Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA LANSIA DENGAN DIAGNOSA MEDIS GOUT ARTRITHIS


DI PANTI WERDA CILACAP

Disusun Oleh :

FRISKA AMBARWATI
210104050

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN GERONTIK


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang
dikatakan Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses
yang disebut Aging Process atau proses penuaan dimana ikut menurunya fungsi
tubuh pada lansia (Nugroho, 2008). Sehingga Lansia rentan terkena infeksi penyakit
menular akibat masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh seperti
Tuberkulosis, Diare, Pneumonia dan Hepatitis. Selain itu penyakit tidak menular
banyak muncul pada usia lanjut diantaranya Hipertensi, Stroke, Diabetes Melitus
dan radang sendi atau Asam Urat (Susanto, 2013).
Penyakit Asam Urat atau dalam dunia medis disebut penyakit Gout Arthritis
adalah penyakit sendi yang yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme Purin
yang ditandai dengan tingginya kadar Asam Urat dalam darah. Apabila kadar Asam
Urat dalam darah terus meningkat menyebabkan penderita penyakit ini tidak bisa
berjalan, penumpukan Kristal Asam Urat berupa Tofi pada sendi dan jaringan
sekitarnya, persendian terasa sangat sakit jika berjalan dan dapat mengalami
kerusakan pada sendi bahkan sampai menimbulkan kecacatan sendi dan
mengganggu aktifitas penderitanya (Susanto, 2013).
Dengan begitu perawatan Lansia dengan Gout Arthritis perlu dilakukan agar
tidak semakin memburuk serta tidak muncul komplikasi yang sebenarnya masih
dapat dicegah. Tindakan farmakologis untuk perawatan Gout Arthritis diantaranya
adalah menkonsumsi obat-obatan seperti Allopuriniol yang berguna untuk
menurunkan kadar Asam Urat dan tindakan non farmakologi seperti kompres
hangat untuk meringankan rasa nyeri dan Inflamasi (Sunaryo, 2016). Dengan
melihat latar belakang diatas maka saya menyusun laporan pendahuluan pada lansia
dengan diagnosa medis gout artrithis.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan mengimplementasikan kedalam asuhan


keperawatan khusunya pada lansia dengan gout artrithis
2. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui definisi gout artrithis
c. Untuk mengetahui etiologi gout artrithis
d. Untuk mengetahui faktor risiko gout artrithis
e. Untuk mengetahui patofisiologi gout artrithis
f. Untuk mengetahui pathway gout artrithis
g. Untuk mengetahui tanda dan gejala gout artrithis
h. Untuk mengetahui pengkajian pada gout artrithis
i. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gout
artrithis
j. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada gout artrithis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Asam urat merupakan proses katabolisme purin yang memproduksi senyawa
nitrogen, proses katabolisme purin terjadi karena dua hal yaitu dari purin yang
terkandung dalam makanan maupun dari asam nukleat endogen DNA. Asam urat
dalam jumlah besar dikeluarkan oleh ginjal, namun dapat juga di eksresi melalui
saluran cerna, tetapi dalam jumlah yang sedikit (Prayogi, 2017).
Kadar asam urat yang meningkat disebabkan karena tubuh memproduksi asam
urat dalam jumlah besar sedangkan eksresi asam urat melalui urine mengalami
penurunan. Sekitar 20-30% penderita asam urat disebabkan karena sintesa purin
yang tidak berjalan dengan normal sehingga memicu peningkatan kadar asam
(Pratiwi, 2017).

B. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik).
Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan
produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam
Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan produksi Asam Urat,
terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi kedua penyebab
tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria, sedangkan perempuan
persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout Artritis lebih umum
terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013).
Menurut Fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout
Arthritis adalah :
1. Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai
dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan
Gout Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi
pada saat Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah
yang dapat membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga
Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.
2. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita,
sebab wanita memiliki hormon ektrogen.
3. Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di
dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.
4. Konsumsi alkohol
5. Obat-obatan
Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah
(kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi.

