Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PEMBERIAN JUS SIRSAK DAN JUS NANAS TERHADAP

PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lanjut usia merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses
alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melewati tiga tahap kehidupan yaitu
anak,dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda secara biologis maupun psikologis
(Nugroho, 2008). Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa lajut usia meliputi usia pertengahan (45-59 tahun), lanjut usia
(60-74 tahun), usia tua (75-90 tahun), usia sangat tua >90 tahun1. Lanjut usia
dipandang sebagai masa degeneratif biologis dan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan berbagai organ, fungsi, dan sistem
tubuh yang bersifat alamiah atau fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan
berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh2. Secara individu pengaruh
proses penuaan menimbulkan berbagai masalah fisik, biologis, mental, sosial dan
ekonominya. Angka kesakitan pada penyakit tidak menular seperti kanker,
penyakit kardiovaskuler dan penyakit degeneratif lainnya memperlihatkan
kecendrungan yang semakin meningkat, salah satu yang dialami oleh lansia yaitu
peningkatan asam urat.
Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan
yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan
makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh
makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhuk hidup
tersebut, maka zat purin tersebut pindah ke dalam tubuh kita (Apriyanti, 2013).
Asam urat merupakan asam lemah yang didistribusikan melalui cairan
ekstraseslular yang disebut sodium urat. Jumlah asam urat dalam darah
dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat dalam tubuh, dan banyaknya
ekskresi asam urat (Kutzing & Firestein, 2008). Penyakit asam urat atau dalam
dunia medis disebut penyakit pirai/penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit
sendi yang disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat
yang tinggi di dalam darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan
asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat
inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang. Pada kasus yang parah,
penderita penyakit ini tidak bisa berjalan, persendian terasa sangat sakit jika
bergerak, mengalami kerusakan pada sendi, dan cacat (Sutanto, 2013). Kadar
normal asam urat pada wanita adalah 2,4-6,0 mg/dl dan pada pria 3,0-7,0 mg/dl.
Jika melebihi nilai ini, seseorang dikategorikan mengalami hiperurisemia.
Hiperurisemia adalah terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah
melebihi batas normal. Penyakit asam urat muncul sebagai akibat dari kondisi
hiperurisemia ini. Angka kajadian penyakit asam urat meningkat pada keadaan
asam urat tinggi yaitu lebih dari 9 mg/dl (Sutanto, 2013). Penderita gout di
seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia
ini menderita nyeri persendian. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga
tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kecacatan (Junaidi,
2012).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk
dunia terserang penyakit arthritis. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-
20 tahun dan 20% mereka yang berusia di atas 55 tahun (Junaidi, 2012).
Prevalensi asam urat (gout) di Amerika Serikat meningkat 2 kali lipat dalam
populasi lebih dari 75 tahun dari 21 per 1000 menjadi 41 per 1000. Dalam studi
kedua, prevalensi asam urat pada populasi orang dewasa inggris diperkirakan
1,4% dengan puncak lebih dari 7% pada pria berusia 75 tahun (WHO,2011)
Sedangkan diindonesia berdasarkan pusat data statistik indonesia, Asam
urat merupakan salah satu penyakit terbanyak yang di derita lansia, yaitu pada
tahun 2008 sebanyak 7.528.027 lansia menderita Asam urat. Hal ini merupakan
suatu problem yang harus bisa di tangani oleh pemerintah, karena dengan kondisi
lansia yang semakin banyak menderita rematik hal tersebut akan mampu
menjadikan lansia menjadi pasif, maka di perlukan dorongan agar lansia tersebut
tetap aktif dala segala hal. salah satu program pemerintah dalam hal ini adalah
pelayanan kesehatan di posyandu setiap daerah, yang di harapkan mampu
menstabilkan gangguan kesehatan pada lansia (Depkes RI, 2009).
Menurut Riskesdas (2013), prevalensi kejadian radang sendi di Sumatra
Utara berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 8,4% dan berdasarkan
diagnosis atau gejala 19,2%. Sedangkan di Kota Medan (Sumatera Utara),
prevalensi kejadian radang sendi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan 5,1%
dan berdasarkan diagnosis atau gejala adalah 17,2%.
Penyakit asam urat tidak terlepas dari hiperurisemia. Peningkatan kadar
asam urat hingga menimbulkan hiperurisemia terjadi karena tiga hal, yaitu
peningkatan metabolisme asam urat sehingga produksinya meningkat, penurunan
ekskresi asam urat, dan gabungan keduanya. Sebagian besar gout terjadi karena
terhambatnya ekskresi asam urat. Sekitar 80-90% gout terjadi karena rendahnya
jumlah asam urat yang sanggup di ekskresi (underexcretion) oleh tubuh,
sedangkan 10-20% karena produksi asam urat yang berlebihan. Gout adalah
penyakit yang teramat nyeri. Penyakit ini disebabkan tumpukan kristal asam urat
di jaringan dan persendian tubuh. Tumpukan ini didapat dari makanan yang
mengandung purin. Purin itu didalam tubuh diuraikan menjadi asam urat. Tubuh
persendian gout tidak mampu secara benar mengeluarkan asam urat dari tubuh,
sehingga kelebihan asam urat itu menumpuk dan mengkristal. Kelebihan asam
urat dalam tubuh disebut hiperurisemia. Ketika terjadi tumpukan kristal asam urat,
tubuh akan memerangi mereka dengan sel darah putih. Ini menyebabkan penyakit
tersebut memburuk. Sel darah putih itu akan menyelubungi kristal asam urat itu
sehingga menimbulkan pembengkakan, nyeri, dan kemerahan di daerah tersebut.
Masalah akan timbul karena kristal-kristal yang berbentuk seperti jarum. Sehingga
akan mengakibatkan reaksi peradangan, jika berlanjut akan menimbulkan nyeri
hebat yang sering menyertai serangan gout. Rasa nyeri inilah yang membuat
penderita merasa ada keterbatasan dalam bergerak (Junaidi, 2012).
Terapi non-farmakologi adalah tindakan keperawatan yang dapat
digunakan untuk menurunkan asam urat pada lansia. Terapi non-farmakologi yang
dapat digunakan untuk menurunkan asam urat seperti membatasi asupan purin
atau rendah purin, asupan energi sesuai dengan kebutuhan, mengkonsumsi lebih
banyak karbohidrat, mengurangi konsumsi lemak, mengkonsumsi banyak cairan,
tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, mengkonsumsi cukup vitamin dan
mineral, mengkonsumsi sayuran dan buah, salah satunya seperti buah sirsak dan
buah nanas.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah “apakah ada pengaruh
dari pemberian jus sirsak dan jus nanas terhadap penurunan kadar asam urat
pada lansia?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian jus sirsak dan jus nanas terhadap
penurunan kadar asam urat.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kadar asam urat darah pada penderita asam urat
sebelum di berikan jus sirsak dan jus nanas pada lansia.
2. Mengidentifikasi kadar asam urat darah pada penderita asam urat
sesudah di berikan jus sirsak dan jus nenas.
3. Menganalisa pengaruh pemberian jus sirsak dan jus nanas terhadap
perubahan kadar asam urat darah pada penderita asam urat.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya kepada penderita
asam urat,mengenai pengaruh jus sirsak dan jus nanas terhadap penurunan
kadar asam urat di dalam tubuh. Informasi tersebut diharapkan dapat
membatu masyarakat yang menderita asam urat agar lebih patuh dalam
mengkonsumsi jus sirsak dan jus nanas.
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian yang diadakan hendaknya pengembangan pengetahuan
dalam pendidikan dan perlengkapan bahan pustaka tentang pengaruh
pemberian jus sirsak dan jus nanas terhadap perubahan kadar asam urat.
Menjadi referensi tambahan untuk institusi pendidikan.
3. ManfaatInstitusi Pelayanan Kesehatan
Pemberian jus nanas diharapkan sebagai masukan bagi pelayanan
kesehatan untuk memberikan penyuluhan.
4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian yang diadakan merupakan hasil pemberdayaan daya upaya
mencari manfaat bagi diri dan masyarakat pada umumnya, peneliti
berharap suatu saat akan ada penelitian tentang jus sirsak dan jus nanas
dengan metode yang lebih baik lagi dimana dari segi sample diharapkan
dapat lebih besar lagi dan waktu yang digunakan juga diharapkan lebih
lama agar hasilnya dapat lebih maksimal.

Anda mungkin juga menyukai