PENDAHULUAN
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit
yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat
merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat
yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan
gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering
disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab
penumpukan kristal di daerah tersebut diakibatkan tingginya kadar asam urat dalam darah.
Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah
antara 0,5 – 0,75 g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti
makanan yang digoreng, santan, margarin atau mentega dan buah-buahan yang
mengandung lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap
Asam urat terjadi terutama pada laki-laki, mulai dari usia pubertas hingga mencapai
puncak usia 40-50 tahun, sedangkan pada perempuan, persentase asam urat mulai didapati
setelah memasuki masa menopause. Kejadian tingginya asam urat baik di negara maju
maupun negara berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun.
Kadar asam urat pada pria meningkat sejalan dengan peningkatan usia seseorang
(Soekanto, 2012). Hal ini terjadi karena pria tidak memiliki hormon estrogen yang dapat
membantu pembuangan asam urat sedangkan pada Perempuan memiliki hormon estrogen
yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine (Darmawan, 2008). Hasil
penelitian epidemiologi diketahui bahwa beberapa ras tertentu memiliki kecenderungan
terserang penyakit asam urat, selain itu hasil penelitian di Kalimantan Barat diketahui
bahwa usia 15-45 tahun yang diteliti sebanyak 85 orang, dimana pria mengalami penyakit
berbagai kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat organ yang
dapat mengakibatkan terjadinya degenerasi sejalan dengan proses menua. Proses menua ini
dapat berpengaruh pada perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap
penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan tanggapannya pada kehidupan sehari-
hari. Setiap individu mengalami perubahan-perubahan tersebut secara berbeda, ada yang
laju penurunannya cepat dan dramatis, serta ada juga yang perubahannya lebih tidak
bermakna. Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat
berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit
Hiperurisemia bisa timbul akibat produksi asam urat yang berlebihan dan pembuangan
asam urat yang berkurang. Faktor yang menyebabkan hiperurisemia adalah produksi asam
urat di dalam tubuh meningkat terjadi karena tubuh memproduksi asam urat berlebihan
keturunan), berlebihan mengkonsumsi makanan berkadar purin tinggi, dan adanya penyakit
kanker atau pengobatan (kemoterapi) serta pembuangan asam urat sangat berkurang
keadaan ini timbul akibat dari minum obat (anti TBC, obat duretik/HCT, dan salisilat),
Asam urat sudah dikenal sejak 2.000 tahun laludan menjadi salah satu penyakit tertua
yang dikenal manusia. Berdasarkan data asam urat di dunia tercatat sebanyak 47.150 orang
di dunia menderita asam urat, kejadian tersebut terus meningkat pada tahun 2005, yakni
jumlah penderita asam urat terus bertambah dari tahun 2004 dan menyerang usia
Peningkatan prevelensi penyakit asam urat baik di negara maju maupun berkembang
dan hanya sedikit dari penderita asam urat yang terkontrol dengan baik. Di Indonesia angka
kejadian asam urat mencapai 2%-13%, sedangkan di Jawa Timur sebesar 24,3% pada laki-
laki dan 11,7% pada perempuan. Dari studi pendahuluan data Dinas Kesehatan (Dinkes)
Jawa Timur menyebutkan, total penderita asam urat di Jatim pada 2011 sebanyak 285.724
pasien. Data ini diambil menurut Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di Jatim.
Jumlah tersebut terhitung mulai bulan Januari hingga September dengan jummlah penderita
tertinggi pada bulan Mei sebanyak 46.626 pasien. Dari hasil studi pendahuluan yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Banyuwangi tahun 2010, penderita asam urat berjumlah
14.122 jiwa, sedangkan pada tahun 2011 berjumlah 4.626 jiwa ( DINKES Banyuwangi,
2011). Sedangkan dari hasil studi pendahuluan yang diperoleh dari puskesmas
Mojopanggung jumlah pwnderita asam urat tahun 2013 yakni 769 jiwa. Dan dari data
terbaru pada November 2013 sampai September 2014 tercatat sejumlah 48 orang yg
Kadar asam urat tubuh ditentukan oleh keseimbangan produksi dan ekskresi. Produksi
asam urat tergantung dari diet, serta proses internal tubuh berupa biosintesis, degradasi, dan
pembentukan cadangan (salvage) asam urat. Seseorang dengan indeks masa tubuh (IMT)
indeks masa tubuh (IMT) kurang dan indeks masa tubuh (IMT) normal juga dapat berisiko
mengalami hiperurisemia. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya peningkatan asam urat
di dalam tubuh seseorang. Pada tubuh seseorang sebenarnya sudah mempunyai asam urat
dalam kadar normal, apabila produksi asam urat di dalam tubuh seseorang itu meningkat
dan ekskresi asam urat melalui ginjal dalam bentuk urin menurun dapat berakibat terjadinya
hiperurisemia. Asam urat yang terakumulasi dalam jumlah besar di dalam darah akan
sendi, terutama sendi perifer (jempol kaki atau tangan). Sendi-sendi tersebut akan menjadi
bengkak, kaku, kemerahan, terasa panas, dan nyeri sekali (Darmawan, 2008).
Rothenbacher et al. (2011) pada penelitiannya yang juga menganalisis hubungan IMT
dan frekuensi serangan gout, menyimpulkan bahwa obesitas adalah salah satu komorbid
yang umum pada pasien dengan serangan gout berulang. Lingkar pinggang, indikator
obesitas lainnya, yang telah terbukti lebih dekat kaitannya dengan hiperurisemia dan
resistensi insulin, belum pernah diteliti kaitannya dengan frekuensi serangan gout.
