Anda di halaman 1dari 72

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP

MASYARAKAT PENGUNGSIAN PASCA GEMPA BUMI DI


DESA KAMARIAN

PROPOSAL

OLEH :

GRESLY PESIRERON

NPM : 1420116050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2020
V

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “GAMBARAN

TINGKAT KECEMASAN PADA MASYARAKAT PENGUNGSIAN PASCA

GEMPA BUMI DI DESA KAMARIAN”. Penulisan proposal ini sebagai syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.

Dengan selesainya proposal ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Hamdan Tunny, S.Kep.,M.Kes, selaku Pembina Yayasan Maluku Husada.

2. Rasma Tunny, S.Sos, selaku Ketua Yayasan Maluku Husada.

3. Lukman La Bassy, S.Farm.,M.Sc.,Apt, selaku Ketua STIKes Maluku Husada yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.

4. Ira Sandi Tunny, S.Si.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Maluku Husada.

5. Ns. Mirdat Hitiyaut, S.Kep.,M.Kep, selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan serta arahan yang sangat

baik kepada penulis.

6. Ns. Ellen Lombonaung, S.Kep.,M.Kes, selaku pembimbing II yang telah banyak

mengarahkan dan membimbing penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

iii
7. Seluruh responden yang telah bersedia dan meluangkan waktunya untuk

membantu dalam penelitian ini di pengungsian Desa Kamarian.

8. Keluarga, terlebih khusus Papa,Mama, Bu Jen,Kakak Edha,Bu cho,Male dan

Bongso Eky yang telah memberikan doa restu, kasih sayang, dukungan, serta

bantuannya sehingga memudahkan dalam setiap langkah dalam menyusun

proposal saya.

9. Seluruh teman- teman Tim volley INA AMAyang selalu memberi dukungan dan

doa bagi penulis, terlebih khusus kekasih hati Donico Wuritimur yang dengan

sabar menemani dan membantu penulis dalam proses penyusunan.

10. Teman-teman seperjuangan yang selalu bersama saya saat berproses dari masa

perkuliahan sampai saat penyusunan, Mesak D Tomatala, Heru Prasetyo, Alm.

Luis K Siahaya, Diana Afaratu, lili F Lesnussa, Claresta A huwae dan seluruh

teman- teman keperawatan kelas pagi kairatu 016.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah

memberi kesempatan, dukungan, ilmu dan bantuan dalam menyelesaikan proposal

ini.Amin.

Kairatu, Agustus 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………….. i
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………… iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL…..……………………………………………………. vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. Ix
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………….. x
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………… 5
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………… 6
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………….. 6
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………. 6
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 6
1.4.1 Manfaat Teoritis………………………………………….. 6
1.4.2 Manfaat Praktis …………………………………………… 6
BAB II TINJUAN PUSTAKA……………………………………………... 8
2.1 Konsep Umum Tentang Kecemasan …………………………….. 8
2.1.1 Defenisi Kecemasan ………………………………………... 8
2.1.2 Aspek Kecemasan …………………………………………... 11
2.1.3 Faktor-Faktor Ynag Mempengaruhi Kecemasan …………… 14
2.1.4 Tingkat Kecemasan ………………………………………… 18
2.1.5 Alat Ukur Tingkat Kecemasan ……………………………... 20
2.2 Konsep Umum Tentang Bencana Alam………………………….. 22
2.2.1 Definisi Bencana Alam……………………………………. 22
2.2.2 Jenis- jenis Bencana Alam………………………………… 23
2.2.3 Faktor Penyebab Terjadi Bencana………………………… 24
2.3 Konsep Umum Tentang Gempa Bumi…………………………… 25
2.3.1 Definisi Gempa Bumi……………………………………….. 25
2.3.2 Karakteristik Gempa Bumi………………………………... 26
2.3.3 Dampak Gempa Bumi…………………………………….. 27
2.4 Keaslian Penelitian………………………………………………. 29
BAB III Kerangka Konseptual……………………………………………… 42
3.1 Kerangka Konseptual…………………………………………… 42
3.1.1 Kerangka Pemeikiran Variabel Yang Diteliti……………… 42
3.1.2 Kerangka Konsep…………………………………………… 42
3.2 Hipotesis Penelitian…………………………………………….. 42
BAB IV METODE PENELITIAN…………………………………………. 43
4.1 Desain Penelitian ………………………………………. 43
4.2 Tempat Dan Waktu Penelitain………………………. 43
4.3 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampiling) 43

v
4.3.1 Populasi……………………………………………….. 43
4.3.2 Sampel……………………………………………..... 43
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)……………………… 44
4.4 Variabel Penelitian ………………………………………… 44
4.4.1 Variabel Independen………………………………… 44
4.4.2 Variabel Dependen…………………………………………. 44
4.5 Definisi Operasional …………………………………………… 45
4.6 Instrumen Penelitian …………………………………………… 46
4.6.1 Kuesioner…………………………………………………… 46
4.6.2 Validitas Dan Rehabilitas…………………………………… 47
4.7 Prosedur Pengumpulan Data……………………………………. 47
4.8 Teknik Penglohan Dan Analisa data……………………… 47
4.9 Etika Penelitian ………………………………………………… 48
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 51
LAMPIRAN………………………………………………………………. 54

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala intensitas Modified Mercalli (MMI) ………….. 28


Tabel 2.2 keaslian penelitian……………………………………….. 29
Tabel 4.1 Defenisi Operasional…………………………….. 45

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 kerangka konseptual………………………………………. 42

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01Surat pengambilan data awal………………………………... 52


Lampiran 02 Lembaran penjelasan penelitian…………………………….. 53
Lampiran 03 Pernyataan persetujuan ikut penelitian (informant consent)... 54
Lampiran 04 Petunjuk pengisian kuesioner……………………………….. 55
Lampiran 05 Kuesioner……………………………………………………. 56

ix
DAFTAR SINGKATAN

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

% : Persen
º : Derajat
& : Dan
< : Kurang Dari
> : Lebih Dari
= : SamaDengan
- : Sampai
≥ : SamaDengan Lebih Dari
I : Angka Romawi Satu
II : Angka Romawi Dua
III : Angka Romawi Tiga
IV : Angka Romawi Empat
V : Angka Romawi Lima
VI : Angka Romawi Enam
VII : Angka Romawi Tujuh
VIII : Angka Romawi Delapan
XI : Angka Romawi Sembilan
X : Angka Romawi Sepuluh
XI : Angka Romawi Sebelas
XII : Angka Romawi Dua Belas
WHO : Word Health Association
BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
LU : Lintang Utara
BT : Batas Timur
MMI : intensitas Modified Mercalli
Depkes : DepartemenKesehatan
KK : Kepala Keluarga
SDM : Sunber Daya Manusia
HARS : Hamilton Rating Scale for Anxiety
RI : Republik Indonesia
Ho : Hipotesis
Ha : Hipotesis alternatif
SBB : Seram Bagian Barat
SPSS : Statistical Package For the social Sciences

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Word health organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia

menyatakan prevelensi kejadian stres akibat gempa cukup tinggi dimana hampir

350 juta penduduk mengalami stress, dan stress merupakan penyakit dengan

peringkat ke 4 di Dunia (Ghomim, 2017).

Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik yang sangat

besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Masing-

masing lempeng ini bergerak sesuai dengan arahnya masing-masing selama

jutaan tahun. Misalnya lempeng Indo-Australia menabrak lempeng Eurasia di

lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, dan dengan bagian Pasific di

utara Irian dan Maluku utara. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai

dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami,

longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan

bergantung pada beberapa hal diantaranya adalah skala gempa, jarak

episentrum, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah dilokasi bangunan dan

kualitas bangunan (Jamil, 2009).

