DI RUANG PATTIMURA
Disusun oleh :
GRESLY PESIRERON
MALUKU HUSADA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defenisi
International Association for Study of Pain ( IASP ) menyatakan nyeri adalah
merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang tidak nyamanbaik secara
sensori maupun emosional yang dapai ditandai dengankeruskan jaringan ataupun tidak
(Syamsiah, 2015).
Nyeri merupakan suatu produksi mekanisme bagi tubuh, timbul ketikajaringan
rusak yang menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo,
2010).
Nyeri merupakan tanda yang menyatakan ada sesuatu yang secara fisiologis
terganggu yang menyebabkan seseorang meminta pertolongan (Potter & Perry, 2006)
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa ( Amin dan Hardhi, 2016 )
B. Anatomi dan Fisiologi
Nyeri dapat berasal dari dalam ataupun luar sistem saraf. Nyeri yang berasal dari
luar sistem saraf dinamakan nyeri nosiseptif. Sedangkan nyeri yang berasal dari dalam
dinamakan nyeri neurogenik atau neuropatik. Nyeri dapat dirasakan ketika stimulus yang
berbahaya mencapai serabut-serabut saraf nyeri. Mekanisme proses terjadinya nyeri
terdiri dari empat proses yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi
nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktifitas listrik
di reseptor nyeri.
Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat
transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan jaringan
neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri
melibatkan aktifitas saraf melalui jalur-jaur saraf desenden dari otak yang dapat
memengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis. Modulasi juga melibatkan faktor-
faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktifitas di reseptor nyeri aferen
primer. Persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga
dihasilkan oleh aktifitas transmisi nyeri oleh saraf. (Price and Wilson, 2006) Nosiseptor
merupakan reseptor nyeri, yang ada di akhiran saraf bebas pada setiap jaringan tubuh
kecuali otak. Stimulus suhu, mekanik, ataupun kimia dapat mengaktivasi nosiseptor.
Jaringan yang rusak akan mengeluarkan zat-zat kimia seperti prostaglandin, kinin, dan
potassium yang menstimulasi nosiseptor (Derrickson, 2012).
Jalur nyeri di sistem saraf pusat terbagi dua menjadi, jalur asendens dan
desendens. Pada jalur asendens, serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan impuls
nyeri masuk ke medulla spinalis di akar saraf dorsal. Serat saraf C dan A-δ halus masing-
masing membawa nyeri akut-tajam dan kronik lambat, bersinaps di substansia tanduk
dorsal, memotong medulla spinalis, dan naik ke otak melalui cabang traktus
spinotalamikus. Terdapat dua jalur spinotalamikus sejajar yang menyalurkan impuls ini
ke otak ; traktus neospinotalamikus dan paleospinotalamikus.
Traktus neospinotalamikus membawa info mengenai nyeri cepat atau akut dari
nosiseptor A-δ ke daerah talamus dan bersinaps di nucleus ventroposterolateralis talamus.
Neuron di thalamus akan memproyeksikan akson-aksonnya untuk membawa impuls
nyeri ke korteks somatosensorik primer girus pascasentralis(Price dan Wilson, 2006).
Jalur nespinotalamikus memediasi aspek murni sensorik nyeri yaitu, lokasi, intensitas dan
kualitas (Harrison, 2008).
Traktus paleospinotalamikus menyalurkan impuls dari nosiseptor tipe C lambat-
kronik, adalah suatu jalur difus yang membawa impuls ke formasio retikularis batang
otak sebelum berakhir di nucleus parafasikularis dan nucleus intralaminar lain di
thalamus, hipotalamus, nucleus sitem limbik, dan korteks otak depan (Price dan Wilson,
2006). Jalur ini terkait dengan respon emosional. Karena dimensi ini munculnya rasa
takut yang mengiringi nyeri (Harrison, 2008).
Pengalaman nyeri dapat digambarkan dalam tiga komponen: 1) sensorik, 2)
emosional, dan 3) kognitif.
