)
Artinya seleruh hasil konsepsi dikeluarkan ( desidua dan fetus)
sehingga Rahim kosong.
e) Missed abortion
adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada didalam
Rahim sebelum berusia 20 minggu tetapi hasil konsepsi masih tertahan
dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih dapat diketahui dengan
USG.
f) Abortus  Habitualis.
Keguguran berulang-ulang. Ialah abortus yang telah
berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x
berturut-turut.
g) Abortus Septik
Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi normal
saluran genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini. Abortus
kriminalis (abortus ilegal yang dilakukan secara gelap) masih menjadi
penyebab infeksi yang paling serius karena tidak dilakukan secara
aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah keberadaan produk pembuahan,
yaitu jaringan plasenta yang mati di dalam rahim. Infeksi dapat
menyerang endometrium dan menyebar ke bagian lain secara langsung
atau tidak langsung untuk menyebabkan peritonitis, salpingitis, dan
septikemia.
2) Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukam
dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini terbagi menjadi dua kelompok:
1) Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alas an bila kehamilan
dilanjutkan dapat mmbahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis)
biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2) Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.

C. Etiologi
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat juga disebut factor
ovovetral. Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah
kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Kelainan
hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat.kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada
hamil muda.faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam
pertumbuhan ialah sebagai berikut.
a) Kelainan kromosom. Kelainan yang sering digunakan pada
abortus spontan ialah risomi, poliploidi dan kemungkinan pula
kelainan kromosom seks.
b) Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan
diendometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehingga penberian zat- zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
c) Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya dalam uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan
pengaruh teratogen.
2) Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam viliporeales dan menyebabkan
oksigenasi  plasenta terganggu ,sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin.keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3) Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pmeumonea, typis abdominalis,
pielonefritis, malaria dan lain-lain yang menyebabkan
abortus.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui
plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan
kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracuanan, laparotomi,
peritonitis umum dan penyakit menahun seperti bruselosis,
mononucleosis infeksiosa, toksosplamosis juga dapat menyebabkan
abortus walaupun lebih jarang.
4) Kelainan traktus genitalis
Retriversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus.tetapi, harus di ingat bahwa hanya
retroversion uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang
memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester II
ialah serviksin kompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan
bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi,
amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.

Secara umum abortus disebabkan oleh :


1) Infeksi akut : virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi
bakteri, misalnya streptokokus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi
kronis : Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester
kedua. Tuberkulosis paru, aktif, pneumonia.
2) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,air raksa, dan lain-
lain.
3) Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia
berat penyakit jantung : toxemia gravidarum.
4) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dan lain-lain.
5) Trauma fisik. Penyebab yang bersifat lokal: Fibroid, inkompetensia
serviks. Radang pelvis kronis, endometrtis. Retroversi kronis.
Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.
6) Kelainan alat kandungan.
7) Gangguan kelenjar tiroid.
8) Penyebab dari segi Janin / Plasenta Kematian janin akibat
kelainanbawaan.
9) Kelainan kromosom. Linkungan yang kurang sempurna.
10) Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi.

D. Patofisiologi
1) Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari
8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila
kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu
dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
2) Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk,
adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati
tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh
lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya
terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol
karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
3) Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi
kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus).
Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen.
4) Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan.

Pathway

Abortus (mati janin <


16-28 minggu/BB <
400-1000 gram)
Fisiologi organ
terganggu. Penyakit
Ibu/Bapak.

Abortus spontan Abortus provokatus

Intoleransi aktivitas
 Ab. Imminens  Ab. Medisnalis
 Ab. Insipiens  Ab. Kriminalis
 Ab. Inkompletus Gangguan rasa
 Ab. Kompletus nyaman
 Missed Abortion
Nyeri abdomen

Curetase(ab.inkompletus) Kurang pengetahuan Ansietas

Post anastesi Jaringan Resiko infeksi


terputus/terbuka

Penurunan syaraf
oblongata Nyeri Invasi bakteri
Gangguan pemenuhan ADL

Penurunan syaraf Perdarahan


vegetatif

Peristaltik Penyerapan cairan di kolon Kekurangan volume cairan


Resiko infeksi
Resiko syok (hipovolemik)
Gangguan eliminasi
(konstipasi)