Korban gempa tidak hanya mengalami masalah darurat seperti

pembangunan, makanan, kondisi fisik akibat gempa namun juga masalah

kesehatan mental. Trauma psikologis setelah bencana alam akan semakin

1
memperburuk kondisi atau masalah psikologis yang telah ada sebelum

gempa terjadi (Dwidiyanti , 2018).

Bencana alam gempa bumi mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan

secara global. Dampak dari bencana salah satunya mengakibatkan trauma yang

memunculkan timbulnya kecemasan (Krisnanto, 2019). Kecemasan adalah

suatu reaksi emosional pada umumnya dan tampaknya tidak berhubungan

dengan keadaan atau stimulus tertentu. Salah satu penyebab kecemasan adalah

efek trauma terkait bencana (Krisnanto, 2019).

Bencana meninggalkan dampak psikologis yang bervariasi. Kepanikan

ketika gempa bumi terjadi menyebabkan upaya penyelamatan diri mengalami

kegagalan. Akibat kehilangan rumah dan harta menimbulkan problem

psikologis berupa kesedihan keputusasaan, depresi, dan kebingungan

(Krisnanto, 2019).

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-

hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat

diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa subjek

yang spesifik. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap diri

sendiri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu.

(Indrasari, 2015).

Selain berdampak pada psikologis individu, kecemasan juga berdampak

pada fisik, seperti denyut jantung yang cepat, gemetar, kelelahan, pusing,

2
kesulitan berkonsentrasi, mual, dan mengalami masalah tidur. Kecemasan

jangka panjang tidak baik untuk sistem kardiovaskular dan kesehatan jantung.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecemasan meningkatkan risiko

penyakit jantung pada orang yang sehat. Gangguan kecemasan bisa berdampak

pada sistem kekebalan. Dalam jangka pendek, kecemasan dapat meningkatkan

respons sistem kekebalan. Namun, kecemasan yang berkepanjangan dapat

memiliki efek sebaliknya.Ketika Anda merasa cemas, hormon-hormon stres

seperti kortisol dan adrenalin dilepaskan yang dapat berdampak pada bagian

tubuh Anda yang lain. Hal ini menempatkan tubuh Anda dalam mode fight or

flight (Dian afrillia, 2018).

Di Indonesia tercatat sekitar 10% dari total penduduk mengalami stress

dan yang mengalami stress akibat gempa sekitar 608.000 orang (Riskesdas,

2018). Prevelensi depresi pada penduduk usia > 15tahun di provinsi Maluku 5,3

% atau sekitar 4.329 orang (Riskesdas,2018).

Pada tanggal 26 September 2019 pukul 06:46 WIB gempa bumi

bermagnitudo Mw 6,5 terjadi di wilayah Ambon dan mengakibatkan adanya

korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Menurut Badan Meteorologi,

Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Pusat gempa bumi berada di koordinat

-3,42°LU, 128,45°BT pada kedalaman 10 km menurut hasil pemutakhiran

BMKG. Gempa ini dirasakan oleh masyarakat dengan intensitas maksimum

mencapai VI MMI (Modified Mercally Intensity) dan menyebabkan kerusakan

infrastruktur dan rumah masyarakat, serta menelan korban jiwa sedikitnya 30

3
orang. Menurut data BMKG, gempa Ambon 2019 merupakan gempa dengan

tipe penyesaran strike slip pada lapisan kerak (crustal earthquake) (Bruno,

2019).

Gempa yang terjadi pada tanggal 26 september 2019 dengan skala 6.5

skalalicher yang mengguncang wilayah Maluku, juga berdampak pada wilayah

Pulau seram, Desa Kamarian yang menjadi salah satu Desa yang berada di

pulau seram juga merasakan dampak dari gempa bumi yang terjadi. Peristiwa

gempa pada saat itu membuat sebagian besar warga memilih untuk mengungsi

ke tempat yang diyakiini lebih aman. Hal ini dikarenakan efek dari gempa

tersebut membuat banyak rumah warga mengalami kerusakan baik

ringan,sedang maupun rusak parah. Ketakutan warga akan gempa yang terjadi

sulit dihilangkan karena gempa yang dirasakan sangat kuat dan membuat warga

pada saat itu berlari ke tempat yang dirasa aman ada yang ke lapangan dan ada

yang langsung naik ke gunung tanpa membawa barang apapun, banyak anggota

keluarga yang terpisah, banyak anak sekolah yang menangis,takut bahkan

bingung, para lansia dan orang sakit juga langsung diungsikan kedaerah yang

lebih tinggi,walaupun sulit dijangkau. Ketakutan ini juga tidak cepat berlalu

dikarenakan sampai sekarang masih dirasakan adanya gempa-gempa

susulan,yang jumlahnya sudah mencapai angka ribuan. Warga yang memilih

untuk mengungsi dominannya adalah anak-anak dan lansia, isu yan beredar

juga pada saat itu membuat para warga memilih membangun tenda-tenda

pengungsian di pegunungan guna untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan selain gempa yang terus menerus dirasakan , tsunami juga menjadi

4
dasar ketakutan warga pada saat itu. Kondisi pasca gempa di Desa kamarian

saat ini, selain kondisi yang juga sudah mulai kondusif, masih ada warga desa

kamarian yang memilih untuk tinggal lebih lama di tempat pengungsian.

Warga desa Kamarian yang mengungsi ± sekitar 576 KK dengan jumlah

jiwa sekitar Berdasarkan pengambilan data awal di pengungsian desa kamarian

pada bulan juli tahun 2020, warga yang masih bertahan di tenda-tenda atau

tempat- tempat pengungsian sebanyak 60 KK (Kepala keluarga ) atau sekitar

136 jiwa. Hasil wawancara terhadap 5 keluarga yang masih tetap berada di

pengungsian menyatakan mereka semua rata-rata tidak ingin kembali ke rumah

karena takut akan gempa susulan dan trauma melihat rumah mereka yang retak.

Berdasarkan uraian masalah data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada masyarakat

Pengungsian Pasca Gempa Bumi Di Desa Kamarian”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat


dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “ Bagaimana Gambaran
Tingkat Kecemasan Pada masyarakat Pengungsian Pasca Gempa Bumi Di Desa
Kamarian”?

5
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan Pada masyarakat

Pengungsian Pasca Gempa Bumi Di Desa Kamarian

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan

warga Desa kamarian yang tinggal di pengungsian pasca gempa bumi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan

keperawatan yang berhubungan dengan SDM dalam hal kemandirian

perawat. Memberikan informasi ilmiah bagi kalangan akademisi untuk

memotifasi kerja perawat.

Mengembangkan pengelolaan SDM keperawatan dan menjadi

rujukan peneliti lain untuk mengembangkan penelitian penerapan

kemandirian perawat dalam melayani masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi perawat

Penelitian ini berkontribusi dalam peningkatan pengetahuan

perawat tentang tingkat kecemasan warga Desa Kamarian yang

tinggal di pengungsian pasca gempa bumi.

6
b. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman pertama peneliti untuk mengidentifikasi

Gambaran tingkat kecemasan warga yang tinggal di pengungsian

pasca gempa bumi.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Umum Tentang Kecemasan

2.1.1 Defenisi Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan jiwa yang penuh dengan ketakutan dan

kekhawatiran akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan

permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh (Az-zahroni,

2015).

Ansietas adalah perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang

disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu

individu untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi ancaman. Salah

satu dampak psikologis yaitu ansietas atau kecemasan (Jordan, 2016).

Kecemasan atau ansietas merupakan rasa takut yang tidak jelas

disertai dengan perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan

ketidaknyamanan (Cavenett, 2015).

Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun .kecemasan

adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan

hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman

baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas

8
diri dan arti hidup. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah

menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam

kehidupannya (Tobergte and Curtis, 2018).

