Oleh:
Nandita Yogis Pratama, S.Kep
092311101029
I
a.
KONSEP PENYAKIT
Kasus
Faktur femur
b.
Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Femur adalah tulang terpanjang dan kuat pada tubuh
manusia. Fraktur femur adalah fraktur yang terjadi pada tulang femur.
Fraktur dibagi dalam dua jenis :
1. Fraktur terbuka (kompleks)
Fraktur terbuka merupakan patah pada seluruh garis tengah tulang
dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal),
fraktur terbuka ditandai oleh luka yang dalam hingga bersinggungan
dengan hematom fraktur hingga menyediakan jalan masuk untuk
bakteri.
Fraktur terbuka digolongkan dalam tiga grade, yaitu :
a)
b)
Grade II : luka lebih luas (1-10 cm) tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif.
c)
b)
tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar pada kulit dan
jaringan subkutan
c)
Etiologi
Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang
dapat diabsorpsinya. Terdapat tiga penyebab utama fraktur, yaitu :
1. Trauma langsung maupun tidak langsung
2. Fraktur lemah atau stres
3. Fraktur patologis terjadi pada tulang abnormal atau berpenyakit, dan
menyebabkan fraktur yang disebabkan oleh kekuatan yang terbatas
(misal osteoporosis, tumor).
d.
Fraktur batang femur memiliki insidensi yang cukup tinggi diantara jenisjenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3
tengah.
Fraktur kolum femur dapat terjadi akibat trauma langsung, pasien terjatuh
dengan posisi miring dan trokanter mayor langsung terbentur pada benda
keras seperti jalanan. Pada trauma tidak langsung, fraktur kolum femur
terjadi karena gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
Kebanyakan fraktur ini terjadi pada wanita tua yang tulangnya sudah
mengalami osteoporosis.
e.
Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila terdapat tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diabsorpsi oleh tulang, maka terjadilah
trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang dan terjadilah fraktur. Setelah terjadi fraktur, periosteum
dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan
tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih ini merupakan dasar penyembuhan tulang
f.
g.
Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat digolongkan sebagai komplikasi cepat (saat
cedera), awal (dalam beberapa jam atau hari), dan lambat (dalam beberapa
minggu aatau bulan).
1. Komplikasi cepat
a)
b)
c)
2. Komplikasi awal
a)
Infeksi luka
b)
c)
d)
3. Komplikasi lambat
a)
b)
c)
d)
Deformitas.
e)
f)
h.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penting pada fraktur, yaitu :
1. Umum
Cari
tanda-tanda
syok/perdarahan
dan
periksa
Airway,
Breathing,Circulation (ABC)
Cari trauma pada tempat lain yang berisiko (kepala, tulang belakang,
iga dan pneumotoraks, dan trauma pelvis)
2. Segera
Hilangkan rasa nyeri (opiat intravena, blok saraf, gips, dan traksi)
Buat akses intravena dengan baik dan kirim golongan darah dan
sampel untuk dicocokkan
3. Definitif
Imobilisasi
(gips,
bracing
fungsional,fiksasi
internal,
fiksasi
eksternal, traksi)
i.
compound
merupakan
kegawatdaruratan
bedah
dan
Indikasi pembedahan
b.
Fraktur multipel
Fraktur patologik
atau
tanpa
sekrup
pengunci),circumferential
bands, atau
2.
3.
4.
Fraktur
patologik,
di
mana
penyakit
tulang
dapat
mencegah
penyembuhan.
5.
Fraktur multiple
6.