C. Faktor Risiko
1. Penyakit ginjal kronis
Hiperurisemia dan penyakit ginjal memiliki hubungan sebab akibat
gangguan fungsi ginjal pada ginjal bisa mengganggu ekskresi asam urat.
Namun, kadar asam urat yang terlalu tinggi juga bisa mengganggu kinerja dan
fungsi ginjal (Lingga, 2012).
2. Faktor usia
Gout umunya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang berusia diatas 40
tahun. Setelah memasuki masa pubertas, pria memiliki resiko gout lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita. Ketika memasuki usia paruh baya, jumlahnya
menjadi sebanding antara pria dan wanita. Dalam sebuah kajian di Amerika,
pervalensi berlipat ganda alam populasi usia 40 – 75 tahun. Dalam kajian kedua,
prevalensi gout pada populasi dewasa di inggris diperkirakan sebesar 1,4%, dengan
puncaknya lebih dari 7% pada pria usia 40 – 75 tahun. Menurut survey
yang diadakan oleh National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES), rasio penderita hiperurisemia sebagai berikut :
a. Usia diatas 20 tahun : 24%
b. Usia 50 – 60 tahun : 30%
c. Usia lebih tua dari 60 tahun : 40%
d. Rata – rata penduduk Asia : 5 – 6%
Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat seseorang berusia
75 tahun, setelah berusia di atas 75 tahun, resiko gout semakin menurun,
bahkan tidak ada resiko sama sekali. Kecuali, jika penyakit tersebut merupkan
perkembangan dari penyakit gout kronis yang sebelumnya telah di alami
(Lingga, 2012).
3. Dehidrasi
Kekurangan cairan di dalam tubuh akan menghambat ekskresi gout. Pada
dasarnya semua cairan itu adalah pelarut. Air yang memiliki daya larut paling
tinggi adalah air putih. Air putih dapat melarutkan semua zat yang larut di
dalam cairan, termasuk asam urat. Air diperlukan sebagai pelarut gout yang
dibuang atau diekskresi melalui ginjal bersama urine.
4. Makan berlebihan
Asupan purin dari makanan akan menambah jumlahpurin yang beredar di
dalam tubuh. Secara teknis, penambahan purin yang berear di dalam darah
tergantung pada jumlah purin yang berasal dari makanan. Artinya, semakin
banyak , mengkonsumsipurin semakin tinggi kadar asam urat (produk akhir
metabolisme purin) dalam tubuh (Lingga, 2012).
5. Konsumsi alkohol
Sejumlah studi mengatakan konsumsi alkohol memiliki pengaruh sangat
besar dalam meningkatkan prevalensi gout pada penggemar alkohol. Dampak
buruk alkohol akan semakin nyata pada individu yang mengalami obesitas.
Dikatakan bahwa penderita obesitas yang gemar mengkonsumsi alkohol
dipastikan mengalami gout (Lingga, 2012)
D. Tanda dan Gejala
1. Hiperurisemia
2. Artritis pirai atau gout akut, bersifat eksplosif, nyeri hebat, bengkak, merah,
teraba panas pada persendian, dan akan sangat terasa pada waktu bangun tidur
di pagi hari.
3. Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
4. Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi.
5. Telah terjadi lebih dari satu serangan akut.
6. Adanya serangan pada satu sendi, terutama pada sendi ibu jari kaki.
7. Sendi terlihat kemerahan.
8. Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi.
9. Tidak ditemukan bakteri pada saat serangan dan inflamasi.
10. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologi).
11. Kultur mikroorganisme negatif pada cairan sendi

E. Klasifikasi
Asam urat diklasifikasikan menjadi dua menurut Pratiwi ( 2017) yaitu:
1. Asam urat primer
Asam urat primer ditandai dengan adanya gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh faktor hormonal dan faktor keturunan, sehingga tubuh
menghasilkan asam urat yang berlebih atau juga terjadi karena proses eksresi
asam urat yang menurun dalam tubuh.
2. Asam urat sekunder
Produksi asam urat berlebih berupa nutrisi yang didapat dari diet tinggi
purin dalam tubuh memicu terjadinya asam urat sekunder.

