Disusun oleh :
Nama : Nurul Faizah
Nim : 18230100034
B. Klasifikasi Gout
a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini
asam urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari
peningkatan asam urat serum.
b. Stadium kedua arthritis gout terjadi awitan mendadak pembengkakan
dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsofalengeal.
c. Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis.
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung
dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami
serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak di
diobati
d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik dengan timbunan asam urat
yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak
dimulai peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku juga pembesaran dan pembesaran
dan penonjolan sendi yang bengkak.
3. Etiologi Gout
Berdasarkan penyebabnya, penyakit gout digolongkan menjadi 2, yaitu :
1) Gout primer
Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini di duga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatkan produksi gout. Heperurisemia atau berkurangnya
pengeluaran gout dari tubuh dikatakan dapat menyebabkan terjadinya
gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang
masih belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99%
kasus adalah gout dan hiperurisemia primer. Gout primer yang
merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari hiperirusemia
karena penurunan ekskresi (80 – 90 %) dan karena produksi yang
berlebih (10 – 20 %)
2) Gout sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan
yang menyebabkan peningkatan biosintesis denovo, kelainan yang
menyebabkan
4. Faktor Resiko
1) Penyakit ginjal kronis
Hiperurisemia dan penyakit ginjal memiliki hubungan sebab
akibat. Gangguan fungsi ginjal pada ginjal bisa mengganggu ekskresi
asam urat. Namun, kadar asam urat yang terlalu tinggi juga bisa
mengganggu kinerja dan fungsi ginjal (Lingga, 2012).
2) Faktor usia
Gout umunya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang berusia diatas
40 tahun. Setelah memasuki masa pubertas, pria memiliki resiko gout
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Ketika memasuki usia paruh
baya, jumlahnya menjadi sebanding antara pria dan wanita. Dalam
sebuah kajian di Amerika, pervalensi berlipat ganda alam populasi
usia 40 – 75 tahun. Dalam kajian kedua, prevalensi gout pada populasi
dewasa di inggris diperkirakan sebesar 1,4%, dengan puncaknya lebih
dari 7% pada pria usia 40 – 75 tahun. Menurut survey yang diadakan
oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES),
rasio penderita hiperurisemia sebagai berikut :
a. Usia diatas 20 tahun : 24%
b. Usia 50 – 60 tahun : 30%
c. Usia lebih tua dari 60 tahun : 40%
d. Rata – rata penduduk Asia : 5 – 6%
Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat seseorang
berusia 75 tahun, setelah berusia di atas 75 tahun, resiko gout semakin
menurun, bahkan tidak ada resiko sama sekali. Kecuali, jika penyakit
tersebut merupkan perkembangan dari penyakit gout kronis yang
sebelumnya telah di alami (Lingga, 2012).
3) Dehidrasi
Kekurangan cairan di dalam tubuh akan menghambat ekskresi
gout. Pada dasarnya semua cairan itu adalah pelarut. Air yang
memiliki daya larut paling tinggi adalah air putih. Air putih dapat
melarutkan semua zat yang larut di dalam cairan, termasuk asam urat.
Air diperlukan sebagai pelarut gout yang dibuang atau diekskresi
melalui ginjal bersama urine.
4) Makan berlebihan
6) Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria
dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila
konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout
tampaknya berhuban dengan peningkatan atau penurunan secara mendadak
kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam
sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya
serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan
mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga.
Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan di sertai
penyakit ginjal kronis.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal
monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystalshedding). Pada
beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia simptomatik kristal urat
ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya
tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout dapat timbul
pada keadaan asimptomatik. Terdapat peranan temperatur, pH, dan
kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium
urat pada temperatur lebih rendah dari sendi perifer seperti kaki dan
tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat di endapakan
kepada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan kristal
monosodium urat pada metatarsofalangeal – 1 (MTP – 1) berhubungan
juga dengan trauma ringan yang berulang – ulang pada daerah tersebut.
2.1.1 Pathway
Hipersaturasi dalam plasma dan Peningkatan asam laktat sebagai Konsumsi alkohol
garam urat dicairan tubuh produksi samping metabolisme
Di jaringan lunak dan persendian GOUT ARTHRITIS Terjadi fagositosis kristal oleh
leukosit
DEFISIT PENGETAHUAN
Pembentukan tophus Merusak selaput protein kristal
GANGGUAN INTEGRITAS
JARINGAN (Nurarif, 2015)
7) Komplikasi
Menurut Rotschild (2013) komplikasi dari gout meliputi severe
degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada
sendi. Setokin, kemokin, protease, dan oksigen yang berperan dalam
proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis,
dekstruksi kartilago, dan erosi tulang. Kristal monosodium urat dapat
mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan Interleukin – 1,
merangsang sintesis nitricoxide dan matriks metaloproteinase yang
nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago. Kristal monosodium urat
mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan
menurunkan fungsi anabolik yang nantinya berkontribusi terhadap
kerusakan juxtaartikular tulang. Gout telah lama diasosiasikan dengan
peningkatan resiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan gout
membentuk batu ginjal karena urin memiliki pH rendah yang
mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut.