Kecemasan adalah rasa khawatir , takut yang tidak jelas sebabnya.

Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan

tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang

terganggu. Keduaduanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan

dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut (Tobergte and Curtis, 2018).

Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami

oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari

kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya

umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan

diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Tobergte and Curtis, 2018).

kecemasan merupakan tanggapan dalam menyesuaikan diri yang

dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai

konsekuensi dari interaksi lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu

banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisiologis seseorang. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa kecemasan timbul karena tuntutan

lingkungan dan tanggapan setiap individu (Jordan, 2016).

Menurut kamus Kedokteran Dorland, kata kecemasan atau disebut

dengan anxiety adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan,

berupa respon-respon psikofisiologis yang timbul sebagai antisipasi

9
bahaya yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya disebabkan oleh

konflik intrapsikis yang tidak disadari secara langsung (Intan

Kusumawardhani, 2016).

Ansietas adalah suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang

disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu

individu untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi ancaman.

Pengaruh tuntutan, persaingan, serta bencana yang terjadi dalam

kehidupan dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan

psikologi. Salah satu dampak psikologis yaitu ansietas atau kecemasan

(Intan Kusumawardhani, 2016).

Kecemasan adalah gangguan alam (af ective) yang ditandai dengam

perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,

tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (reality testing ability),

kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan

kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih

dalam batas-batas normal (Krisnanto, 2019).

Kecemasan adalah suatu reaksi emosional pada umumnya dan

tampaknya tidak berhubungan dengan keadaan atau stimulus tertentu

(Krisnanto, 2019).

Berdasarkan defenisi-defenisi diatas maka penulis menyimpulkan

kecemasan atau Anxiety merupakan suatu keadaan emosional seseorang

yang secara alamiah dirasakan karena merupakan umpan balik dari rasa

10
takut dan marah atas kejadian yang sudah terjadi maupun yang belum

terjadi.

2.1.2 Aspek - Aspek Kecemasan

Pengaruh kecemasan tidak selalu negatif atau dengan kata lain

kecemasan juga dapat memberikan dampak yang menguntungkan. Pada

taraf kecemasan tertentu kecemasan diharapkan dapat memacu individu

untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Siswa yang

berada dalam kondisi kecemasan akan menunjukkan perubahan perilaku.

Perubahan tersebut terjadi sebagai bentuk usaha mengatasi kecemasan

yang dialami. Aspek-aspek kecemasan menurut (Salmawati,2014).

dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

a. Gejala psikologis

Gejala yang ditunjukkan adalah ketegangan, kecemasan, mudah

marah, kebosanan, suka menunda dan lain sebagainya. Keadaan

kecemasan seperti ini dapat memacu ketidakpuasan.

b. Gejala fisiologis

Kecemasan menciptakan simtom-simtom penyakit dalam tubuh yang

ditandai dengan peningkatan tekanan darah, sakit kepala, jantung

berdebar, bahkan hingga kardiovaskular.

c. Gejala perilaku

11
Kecemasan yang dikaitkan dengan perilaku individu mencakup

perubahan dalam produktivitas, absensi. Dampak lain yang

ditimbulkan adalah perubahan dalam kebiasaan sehari-hari seperti

makan, konsumsi alkohol, gangguan tidur dan lainnya.

gejala kecemasan meliputi gejala psikologis, gejala fisiologis, dan gajala

perilaku.

Gejala psikologis antara lain:

1. kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung

2. perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

3. sensitif dan hyperreactivity

4. memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi

5. komunikasi yang tidak efektif

6. perasaan terkucil dan terasing

7. kebosanan dan ketidakpuasan kerja

8. kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan .kehilangan

konsentrasi

9. kehilangan spontanitas dan kreativitas

10. menurunnya rasa percaya diri (Jordan, 2016).

Adapun gejala fisiologis dari kecemasan diantaranya :

1. meningkatnya denyut jantung, tekanan darah dan kecenderungan

mengalami penyakit kardiovaskular

2. meningkatnya sekresi dari hormon stres, yaitu adrenalin dan

noradrenalin

12
3. gangguan gastrointestinal, misalnya gangguan lambung

4. meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan

5. kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan

yang kronis (chronic fatigue syndrome)

6. gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada

7. gangguan pada kulit

8. sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot

9. gangguan tidur

10. rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan

terkena kanker (Jordan, 2016).

Gejala perilaku diantaranya adalah:

1. suka menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan

2. menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas

3. meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat obatan

4. perilaku sabotase dalam pekerjaan

5. perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,

mengarah ke obesitas

6. perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk

penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,

kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi

7. meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti

menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi

8. meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

13
9. menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan

teman

10. kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai aspek-aspek kecemasan

maka dapat disimpulkan bahwa indikator kecemasan ada tiga, yaitu gejala

psikologis, gejala fisiologis, dan gejala perilaku (Jordan, 2016).

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan

sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.

Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya

serangan kecemasan (Tobergte and Curtis, 2018). ada beberapa faktor

yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir

individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan

karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu

dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga

individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan bisa mengakibatkan kecemasan jika individu tidak

mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam

hubungan personalini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau

frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

14
c. Sebab-sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan

dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam

kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih

dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-

perubahan perasaan lazim muncul,dan ini dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan.

Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka

Saputra, 2012: 51) menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan

kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai situasi

yang sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak

memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan

diri untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus

kepermasalahannya). Kemudian Adler dan Rodman (dalam M. Nur

Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 145146) menyatakan terdapat dua

faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu.

1. Pengalaman negatif pada masa lalu Sebab utama dari timbulnya rasa

cemas kembali pada masa kanak-kanak, yaitu timbulnya rasa tidak

menyenangkan mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa

mendatang, apabila individu menghadapi situasi yang sama dan juga

menimbulkan ketidaknyamanan, seperti pengalaman pernah gagal

dalam mengikuti tes.

2. Pikiran yang tidak rasional

Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu.

15
a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami

kecemasan serta perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan

dalam mengatasi permaslaahannya.

b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk

berperilaku sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu

menjadikan ukuran kesempurnaan sebagai sebuah target dan

sumber yang dapat memberikan inspirasi.

c. Persetujuan

d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan,

ini terjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.

Factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yang lain diantaranya :

1. Faktor Internal

a. Pengalaman

sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan

tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan menurut

Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan

atau dapat terletak di dalam diri seseorang, misalnya seseorang

yang memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka

dalam dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang

timbul tidak terlalu besar

b. Respon Terhadap Stimulus

16
Menurut (Ismawati, 2015) suatu tanggapan atau reaksi yang

merupakan akibat adanya rangsangan baik positif maupun negative

dan merupakan kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau

besarnya rangsangan yang diterima akan mempengaruhi

kecemasan yang timbul.

c. Usia

Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak

pengalamnnya sehingga pengetahuannya semakin bertambah

(Notoatmmodjo, 2014) . Karena pengetahuannya banyak maka

seseorang akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu.

d. Gender

Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983)

dalam (Trismiati, 2016) mengatakan bahwa perempuan lebih

cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-

laki lebih aktif,eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif.

Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding

perempuan.