Sumber : Nurarif Amin Huda. Kusuma Hardhi, 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
E. Manifestasi Klinis
Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam masa
reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid
yang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut
bagian bawah (Mitayani,2013:23).
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda
sebagai berikut
1) Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2) Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
teertutup, ada/tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak jaringan
yang berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak jaringan
pada uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyangkan, tidak nyeri pada perabaan adneksia,
kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu stelah kehamilan.
2) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

G. Penatalaksanaan
1) Abortus imminens
a) Tirah baring
b) Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau berhubungan seksual
c) Jika pendarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa,
lakukan penilaian jika pendarahan berhenti, lakukan penilaian jika
pendarahan terjadi lagi. Jika pendarahan terus menerus berlangsung
nilai kondisi janin (uji kehamilan atau usg )
2) Abortus insipen
a) Jika kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vaku manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera berikan
ergometrin 0,2 mg intramaskuler dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprotol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam
bila perlu). Keudian segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil
konsepsi dari uteus.
b) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu, tunggu ekspulsi spontan hasil
konsepsi lalu evaluasi sisa sisa hsil konsepsi. Jika perlu lakukan infus
20 unit oksitoksin dalam 500 ml cairan tetes per menit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3) Abosrtus inkomplit
a) jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi melalui serviks jika
perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intrauskular atau
misoprostol 400 mcg per oral
b) jika perdarahan banyak ataua terus menrus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu , evaluasi hasil konsepsi dengan asirasi
vakum manual, evakuasi denga kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika aspirasi vakum manual tidak tersedia, jika evaluasi belum dapat
dilakukan segera, beri ergonmetrin 0,2 mg intramskulaer ( diulang
setelah 15 menit bila perlu)
c) jika kehamilan 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500
ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan
kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
( maksimal 800 mcg). evaluasi hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus
4) Abortus Komplit
a) Tidak perlu evaluasi lagi
b) Observasi untuk melihat adanya perdarahan
c) Apabila terdapat anemia sedang , berikan tablet sulfas ferrosus 600
mg per hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfuse
darah
5) Abortus Terapeutik
a) Kimiawi: pemberian secara ekstrauterin atau intrauterine obat abortus,
seperti: prostaglandin, antiprogesteron atau oksitosin
b) Mekanis:
- pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka
seviks secara perlahan dan tidak traumatis dilanjutkan dengan
evakulasi dengan kuret tajam
- Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator
hegar dilanjutkan dengan kuretasi

H. Komplikasi
1) Perdarahan (Hemorrage)
2) Perforasi sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti dukun anak, dll
3) Infeksi dan tetanus
4) Payah ginjal akut
5) Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat (sepsis)
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas
a) Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM, diagnosa medis,
jenis kelamin.
b) Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir,
status, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien,
jenis kelamin.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien.
b) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi
kesehatan saat ini.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau
tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
3) Pengkajian fungsional Gordon
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan sesudah
sakit
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi
c) Pola eliminasi
d) Pola istirahat dan tidur
e) Pola personal hygiene
f) Pola aktivitas
g) Pola kognitif dan persepsi
h) Pola konsep diri
i) Pola hubungan dan peran
j) Pola seksual dan reproduksi
k) Pola penanganan masalah stress
l) Pola keyakinan dan nilai-nilai
4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum dan kesadaran umum
b) Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
c) Pemeriksaan head to toe
5) Pemeriksaan penunjang
a) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu stelah kehamilan.
b) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
c) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

B. Diagnosa Keperaeawatan yang muncul


1) Hipovolemia (D. 0023)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan
a) Definisi :
Penurunan volume cairan intravascular, interstisial dan intraseluler
b) Penyebab :
1. Kehilangan cairan aktif
c) Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
Dipsnea
Objektif
a. Frekuensi nadi meningkat nadi teraba lemah
b. tekanan darah menurun
c. turgor kulit menurun membrane mukosa kering
d) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
a. Merasa lemah
b. merasa haus
Objektif :
a. Pengisian vena menuru
b. status mental berubah
e) Kondisi terkait
Trauma/perdarahan

2) Nyeri Akut (D. 0077)


Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
a. Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintentitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
b. Penyebab :
1) Agen pencendera fisiologis ( mis inflamasi,iskemia, neoplasma)
2) Agen pencendera kimiawi (mis, terbakar, baham kimia iritan)
3) Agen Pencendera fisik ( mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
Mengeluh nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis, waspada , posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
-
Objektif :
1) Tekanan darah meningkat
2) pola napas berubah
3) Nafsu makn berubah
e. Kondisi Klinis Terkait :
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) infeksi
4) sindrom koronr akut
5) Glaukoma

3) Intoleransi Aktivitas (D. 0056)


Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
a. Definisi :
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari hari
b. Penyebab :
4) Ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen
5) Tirah baring
6) Kelemahan
7) imobilitas
8) Gaya hidup menohon
c. Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
Mengeluh lelah
Objektif
Frekuensi jantung meningkat >20%
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1) Dipsnea saat/ setelah beraktivitas
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lelah
Objektif :
1) Tekana darah berubah >20% dari kondisi istirahat
e. Kondisi Klinis Terkait :
6) Anemia

4) Ansietas (D.0080)
Kategori : Psikologis
Subkategori Integritas Ego
a. Definisi :
Kondisi Emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap obyek
yang tidak jelas dari spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkingkan individu melakukan tindkan untuk menghadapi
ancaman
b. Penyebab :
 Krisis situosional
 Kurang terpapar informasi
c. Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
Objektif
1) Tampak gelisah
2) tampak tegang
3) Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1) Mengeluh pusing
2) Palpitasi
3) Merasa tidak berdaya
Objektif :
1) Frekuensi napas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Tremor
5) Muka tampak pucat
6) Suara bergetar
7) Kontak mata buruk
8) Susah berkemih
9) Berorientasi pada masa lalu
e. Kondisi Klinis Terkait :
1) Penyakit kronis
2) Penyakit Akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi penyakit belum jelas
5) Risiko Syok (D.0039)
Kategori : Psikologis
Subkategori Nutrisi/cairan
a. Definisi :
Berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh
yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa
b. Faktor risiko :
1) Hipoksemia
2) Hipoksia
3) Hipotensi
4) Kekurangan volume cairan
5) Sepsis
6) Sindrom respons inflamasi sistemik

c. Faktor risiko:
1) Perdarahan
2) Trauma multiple
3) pneumotoraks
4) infark miokard
5) Kardiominopati
6) cedera medulla spinalis
7) anafilaksis
8) sepsis
9) Koagulasi intravaskuler diseminata
10) Sindroma respons inflamasi sistemik
C. Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN / KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1. (D.0023) Hipovolemia (L.03038) Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemi (I.03116)
Berhubungan dengan intervensi keperawatan selama 1 x Observasi
Kehilangan cairan aktif 24 jam maka status cairan 1. Periksa tanda dan gejala
meningkat dengan kriteria hasil : hipovolemia (mis. nasi meningkat,
 Kekuatan nadi meningkat nadi teraba lemah, tekanan darah
 Turgor kulit meningkat menurun, tekanan nadi menyempit,

 Perasaan lemah menurun turgor kulit menurun, membrane

 Perasaan haus menurun mukosa kering, volume urun


menurun, hematocrit meningkat,
 Frekuensi nadi membaik
haus dan lemah)
tekanan darah membaik
Terapeutik
 kadar Hb mambaik
2. Berikan asipan cairan oral
Edukasi
3. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
4. Anjurkan mengindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian cairan IV
(mis, RL, NaCl)
6. Kolaborasi pe,berian IV (mis,
glukosa 2,5 %, NaCl 0,4 %)
7. Kolaborasi pemberian dara
2 (0077) Nyeri Akut (L.03038) Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
Berhubungan dengan agen intervensi keperawatan selama 1 x Observasi
pencendera fisiologis 24 jam maka Tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karekteristik,
menurun dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
 Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
 Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri

 Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respons nyeri non

 Gelisah menurun verbal


4. Identifikasi faktor yang
 Kesulitan tidur menurun
memperberat dan memperingan
 Perasaan depresi (tertekan)
nyeri
menurun
5. Identifikasi pengetahuan dan
 Anoreksia menurun
keyakinan tentang nyeri
 Perineum terasa tertekan
6. Identifikasi pengaruh budaya
menurun
 Ketegangan otot menurun terhadap respon nyeri
 Muntah menurun 7. Monitor keberhasilan terapi