8) Penatalaksanaan
9) Pemeriksaan Penunjang
1. Di dapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu : > 6
mg % normalnya pada pria 8 mg % dan pada wanita 7 mg %.
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnose
yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3. Pemeriksaan darah lengkap.
4. Pemeriksaan ureum dan kreatinin :
a. Kadar ureum darah normal : 5 -20 mg/dl
b. Kadar kreatinin darah normal : 0,5 – 1 mg/dl
2. Konsep Lansia
A. Definisi Lansia
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8 dalam Sunaryo et al., 2016).
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan unuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Costantinides, 1994 dalam Sunaryo et al., 2016). Oleh karena itu,
dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan
structural yang disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia
akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan
Martono, 1994;4 dalam Sunaryo et al., 2016).
Gerontik atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh
yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
B. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (dalam
Khushariyadi, 2012), ada empat tahapan yaitu :
1) Usia pertemgahan (middle age) : 45- 59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) : 60- 75 tahun
3) Lanjut usia tua (old) : 75- 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : >90 tahun
D. Karakteristik Lansia
Menurut Kholifah tahun 2016, usia lanjut merupakan usia yang
mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Tahap ini dimulai
dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap
akhir dan proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental,
sosial sedikit demi sedikit sehinggan tidak dapat melakukan tugasnya
sehari-hari (tahap penuaan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif
pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami
penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh
darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regenaratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dengan orang lain.
3. Pengkajian keseimbangan
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak, dari kedua
komponen tersebut dibagi dalam beberapa gerakan yang perlu diobservasi oleh perawat.
Kedua komponen tersebut adalah:
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini :
Bangun dari tempat tidur (dimasukkan dalam analisis)
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih
dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket : kursi harus yang keras tanpa lengan
Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum sebanyak 3 kali
dengan hati-hati)
Klien menggerakkan kaki, memegangn obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya.
Mata tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti di atas tapi klien disuruh menutup mata
Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki: Keluhan vertigo,
pusing atau keadaan tidak stabil
Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil memegang sesuatu untuk dukungan.
Membungkuk
Tidak mampu membungkus untuk mengambil objek-objek kecil (misalnya pulpen) dari
lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang
keras untuk bangun.
b. Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini, atau beri nilai 1 jika
klien menunjukkan salah satu dari kondisi di bawah ini:
Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan
Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai mengangkat satu
kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai
Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari samping
kiri klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang objek
untuk dukungan.
Interpretasi Hasil:
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, kemudian interpretasikan sebagai
berikut:
0–5 Resiko jatuh rendah
6 – 10 Resiko jatuh sedang
11-15 Resiko jatuh tinggi
Cara lain yang dapat juga digunakan untuk mengenal sejauh mana seseorang memiliki
risiko terkena osteoporosis adalah dengan menjawab 16 pertanyaan di bawah ini.
No Pertanyaan Nilai
Pertanyaan I Berapa umur Anda ?
45 – 55 tahun 1
56 – 65 tahun 2
>65 tahun 4
Pertanyaan 2 Anda termasuk tipe yang mana ?
Kurus 2
Kulit putih/pirang 1
Pertanyaan 3 Klimakterium
Mulainya antara usia 45 dan 52 tahun 2
Mulainya lebih awal antara usia 45 dan 48 tahun 3
Fungsi ovarium berkurang pada usia 40-44 tahun 4
Fungsi ovarium berkurang < usia 40 tahun 5
Pertanyaan 4 Kehamilan
Kehamilan terjadi berturut-turut dalam waktu dekat 1
Menyusui dalam waktu lama 1
Tidak pernah hamil 1
Pertanyaan 5 Berat Badan
5 – 10 kg di bawah berat normal 2
10 – 15 kg di bawah berat normal 4
Sangat kurus 5
Pertanyaan 6 Seringkali melakukan diet untuk kurus
Lebih dari satu kali melakukan diet kurus yang 4
berlebihan
Jangka lama memakan makanan rendah kalori 5
Pertanyaan 7 Bagaimana makanan sehari-hari ?