2. Faktor Eksternal.

a. Dukungan Keluarga

Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap

dalam menghadapi permasalahan ( kasdu, 2014 ).

b. Kondisi Lingkungan

17
Kondisi lingkungan sekitar dapat menyebabkan seseorang menjadi

lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya lingkungan

pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita

negatif tentang efek negatif suatu permasalahan menyebabkan

seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan

Menurut Sigmund Freud membagi faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan ke dalam tiga jenis, yakni :

a. Kecemasan Riel Adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap

bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar (api, binatang

buas, orang jahat, penganiayaan, hukuman).

b. Kecemasan Neurotik Adalah kecemasan atas tidak terkendalinya

naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bias mendatangkan

hukuman. Sungguhpun sumbernya berada di dalam diri, kecemasan

neurotik pada dasarnya berlandaskan kenyataan, sebab hukuman

yang ditakutkan oleh ego individu berasal di dunia luar.

c. Kecemasan Moral Adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan

superego atas ego individutelah atau sedang melakukan tindakan

yang melanggar moral. Kecemasan moral ini menyatakan diri dalam

bentuk rasa bersalah atau perasaan berdosa. Sama halnya dengan

kecemasan neurotik, keecemasan moral bersifat nyata, dalam arti

bahwa tekanan superego atas ego yang menimbulkan kecemasan

moral itu mengacu kepada otoritas-otoritas yang riel atau nyata ada

di luar individu (orang tua, penegak hukum, masyarakat).

18
2.1.4 Tingkat kecemasan

Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan (Gail W. Stuart, 2006: 144)

mengemukakan tingkat ansietas (Annisa and Ifdil, 2016), diantaranya.

1. Ansietas ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2. Ansietas sedang Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu

mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada

lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3. Ansietas berat Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak

berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak

arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Tingkat panik Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan

teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya karena mengalami

kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas

motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

19
lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang

rasional

2.1.5 Alat Ukur Tingkat Kecemasan

Alat ukur yang akan digunakan menggunkan kuesioner HARS.

“Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), pertama kali dikembangkan

oleh Max Hamilton pada tahun 1956, untuk mengukur semua tanda

kecemasan baik psikis maupun somatik. HARS terdiri dari 14 item

pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan

orang dewasa.”Skala HARS penilaian kecemasan terdiri dari 14 item,

meliputi:

a. Perasaan Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah menangis, dan

lesu, tidak bisa istirahat tenang, dan mudah terkejut.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila ditinggal

sendiri, pada binatang besar, pada keramain lalu lintas, dan pada

kerumunan orang banyak.

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi

buruk, dan mimpi menakutkan.

20
e. Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, susah berkonsentrasi.

f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

g. Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi

gemerutuk, suara tidak stabil.

h. Gejala sensorik: tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau pucat,

merasa lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskuler: berdebar, nyeri di dada, denyut nadi

mengeras, perasaan lesu lemas seperti mau pingsan, dan detak

jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas, napas pendek/ sesak.

k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di

perut, kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, berat badan

turun, susah buang air besar.

l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan air seni,

amenorrhoe, menorrhagia, frigid, ejakulasi praecocks, ereksi lemah,

dan impotensi.

m. Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,

pusing, dan bulu roma berdiri.

21
n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, tidak tenang, jari gemetar,

kerut kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek

cepat, dan muka merah.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori:

0= tidak ada gejala sama sekali

1= satu gejala yang ada

2= sedang/separuh gejala yang ada

3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4= sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14

dengan hasil:

Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat

Skor 42-52 = kecemasaan berat sekali (Thoyibah, Sukma Purqoti

and Oktaviana, 2020)

2.2 Konsep Umum Tentang Bencana Alam

2.2.1 Defenisi Bencana Alam

Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif

maupun pendapat para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

22
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis

(Bruno, 2019).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2019), definisi bencana adalah

peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan

ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan

pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar

biasa dari pihak luar (Bruno, 2019).

Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2019) adalah

setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis,

hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau

pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar

masyarakat atau wilayah yang terkena (Bruno, 2019).

2.2.2 Jenis Jenis Bencana Alam

Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang penanggulangan bencana, yaitu:

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa

gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,

dan tanah longsor;

23
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal

modernisasi. dan wabah penyakit ;

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi

konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.

d. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan

oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan,

manusia dalam penggunaan teknologi dan atau insdustriyang

menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan

kerusakan lainnya (Bruno, 2019).

2.2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Bencana

Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu : (1) Faktor

alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur

tangan manusia. (2) Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan

karena fenomena alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia, dan (3)

Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan

manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme.

Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena

adanya interaksi antara ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability).

Ancaman bencana menurut Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 adalah

“Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana”.

Kerentanan terhadap dampak atau risiko bencana adalah “Kondisi atau

24
karateristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan

teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu

yang mengurangi kemampuan masyarakat untuk mencegah, meredam,

mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu” (Bruno,

2019).

2.3 Konsep Umum Tenatng Gempa Bumi

2.3.1 Defenisi Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan peristiwa bergetar atau bergoncangnya bumi

karena pergerakan/pergeseran lapisan batuan pada kulit bumi secara tiba-

tiba akibat pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Namun selain itu, gempa

bumi bisa saja terjadi akibat aktifitas gunung berapi yang disebut sebagai

gempa bumi vulkanik (Sunarjo, Gunawan and Pribadi, 2014).

Gempa bumi adalah bencana alam yang datangnya tiba-tiba dan dalam

waktu relative singkat mengahancurkan semua yang ada dimuka bumi ini

baik harta, benda dan manusia (Hidayat and Santoso, 2015).

Pada hakekatnya gempa bumi adalah getaran atau sederetan getaran

dari kuit bumi yang bersifat tidak abadi / sementara dan menyebar ke segala

arah (Nandi, 2014).

25
Gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam yang dapat

disebabkan oleh buatan/akibat kegiatan manusia maupun akibat peristiwa

alam. Akibat dari kedua tersebut tanah menjadi bergetar sebagai efek dari

menjalarnya gelombang energi yang memancar dari pusat gempa/focus

(Cavenett, 2015).

Gempa bumi merupakan getaran dari dalam bumi, bersumber di dalam

bumi yang kemudian merambat ke permukaan bumi akibat rekahan bumi

pecah dan bergeser dengan keras (Kunci, 2015).

Gempa bumi adalah suatu gejala fisik yang ditandai dengan

bergetarnya bumi dengan berbagai intensitas (Ii, 2018).

Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan

bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan

gelombang seismik ( Wikipedia Indonesia,2016).

2.3.2 Karakteristik Gempa Bumi

Karateristik Gempa BumiBerbagai Karakteristik gempa bumi yang

biasa terjadi ketika adanya bencana gempa bumi ini menyebabkan

timbulnya sifat dan kebiasaan yang terjadi, berikut adalah karakteristik

gempa bumi adalah sebagai berikut:

a. Berlangsung dalam waktu yang sangat singkatatau bisa dihitung dengan

satuan detik.

b. Lokasi kejadian tertentuatau random tidak mengenal tempat kejadian,

dan biasanya terjadi diwilayah patahan dan juga jalur sesar tanah.

26
c. Akibatnya gempa bumi yang berlangsung akan menimbulkan bencana

alam.

d. Gempa bumi berpotensi terulang lagi atau biasa disebut kala ulang

dalam gempa bumi yang menunjukan rentang waktu antara satu gempa

dengan gempa berikutnya yang memiliki skala yang sama.

e. Bencana gempa bumi sampai sekarang belum bisa diprediksi kapan dan

dimana akan terjadi gempa bumi.

f. Bencana gempa bumi tidak dapat dicegah,namun bencana yang timbul

akibatgempa bumi dapat dikurangi (Cavenett, 2015).

2.3.3 Dampak Gempa Bumi

Akibat yang ditimbulkan gempabumi luar biasa dahsyat karena

mencakup wilayah yang sangat luas, menembus batas teritorial negara,

bahkan antara benua. Sifat getaran gempabumi yang sangat kuat dan

merambat ke segala arah, mampu menghancurkan bangunan‐bangunan sipil

yang terkuat sekalipun, sehingga tak ayal lagi sangat banyak memakan

korban nyawa manusia. Bahkan gempabumi sering kali diikuti oleh bencana

alam lanjutan yang jauh lebih dahsyat berupa tanah longsor dan gelombang

tsunami (Sunarjo, Gunawan and Pribadi, 2014).

