[Company name]
[Document title]
Asam urat sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Asam urat merupakan
substansi akhir dari hasil metabolisme purin dalam tubuh. Asam urat yang berlebihan
tidak akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya dalam tubuh yang
mengakibatkan peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut juga
hiperurisemia.
Penyakit asam urat berkaitan dengan pola asupan makanan, sehingga salah
satu cara pencegahan dengan mengontrol pola asupan makanan. Jika tidak mengontrol
pola asupan, kadar asam urat dalam darah akan berlebihan dan menimbulkan
penumpukan kristal asam urat yang apabila terbentuk pada cairan sendi, maka akan
terjadi penyakit asam urat.
Faktor risiko yang mempengaruhi tingginya asam urat adalah umur, genetik,
asupan purin yang berlebihan, kegemukan, penyakit jantung dan konsumsi obat-obatan
tertentu (diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Konsumsi purin yang terdapat dalam
daging dan seafood berhubungan terhadap risiko peningkatan kadar asam urat, sedangkan
produk susu dapat menurunkan risiko gout dan konsumsi purin dari tumbuh-tumbuhan
tidak berpengaruh terhadap risiko gout. Sedangkan konsumsi karbohidrat kompeks seperti
nasi, roti, ubi jalar dan ketela dapat memacu pembuangan kelebihan asam urat dalam
darah(Sustrani, 2004).
Angka kejadian penyakit artritis gout cenderung memaski usia semakin muda,
yaitu usia produktif dimana diketahui prevalensi asam urat di Indonesia yang terjadi pada
usia di bawah 34 tahun yaitu sebesar 32% dengan kejadian tertinggi pada penduduk
Minahasa sebesar 29,2%. Obesitas juga bisa menjadi salah satu faktor pendukung
terjadinya asam urat. Penyakit asam urat erat kaitannya dengan obesitas. konsumsi
makanan berlemak, santan jeroan serta pola hidup. Orang yang gemuk cenderung memiliki
kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Sampai saat ini belum ada teori yang bisa
menjelaskan mengapa kadar asam urat pada orang obesitas tinggi. Namun pada sebagian
besar penelitian, kadar asam urat pada orang obesitas cenderung lebih tinggi dari normal.
Hubungan Pengetahuan Diet Purin dengan Kadar Asam Urat Pasien Gout
Arthritis
Gout Arthritis adalah penyakit akibat kelainan metabolisme asam urat yang
disebut hiperurisemia. Prevalensi gout arthritis di Indonesia 1,6-13,6 per seribu
penduduk. Hiperurisemia adalah kadar asam urat > 7 mg/dl pada pria dan > 6 mg/dl
pada wanita. Hiperurisemia disebabkan oleh produksi asam urat yang meningkat dan
ekresi asam urat yang rendah. Diet purin adalah salah satu faktor yang meningkatkan
kadar asam urat. Pengetahuan diet purin merupakan hal yang membutuhkan perhatian.
mengetahui hubungan antara pengetahuan diet purin dengan kadar asam urat pasien
gout arthritis.
Hiperurisemia adalah terjadi peningkatan kadar asam urat di atas normal.
Dikatakan hiperurisemia apabila kadar asam urat > 7 mg/dl pada pria dan > 6 mg/dl
pada wanita. Hiperurisemia merupakan salah satu tanda awal tubuh terserang
peradangan sendi akut. Nyeri sendi dengan latar belakang hiperurisemia masih menjadi
masalah serius karena manifestasinya tidak hanya terbatas pada sendi, namun juga
menimbulkan gangguan fungsi ginjal, jantung dan mata. Prevalensi gout di Amerika
Serikat 2,6% dalam 1000 kasus, dan 10% kasus gout terjadi pada hiperurisemia
sekunder. Dari 90% pasien gout primer adalah laki-laki berusia diatas 30 tahun dan
diperkirakan 15 dari setiap 100 pria Amerika Serikat itu berada dalam resiko gout.
Prevalensi gout di Indonesia 1,6-13,6 per seribu penduduk.
Penyebab hiperurisemia dan gout adalahproduksi asam urat dalam tubuh yang
meningkat akibat gangguan metabolismepurin bawaan dan kelebihan konsumsi
makanan berkadar purin tinggi. Penyebab lainnya pembuangan asam urat yang
berkurang. Ini disebabkan karena mengkonsumsi obat-obatan seperti obat
antituberkulosis, diuretik dan salisilat. Olahraga terlalu berat, keracunan, hipertensi dan
gagal ginjal juga merupakan penyebab peningkatan asam urat. Peningkatan kadar asam
urat bisa terjadi karena gabungan antara produksi berlebih dan pembuangan yang
berkurang.