 Mual menurun komplementer yang sudah

 Frekuensi nadi membaik diberikan


8. Monitor efek samping penggunaan
 Pola napas membaik
analgesik
 Fungsi berkemih membaik
Terapeutik
 Nafsu makan membaik
9. Berikan teknik non farmakologis
 Pola tidur membaik
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
10. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
11. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
12. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
13. Jelaskan strategi meredakan nyeri
14. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
15. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

3 (D.0056) Intoleransi (L.05047) Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)


Aktivitas Berhubungan intervensi keperawatan selama 1 x Observasi
Dengan Kelemahan 24 jam maka toleransi aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
meningkat dengan kriteria hasil : yang mengakibatkan kelelahan
 Frekuensi nadi meningkat 2. Monitor pola dan jam tidur
Kemudahan dalam 3. Monitor pola dan ketidaknyamanan
melakukan aktivitas selama melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat Terapeutik
 Kekuatan tubuh bagian 4. Lakukan rentang gerak pasif/aktif
atas meningkat Edukasi
 Kekuatan tubuh bagian 5. Anjurkan tirah baring
bawah meningkat 6. Anjurkan melakukan aktivitas
 Tekanan darah membaik secara bertahap
 Frekuensi napas membaik Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
4 (D.0080) Ansietas (L.05047) Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)
Behubungan Dengan intervensi keperawatan selama 1 x Observasi
Kurang terpapar 24 jam Tingkat ansietas menurun 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
informasi dengan kriteria hasil : berubah(mis, kondisi, waktu,
 Verbalisasi khawatir stressor)
akibat kondisi yang 2. Identifikasi kemampuan
dihadapi menurun mengambil keputusan
 Frekuensi napas menurun 3. Monitor tanda tanda ansietas
 Frekuensi nadi menurun Terapeutik

 tekanan darah menurun 4. Ciptakan suasana terapeutik

 tremor menurun untuk membutuhkan


kepercayaan.
 pucat menurun
5. Temani pasien untuk
 Konsentrasi membaik mengurangi kecemasan
 pola tidur membaik 6. Dengarkan dengan penu

 perasaan keberdayaan perhatian

membaik Edukasi
7. Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin dialami
8. Anjurrkan keluarga untuk tetap
9. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

5 (D.0039) Risiko Syok (L.03032) Setelah dilakukan Pencegahan Syok (I.02068)


dibuktikan dengan intervensi keperawatan selama 1 x Observasi
Kekurangan volume 24 jam Tingkat Syok mningkat 1. Monitor status kardiopulmonal (
cairan dengan kriteria hasil : frekuensi dan kekuatan nadi,
 Kekuatan nadi meningkat frekuensi napas, TD, MAP)
 Output urin meningkat 2. Status oksigenasi (oksimetri nasi

 Tingkat kesadaran , AGD)

meningkat 3. Monitor status cairan ( masukan


 Akral dingin menurun dan haluaran, turgor kulit, CRT)
 Pucat menurun Terapeutik

 Haus menurun 4. Berikan oksigen untuk

 Tekanan darah sistolik mmpertahankan saturasi

membaik Oksigen >92%

 Tekanan darah diastolic Edukasi


membaik 5. Jelaskan penyebab/factor risiko
syok
 Tekanan nadi membaik
6. Anjurkan memperbanyak asupan
 Tekanan napas membaik
cairan oral
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian Transfusi
darah, jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
Adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan
ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada
tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi efekstif, kemampuan
untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan
melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan
kemampuan evaluasi.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang diamati dan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi terbagi atas dua
jenis, yaitu evaluasi formatis dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif,
dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan
guna menilai keefektifan tindakan keperawatan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang
dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien),
objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan
teori) dan Planning (perencanaan). Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan
wawancara pada akhir layanan, menanyakan respons klien dan keluarga
terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan

DAFTAR ISI
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate
OfElsefer.

Farrer, Helen. 2009. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan :


Definisi dan  Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Mitayani, 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi NANDA & NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai