Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR TIBIA DEXTRA PADA PASIEN

Tn. R DI POLI CAMAR RSPAU HARDJOLUKITO

HALAMAN JUDUL

Oleh :
YENITA RATRI NURMIMAWATI
3020193471

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan keperawatan pada pasien Tn. R dengan Fraktur Tibia Dextra di Poli Camar RSPAU
Hardjolukito. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu Praktik Klinik Keperawatan
Medikal Bedah semester V, pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 05 Oktober 2021

Tempat : Poli Camar RSPAU Hardjolukito

Praktikan,

(Yenita Ratri Nurimawati)


NIM: 3020193471

Mengetahui,
Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

(-) (Briggita Ayu


D.S,S.Kep.,Ns.,M.Kes)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Dengan Fraktur Tibia Dextra Pada Pasien Tn. R Di Poli Camar RSPAU
Hardjolukito”

Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis mengalami beberapa hambatan-hambatan dan
kesulitan, namun berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Briggita Ayu D.S,S.Kep., Ns.,M.Kes
2. Seluruh teman-teman dari Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan sebab
itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis
berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 05 oktober 2021

Penulis
1. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
(Nurarif. 2013).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Brunner and Suddarth, 2016).
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
tulang yang berlebihan. (Rasjad. 2018).
Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan maupun
kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada kaki. Fraktur ini sering
terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia dengan tulang osteoporosis dan tulang lemah
yang tak mampu menahan energi akibat jatuh atau benturan benda keras (Handerson,
2011).
Menurut Mansjoer (2015), fraktur tibia (bumper fracture/fraktur tibia plateau)
adalah fraktur yang terjadi akibat trauma langsung dari arah samping lutut dengan kaki
yang masih terfiksasi ke tanah.

2. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh:
a. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat komuniti dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
b. Trauma tidak langsung
Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma
tersebut disebut trauma tidak langsung. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh.

      Fraktur juga dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
puntir mendadak, dan kontraksi otot ekstrim. (Brunner & Suddart, 2016).
Penyebab paling umum fraktur tibia biasanya disebabkan oleh:

a. Pukulan/benturan langsung.
b. Jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi.
c. Gerakan memutar mendadak.
d. Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan atau penyakit primer seperti
osteoporosis.

Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi fraktur adalah:

a. Riwayat penyakit keluarga seperti diabetes, osteoporosis, osteoartritis.


b. Nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium dan protein.
c. Usia lanjut lebih dari 50 tahun. Karena pada lansia pembentukan substansi dasar
tulang rawan berkurang.

3. Tanda dan Gejala


a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasikan.
b. Krepitus yaitu saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
c. Deformitas (terlihat maupun teraba).
d. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.
e. Tak mampu menggerakkan kaki karena adanya perubahan bentuk/posisi berlebihan
bila dibandingkan dengan keadaan normal ( Handerson.2011).
4. Patofisiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma
dan poliferasi menjadi odem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman
nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu
dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan imobilitas
yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh (Henderson, 2011).

5. Klasifikasi fraktur, antara lain:


a. Fraktur komplet: Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran dari posisi normal.
b. Fraktur tidak komplet: Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
c. Fraktur tertutup: Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen
frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d. Fraktur terbuka: Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen
frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada
tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing).
1) Grade I dengan luka bersih kurang dari l cm panjangnya.
2) Grade II luka lebih besar, luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
3) Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif, merupakan yang paling kuat ( Mansjoer, arif. 2015).

6. Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit.
2) Osteomielitis.
3) Kompartement sindrom.
4) Emboli lemak.
5) Tetanus.
b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal:
a) Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring.
b) Delayed union, adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c) Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
3) Osteomielitis kronis.
4) Osteoporosis pasca trauma.
5) Ruptur tendon (Mansjoer, arif. 2015).

7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang fraktur menurut Nurarif 2013:
a. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi fraktur.
b. CT Scan tulang, tomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
c. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
d. Hitung darah kapiler lengkap
1) HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
2) Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
3) Kadar Ca kalsium, Hb.

8. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi
dan ketentuan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksi fraktur (seting tulang) berarti mengembalikan fregmen tulang pada
kesejajaran dan rotasi anatomis.
b. Imobilisasi fraktur: setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilasisi atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
c. Rehabilitasi: proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara
melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien
(Rasjad. 2018).

I. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian Fokus
1) Anamnesa
a) Data Biografi
b) Riwayat kesehatan masa lalu
c) Riwayat kesehatan keluarga
2) Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas / istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari
jaringan yang bengkak / nyeri).
b) Sirkulasi
- Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah).
- Takikardia (respon stress , hipovolemik).
- Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler lambat.
- Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera.
c) Neurosensori
- Hilang gerakan / sensasi, spasme otot.
- Kebas / kesemutan (parestesia).
- Nyeri / kenyamanan.
- Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot
merupakan penyebab nyeri di rasakan.
d) Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna Pembengkakan
local.

e) Pengetahuan
Kurangnya pemajanan informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
serta perawatannya.