Perkembangan manusia tahap akhir adalah lanjut usia. Pengertian lanjut usia
menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,
yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas. Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan,
baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan. Keberhasilan pembangunan mempunyai
indikator. Salah satunya adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk.
Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah
penduduk lanjut usia terus meningkat daritahun ke tahun. Diseluruh dunia penduduk
Penanganan pada penderita gout dibagi menjadi 2 yaitu secara farmakologi dan
nonfarmakologi. Untuk farmakologi menggunakan obat, seperti: NSAIDs, colchicine,
corticosteroid, probenecid, allopurinol dan urocisuric (Helmi, 2012), sedangkan
nonfarmakologi dengan membatasi asupan purin atau rendah purin, asupan energi
sesuai dengan kebutuhan, mengonsumsi lebih banyak karbohidrat, mengurangi
konsumsi lemak, mengonsumsi banyak cairan, tidak mengonsumsi minuman
beralkohol, mengonsumsi cukup vitamin dan mineral, mengonsumsi buah dan sayuran,
dan olahraga ringan secara teratur (Ardhilla, 2013). Angka kejadian penyakit gout yang
meningkat inilah yang menjadi alasan mengapa penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kadar
asam urat (gout) pada laki-laki dewasa, guna mencegah dan mengendalikan jumlah
penderita gout serta meminimalkan komplikasi yang terjadi dari gout.
Saat ini gout menjadi salah satu penyakit artikular yang umum ditemukan di
masyarakat dengan insidensi dan prevalensi yang semakin meningkat pada dekade
terakhir (Choi, et al., 2005 dan Roddy and Doherty, 2010). Insidensi gout lebih tinggi
pada lakilaki dibandingkan pada wanita dan meningkat seiring pertambahan usia
(Roddy dan Doherty, 2010 dan Smith, et al., 2010). Prevalensi gout yang ditemukan
pada laki-laki 4 kali lebih besar dibandingkan wanita, pada usia dibawah 65 tahun
(Wallace, et al., 2004). Secara keseluruhan, prevalensi gout bervariasi antara 0.03% –
15.2% dengan persentase kejadian pada laki-laki mencapai 1 – 2% (Smith, et al.,2010).
Selama ini, anjuran diet yang disarankan dan banyak diterapkan di masyarakat
bagi pasien hiperurisemia dan gout adalah menghindari dan membatasi makanan tinggi
purin baik lauk hewani maupun sayuran.Diet tersebut merupakan salah satu manajemen
yang dapat dilakukan, tapi efektifitas diet tersebut masih harus kembali dikaji. Choi,et
al. (2005).Selain itu Penanganan gout dengan obat dilakukan untuk menangani
serangan akut, mencegah serangan selanjutnya, dan penatalaksanaan gout tophaceous
kronik (Johnstone, 2005).Terapi serangan akut dapat menggunakan kolkisin, obat anti
inflamasi non-steroid (NSAIDs), dan/atau steroid (Weselman dan Agudelo, 2002;
Mandel dan Simkin, 2007).
Kelompok Bahan Makanan Berdasarkan Kadar Purin (per 100 gram bahan
mentah)
Bahan makanan ang mengandung purin tinggi.
Ikan sarden dan makarel
kerang, remis, udang, cumi
Daging unggas terutama bebek, angsa, dan burung
Jeroan dari berbagai jenis ternak seperti hati, ampela, usus, jantung, paru, limfa,
babat, dan otak.
Ekstrak daging atau kaldu istant
Makanan atau minuman yang dibuat menggunakan ragi, seperti roti, donat,
tapai, brem, aneka kue tradisional yang difermentasikan menggunakan ragi.
Asam urat merupakan bagian yang normal dari darah dan urin. Asam urat dihasilkan dari
pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari bahan makanan tertentu yang mengandung
nukleotida purin atau berasal dari nukleotida purin yang diproduksi oleh tubuh. Mekanisme
yang menyebabkan terjadinya kelebihan asam urat dalam darah yaitu adanya kelebihan
produksi asam urat di dalam tubuh dan penurunan ekskresi asam urat melalui urin.
Sekitar 20-30% penderita gout terjadi akibat kelinan sintesa purin dalam jumlah besar
sehingga asam urat dalam darah berlebihan. Sementara itu, sisanya kurang lebih 75%, adanya
kelebihan produksi asam urat karena pengeluaran asam urat yang tidak sempurna. Dengan
peningkatan produksi asam urat / retensi asam urat, kadar asam urat serum menjadi
meningkat. Biasanya kadar asam urat serum pada penderita gout lebih dari 6,5 – 7,0 mg/dl.