Secara alamiah gempa bumi sangat sulit dihindari atau diprakirakan,

sehingga saat terjadinya dapat menimbulkan kerugian dan korban jiwa.

27
Tingkat kerusakan atau dampak dari gempa bumi dapat diperkirakan

berdasarkan kekuatan gempa tersebut,seperti disebutkan dalam skala

intensitas modified mercalli

Skala MMI mempunyai 12 tingkatan intesitas gempa (I s/d XII).

Setiap tingkatan intensitas didefinisikan berdasarkan pengaruh gempa yang

didapat dari pengamatan, seperti goncangan tanah, dan kerusakan dari

struktur bangunan seperti gedung, jalan, dan jembatan. Tingkat intensitas I

sampai VI, digunakan untuk mendeskripsikan apa yang dilihat dan

dirasakan orang selama terjadinya gempa ringan dan gempa sedang.

Sedangkan tingkat intensitas VII sampai dengan XII digunakan untuk

mendeskripsikan kerusakan pada struktur bangunan selama terjadinya

gempa kuat (Ii, 2018)

Tabel 2.1 Skala intensitas Modified Mercalli (MMI) (Ii, 2018)

Skala Keterangan

Intensitas
I Tidak terasa orang, hanya tercatat oleh alat pencatat yang

II peka

Getaran terasa oleh orang yang sedang istirahat, terutama

III orang yang berada di lantai dan di atasnya

IV Benda-benda yang tergantung bergoyang, bergetar ringan

Getaran seperti truk lewat. Jendela, pintu dan barang

V pecah belah bergemerincing

Getaran terasa oleh orang di luar gedung. Orang tidur

28
terbangun. Benda-benda tidak stabil di atas meja

VI terguling atau jatuh. Pintu bergerak menutup dan

membuka

Getaran terasa oleh semua orang. Banyak orang takut

VII dan keluar rumah. Berjalan kaki sulit. Kaca jendela

pecah. Meja dan kursi bergerak

VIII Sulit berdiri. Getaran terasa oleh pengendara motor dan

IX mobil. Genteng di atap terlepas

Pengemudi mobil terganggu. Tembok bangunan retak

X Semua orang panik. Tembok bangunan mengalami

kerusakan berat. Pipa-pipa dalam tanah putus

Sebagian konstruksi portal dan temboknya rusak beserta

XI pondasinya. Tanggul dan bendungan rusak berat. Rel

kereta api bengkok sedikit. Banyak terjadi tanah longsor

XII Rel kereta api rusak berat. Pipa-pipa di dalam tanah

rusak

Terjadi kerusakan total. Bangunan-bangunan mengalami

kerusakan. Barang-barang terlempar ke udara.

2.4 Keaslian Penelitian

Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
1 Perbandingan Deskrip Accidenta - mengguna Analisis Hasil pada
Tingkat tif l sampling kan tematik penelitian ini

29
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
Kecemasan kualitat kuesioner tidak
Pada if Beck Relokasi
Masyarakat Anxiety dengan
Yang Pernah Iventory. tingkat
Mengalami kecemasan
Tsunami ringan 15
Berdasarkan (25,4%)
Relokasi sedangkan
Tempat yang
Tinggal(Dewi Relokasi
et al., 2016) ditemukan
kecemasan
36 (97,3%).
Kecemasan
sedang tidak
Relokasi
ditemukan
sebanyak 44
(74,6%)
sedangkan
kecemasan
sedang di
Relokasi
sebanyak 1
(2,7%). Dan
kecemasan
berat tidak
ditemukan.
Ini
menunjukan
kecemasan
tidak
Relokasi
lebih tinggi
tingkat
kecemasanny
a daripada di
Relokasi.
menunjukkan
nilai p =
0,000.

30
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
2 Gambaran 47 purposive responde - Quantita respondents
Dampak respon sampling nts of tive data of children
Kecemasan dents children analysis included
dan Gejala included using normal
Psikologis normal the anxiety
pada Anak anxiety RCMAS category
Korban category -2 85.11%,
Bencana 85.11 question while
Gempa Bumi while naire 14.89%
di 14.89 (Revised belonged to
Lombok(Thoy belonged Children the category
ibah, to the 's of clinical
Dwidiyanti category Manifest anxiety.The
and of Anxiety results of the
Mulianingsih, clinical Scale; qualitative
2019) anxiety second study showed
edition) that there
and were changes
qualitati in attitudes in
ve children,
analysis such as
using children
the becoming
method more
of in- sensitive,
depth easily crying,
intervie irritable,
w. children
easily
panicking
and crying if
they heard
something
thundering,
children
often worried
about
entering the
house, they
were initially
cheerful but

31
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
after
earthquakes
occur more
children are
quiet and
withdraw.
3 Faktor-Faktor Ccross accidental - Kuisioner Data Hasil Semua
Yang section sampling were tindakan
Berhubungan al analyze perawatan di
Dengan d by rumah sakit
Tingkat univaria dengan
Kecemasan t and segala
Pada Pasien bivariat macam
Preoperative tindakan
Di Rs Mitra belum tentu
Husada dapat
Pringsewu(Ve diterima
llyana, Lestari secara positif
and oleh semua
Rahmawati, pasien.
2015) Kemampuan
adaptasi
seseorang
berbeda
beda,
sehingga bisa
muncul
kondisi stres
atau
kecemasan.
Angka
kejadian
kecemasan di
Amerika
28% atau
lebih. Usia
yang
mengalami
kecemasan 9-
17 tahun.
13% usia 18-

32
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
54 tahun,
16% usia 55
dan lansia
11,4%. Jenis
kelamin
wanita 2 kali
lebih banyak
beresiko
mengalami
kecemasan
dibandingkan
laki laki
4 Faktor-Faktor proport Penelitian - - Analisis (1) the storey
Yang ional ini tematik level dread
Mempengaruh sampli melibatka of patient of
i Kecemasan ng n 44 chemotherap
Pasien Dalam pasien y at RSUD
Tindakan Dr.
Kemoterapi Moewardi
Di Rumah are middle,
Sakit that are
Dr.Moewardi counted 50%
Surakarta(Ru from
mah, totalizing
Moewardi and responder,
Maliya, 2014) (2) there
didn’t
influence of
patient age to
dread storey
level, ( 3)
there didn’t
influence of
education of
patient to
storey level
dread of
patient, (4)
there didn’t
influence of
frequency of

33
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
patient about
chemotherap
y to storey
;level dread
of patient of
chemotherap
y, and ( 5)
there are
influence of
patient
adaptation
about
chemotherap
y to storey
level dread
of patient of
chemotherap
y at RSUD
Dr.
Moewardi
Surakarta

5 Parent’s cross- Penelitian padastate _ Deskritif Hasil


Anxiety secti ini anxiety analitik penelitian
Towards onal melibatka level bahwa pada
Juvenile design n 258 menunju state anxiety
Deliquency responden kkan level
Phenomenon (56,0) menunjukkan
In Bandung responde (56,0%)
Indonesia(Fau n berada responden
ziah et al., pada berada pada
2018). tingkat tingkat
sedang, sedang,
(22) (22%)
responde responden
n berada berada pada
pada tingkat berat
tingkat dan (22%)
berat dan responden
(22) berada pada

34
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
responde tingkat
n berada ringan. Hasil
pada trait anxiety
tingkat level
ringan. menunjukkan
Hasil (76,0%)
trait responden
anxiety berada pada
level tingkat
menunju sedang,
kkan (20%)
(76,0) responden
responde berada pada
n berada tingkat
pada ringan dan
tingkat (4%)
sedang, responden
(20) berada pada
responde tingkat berat
n berada
pada
tingkat
ringan
dan (4)
responde
n berada
pada
tingkat
berat
6 Analisis observa Sampel - - - Berdasarkan
Tingkat si, penelitian analisa hasil
Kecemasan kuision berjumlah yang telah di
(Anxiety) er dan 20 orang. bahas maka
Dalam dokum penelitian ini
Menghadapi entasi memberikan
Pertandingan kesimpulan
Atlet Sepak bahwa
Bola kecemasan
Kabupaten disebabkan
Banyuasin oleh
Pada Porprov kompetitif