Jumla
Alat tambahan
Jumlah
h
o Gunting kassa
o Jas operasi
o Gunting jaringan
o Handscoon
o Klem
10
o Duk besar
o Pinset anatomis
o Canul suction
(besar/kecil)
o Pinset cirugis
o Selang suction
(besar/kecil)
o Kassa
o Kocher
o Pisturi no. 22
o Dukklem
o Cutter
o Nail fuder
o Scuple (no 4)
o Kom
o Bengkok
30
o Set ORIF:
Bone klem
Reduction
Raspatorium
Kuret
Mata bor
1 set
Penatalaksanaan/instrumen
No
1 Desinfeksi
Tindakan
Kom,
Peralatan
betadin,
alcohol,
2
3
4
Drapping
Menandai daerah sayatan
Melakukan sayatan pada
klempanjang, kassa
Duk besar, duk lubang, duk klem
Pisau, klem, kassa
kulit Pisau, kassa, klem arteri,
5
6
7
sampai otot
Mempertahankan hemostatis
Membersihkan area fraktur
Reposisi fraktur menahan
8
9
10
11
12
13
14
15
16
fraktur
Fiksasi fraktur
Bor 6 whole area fraktur
Memasang plate
Mencuci daerah operasi
Hecting otot
Hecting sub cutis
Hecting kulit
Desinfeksi
Balut luka
d. Pengkajian Keperawatan:
1. persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan,
2. pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri, biomedical sign,
clinical sign, diet pattern
3. pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi,
bau, karakter)
4. pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living,status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen
5. Pola tidur & istirahat : durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur
6. Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan
keadaan indera
7. Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri,
dan peran diri
8. Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
9. Pola peran & hubungan
10. Pola manajemen & koping stres
11. Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
e. Pemeriksaan fisik
a
Pemeriksaan fraktur
Look/inspeksi DOTS
D deformitas : kelainan bentuk
O open injury : adakah luka terbuka untuk segera mencegah
kontaminasi
T tenderness : nyeri tekan
S swelling pembengkakan
Feel/palpasi
Move/gerakan
Adakah gerakan abnormal, batasan gerak, hilangnya fungsi, periksa
trauma
daerah
lain
(head
to
toe),
komplikasi
fraktur,
X-Ray
Hambatan
mobilitas fisik
I. POHON MASALAH
Fungsi muskuloskeletal
belum pulih
Defisit
perawatan diri
Nyeri akut
Tirah baring
Post operasi
Terputusnya
kontinuitas jaringan
Risiko
Risiko hipotermi
Faktor risiko yang menyertai
Didalam ruangan
yang dingin
Insisi bedah
Ansietas
Gangguan
perfusi jaringan
: perifer
Indikasi operasi
Kompartemen
sindrom
Hambatan
mobilitas fisik
Nyeri akut
Risiko syok
hipovolemik
Menurunnya
aliran darah ke
daerah distal
Gangguan
fungsi
muskuloskeletal
Risiko
Spasme otot
Deformitas
Perdarahan
Hematom pada
daerah fraktur
Perdarahan lokal
Kondisi patologis
Diagnosa
keperawatan
Nyeri akut
berhubungan
dengan
pergesaran
fragmen tulang
Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
2x24jam post
operasi, nyeri
dapat berkurang
NOC :
o Pain level
o Pain control
o Comfort level
Kriteria hasil
2.
Risiko syok
hipovolemi
berhubungan
Setelah
dilakukan
tindakan
Rasional
Intervensi keperawatan
Pertimbangan tindakan
selanjutnya
4
5
Mengontrol / mengurangi
nyeri pasien
dengan
perdarahan
keperawatan
1x6 jam syok
dapat dihindari
NOC :
o Shock
prevention
o Shock
management
3.
Risiko infeksi
berhubungan
dengan port the
entry kuman
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 1x6
jam infeksi dapat
dihindari
NOC:
o Risk control
o Infection
control
indikator : tidak
terdapat mata
cekung, hematokrit
dalam batas normal,
tidak terdapat demam
Mengidentifikasi keadekuatan
status sirkulasi
4
5
Pertahankan teknik
aseptik
Lakukan debridement
3
4
Pertimbangan intervensi
selanjutnya
Mencegah infeksi pada luka
Mencegah adanya benda asing
yang tertinggal pada luka
Mengecek kembali bahwa
benar-benar tidak terdapat
benda asing yang tertinggal
Tindakan cepat bila ada tanda-
4.
Risiko cedera
berhubungan
dengan faktor
risiko
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 1x8
jam cedera dapat
dihindari
NOC :
o Risk control
Kolaborassi pemberian
antibiotik
tanda infeksi
Mencegah infeksi
NIC :
Positioning : Intraoperative
1
2
3
4
5
2
3
5.
Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan program
pembatasan
gerak
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2x24
pasca operasi jam
mobilitas pasien
dapat meningkat
Pasien meningkat
dalam aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari
peningktaan
mobilitas fisik
NOC:
o Joint
movement :
active
o Mobility level
o Self care :
ADLs
6.
Ansietas
berhubungan
dengan proses
pembedahan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan1x 6
jam, ansietas
pasien dapat
berkurang
NOC: Anxiety self
control,
Pasien
mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tekhnik
untuk
mengontrol
cemas
NIC:
Exercise therapy
1. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
2. Ajarkan bagaimana
latihan yang diperlukan
3. Anjurkan pasien untuk
rutin latihan
4. Monitor perkembangan
kemampuan aktivitas
pasien
5. Anjurkan keluarga juga
berpartisipassi dalam
program latihan pasien
1. Pertimbangan intervensi
selanjutnya
2. Pasien memahami latihan
yang perlu dilakukan
3. Membantu mempercepat
proses peningkatan aktivitas
4. Memantau kemajuan dari
terapi
5. Membantu mempercepat
peningkatan mobilisasi pasien
me
mberikan penghargaan pada
pasien
coping
4.
men
getahui tingkat cemas yang
dirasakan pasien
5.
men
gurangi rasa cemas pasien
DAFTAR PUSTAKA
Brroker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Grace, P.A. & Borley,N.R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Joane. 2004. Nursing Intervention Classification. Mosby : USA
Joane. 2004. Nursing Outcomes Classification. Mosby : USA
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FK UI
Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H.K. 2013. Aplikasi Asuhan Kepreawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Smeltzer , Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC