HALAMAN JUDUL
Oleh :
YENITA RATRI NURMIMAWATI
3020193471
Hari : Selasa
Praktikan,
Mengetahui,
Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis mengalami beberapa hambatan-hambatan dan
kesulitan, namun berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Briggita Ayu D.S,S.Kep., Ns.,M.Kes
2. Seluruh teman-teman dari Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan sebab
itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis
berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
1. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
(Nurarif. 2013).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Brunner and Suddarth, 2016).
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
tulang yang berlebihan. (Rasjad. 2018).
Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan maupun
kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada kaki. Fraktur ini sering
terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia dengan tulang osteoporosis dan tulang lemah
yang tak mampu menahan energi akibat jatuh atau benturan benda keras (Handerson,
2011).
Menurut Mansjoer (2015), fraktur tibia (bumper fracture/fraktur tibia plateau)
adalah fraktur yang terjadi akibat trauma langsung dari arah samping lutut dengan kaki
yang masih terfiksasi ke tanah.
2. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh:
a. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat komuniti dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
b. Trauma tidak langsung
Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma
tersebut disebut trauma tidak langsung. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh.
Fraktur juga dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
puntir mendadak, dan kontraksi otot ekstrim. (Brunner & Suddart, 2016).
Penyebab paling umum fraktur tibia biasanya disebabkan oleh:
a. Pukulan/benturan langsung.
b. Jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi.
c. Gerakan memutar mendadak.
d. Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan atau penyakit primer seperti
osteoporosis.
Faktor Predisposisi
6. Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit.
2) Osteomielitis.
3) Kompartement sindrom.
4) Emboli lemak.
5) Tetanus.
b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal:
a) Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring.
b) Delayed union, adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c) Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
3) Osteomielitis kronis.
4) Osteoporosis pasca trauma.
5) Ruptur tendon (Mansjoer, arif. 2015).
7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang fraktur menurut Nurarif 2013:
a. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi fraktur.
b. CT Scan tulang, tomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
c. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
d. Hitung darah kapiler lengkap
1) HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
2) Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
3) Kadar Ca kalsium, Hb.
8. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi
dan ketentuan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksi fraktur (seting tulang) berarti mengembalikan fregmen tulang pada
kesejajaran dan rotasi anatomis.
b. Imobilisasi fraktur: setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilasisi atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
c. Rehabilitasi: proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara
melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien
(Rasjad. 2018).
I. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian Fokus
1) Anamnesa
a) Data Biografi
b) Riwayat kesehatan masa lalu
c) Riwayat kesehatan keluarga
2) Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas / istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari
jaringan yang bengkak / nyeri).
b) Sirkulasi
- Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah).
- Takikardia (respon stress , hipovolemik).
- Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler lambat.
- Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera.
c) Neurosensori
- Hilang gerakan / sensasi, spasme otot.
- Kebas / kesemutan (parestesia).
- Nyeri / kenyamanan.
- Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot
merupakan penyebab nyeri di rasakan.
d) Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna Pembengkakan
local.
e) Pengetahuan
Kurangnya pemajanan informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
serta perawatannya.
Pre Operasi
3) Pola eliminasi
- Kesemutan, baal.
- Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas.
- Tidak kuat menahan beban berat.
- Keterbatasan mobilisasi.
- Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal injury,
lambatnya kapiler refill tim.
5) Pola tidur dan istirahat
- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan
sebelumnya.
Post Operasi
3) Pola eliminasi
- Keterbatasan beraktivitas.
- Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot.
- Baal atau kesemutan.
- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
- Perdarahan, perubahan warna.
- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan
sebelumnya.
Brunner and Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 Edisi 8. Jakarta: EGC
Muttaqin. A. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Egc.
Jakarta
Rasjad, Chairuddin. 2018. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,cetakan ke-V. Jakarta: Yarsif
Watampone