Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN ORTOPEDI

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR HUMERUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Pembimbing : Addi Mardi Harnanto, M.N
Pembimbing Klinik : Wiryatmoko S.Kep Ns

Disusun oleh :

DANI HIDAYAT

P2722002011

DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SURAKARTA

2022
BAB I

TINJAUAN PUSTA

A. Definisi
Menurut Murtala, Bachtiar (2019) Tulang humerus merupakan
tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas atas. Tulang humerus
membentuk dua persendian pada sisi proksimal membentuk persendian
dengan scapula dan pada sisi distal membentuk persendian dengan radius
dan ulna. Sehingga fraktur humerus merupakan kejadian patah tulang yang
terjadi pada tulang di lengan atas.
B. Klasifikasi
Menurut Murtala, Bachtiar. (2019) klasifikasi Fraktur Humerus terbagi
menjai 3 yaitu:
1. Fraktur Proksimal Humerus

a. Etiologi
Mekanisme trauma pada orang dewasa tua biasa dihubungkan
dengan kerapuhan tulang atau osteoporosis. Pada pasien dewasa
muda, fraktur ini dapat terjadi karena high-energy trauma
contohnya kecelakaan lalu lintas sepeda motor dan sebagainya.
Mekanisme yang jarang terjadi antara lain peningkatan abduksi
bahu, trauma langsung, kejang dan proses patologis.
b. Manifestasi klinis
Gejala pada farktur proksimal humerus adalah nyeri, bengkak,
nyeri tekan nyeri pada saat digerakkan dan dapat teraba krepitasi.
2. Fraktur Batang Humerus

Fraktur komunikatif pada 1/3 tengah os humerus kiri


a. Etiologi
Mekanisme terjadinya trauma dapat secara langsung maupun tidak
langsung.
b. Manifestasi klinis
Gejala pada fraktur batang humerus adalah nyeri, bengkak,
deformitas dan dapat terjadi pemendekan tulang pada tangan yang
fraktur.
3. Fraktur distal humerus

a. Fraktur suprakondilar undisplaced


b. Fraktur suprakondilar “off-ended”
a. Etiologi
Mekanisme cedera untuk fraktur ini dapat terjadi karena trauma
langsung atau trauma tidak langsung. Trauma langsung contohnya
apabila terjatuh atau terpeleset dengan posisi siku tangan menopang
tubuh atau bisa juga karena siku tangan terbentur atau dipukul
benda tumpul. Sedangkan pada trauma tidak langsung apabila jatuh
dalam posisi tangan menopang tubuh tetapi posisi siku dalam posisi
tetap lurus. Hal ini biasa terjadi pada orang dewasa usia
pertengahan atau wanita usia tua.
b. Manifestasi klinis
Gejala pada fraktur distal humerus antara lain pada daerah siku
dapat terlihat bengkak kemerahan nyeri, kaku sendi dan biasanya
pasien akan mengeluh siku lengannya seperti akan lepas.
Kemudian dari perabaan atau palpasi terdapat nyeri tekan, krepitasi
dan neurovaskuler dalam batas normal.
C. Etiologi
Menurut Murtala, Bachtiar. (2019) Fraktur humerus dapat terjadi
karena jatuh dengan tangan terentang atau juga karena kegagalan tulang
humerus menahan tekanan terutama tekanan bengkok memutar dan
tarikan. Trauma dapat bersifat langung dan tidak langsung :
1. Langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif
dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
2. Tidak langsung
Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah
yang lebih jauh dari daerah fraktur.
Tekanan pada tulang dapat berupa :
1. Tekanan berputar menyebabkan fraktur bersifat oblique atau spiral.
2. Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal.
3. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur
impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi.
4. Kompresi vertical yangdapat menyebabkan fraktur kominutif atau
memecah.
5. Trauma karena remuk.
6. Trauma karena ptarikan pada ligament atau tendon akan menarik
sebagian tulang.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Sofyan, Syerly (2019). Tanda gejala dari fraktur humerus adalah
1. Nyeri Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen
tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk memanimalkan gerakan
antar fragmen tulang.
2. Kehilangan fungsi Setelah terjadi fraktur
Bagian-bagian yang mengalami tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak almiah (Gerakan luar biasa) bukannya tetap
rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstrimitas
yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstrimitas normal.
Ekstrimitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pemendekan ekstrimitas
Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekkan tulang yang
sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain
sampai 2,5-5 cm (1-2 inci).
4. Krepitus
Saat ekstrimitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainny. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan lokal dan perubahan warna
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera. 
E. Patofisiologi
Menurut Sofyan, Syerly (2019) Tulang bersifat rapuh namun
cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi
yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Murtala, Bachtiar. (2019). Pemeriksaan radiologis
diperlukan untuk menentukan keadaan lokasi, serta ekstensi fraktur. Hal
ini untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya,
maka sebaiknya kita menggunaan bidai yang bersifat radiolusen untuk
imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
Menurut Brown, Andrew; King,2017 dalam buku Hidayat, Muhammad
dkk 2021 Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk mendiagnosa
fraktur humerus adalah foto polos X-Ray. Poin-poin yang dapat ditemukan
pada foto polos X-ray antero-posterior (AP) lateral pada fraktur humerus
sebagai berikut :
1. Alignment didapatlan ialignment pada os.humerus.
2. Bone didapat fraktur kmplit pada diafisis of humerus dengan
konfiguasi transversal dan os ulna oblik.
3. Cartilage tidak didapatkan kelainan pada kartilago.
4. Soft tissue didapatkan bengkak pada jaringan lunak.
H. Penatalaksanaan
1. Medis
Menurut Sofyan, Syerly (2019). Penatalaksanaan dari Fraktur humerus
adalah
a. Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis
1) Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.
2) Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot
yang terjadi.
3) Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,
sekrup, plat, paku atau batangan logam yang dapat digunakan
untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
b. Imobilisasi fraktur, mempertahankan reduksi sampai terjadi
penyembuhan. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran
yang benar sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna
meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik
gips atau fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi interna dapat
digunakan implant logam yang dapat berperan sebagai bidai
interna untuk mengimobilisasi fraktur.
c. Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah
dilakukan reduksi dan imobilisasi.
BAB II