Makan secara teratur makanan bergizi 1
Vegetarian 2
Setiap hari daging, sosis, makanan manis 4
Setiap hari makan makanan dengan bahan pengawet, 3
cepat saji (fast food). Jarang makan buah dan sayur
segar
Pertanyaan 8 Minuman
Minum kopi atau teh pekat lebih dari 3 gelas/hari 2
Minum setiap hari kola 2
Pertanyaan 9 Kecukupan kalsium
Secara teratur minum susu/hasil olahan susu 1
Jarang minum susu/ hasil olahan susu 2
Sejak kecil tidak pernah minum susu 4
Pertanyaan 10 Konsumsi alkohol
Setiap hari 1-2 gelas bir, atau 2-3 gelas anggur 2
Setiap hari minum minuman beralkohol tinggi 3
Ketergantungan alkohol 5
Pertanyaan 11 Kebiasaan merokok
Setiap hari 10-20 batang rokok 2
Setiap hari sampai 40 batang rokok 4
Perokok aktif lebih dari 10 tahun 5
Pertanyaan 12 Kegiatan olahraga
Joging teratur, atau olahraga lain secara teratur 1
Kurang bergerak dalam pekerjaan 1
Pekerjaan dengan sedikit aktivitas tubuh 1
Menderita sakit sehingga kurang bergerak 3
Pertanyaan 13 Osteoporosis dalam keluarga
Orang tua/saudara dekat menderita osteoporosis 1
Pertanyaan 14 Gangguan kesehatan
Sering diare/ gangguan pencernaan 3
Gangguan pola makan/diet yang salah (sangat kurus) 3
Gangguan fungsi tiroid 3
Pertanyaan 15 Penyakit kronis
Penyakit perut dan usus 4
Penyakit hati 3
Penyakit ginjal 4
Kencing manis usia tua 4
Pertanyaan 16 Penggunaan obat-obatan secara rutin
Obat untuk melancarkan buang air besar 3
Antasid 2
Antibiotika/ antibiotika spektrum luas 3
Antikoagulan 2
Antikolesterol 2
Diuretika 3
Obat tidur/ penenang (burbiturat) 1
Glukokortikoid jangka lama 4
Kemoterapi 6
Kotak hijau, artinya mencegah terjadinya osteoporosis. Kotak putih, artinya risiko
osteoporosis. Jumlah nilai seluruhnya adalah kotak putih dikurangi kotak hijau.
PENILAIAN :
Nilai 0 – 6 : Orang tersebut tidak memiliki risiko untuk mendapatkan
osteoporosis. Tidak perlu melakukan perubahan pola makan, atau pola
hidup.
Nilai 7 – 11 : Orang tersebut memiliki sedikit risiko untuk mendapatkan
osteoporosis. Perlu dilihat kembali, nilai mana yang paling tinggi diperoleh
dan dari nilai tersebut perlu diambil langkah-langkah untuk mengurangi
risiko.
Nilai 12 – 16 : Orang tersebut memiliki risiko tinggi untuk terkena
osteoporosis. Perhatikan nilai mana dari pertanyaan tersebut yang memiliki
nilai risiko tinggi. Cobalah mengurangi risiko faktor tersebut dan bila perlu
minta nasihat dokter.
Nilai 17 – 25 : Orang tersebut jelas sekali memiliki risiko untuk terkena
osteoporosis dan perlu segera diambil tindakan yang pasti.
Nilai > 25 : Orang tersebut jelas sekali terancam terkena osteoporosis. Harus
segera dilakukan pengobatan/pencegahan. Jangan menunda- nunda untuk
berkonsultasi ke dokter.
No PERTANYAAN Ya Tidak
1 Apakah libido atau dorongan seksual anda menurun akhir-
akhir ini ?
2 Apakah Anda merasa lemas atau kurang tenaga ?
3 Apakah daya tahan dan kekuatan fisik Anda menurun ?
4 Apakah tinggi badan Anda berkurang ?
5 Apakah Anda merasa kenikmatan hidup menurun ?
6 Apakah Anda sering merasa kesal atau cepat marah ?
7 Apakah ereksi Anda kurang kuat ?
8 Apakah Anda merasakan penurunan kemampuan dalam
berolahraga ?
9 Apakah Anda sering mengantuk dan tertidur sesudah makan
malam ?
10 Apakah Anda merasakan adanya perubahan atau penurunan
prestasi kerja ?
Jika jawaban nomor 1 dan 7 adalah “Ya” atau ada 3 jawaban “Ya” selain nomor tersebut,
maka kemungkinan besar kadar testosteron menurun atau pria tersebut mengalami
andropause.