35
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
2017(Olahrag anxiety,
a, 2018) kognitif
anxiety dan
somatic
anxiety.
Sebesar 63%
atlet
mengalami
kecemasan
sebelum
bertanding
dan 37%
siswa tidak
mengalami
kecemasan
sebelum
bertanding
baik dari
aspek
kompetitif
anxiety,
kognitif
anxiety dan
somatic
anxiety.
7 Tingkat cross 239 orang 26.4 - Hamilto Hasil
Kecemasan section responden mahasisw n penelitian
Mahasiswa al a tidak Anxiety menunjukkan
Keperawatan mengala Rating 26.4%
Dalam mi Scale mahasiswa
Menghadapi kecemasa tidak
Ujian n, 27.6 mengalami
Berbasis mahasisw kecemasan,
Computer a 27.6%
Based mengala mahasiswa
Test(Keperaw mi mengalami
atan, Bandung kecemasa kecemasan
and Barat, n ringan, ringan,
2018) 32,2 32,2%
mahasisw mahasiswa
a mengalami

36
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
mengala kecemasan
mi sedang,
kecemasa 13.0%
n sedang, mahasiswa
13.0 mengalami
mahasisw kecemasan
a berat, dan
mengala 0.8%
mi mahasiswa
kecemasa mengalami
n berat, kecemasan
dan 8 sangat berat.
mahasisw Masa
a studi/tingkat
mengala semester
mi mahasiswa
kecemasa berhubungan
n sangat dengan
berat. tingkat
Masa kecemasan
studi/ting mahasiswa
kat (p<0.05).
semester
mahasisw
a
berhubun
gan
dengan
tingkat
kecemasa
n
mahasisw
a
8 Penurunan Kualitat 42 penelitian _ ujichi Hasil uji
Ansietas if responden yaitu squere, statistik
Melalui deskriti quasi depende menunjukkan
Logoterapi f experime nt, self evaluasi
Kelompok ntal pre- indepen dan observasi
Pada post test dent terdapat
Penduduk with sample perbedaan
Pasca-Gempa control t-test, yang

37
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
Di Kabupaten group regresi bermakna
Klaten(Keliat dengan linier terhadap
and Hastono, teknik ganda. respon yang
2016) simple ditimbulkan
random dari ansietas
sampling (p= 0,00, α=
0,05).
Rekomendasi
penelitian
diutamakan
kepada
Puskesmas
agar
memfasilitasi
penerapan
_logoterapi
kelompok
dalam
mengatasi
ansietas
9 Perbedaan Deskrit FIKES _ _ Analisis Hasil
Tingkat if (50 orang) pengum penelitian
Kecemasan kualitat dan pulan menunjukkan
pada if mahasisw data Mahasiswa
Mahasiswa a baru menggu baru di
Baru di Non- nakandu FIKES lebih
Fakultas Ilmu FIKES a tes cemas dan
Kesehatan yaitu yaitu; lebih depresif
dan Non FEISHum NSQ daripada
Fakultas Ilmu (50 orang) (Neuroti mahasiswa
Kesehatan c Scale Non-
Universitas Questio FIKES/FEIS
‘Aisyiyah n) dan Hum (NSQ
Yogyakarta(S BDI t= -3,328, p=
etiyani, 2018) (Beck 0,002 dan
Depress BDI t=
ion 2,410, p=
Inventor 0,019).
y).
10 Hubungan Deskrit 245 _ _ analisis Tidak
Tingkat Stres, if responden data terdapat

38
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
Kecemasan, kualitat menggu hubungan
Dan Depresi if nakan bermakna
Dengan uji Chi- antara tingkat
Tingkat Square stres (p =
Prestasi 1.000),
Akademik tingkat
Pada Santri kecemasan (p
Aliyah Di = 0,754), dan
Pondok tingkat
Pesantren depresi (p =
Darul Ihsan 0,497)
Tgk. H. Hasan dengan
Krueng Kalee, prestasi
Darussalam, akademik
Aceh Besar, pada santri
Aceh(Stres, ‘aliyah di
Dengan and Pesantren
Prestasi, Darul Ihsan
2017) Tgk. H.
Hasan
Krueng
Kalee,
Darussalam,
Aceh Besar,
Aceh.
11 Gambaran kuantita 88 korban Pengamb Metode trauma The result
Risiko tif dan bencana ilan wawancar healing: showed that
Gangguan kualitat alam keputusa a Mindful victims
Jiwa pada if n pada semistrukt ness experienced
Korban korban ur dengan Spiritual neurosis
Bencana bencana observasi pada symptom
Alam Gempa alam terstruktur korban (85,2%),
di Lombok gempa psychotic
Nusa symptom
Tenggara (25,9%),
Barat(Dwidiy PTSD
anti et al., symptom
2018) (64,7%) and
13 people did
not
experience

39
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
mental health
disorder risk.
The
qualitative
study result
showed that
the
earthquake
victims
grievance
was afraid
and feeling
anxiety to
enter the
house due to
earthquake
incident,
family
relationship
and economy
problems,
ghost issue
and
numerous
diseases
12 Deskripsi Studi consecutiv _ Teknik _ Hasil
Tingkat fenome e pengumpu penelitian
Kecemasan nologi sampling lan data diperoleh
Remaja Putri dan bahwa
Yang wawancar kecemasan
Mengalami a responden
Menarch Di mendalam mayoritas
Smp Islam pada tingkat
Terpadu kecemasan
Kholisaturrah ringan
mi Binjai(Di, sebanyak 12
Islam and orang (50%).
Kholisaturrah Hal ini
mi, 2020) karena
responden
merasa

40
Judul,
Penulis, Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil
Tahun
gugup dan
cemas ketika
pertama kali
haid, rasa
takut saat
menghadapi
haid pertama
kali, kurang
fokus
perhatian
terhadap
apapun saat
mengalami
haid pertama
kali, tapi
akhirnya
responden
merasakan
baik-baik
saja setelah
mengalami
haid pertama
kali.

Tabel 2.2 Keaslian Penelitian

41
42
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka konseptual

3.1.1 Dasar pemikiran variable yang diteliti

Kecemasan dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana

seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang

tidak jelas asal maupun wujudnya.

3.1.2 kerangka konsep

Variabel independen variabel dependen

Masyarakat pengunggsian pasca


Tingkat gempa
kecemasan

Gambar 3.1 kerangka konseptual

Keterangan : : variable indepenen/terikat

: variable dependen/bebas

3.2 Hipotesis penelitian

Dalam penelitian ini hipotesis yang dibuktikan adalah:

Ho : Ada gambaran antara tingkat kecemasan dengan keadaaan masyarakat

pengungsian pasca gempa.

Ha : Tidak ada gambaran antara tingkat kecemasan dengan keadaan masyarakat

pengungsian pasca gempa

42
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

deskriptif menggunakan pendekatan cross sectional study yaitu suatu jenis

penelitian yang pengukuran variable-variabelnya dilakukan hanya pada satu saat

(Thoyibah, Sukma Purqoti and Oktaviana, 2020).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di desa kamarian, kecamatan kairatu kabupaten

Seram Bagian Barat ( SBB ) yang merupakan salah satu desa di Maluku yang

turut merasakan dampak gempa bumi yang terjadi dimaluku. Lokasi tempat

penelitian yaitu pada lokasi pengungsian warga korban gempa yang berada di

Dea kamarrian.