Pada sumber lainnya menurut Fatwa, 2014 terdapat 3 klasifikasi berdasarkan


manifestasi klinik :

1. Gout arthriris stadium akut


Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat.pasien tidur tanpa
ada gejala apa – apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak
dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikular dengan keluhan utama berupa
nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam,
menggigil dan merasa lelah. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena
sendi lain yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut, dan siku. faktor pencetus
serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik,
stress, pemakaian obat diuretic dan lain – lain.
2. Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda- tanda radang
akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan Kristal urat. Hal ini menunjukkan
bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan.
3. Stadium arthritis gout kronik
Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati
dirinya sendiri (self medication). Secara umum penanganan gout arthritis
adalah memberikan edukasi pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan.
Pengobatan dilakukan dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun
komplikasi lainnya.

F. Patofisiologi
Asam urat adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan protein
(terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan
buncis) atau dari penguraian senyawa purin (sel tubuh yang rusak), yang seharusnya
akan dibuang melalui ginjal, feses atau keringat. Senyawa ini sukar larut dalam air,
tapi dalam plasma darahberedar sebagai senyawa natrium urat, bentuk garamnya
terlarut pada kondisi pH atau keasaman basa diatas tujuh. Karena itu, serangan
radag perendian yang berulang terjadi bila produksinya berlebihan. Atau terjadi
gangguan pada proses pembuangan asam urat akibat kondisi ginjal yang kurang
baik. Atau karena peningkatan kadar asam urat didalam darah sudah berlebihan.
Yang disebut sebagai hiperurisemia (hyperucemia). Kadar norml asam urat darah
rata-rata adalah antar 3 sampai 7 mg/dl dengan peredaan untuk pria 2,1-8,5 mg/dl
dan wanita 2,0- 6,6 mg/dl. Untuk mereka berusia lanjut, kadar tersebut sedikit lebih
tinggi. Gangguan asam urat terjadi bila kadar tersebut sudah mencapai lebih dari 12
mg/dl (Hadibroto dkk, 2005).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Di dapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu : > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg % dan pada wanita 7 mg %.
b. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnose yaitu
cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
c. Pemeriksaan darah lengkap.
d. Pemeriksaan ureum dan kreatinin :
1) Kadar ureum darah normal : 5 -20 mg/dl
2) Kadar kreatinin darah normal : 0,5 – 1 mg/dl
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Deformitas
2) Eritema

H. Komplikasi
Asam urat dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit ginjal. Tiga
komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal akut dan
kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan gout
primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat pada suasana pH urin yang basa.
Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap
dan terbentuk batu. Gout dapat merusak ginjal sehingga pembuangan asam urat
akan bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari
penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan
aliran urin yang terjadi akibat pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan
ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari
kristal pada ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik.

I. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin,
mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
1. Medikasi
a) Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 –
3,0 mg (dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
b) Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik )
c) Colchines (oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari
Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
d) Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan
inflamasi.
e) Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan
untuk mencegah serangan.
f) Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat
akumulasi asam urat.
g) Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone (Anturane)
pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan
pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2x/hari.
2. Perawatan
a) Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang
mengandung purin yaitu jeroan (jantung, hati, lidah, ginjal, usus),
sarden, kerang, ikan herring, kacang – kacangan, bayam, udang, dan
daun melinjo.
b) Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus
benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan
berat badan.
c) Anjurkan asupa tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti
dan ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat
karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
d) Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak.
e) Anjurkan pasien untuk banyak minum.
f) Hindari penggunaan alkohol.
J. Pathway

Tidak tereksresi Adanya kemampuan


Asam urat dalam
ekskresi asam urat
serum meningkat melalui urin
terganggu

Terbentuk kristal
Hipersaturasi dalam Asam urat dalam
monosodium urat
plasma dan garam urat serum meningkat
(MSU) di jaringan
di cairan tubuh (Hiperurisemia)
lunak dan persendian

Pembesaran dan
MSU mengendap dan benjolan sendi yang
menumpuk sehingga diakibatkan
terbentuk tophus meningkatnya respon
inflamasi

Terasanyeri
Deformitas sendi NYERI
pada sendi
AKUT

Kontraktur sendi Kekakuan sendi

Fibrosis atau ankilosis Badan terasa pegal


tulang

Keterbatasan dalam
melakukan kegiatan
GANGGUAN
sehari-hari
INTEGRITAS
JARINGAN
GANGGUAN
MOBILITAS FISIK
K. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis:
1. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan
terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari
nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri
yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan
sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu
pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada
sendi atau jaringan sekitar.