KONSEP ASUHAHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a.) Identitas klien
Pada umumnya jenis kelamin laki-laki dengan usia 20-40
tahun rentan terjadi fraktur, pekerjaan juga menjadi
pengaruh utama pada fraktur mengingat fraktur paling
sering disebabkan karena kecelakaan.
b.) Keluhan uatama
Pada umumnya keluhan utama kasus post op fraktur
humerus adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau
kronik tegantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri
klien digunakan :
1.) Provoking Incident : fraktor presipitasi nyeri
2.) Quality of pain : nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Seperti terbakar, berdenyut atau
menusuk
3.) Region : radiaton, relief: apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan di
mana rasa sakit terjadi
4.) Saverti (Scale) of pain : seberapa jau rasa nyeri yang
dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau
klien menerangkan beberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya
5.) Time : lama nyeri berlangsung. (Ignatavicius, Donna
D, 1995)
c.) Riawayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab
dari fraktur, yang nantinya membantu dalam rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa
ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mna
yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme
terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang
lain.
d.) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkjian ini ditemukan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit– penyakit tentu seperti kanker
tulang dan pnyakit paget’s yang menyebabkan fraktur
patologis byang sering sulit untuk menyambung. Selain itu,
penyakit diabetes dengan luka dikaki sangat beresiko
terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga
diabetes menghambat prose penyembuhan tulang.
e.) Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit
tulang merupakan salah satu predisposisi terjadinya fraktur,
seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan baik dan buruknya klien, tanda-tanda yang perlu
dicatat adalah kesadaran klien.
2. B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan sistem pernapasan, didapatkan bahwa
klien fraktur humerus tidak mengalami kelainan
pernafasan.
3. B2 (Blood)
Inpeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, ikut
teraba, auskultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur
4. B3 (Brain)
a) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu normal sefalik, simetris, tidak ada
penonjolin dan tidak ada sakit kepala.
b) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan
dan refleks menelan ada.
c) Wajah
Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain
tidak ada perubahan fungsi dan bentuk simetris, tidak ada
lesi dan edema.
d) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis.
e) Telinga
Tes bisik atau Weber masi dalam kedaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
f) Hidung
Tidak ada deformitas, tidak ada pemasangan cuping hidung.
g) Mulut dan Faring
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
5. B4 (Bladder)
Kaji urine yang meliputi warna, jumah dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Tetapi biasanya tidak mengalami
gangguan.
6. B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi turgo kulit baik, tidak ada defans muskular dan
hepar teraba. Perkusi suara timpani ada pantulan
gelombang cairan. Auskultasi peristaltik usus normal
kurang lebih 20x/menit.
7. B6 (Bone)
Adanya fraktur humerus akan menglami secara lokal, baik
fungsi motorik, sensorik maupun peredaran darah.
a) Inspeksi
- Perhatikan adanya pembekakan yang abnormal dan
deformitas.
- Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun
buatan seperti bekas oprasi).
- Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.
- Benjolan, pembengkakan atau cekungan dengan hal-
hal yang tidak biasa (abnormal).
- Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas).
b) Palpasi
- Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan
kelembaban kulit.
- Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi
atau oedema terutama disekitar persendian.
- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan
(1/3 proksimal,tengah atau distal).
- Otot : tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi,
benjolan yang terdapat di permukaan atau lekat pada
tulanng.
C. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang biasa dijumpai pada klien
fraktur humerus adalah sebagai berikut
a.) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (trauma)
b.) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal
c.) Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis (penekanan pada
tulang)
d.) Resiko infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer : kerusakan integritas kulit
e.) Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