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan juli tahun 2020

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik pengambilan sampel ( Sampling )

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat pengungsian

yang berada di Desa Kamarian sebanyak 136 orang

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian adalah sebagian warga Desa kamarian yang

masih berada atau masih tinggal di pengungsian pasca gempa sebanyak

60 orang.

43
kriteria inklusif sampel yang diambil sebagai berikut:

1. Korban gempa yang masih tinggal di pengungsian sejak kejadian 26

september 2019 sampai sekarang

2. Umur responden harus 20-60 tahun

3. Berdomisili di desa kamarian

4. Bersedia menjadi responden dengan memberikan persetujuan

Kriteria eksklusif:

1. Tidak bersedia menjadi responden

2. Tidak kooperatif dalam proses penelitian,

3. Mengalami cacat fisik yang menyebabkan tidak dapat menjawab

kuesioner

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ( Sampling )

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik sampling

yang digunakan untuk mendapatkan sampel adalah Accidental Sampling,

yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah masyarakat pengungsian

pasca gempa.

44
4.5 Defenisi operasional

Defenisi operasional adalah bagaimana peneliti akan menjelaskna variabel

yang akan diteliti. Definisi operasional yaitu definisi berdasarkan karakteristik

yang akan diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut sehingga

memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena Nursalam (2016).

Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Variabel independen
Tingkat Perasaan Kuesioner ordinal kurang dari 14 =
Kecemasan : terancam yang 1. Ringan HRSA / tidak ada
diakibatkan HARS kecemasan
2. Sedang
oleh peristiwa 4 – 20 =
gempa 3. Berat kecemasan ringan
4. Berat sekali 21 – 27 =
kecemasan
sedang
28 – 41 =
kecemasan
berat
42– 56 =
kecemasan
berat sekali

Masyarakat Masyarakat Observasi


pengungsian kamarian yang
pasca gempa : masih tinggal di
pengungsian
pasca gempa

Tabel 4.1 Defenisi Operasional

45
1.6 Instrumen Penelitian

1.6.1 Kuesioner

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini kuesioner HARS

yang terdiri dari 14 butir pertanyaan Hamilton Rating Scale for Anxiety

(HARS). Menurut Nursalam (2013), kuesioner HARS adalah isntrumen

yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan seperti suasana hati,

ketegangan, gejala fisik dan kekhawatiran. Kuesioner HARS terdiri dari

14 kelompok gejala kecemasan yang dijabarkan secara lebih spesifik.

Kuesioner ini menggunakan skor dengan rentang skala likert 0-4, yang

terdiri:

0: tidak ada gejala

1: Gejala ringan

2: Gejala sedang

3: Gejala berat

4: Gejala berat sekali

Dengan hasil pengukuran skor <14 menandakan tidak ada kecemasan,

skor 14-20 menandakan kecemasan ringan,skor 21-27 menandakan

kecemasan sedang, skor 28-41 menandakan kecemasan berat, skor 42-56

menandakan kecemasan berat sekali (Thoyibah, Sukma Purqoti and

Oktaviana, 2020).

1.6.2 Validitas dan Rehabilitas

46
Pada kuesioner Kecemasan HARS tidak perlu dilakukan uji validitas

dan realiabilitas karena kuesioner HARS merupakan kuesioner pengukur

tingkat kecemasan yang sudah baku. Hamilton Anxiety Scale (HAM-A)

telah diuji untuk reliabilitas dan validitas dengan hasil croncbach’s Alpha

sebesar 0.793 dan terbukti reliable dengan hasil >0.6 (Thoyibah, Sukma

Purqoti and Oktaviana, 2020).

1.7 Prosedur pengumpulan data

Peneliti melakukan pengambilan data awal dengan menggunakan teknik

observasi pada lokasi pengungsian di Desa kamarian dan melakukan pendekatan

dengan beberapa orang informan yang masih tinggal di pengungsian maupun

dari keluarga para pengungsi yang sudah pulang ke rumah. Setelah itu peneliti

melakukan wawancara di lokasi penelitian dan juga di rumah pribadi milik

warga pada tanggal 4 juli tahun 2020 tentang alasan mengapa warga masih tetap

tinggal dipengungsian sampai saat ini.

4.8 Teknik pengolahan dan Analisa Data

1. Metode pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS. Dengan

prosedur sebagai berikut:

a. Editing untuk memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan daridata

yang diperoleh dari responden.

b. Coding adalah memberi kode nomor jawaban dari kuesioner yang

diisi oleh responden untuk memudahkan proses tabulasi/entry data.

47
c. Tabulasi data dengan bantuan komputer sesuai dengan variable yang

diteliti dan kebutuhan analisis untuk memudahkan proses pengolahan

data.

d. Pembersihan data dilakukan agar setiap data yang sudah diperoleh

bebas dari kesalahan (bias) sebelum dilakukan analisis statistic

dengan program SPSS.

2. Analisa Data

Analisa yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah univariat. Teknik

ini berlaku untuk setiap variabel tunggal. Teknik univariat berfungsi

untuk memberikan gambaran populasi dan penyajian hasil deskriptif

melalui frekuensi serta distribusi tiap variabel.

4.9 Etika Penelitian

Etika penelitian yang menjadi pedoman ketika peneliti terjun ke lapangan,

atau secara langsung berinteraksi dengan partisipan sebagai sumber data atau

informan. Penelitian dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang

berhubungan dengan etika penelitian, antara lain :

1. Respect To Human Dignity

Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Dalam menjalankan proses penelitian, peneliti harus tetap menghormati

dan menjunjung tinggi harkat serta martabat manusia atau individu

sebagai pertisipan. Partisipan berhak mendapatkan informasi yang terbuka

dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan menfaat

penelitian, prosedur penelitian. Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan

48
informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek

penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari

peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian (Mózo, 2017).

a. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan

tujuanpenelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut

antara lain: partisipan pasien, tujuan dilakukan tindakana, jenis data

yang dibutuhkan, komitmen prosedur pelaksanaan, potensial masalah

yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah

dihubungi, dan lain-lain.(Hidayat, 2016)

b. Anonymity

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

49
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2016)

c. confidentiality

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi

untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Prinsip ini dapat diterapkan

dengan cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek

kemudian diganti dengan kode tertentu (Mózo, 2017).

d. Fidelity

Semua responden diberlakukan sama tanpa ada pembeda dan

pengecualian baik penjelasan, jenis pertanyaan, maupun kuesioner

peneliti telah membuat kesepakatan dan bertanggung jawab atas data

yang telah responden percayakan pada peneliti (Iii, 2016).

2. Benefiency & Non Malefiency

a. Benefiency

Memperhitungkan manfaat bagi subjek penelitian. Prinsip ini

mengandung makna bahwa setiap penelitian yang dilakukan, peneliti

harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek

penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan

(Mózo, 2017).

b. Non Malefiency

Tidak membahayakan subjek yang akan diteliti (Mappaware,2019).

3. Justice

50
Menghormati keadilan (respect for justice). Prinsip keterbukaan dalam

penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur,

tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional.

DAFTAR PUSTAKA

Anissa, L. M., Suryani, S. and Mirwanti, R. (2018) ‘Tingkat kecemasan mahasiswa


keperawatan dalam menghadapi ujian berbasis computer based test’,
Medisains, 16(2), p. 67. doi: 10.30595/medisains.v16i2.2522.

Annisa, D. F. and Ifdil, I. (2016) ‘Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia)’, Konselor, 5(2), p. 93. doi: 10.24036/02016526480-0-00.

Chavenett. et al. (2015) ‘PDF Compressor Free Version’, Iranian Journal of


Rehabilitation Research, 1(4), pp. 1–10. Available at: http://ijrn.ir.