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan
penyakit Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat
pertolongan sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan
Hipertensi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
6. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit
klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan
individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan
berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik
akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program pengobatan dan
perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan
hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang
maladaptif.
7. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah
sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan
mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan
posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada
kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah
sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan
beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan
tersebut aktif, pasif atau abnormal.
9. Pemeriksaan Diagnosis
a. Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
b. Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
c. Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
d. Pemeriksaan Radiologi.

L. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi
3. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
M. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan keperawatan selama ... x 24 jam Observasi
dengan agen cedera diharapkan tingkat nyeri dapat Identifikasi lokasi,
fisiologis menurun dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
frekuensi, kualtas, intensitas
Tingkat nyeri (I.08066) nyeri
INDIKATOR AWAL AKHIR Identifikasi skala nyeri
Keluhan Identifikasi respon nyeri
1 5
nyeri non verbal
Meringis 1 5 Identifikasi aktor yang
Gelisah 1 5 memperberat dan
memperingan nyeri
Kesulitan 1 5 Identifikasi pengetahuan
tidur dan keyakinan tentangnyeri
Menarik diri 1 5 Identifikasi pengetahuan
Frekuensi dan keyakinan tentang nyeri
1 5
nadi Identifikasi pengaruh
Anoreksia 1 5 budaya terhadap respon
Mual 1 5 nyeri
Muntah 1 5 Identifikasi pengaruh nyeri
Tekanan pada kualitas hidup
1 5
darah Monitor keberhasilan terapi
Pola nafas 1 5 komplementer yang sudah
Proses diberikan
1 5
berfikir monitor efeksamping
Fokus 1 5 penggunaan analgetik
Nafsu makan 1 5 Terapeutik
Berikan teknik
Keterangan : nonfarmakologis untuk
1 : menurun mengurangi rasa nyeri (mia.
2 : cukup menurun Tens, hipnosis, akupresur,
3 : sedang terapi musik, biofsedback,
4 : cukup membaik terapi pijat, aromiaterapi,
5 : meningkat teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Edukasi
Jelaskan penyebab, perlode,
dan pemicu nyeri jaaskan
strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkanmenggunakan
analgesiksecaratepat
ajarkanteknik
nonfarmakologisuntuk
mengurangi rasa
nyeri Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
anelgetik, jika perlu
Kontrol lingkungan yang
memperberatrasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumbernyeridalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Terapi pemijatan
mobilitas fisik keperawatan selama ... x 24 jam I.108251 Observasi
berhubungan diharapkan mobilitas fisik dapat Identifikasi kontraindikasi
dengan kekakuan meningkat dengan kriteria hasil : terapi pemijatan (mis.
sendi Penurunan trombosit,
Mobilitas fisik (L.05042) gangguan integritas kulit,
INDIKATOR AWAL AKHIR deep vein thrombosis, area
Pergerakan lesi, kemerahan atau radang,
1 5 tumor, dan hipersensitivitas
ekstremitas
terhadap sentuhan
Kekuatan otot 1 5
Identifikasi kesediaan dan
Rentang gerak
1 5 penerimaan dilakukan
(ROM)
pemnijatan
Nyeri 1 5
Monitor respons terhadap
Kecemasan 1 5
pemijatan.
Kaku sendi 1 5
Terapeutik
Gerakan
Tetapkan jangka waktu
1 5
terbatas untuk pemijatan.
Kelamahan Pilih area tubuh yang akan
1 5
fisik dipijat
Cuci tangan dengan air
Keterangan : hangat
1 : menurun Siapkan lingkungan yang
2 : cukup menurun hangat, nyaman, dan privasi
3 : sedang Buka area yang akan dipjat,
4 : cukup membaik sesuai kebutuhan
5 : meningkat Tutup area yang tidak
terpajan (mis. Dengan
selimut, seprai)
Gunakan lotion tau minyak
tertentu pada tiap individu
Lakukan pemijatan secara
perlahan
Lakukan pemijatan dengan
teknik yang tepat
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur terapi
Anjurkan rileks selama
pemijatan
Anjurkan beristirahat
setelah dilakukan pemijatan
Kolaborasi
Kolaborasikan kepada
tenaga kesehatan
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Teknik latihan penguatan sendi
integritas jaringan keperawatan selama ... x 24 jam (I.05185)
berhubungan diharapkan integrtas jaringan dapat Observasi
dengan perubahan meningkat dengan kriteria hasil : Identifikasi keterbatasan
sirkulasi fungsi dan gerak sendi
Integritas jaringan (L.14125) Monitor lokasi dan sifat
INDIKATOR AWAL AKHIR ketidaknyamanan atau rasa
Elastisitas 1 5 sakit selama gerakan atau
Hidrasi 1 5 aktivitas
Perfusi Terapeutik
1 5
jaringan Melakukan pengendalian
Kerusakan nyeri sebelum memulai
1 5
jaringan latihan
Nyeri 1 5 Berikan posisi tubuh
Kemerahan 1 5 optimal untuk gerakan sendi
Jaringan pasif atau aktif
1 5
parut Fasilitasi menyusun jadwal
Suhu 1 5 latihan rentang gerak aktif