Sensorik: Komponen sensorik dikendalikan oleh sistem saraf kita. Jika ada stimulasi,
maka system saraf yang mengirimkan pesan ke otak akan diaktifkan. Otak kemudian
akan menganalisis pesan-pesan ini dan memberitahu kita mana yang sakit dan seberapa
kuat intensitasnya. Ini merupakan sistem yang biasanya diaktifkan pada saat cedera
jaringan dan dimatikan ketika proses penyembuhan jaringan. Namun, pada beberapa
pasien dengan nyeri kronis, sistem ini menyala dan tetap aktif bahkan jika kerusakan
jaringan tidak ada. Dokter dapat mengontrol komponen sensorik dengan obat-obatan,
terapi fisik dan blok saraf (Wallace,2012).
Emosional: Ketika rasa sakit mengaktifkan sistem saraf sensorik, sistem saraf sensorik
akan mengaktifkan struktur jauh di dalam otak kita yang mengendalikan emosi, denyut
jantung, dan tekanan darah. Jika seorang anak mengalami rasa sakit, reaksi langsung
adalah untuk menangis. Hal ini karena anak-anak memiliki kontrol yang minimal atas
emosi mereka. Seorang psikolog dapat mengajarkan teknik biofeedback kepada pasien
untuk mengurangi respons emosional (Wallace,2012).
Kognitif: pengetahuan adalah aspek yang penting dalam dimensi kognitif. Pengetahuan
tentang nyeri dapat mempengaruhi respon dan penanganan seseorang terhadap nyeri.
Nyeri sendiri dapat dimodifikasi oleh seseorang berdasarkan cara berpikir tentang nyeri
yang dirasakannya, apa saja pengharapan atas nyerinya, dan makna nyeri tersebut dalam
kehidupannya (Ardinata, 2007)
Panas atau dingin Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan
yang berlebihan infeksi dalam jaringan
misalnya oedem
Blok pada arteri Kerusakan sel
coronary
Kerusakan jaringan Pemekaan pada
Pelepasan mediator nyeri reseptor nyeri
Merangsang thermo (Histamin, bradikinin, bradikinin
sensitive reseptor prostaglandin, serotonin, ion
kalium,dll)
Merangsang nosiseptor
Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c
Medulla spinalis
Otak
(kortrks somasensorik)
Persepsi nyeri
Nyeri
Nafsu makan
menurun Nyeri pada Intoleransi Gangguan rasa nyaman
aktivitas
ekstrimitas
Ansietas Intoleransi
Intake berkurang Gangguan aktivitas
mobilitas
Deficit perawatan gangguan pola
resiko fisk
diri Risiko tidur
Stress
ketidakseimbangan Pengabaian berlebihan ketidakberdayaan
nutrisi kurang dari diri
Deficit
kebutuhan tubuh perawatan diri
berpakaian
kurus Risiko
Risiko Deficit Ketidakefektifan
keterlambatan
perawatan pemeliharaan
keetidakseimbangan
pertumbuhan
diri kesehatan
dan dari
nutrisi kurang
mandi
perkembangan
kebutuhan
3. Ajarkan tekhnik relaksasi kepada pasien Membantu mengurangi rasa nyeri pasien
2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas Pasien dapat memilih dan merencanakannya
sendiri. sendiri
3. Catat tanda vital sebelum dan sesudah Mengkaji sejauh mana perbedaan
aktivitas. peningkatan selama aktivitas
4. Monitor kebutuhan tidur pasien setiap Mengetahui perkembangan pola tidur pasien
hari dan jam
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-2014, Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2017) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia,Jakarta Selatan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1.Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia,Jakarta Selatan
Huda Amin dan Kusuma Hardhi (2016), Asuhan Keperawatan Praktis, Edisi Revisi. Mediaction
Jogja. Jogjakarta
DAFTAR PUSTAKA
Inawati. (2019). Demam Tifoid. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. Edisi Khusus. Hal
31-36.
Nadyah. (2014). Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi insidens penyakit demam tifoid di
Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa 2013. Jurnal Kesehatan,
Vol VII, No 1, 305-321.
Ngastiyah. (2015). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC
Wardana, I. M. T. L., et al. (2014). Diagnosis demam thypoid dengan pemeriksaan widal. Bali:
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2017) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia,Jakarta Selatan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1.Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia,Jakarta Selatan
Huda Amin dan Kusuma Hardhi (2016), Asuhan Keperawatan Praktis, Edisi Revisi. Mediaction
Jogja. Jogjakarta