D. Intervensi

No.dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan 3×24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri 1. identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas dan
dalam rentang skala 3-1 intensitas nyeri
2. pasien tidak tampak 2. identifikasi skala nyeri
meringis menahan nyeri 3. identifikasi pengaruh
3. sikap protektif terhadap nyeri pada kualitas
nyeri tidak ada hidup
4. pasien tidak mengalami Terapeutik
kesulitan tidur 1. berikan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
3. fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
1. jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
analgetik
2 Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (I.05173)
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan mobilitas fisik 1. identifikasi adanya
meningkat dengan kriteria hasil: nyeri atau keluhan fisik
- Pergerakan ekstremitas lainnya
meningkat 2. identifikasi toleransi
- Kekuatan otot meningkat fisik melalui
- Rentang gerak (ROM) pergerakan
meningkat 3. monitor kondisi umum
- Kelemahan fisik selama melakukan
menurun mobilisasi
Terapeutik
1. fasilitasi aktifitas
mobilisasi dengan alat
bantu
2. fasilitasi melakukan
pergerakan
3. libatkan keluarga untuk
membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
3 Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
keperawatan selama 3x24 jam (I.11353)
diharapkan integritas kulit Observasi
meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab
1. Kerusakan jaringan gangguan integritas kulit
menurun Terapeutik
2. Kerusakan lapisan kulit 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika
menurun tirah baring
3. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
4. Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
5. Anjurkan menggunakan
pelembab
6. Anjurkan minum air yang
cukup
7. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
8. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
4 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (I14539)
keperawatan selama 3x24 jam. Observasi
Diharapkan tingkat infeksi 1. Monitor tanda dan gejala
menurun dengan kriteria hasil: infeksi local dan sistemik
1. Demam menurun Terapeutik
2. Kemerahan menurun 2. Berikan perawatan kulit pad
3. Nyeri menurun area edema
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
5. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
6. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
5 Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatab diri
keperawatan selama 3x24 jam, (I.11348)
diharapkan perawatan diri Observasi
meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kebiasan
1. Verbalisasi keinginan aktivitas perawatan diri
melakukan perawatan sesuai usia
diri meningkat 2. Monitor tingkat
Minat melakukan perawatan diri kemandirian
meningkat Terapeutik
3. Sediakan lingkungan yang
terapeutik
4. Siapkan keperluan pribadi
5. Damping dalam melakukan
perawatan diri sampai
mandiri
6. Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
7. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
Anjurkan melakukan
perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan

E. Implementasi
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan yang khusus yang diperlukan
untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan).
Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan
untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan.
Dalam konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan
menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil, dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. Tujuan evaluasi adalah
untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana keperawatan yang
telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel yang akan
mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil keoutusan
apakah rencana keperawatan diteruskan, modifikasi atau
dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Antoni Gemiynl Kurna. 2019. “ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai
dari pengkajian,diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu
sendiri. (Ali, 2009)”.
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdf. Diakses
kamis, 17 Februarui 2022

Hidayat, Muhammad dkk. (2021). “ Intramedullary Nail pada Fraktur Tulang


Panjang”. MNC Publishing: Malang. (online).
https://www.google.co.id/books/edition/Intramedullary_Nail_Pada_Frakt
ur_Tulang/hqtVEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=fraktur+humerus&printsec=frontcover. Diakses
pada 17 Februari 2022

Kundre Melania. 2020. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN


DIAGOSA MEDIS POST OP FRAKTUR HUMERUS DEXTRA DI
RUANG MELATI RSUD
BANGILPASURUAN”.http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/235/1/
KTI%20MELANI%20.pdf. Diakses Kamis, 17 Februari 2022

Murtala, Bachtiar. (2019). “ Radiologi Trauma & Emergensi’. PT Penerbit IPB


Press: Bogor. (online).
https://www.google.co.id/books/edition/Radiologi_Trauma_Emergensi/
Ty0TEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=fraktur+humerus&pg=PA63&printsec=frontcover.
Diakses pada Kamis, 17 februari 2022

Sofyan, Sherly (2019). “LP Fraktur Humerus”. (online).


https://kupdf.net/download/lp-fraktur-
humerusdocx_5d22cdece2b6f50f550ba0a9_pdf#. Diakses pada Jum’at, 18
Februari 2022
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan:DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PP

Anda mungkin juga menyukai