Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR PAROTIS

A. Anatomi dan Fisiologi

Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar


saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Kelenjar parotis yang
merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga,
antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang
meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam
selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi
anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke
arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang
gigi molar ke-2 permanen rahang atas.
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua,
terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis
bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di
samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan
seringkali dapat terlihat saliva yang keluar.
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling
dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada
dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar
sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar
yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar
labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat
bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior
berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi
menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar
lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah.
Kelenjar ini bersifat murni mukus.
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini
bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada
palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar
glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu
murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal.
Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan
pertama yang mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya
makanan di mulut, melihat, membaui, dan memikirkan makanan. Fungsi saliva
atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung musin, enzim
pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi ludah bekerja
secara fisis dan secara kimiawi.

B. Definisi
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor
biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada
tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya (Arif mansoer, 2001).
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial
n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial
(Zwaveling, 2006).
Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan
multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma.
Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga
(kamus kedokteran Dorland edisi 29, 2005).

C. Etiologi
1. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang
sangat nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam
setahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor
etiologik yang umum.
2. Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama
dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen
merupakan segmen dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau
menurunkan produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan
dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan
penyebaran yang tidak terkendali semua sifat sieat kanker fragmen fragmen
genetic ini dapat merupakan bagian dari virus virus tumor.
3. Bahan-bahan kimia
obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan
kanker tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat
mempengaruhi karsigogesis Hormon dapat mengendalikan atau menambah
pertumbuhan tumor.
4. Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk
mendapat kan kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan
(bermutasi) berbeda secara antigenis dari sel sel yang normal dan harus
dikenal oleh system imun tubuh yang kemudian memusnahannya.Dua
puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor pada masa kanak kanak
dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika system imun sedang lemah.

D. Tanda dan Gejala


1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2. Pertumbuhan amat lambat
3. Tidak memberikan keluhan
4. Paralisis fasial unilateral

E. Patofisiologi
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran
kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus
dan infeksi retograd oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai
pada penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna,
dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik
adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai
penigkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa
menyebabkan gejala nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul
sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi
maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial
n.facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial.
Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi
padat atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan
juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran.Tumor parotis juga dapat
disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen
Foto – foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat
menunjukan ikut sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan
untuk penilaian kemungkinan metastasis hematogen.
Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan
bahan kontras (sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan
klinis itu berasal dari atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah
tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara suatu tumor
dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan temografi.
Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan
ganas.
2. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap, urin.
2) Laboratorium patologi anatomi
3. Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor
dan hasil biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di
diagnosis dan di biobsi. Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat
bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.

G. Komplikasi
Komplikasi – komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di
kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan
paling baik pada komplikasi adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan
mellitus, dan penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-
spesifik yang penting. Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan
kecendrengunan infeksi luka dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi
diberikan dalam dosis terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi.
Pendidikan untuk penderita sangat penting untuk mendapatkan kerjasama
dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi.

a. Prognosis
Prognosis tumor malignan sangat tergantung pada histology, perluasan local dan
besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan
tumor malignan telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih

buruk.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan
ekstervasi (pengangkatan) Glandula submandibularis dan glandula
sublingualis.
Tumor – tumor jinak : Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer
ludah dengan sebagian daerah sekitarnya.
Tumor-tumor ganas : Disseksi kelenjer leher “en-bloc” dan eksisi luas
kedua kelenjer ludah, radioterapi.
Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan sebagai
suatu kemungkinan keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan
tanda-tanda penting apakah suatu lesi kelenjer saliva adalah keganasan.
Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat. Aspirasi jarum halus dapat
membantu untuk merencanakan bedah eksisi. MRI memberikan informasi
anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan penetrasi. Sialografi, atau
injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson atau Wharton, berguna untuk
memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi
limfoepitelial dari penyumbatan karena batu. 80% batu kelenjer
submandibular adalah radioopak.

2. Penatalaksanaan non medis


Tumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau
disembuhkan dengan meminum rebusan daun sirsak. Kanker merupakan
penyakit yang mematikan dan pengobatan nya melewati kemoterapi.
Pengobatan-pengobatan kimia walaupun berhasil membunuh kanker, tetapi
tidak menutup kemungkinan, sel-sel akan tumbuh kembali dan menyebar.
Daun sirsak baru diketahui memiliki khasiat sebagai pembunuh kanker,
walaupun sebenarnya khasiat ini sudah ditemukan dari beberapa tahun
silam. Menurut hasil riset Dr. Jerry McLaughlin dari Universitas Purdue,
Amerika Seikat, daun sirsak mengandung senyawa acetoginis yang terdiri
dari annomuricin F yang bersifat sitotoksik atau membunuh kanker. Untuk
pengobatan, daun sirsak selain di konsumsi tunggal, akan lebih baik bila di
konsumsi berbarengan dengan herbal jenis lainnya seperti sambiloto, temu
putih atau temu mangga. Perpaduan beberapa jenis herbal akan bersifat
sinergis dan saling mendukung untuk mempercepat proses penyembuhan
penyakit.