Asam urat terjadi sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau
supersaturasi asam urat didalam cairan ekstarseluler (Vitahealth, 2007). Terdapat dua
faktor risiko seseorang menderita athritis gout, yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi
dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia
dan jenis kelamin. Di lain pihak, faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah terkait dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku penderita mengenai asam urat, kadar asam urat, dan
penyakit-penyakit penyerta lain seperti diabetes melitus (DM), hipertensi, dan dislipidemia
yang membuat individu tersebut memiliki risiko lebih besar untuk terserang penyakit gout
Pengelolaan asam urat sering sulit dilakukan karena berhubungan dengan kepatuhan
perubahan gaya hidup (Azari, 2014). Sikap dan perilaku memainkan peran penting karena
pengetahuan tentang gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Tanpa adanya sikap dan perilaku, modifikasi pola hidup akan sulit tercapai. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah aktivitas fisik. Aktivitas yang
dilakukan seseorang berkaitan dengan kadar asam urat yang terdapat dalam darah. Aktifitas
fisik seperti olahraga atau gerakan fisik akan menurunkan ekskresi asam urat dan
meningkatkan produksi asam laktat dalam tubuh. Semakin berat aktivitas fisik yang
dilakukan dan berlangsung jangka panjang maka semakin banyak asam laktat yang
dalam darah sehingga dapat menimbulkan gout arthritis. Terlalu banyak mengkonsumsi
makanan yang tinggi kandungan nukleotida purinnya seperti sarden, kangkung, jeroan, dan
makanan dengan kandungan nukleotida purin rendah akan dapat mengurangi risiko
hiperurisemia atau gout arthritis. Salah satu upaya untuk mengurangi penumpukan protein
adalah terapi diet asam urat yang baik dan benar (Krisnatuti, 2006). Kejadian gout arthritis
Pengobatan untuk penderita atritis gout saat ini sudah banyak dikembangkan baik
sintesis maupun herbal. Pada penggunaan obat herbal dapat dikategorikan tinggi
apabilamasyarakat tahu bahwa obat sintesis dapat menimbulkan efek lain. Jahe merah
dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Jahe merupakan tanaman
obat berupa tumbuhan rumput berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-temuan
(Zingiberaceae). Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Jahe
merupakan salah satu rempah-rempah yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Selain
sebagai penghasil flavor dalam berbagai produk pangan, jahe juga dikenal mempunyai
khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti masuk anigin, batuk dan diare.
Beberapa komponen bioaktif dalam ekastrak jahe antara lain gingerol, shogaol,
tegak dengan ketinggian 30-75 cm, berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan
panjang 15-23 cm, lebar lebih kurang dua koma lima senti meter, tersusun teratur dua baris
berseling, berwarna hijau bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap
berbintik-bintik putih kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu. Akarnya yang
bercabang-cabang dan berbau harum, berwarna kuning atau jingga dan berserat. Dalam
Khasiat rimpang jahe merah telah lama digunakan sebagai stimulan untuk
membangkitkan nafsu makan. Hal tersebut dikarenakan jahe merah dapat menstimulasi
aliran saliva dan cairan lambung, serta meningkatkan gerak peristaltik usus. Pada studi
invitro menunjukkan ekstrak air dari rebusan jahe dapat menghambat aktivitas siklo
platelet. Selain itu, jahe kering dapat digunakan untuk pengobatan reumatoid arthritis
karena pada 75% pasien yang mengkonsumsi rimpang jahe sering terjadi penurunan rasa
sakit dan bengkak. Mekanisme jahe kering dapat digunakan sebagai anti inflamasi terkait
dengan kerjanya dalam menghambat dari biosintesis prostaglandin. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jahe merah dapat menurukan kadar asam urat
dalam darah. Selain itu juga dapat menurunkan rasa nyeri oleh karena penghambatan pada
jalur siklo oksigenase. Jahe merah memiliki volatile oil dan non-volatile oil yang dapat
menurunkan kadar asam urat darah. Selain itu, jahe merah dapat meredakan nyeri oleh
karena penghambatan pada jalur siklo oksigenase sehingga prostaglandin dapat dihambat
Adakah Pengaruh Kompres Jahe Merah Terhadap Asam Urat Pada Penderita Asam Urat Di
Mengetahui Pengaruh Kompres Jahe Merah Terhadap Asam Urat Pada Penderita Asam Urat
1. Teridentifikasinya kondisi sebelum pemberian kompres jahe merah pada penderita asam urat
2. Teridentifikansinya kondisi pemberian kompres jahe merah pada penderita asam urat di
3. Teranalisisnya pengaruh kompres jahe merah terhadap asam urat pada penderita asam urat
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menurunkan angka kejadian asam urat di
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan merupakan wujud
aplikasi dari pengetahuan yang dimiliki peneliti yang didapat melalui perkuliahan dan studi
pendahuluan.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi terutama untuk perawat
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan alternatif dalam mengatasi
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk masyarakat terutama lansia agar mengetahui
5. Bagi Responden
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan khususnya pada penderita asam urat agar mengetahui
penatalaksanaan lain yang dapat mengatasi penyakit asam urat selain dengan farmakologis.