Disusun Oleh :
Wahyu Anugerah Khasana
1826010008
Ds.Pengampu : Ns.Fernalia,S.Kep.M.Kep
PENDAHULUAN
1. Penulisan Kasus
TRAGEDY JAGORAWI
Saat korban di ruang IGD dilakukan pemeriksaan oleh perawat, hasil pengkajian, klien
mengatakan “kepala sayasakit terutama jika saya beraktifitas, dada saya sakit, nafas saya
seperti mau hilang, pandangan saya menjadi kabur”, hasil ABG : Ph 7,20, PO 2: 20, PCO2 80,
BE:-1, SO2: 89%, HC03: 23, RR: 30X/mnt, BP: 100/85 mmHg, S: 36,5 0C, N: 120X/mnt, klien
mudah tersinggung, cyanotic, akral dingin, CRT >2dtk jika ditanya lama menjawab, GCS 3 4
5, Menggunakan otot bantu pernapasan, hasil inspeksi jelas pada daerah dada sebelah
kanan, ketikadilakukan palpasi dada pasien meringis kesakitan, deviasi trachea ke kiri,
distensi vena jugularis (+), hasil auskultasi yang dilakukan paramedic, didapatkan suara
napas menjauh di paru sebelah kanan, perkusi didapatkan hipersonor pada paru sebelah
kanan di bagian tibia dextra terdapat luka robek.
2. Daftar Pertanyaan
1. Apa itu Tension Pneumothoraks?
2. Apa saja tanda dan gejala tension pneumothoraks?
3. Tindakan utama saat keadaan sudah stabil di IGD?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang pada korban?
5. Bagaimana Algoritma Tension Pneumothoraks?
6. Primary survey yang bagaimana yang harus dilakukan pada kasus di Rumah Sakit
dan sebelum di Rumah Sakit dan apa saja standar peralatan pada ambulance?
7. Bagaimana patofisiologi pada Tension Pneumothoraks?
8. Apa saja komplikasi Tension Pneumothoraks?
9. Apa saja Asuhan Keperawatan dan diagnose pada kasus?
BAB II
PEMBAHASAN
Etiologi
- Pemeriksaan foto dada tampak garis pleura viseralis, lurus atau cembung
terhadap dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis. Celah antara
kedua garis pleura tersebut tampak lusens karena berisi kumpulan udara dan
tidak didapatkan corakan vascular pada daerah tersebut.
Sinar x dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural; dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal.
- Pemeriksaan Laboratorium :
GDA : variable tergantung dari derajat paru yang dipengaruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang
meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun; saturasi oksigen biasanya
menurun. Analisa gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia.
Hb : menurun, menunjukan kehilangan darah.
Torasentesis : menyatakan darah / cairan sero sanguinosa.
4. Algoritma pada kasus
Jumlah korban
Primary survey
Pertahankan dengan balut donat Deep area luka yang Balut bidai
lalu di perban tertembak dan yang
mengeluarkan banyak
Pasien tertembak
Pasang iv line
Universal
Handscon dan masker
precation
(DCAP BTLS)
5. Penatalaksanaan Tension Pneumothoraks
Primery Survey
a. Airway and cervical spine control
Pemeriksaan apakah ada obstruksi jalan napas yang disebabkan benda asing,
fraktur tulang wajah, atau maksila dan mandibula, faktur laring atau trakea.
Jaga jalan nafas dengan jaw thrust atau chin lift, proteksi c-spine, bila perlu
lakukan pemasangan collar neck. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat
dianggap bahwa jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang
terhadap airway harus tetap dilakukan.
- EKG
- NGT bila tidak ada kontraindikasi (fraktur basis kranii)
- Bersihkan dengan antiseptic luka memar dan lecet bila ada lalu kompres
dan obati
c. Lakukan tube thoracostomy / WSD (water sealed drainage, merupakan
tatalaksana definitif tension pneumothorax), (Continous suction).
d. WSDSebagai alat diagnostic, terapik, dan follow up mengevakuasi darah
atau udara sehingga pengembangan paru maksimal lalu lakukan
monitoring
e. Penyulit perdarahan dan infeksi atau super infeksi
Medis
Petugas
- 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi.
- 1 (satu) perawat berkemampuan PPGD.
- 1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS.