Tekstur 1 5 maupun pasif


Fasilitasi gerak sendi teratur
Keterangan : dalam batas-batas rasa sakit,
1 : menurun ketahanan, dan mobilitas
2 : cukup menurun sendi
3 : sedang Berikan penguatan positif
4 : cukup membaik untuk melakukan latihan
5 : meningkat bersama
Edukasi
Jelaskan kepada pasien atau
keluarga tujuan dan rencana
kan latihan bersama
Anjurkan duduk ditempat
tidur, di sisi tempat tidur
atau di kursi sesuai toleransi
Ajarkan melakukan latihan
rentang gerak aktif dan pasif
secara sistematis
Hancurkan
memvisualisasikan gerakan
tubuh sebelum memulai
gerakan
Anjurkan ambulasi sesuai
toleransi
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam
mengembangkan dan
melaksanakan program
latihan
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asam Urat


Pada Lansia (45 – 70 TAHUN). Human Care Journal, 4(1), 34.
https://doi.org/10.32883/hcj.v4i1.242
Akhzami, D. R., Rizki, M., & Hastuti setyorini, R. (2016). Perbandingan Hasil Point Of
Care Testing (POCT) Asam Urat Dengan Chemistry Analyzer. 5(4), 15–19.
https://doi.org/10.29303/jku.v5i4.5
Apriana, I., Pastria Sandra, D., & Mardiyah Ningsih, D. D. (2018). Hubungan
Menopause Dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah. 8(1), 4.
Dahroni, D., Arisdiani, T., & Widiastuti, Y. P. (2019). Hubungan Antara Stres Emosi
Dengan Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan Jiwa, 5(2), 68.
https://doi.org/10.26714/jkj.5.2.2017.68-71
Jaliana, J., Suhadi, & La Ode, M. S. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Asam Urat Pada Usia 20-44 TahunDi RSUD Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara. 3(2), 13.
Martsiningsih, M. A., & Otnel, D. (2016). Gambaran Kadar Asam Urat Darah Metode
Basah (Uricase-PAP) Pada Sampel Serum dan Plasma EDTA. 5(1), 8.
Nasir, M. (2019). Gambaran Asam Urat Pada Lansia Di Wilayah Kampung Selayar Kota
Makassar. Jurnal Media Analis Kesehatan, 8(2), 78.
https://doi.org/10.32382/mak.v8i2.842
Novianti, A., Ulfi, E., & Hartati, L. S. (2019). Hubungan jenis kelamin, status gizi,
konsumsi susu dan olahannya dengan kadar asam urat pada lansia. Jurnal Gizi
Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 7(2), 4.
https://doi.org/10.14710/jgi.7.2.133-137Pratiwi, T. A. (2017). Pemeriksaan Asam
Urat Pada Usia Lanjut [KTI, Universitas Setia Budi].
Http/:repository.setiabudi.ac.id
Prayogi, G. H. (2017). Kadar Asam Urat Pada Wanita Menopause [KTI, STIKes ICME].
Http://repo.stikesicme-jbg.ac.id

Anda mungkin juga menyukai