Chrisnawati, G. and Aldino, T. (2019) ‘Aplikasi Pengukuran Tingkat Kecemasan


Berdasarkan Skala Hars Berbasis Android’, V(2), pp. 277–282. doi:
10.31294/jtk.v4i2.

Chrisnanto, at al. (2019) ‘Gambaran Dampak Kecemasan dan Gejala Psikologis


pada Anak Korban Bencana Gempa Bumi di Lombok’, Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004

Dwidiyanti, M. et al. (2018) ‘Gambaran Risiko Gangguan Jiwa pada Korban


Bencana Alam Gempa di Lombok Nusa Tenggara Barat’, Holistic Nursing
and Health Science, 1(2), p. 82. doi: 10.14710/hnhs.1.2.2018.82-91.

Ghomim, S. (2017) ‘Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN’, pp. 1–158. doi:
10.1109/WAINA.2013.254.

Jhordan, A. R. (2016) ‘Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Keberhasilan


Memberikan Obat Melalui Infus Pada Mahasiswa FIK UI Angkatan 2010’,
Journal FIK UI, 2(6), pp. 7–9.

51
Kumbara, H., Metra, Y. And Ilham, Z. (2019) ‘Analisis Tingkat Kecemasan
(Anxiety) Dalam Menghadapi Pertandingan Atlet Sepak Bola Kabupaten
Banyuasin Pada Porprov 2017’, Jurnal Ilmu Keolahragaan, 17(2), p. 28. doi:
10.24114/jik.v17i2.12299.

52
Iii, B. A. B. (2019) ‘Nurhasanah, 2019 Tingkat Kecemasan Pada Wanita
Menopause Di Kelurahan Padasuka Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu’, (2012).

Mózo, B. S. (2017) ‘済無 No Title No Title’, Journal of Chemical Information


and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.

Nursalam, 2016, metode penelitian (2013) ‘Deskripsi Tingkat Kecemasan


Remaja Putri yang Mengalami Menarche di SMP Islam Terpadu
Kholisaturrahmi Binjai’, Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), pp. 1689–1699. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

Riskedas. RI. (2018). Prefelensi Tingkat Stres dan Depresi. Jakarta: Rikesdas
RI.
XSetiyani, R. Y. (2018) ‘Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Baru
Di Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Non Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta’, Jurnal Psikologi Integratif, 6(1), p.
16. doi: 10.14421/jpsi.v6i1.1469.

Sutejo, S. et al. (2011) ‘Penurunan Ansietas Melalui Logoterapi Kelompok


Pada Penduduk Pasca-Gempa Di Kabupaten Klaten’, Jurnal
Keperawatan Indonesia, 14(2), pp. 107–112. doi: 10.7454/jki.v14i2.317.

Tobert. T. and Curtis. (2018) ‘Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa


Baru Di Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Non Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta’, Jurnal Psikologi Integratif, 6(1), p.
16. doi: 10.14421/jpsi.v6i1.1469.

Thoyibah, Z., Sukma Purqoti, D. N. and Oktaviana, E. (2020) ‘Gambaran


Tingkat Kecemasan Korban Gempa Lombok’, Jurnal Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (JPPNI), 4(3), p. 174. doi: 10.32419/jppni.v4i3.190.

Vellyana, D., Lestari, A. and Rahmawati, A. (2013) ‘Faktor-faktor yang


berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien preoperative di rs
mitra husada pringsewu’, pp. 108–113.

52
Zurriyatun Thoyibah1, M. D. (2019) ‘Gambaran Dampak Kecemasan dan
Gejala Psikologis pada Anak Korban Bencana Gempa Bumi di Lombok’,
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

53
Lampiran 01

SURAT PENGAMBILAN DATA AWAL

54
Lampiran 02

LEMBARAN PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian: Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Masyarakat


Pengungsian Pasca Gempa Bumi Di Desa Kamarian
Tujuan umum
Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan pada masyarakat
pengungsian pasca gempa bumi
Perlakuan yang diterpakan pada subjek
Penelitian ini merupakan penelitina observasional,sehinggah tidak ada
perlakuan apapun yang dilakukan pada subjek. Subjek hanya sebagai
responden yang hanya diminta untuk mengisi kuisioner perihal data
tingkat kecemasan pasca gempa bumi. Subjek akan diberikan
penjelasan penelitian sebelum diberikan kuisioner dan juga kontrak
waktu sekitar 20-30 menit untuk mengisi kuisioner.
Manfaat penelitian
Manfaat bagi subjek
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh
pengetahuan atau referensi tambahan terkait tingkat kecemasan serta
pola koping yang bisa diterapkan ketika subjek mengalami cemas.
Bahaya potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatka oleh keterlibatan subjek
dalam penelitian ini, oleh karena dalam penelitian ini tidak dilakukan
intervensi apapun melainkan hanya mengisi kuesioner.
Hak untuk undur diri
Keikutsertaan subjek dalam penelitian ini bersifat sukarela dan
responden berhak untuk mengundurkan diri kapanpun tanpa
menimbulkan konsenkuensi yang merugikan responden.
Jaminan kerahasian data
Peneliti berjanji akan selalu menghargai dan menjunjung tinggi hak
responden dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang
diperoleh selama poses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data
dari hasil penelitian.
Informasi tambahan
Subjek penelitian bisa menanyakan semua hal yang berkaitan dengan
penelitian ini dengan menghubungi peneliti:
Nama: Gresly Pesireron(Ghege)
No.Hp: 082198422358
Atas perhatian dan kesediaan saudara/I,saya ucapkan terimakasih
Kairatu………2020

Responden Hormat saya peneliti,

(………………….) (Gresly Pesireron)

55
Lampiran 03

PERNYATAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN


(Informent consent)

Saya yang bertanda tangan dibawa ini:


Nama:
Umur:
Pekerjaan:
Alamat:
Telah mendapatkan penjelsan secara rinci dan jelas menginai:
1. Penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada
Masyarakat Pengungsian Pasca Gempa Bumi Di Desa Kamarian”.
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek penelitian
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur penelitian
Kairatu………..2020

Peneliti Responden

(Gresly Pesireron) (…………………..)


Saksi

(………………….)

56
Lampiran 04
PETUNJUK PENGISIAN KOISIONER

1. Kosongkan kolom nomor responden


2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti sebelum menjawabnya
3. Isilah seluruh pertanyaan dengan menggunakan jawaban yang sesuai
dengan pemikiran anda
4. Cara pengisian jawaban disesuaikan dengan petunjuk yang telah diberikan
5. Anda diharapkan untuk mengisi seluruh pertanyaan yang ada dalam
kuisioner ini secara mandiri
6. Bila pertanyaan yang tidak dimengerti, anda dapat langsung
menanyakannya kepada peneliti
7. Untuk menjawab kusioner pertanyaan, berilah tanda centang (√) pada
kolom jawaban yang menurut anda benar atau sesuai dengan pemikiran
anda
8. Apabila ingin mengganti jawaban pada daftar pernyataan, anda dapat
memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang salah / ingin diganti,
kemudian memberikan tanda centang (√) kembali pada kolom yang
tersedia
9. Tiap pertanyaan akan dinilai bila diisi oleh satu jawaban 10. Jawaban anda
akan dijaga kerahasiaanya dan hanya dipergunakan untuk penelitian.
Selamat Mengisi

57
Lampiran 05

kuesioner
HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY

(HRSA)

Nomor Responden :

Nama Responden :

Tanggal Pemeriksaan :

Skor : 0 = tidak ada

1 = ringan

2 = sedang

3 = berat

4 = berat sekali

Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 41 = kecemasan berat

42 – 56 = kecemasan berat sekali

58
N0. Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan saat ini?
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan yang di rasakan saat ini?
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan saat ini?
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur?
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi?
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)?
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat

59
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler?
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori?
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal?
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital?
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom?
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri

60

Anda mungkin juga menyukai