Pada saat inspirasi akan terdapat lebih banyak udara lagi yang masuk dan
tekanan udara mulai melampaui tekanan barometrik.Peningkatan tekanan udara
akan mendorong paru yang dalam keadaan recoiling sehingga terjadi atelektasis
kompresi.
Udara juga menekan mediastinum sehingga terjadi kompresi serta pergeseran
jantung dan pembuluh darah besar. Udara tidak bisa keluar dan tekanan yang
semakin meningkat akibat penumpukan udara ini menyebabkan kolaps paru.Ketika
udara terus menumpuk dan tekanan intrapleura terus meningkat, mediastinum
akan tergeser dari sisi yang terkena dan aliran balik vena menurun.Keadaan ini
mendorong jantung, trakea, esofagus dan pembuluh darah besar berpindah ke sisi
yang sehat sehingga terjadi penekanan pada jantung serta paru ke sisi kontralateral
yang sehat (Sudoyo, 2009).
TD : 100/85mmHg
RR : 30x/mnt
PP :-
MAP :-
HR : 120x/mnt
T : 36,5oC
Infus :-
Kateter Urine : -
Produksi urine: -
Warna urine : -
NGT :-
Hasil pemeriksaan laboratorium
Ph : 7,20 BE : -1
PO2 : 20 SO2 : 89%
PCO2 : 80 HCO3 :23
G. GIVE COMFORT
-
H. HISTORY
-
I. HEAD TO TOE ASSESSMENT
Leher : Deviasi trakea (+)
JVD (+)
Thoraks : Inspeksi
Deformitas (-) Burn (-)
Contusio (-) Tenderness (+)
Abrasi (-) Laserasi (+)
Penetrasi (+) Swollen (+)
Palpasi
Nyeri tekan (+) Krepitasi (-)
Paru-paru : Perkusi > hipersonor paru dextra
Auskultasi > suara menjauh paru dextra
Ekstremitas :Inspeksi
Deformitas (-) Burn (-)
Contusio (-) Tenderness (+)
Abrasi (-) Laserasi (+)
Penetrasi (+) Swollen (+)
Palpasi
Nyeri tekan (+) Krepitasi (-)
Pulsasi (+) Motorik (+)
Sensorik (+) Fraktur di tibia dextra
II. Terapi
III. Pemeriksaan Penunjang
ANALISA DATA
DO:
- Ph darah arteri
abnormal (7,20)
- Hipoksia
- Takipnea
- Somnolen
- Sianosis
- Takikardi
2. DS : Keletihan otot Ketidakefektifan pola nafas
- pernafasan
DO :
- Perubahan
kedalaman
pernafasan
- Takipnea
- Hipotensi
- Perubahan
ekskursi dada
No Noc Nic
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Respiratory Monitoring :
3x60 menit respiratory status : Gas 1. Monitor rate, rhytem, depth, adn effort of
Exchange dengan kriteria hasil sebagai respiration
berikut : 2. Note chest movement, wathcing for
N Noc Score symmetry, use of accessory muscules, and
o supraclavicular and intracostal muscule
1. Partial pressure of retractions
oxygen in arterial blood 3. Auscultate breath sounds after treatments
(Pa02) to note results
2. Partial pressure of
4. Monitoring breathing petterns :
carbon dioxide in arterial
tachypnea, hiperventilation
blood (PaC02)
3. Arterial Ph 5. Note location of trachea
4. Chast x-ray 6. Monitor and note changes in SaO2,SvO2, &
5. Sianosis
6. Somnolence tidal CO2 and changes in ABG values
7. Impaired cognition
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x60 menit respiratory status :
Respiratory Status dengan kriteria hasil
sebagai berikut :
N Noc Score
o
1. Respiratory rate
2. Depth inspiration
3. Oxygen saturation
4. Pulmonary function test
5. Sianosis
6. Somnolence
7. Impaired expiration
DAFTAR PUSTAKA
Aru W.Sudoyo,dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed V. Jakarta:Interna
Publishing.
Kowalak, Jennifer P. dkk ; Buku Ajar Patofisiologi : “SISTEM PERNAPASAN-
PNEUMOTHORAKS : BAB.7-Hal.253 :EGC-Jakarta, 2011
Buku Saku Patofisiologi Corwin ,Elizabeth J. Corwi 2009
Manson, J. Robert. 2010. Murray & Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine, 5/e. Saunders.
Philadelphia.
Alagaff, Hood, dkk. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.
Bosswick, John A., Jr. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.