I. Klasifikasi
Penggolongan histologik tumor-tumor kelenjer ludah, (Thackray, 1972). Tumor –
tumor epithelial
1. Adenoma
1) Pleimorph adenoma (meng. tumor)
2) Monomorph adenomas
(1) Adenolimfoma (tumor dari warthin)
(2) Oxifil adenoma (onkositoma)
(3) Jenis-jenis lain (tipe lain)
2. Tumor muko epidermoid
3. Tumor sel asinus
4. Karsinoma
1) Karsinoma adenoid kistik (silindroma)
2) Adenokarsinoma
3) Karsinoma planoselulare
4) Undifferentiated carcinoma
5) Karsinoma dalam adenoma pleimorph (maligna meng. tumor)

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan
utama dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap
dan akurat karena dari data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan
yang dihadapi klien.
1. Pengkajian umum :
1) Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
tanggal pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi
2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat
3) Alasan masuk rumah sakit
2. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat klien pernah menderita penyakit akut / kronis, Riwayat klien
pernah menderita tumor lainnya, Riwayat klien pernah memakai
kontrasepsi hormonal, pil ,suntik dalam waktu yang lama, Riwayat klien
sebelumnya sering mengalami peradangan kelenjer parotis.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Perlu diketahui:
(1) Lamanya sakit
Lamanya klien menderita sakit kronik / akut
(2) Factor pencetus
Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi,
aktifitas tertentu
(3) Ada tidak nyakeluhan sebagai berikut: demam, batuk, sesak nafas,
nyeri dada, malaise
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau
kronis.Menderita penyakit kanker atau tumor.
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) TTV
3) Tingkat kesadaran
4) Rambut dan hygiene kepala.
Keadaan rambut biasanya kotor, berbau, biasanya juga ada lesi, memar,dan
bentuk kepala
5) Mata
Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil
6) Gigi dan mulut
Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah,
peradangan pada tonsil.
7) Leher
(1) Inspeksi dalam keadaan istirahat
pembengkakan yang abnormal, Penderita juga diperiksa dari belakang.
Kulitnya abnormal, Dinilai saluran-saluran keluar kelenjer ludah dan
melakukan pemeriksaan intraoral
(2) Inspeksi pada gerakan
Dinilai fungsi n.facialis, n.hipoglosus dan otot-otot, trismus fiksasi pada
sekitarnya ada pembnengkakkan atau tidak.
(3) Palpasi
Selalu bimanual, dengan satu jari di dalam mulut dan jari-jari tangan lainnya
dari luar. Tentukan lokalisasi yang tepat, besarnya (dalam ukuran cm),
bentuk, konsistensi dan fiksasi kepada sekitarnya.
(4) Stasiun-stasiun kelenjer regional
Selalu dinilai dengan teliti dan dicatat besar, lokalisasi, konsistensi, dan
perbandingan terhadap sekitarnya. Selalu diperlukan pemeriksaan klinis
daerah kepala dan leher seluruhnya.
8) Dada / thorak
Biasanya jenis pernapasan klien dada dan perut, terjadi perubahan pola
nafas dan lain-lain

9) Cardiovaskuler
Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama
jantung
10) Pencernaan/Abdomen
K. Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus
L. 11) Genitalia
M. Kebersihan dan keluhan lain nya
N. 12) Ekstremitas
O. Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.
P. 13) Aktifitas sehari-hari
Q. Pada aktifitas ini biasanya yang perlu diketahui adalah masalah, makan,
minum, bak, bab, personal, hygine, istirahat dan tidur. Biasanya pada klien
dengan tumor parotis tidak terjadi keluhan pada saat beraktifitas karena kien
tidak ada mengeluhkan nyeri sebelum dilakukan operasi.
R. 14) Data social ekonomi
S. Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan
dengan keluarga
T. 15) Data psikologis
U. Kesadaran emosional pasien
V. 16) Data spiritual
W. Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan.
X.
Y.
Z.
AA. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan
BB. 1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan gangguan pada lambung sekunder akibat dari terapi
radiasi.
CC. 2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
terapi radiasi, takut terhadap aspek-aspek tindakan.
DD. 3. Resiko infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma
jaringan (insisi bedah)
EE.4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan pemajanan/mengingat, kesalahan
interprestasi informasi
FF. (Doenges, 1999)
GG.

http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/11/askep-tumor-parotis.html
http://xinex.wordpress.com/2009/06/09/askep/

Anda mungkin juga menyukai