Pre Operasi

1) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan

- Kegiatan yang beresiko cidera.


- Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh.
- Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan.

2) Pola nutrisi metabolik

- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.


- Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan warna kulit di
sekitar luka, edema.

3) Pola eliminasi

- Konstipasi karena imobilisasi.

4) Pola aktivitas dan latihan

- Kesemutan, baal.
- Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas.
- Tidak kuat menahan beban berat.
- Keterbatasan mobilisasi.
- Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal injury,
lambatnya kapiler refill tim.
5) Pola tidur dan istirahat

- Tidak bisa tidur karena kesakitan.


- Sering terbangun karena kesakitan.

6) Pola persepsi kognitif

- Nyeri pada daerah fraktur.


- Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur.
- Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi.

7) Pola persepsi dan konsep diri

- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan
sebelumnya.

8) Pola peran dan hubungan dengan sesama

- Merasa tidak ditolong.


- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya.

Post Operasi

1) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan

- Kegiatan yang beresiko cidera.


- Pengetahuan pasien tentang perawatan luka di rumah.

2) Pola nutrisi metabolik

- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.

3) Pola eliminasi

- Konstipasi karena imobilisasi.

4) Pola aktivitas dan latihan

- Keterbatasan beraktivitas.
- Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot.
- Baal atau kesemutan.
- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
- Perdarahan, perubahan warna.

5) Pola tidur dan istirahat

- Tidak bisa tidur karena kesakitan luka operasi.


- Sering terbangun karena kesakitan.

6) Pola persepsi kognitif

- Keluhan lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.


- Nyeri pada luka operasi.
- Tidak adanya nyeri akibat kerusakan saraf.
- Pembengkakan, perdarahan, perubahan warna.

7) Pola persepsi dan konsep diri

- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan
sebelumnya.

8) Pola peran dan hubungan dengan sesama

- Merasa tidak tertolong.


- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya (Muttaqin 2011).
b. Analisa data dan Diagnosa keperawatan
1) Analisa data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya
fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama
dengan masalah yang di dapat pada pasien (Brunner & Suddarth 2016).
2) Diangnosa keperawatan
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan.
b) Nyeri akut.
c) Hambatan mobilisasi fisik.
d) Intoleransi aktivitas.
e) Kerusakan integritas jaringan.
f) Resiko tinggi infeksi
3) Intervensi keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan Perfusi NOC : NIC :
jaringan Definisi : Penurunan Manajemen sensasi perifer
4.4.00204.  Status sirkulasi
pemberian oksigen dalam
 Monitor adanya daerah
kegagalan memberi makan Kriteria Hasil :
tertentu yang hanya
jaringan pada tingkat kapiler.
 mendemonstrasikan peka terhadap
Batasan karakteristik :
status sirkulasi yang panas/dingin/tajam/tum
Renal ditandai dengan : pul.
Tekanan systole  Monitor adanya
 Perubahan tekanan darah
dandiastole dalam paretese.
di luar batas parameter.
rentang yang diharapkan.
 Instruksikan keluarga
 Hematuria. Tidak ada
untuk mengobservasi
ortostatikhipertensi.
 Oliguri/anuria. kulit jika ada lsi atau
Tidak ada tanda tanda
laserasi.
 Elevasi/penurunan peningkatan tekanan
BUN/rasio kreatinin. intrakranial (tidak lebih  Gunakan sarun tangan
dari 15 mmHg). untuk proteksi.
Gastro Intestinal
 Mendemonstrasikan
 Batasi gerakan pada
 Secara usus hipoaktif kemampuan kognitif
kepala, leher dan
atau tidak ada. yang ditandai dengan:
punggung.
berkomunikasi dengan
 Nausea.
jelas dan sesuai dengan  Monitor kemampuan
 Distensi abdomen. kemampuan. BAB.

 Nyeri abdomen atau  Menunjukkan perhatian,


 Kolaborasi pemberian
tidak terasa lunak konsentrasi dan orientasi.
analgetik.
(tenderness).  Memproses informasi
membuat keputusan  Monitor adanya
Peripheral dengan benar. tromboplebitis.

 Menunjukkan fungsi  Diskusikan menganai


4) Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 Edisi 8. Jakarta: EGC

Handerson, M. A. 2011. Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yogyakarta: Yayasan Enssential Medika

Mansjoer, Areif. 2015. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: FKUI.

Muttaqin. A. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Egc.
Jakarta

Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Rasjad, Chairuddin. 2018. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,cetakan ke-V. Jakarta: Yarsif
Watampone

Anda mungkin juga menyukai