Score total =
Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam):
Orientasi Kalkulasi
Registrasi Mengingat kembali
Perhatian Bahasa
NO ASPEK KOGNITIF NILAI NILAI KRITERIA
MAKS KLIEN
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada ?
o Negara Indonesia
o Propinsi Jawa Barat
o Kota..........
o PSTW..........
o Wisma...........
2 Registrasi 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi.
(Untuk disebutkan)
o Obyek..........
o Obyek..........
o Obyek..........
3 Perhatian dan kalkulasi 5 Minta klien untuk memulai dari
angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali/tingkat.
o 93
o 86
o 79
o 72
o 65
4 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada No.2
(registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing-masing
obyek.
5 Bahasa 9 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada
klien.
o (misal jam tangan)
o (misal pensil)
B. PENGKAJIAN SOSIAL
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh tingkat kesehatan dan
kesejahteraan lansia. Pengkajian aspek sistem sosial ini dapat menghasilkan informasi
penting untuk memberi gambaran dukungan keluarga terhadap lansia. Suatu alat skrining
singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia adalah APGAR Keluarga
(Smilkstein et al, 1982 dalam lueckenotte, 1998) meliputi adapatasi (Adaptation), hubungan
(Partnership), pertumbuhan (Growth), afeksi (Affection) dan pemecahan (Resolve).
APGAR Keluarga
Komponen Skore
A Adaptation (adaptasi) 2 : Selalu
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 1 : Kadang-
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu kadang
menyusahkan saya 0 : Tidak pernah
P Partnership (hubungan) 2 : Selalu
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan 1 : Kadang-
masalah dengan saya kadang
0 : Tidak pernah
G Growth (pertumbuhan) 2 : Selalu
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima 1 : Kadang-
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas kadang
atau arah baru 0 : Tidak pernah
A Affectiion (afeksi) 2 : Selalu
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1 : Kadang-
mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi saya kadang
seperti marah, sedih atau mencintai 0 : Tidak pernah
B Resolve (pemecahan) 2 : Selalu
Saya puas dengan keluarga (teman-teman) saya 1 : Kadang-
menyediakan waktu bersama-sama. kadang
0 : Tidak pernah
Penilaian :
< 3 : disfungsi keluarga sangat tinggi
4 – 6 : disfungsi keluarga sedang
7 – 10 : disfungsi keluarga ringan atau tidak disfungsi keluarga
C. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Factor usia, gaya hidup Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri (diet tinggi purin)
- Pasien mengatakan ↓
nyeri ketika beraktifitas Peningkatan produksi purin
dan setiap pagi hari ↓
DO: ↑ Kadar laktat
- Tampak meringis ↓
- Frekuensi nadi Pengendapan asam urat
meningkat ↓
- Tekanan darah Kristalisasi asam urat
meningkat ↓
- Hasil lab test uric acid Serangan gout
> batas normal ↓
Peradangan (inflamasi)
↓
Nyeri Akut
DS: Peningkatan produksi purin Gangguann mobilitas fisik
- Klien mengeluh sulit ↓
menggerakkan Kristalisasi asam urat
ekstremitas. ↓
- Klien mengatakan kaku Serangan Gout
pada sendi ibu jarinya. ↓
- Klien mengeluh nyeri Peradangan
saat bergerak ↓
DO: Destruksi sendi dan
- Kekuatan otot menurun jaringan lunak
- Rentang gerak (ROM) ↓
menurun Disfungsi persendian
- Terlihat adanya ↓
pembengkakan Gangguan mobilitas fisik
- Fisik lemah
- Gerakan terbatas / tidak
terkoordinasi
DS: Serangan gout Gangguan citra tubuh
- Mengungkapkan ↓
dirinya tidak menarik Adanya peradangan
lagi ↓
- Klien mengatakan Serangan berulang
ketidaksempurnaan ↓
fisiknya Menimbulkan adanya trofi
- Mengungkapkan ↓
perubahan gaya hidup Gangguan citra tubuh
DO:
- Fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang
- Focus berlebihan pada
perubahan tubuh
- Hubungan social
berubah
DS: Factor usia Defisiensi pengetahuan
- Klien menanyakan ↓
masalah yang dihadapi Diit tinggi purin
- Klien mengatakan tidak ↓
adanya informasi Gangguan kognitif
tentang penyakitnya ↓
DO: Kurang mampu mengingat
- Menunjukkan perilaku ↓
tidak sesuai anjuran Kurang terpapar informasi
- Factor usia dengan ↓
gangguan kognitif Defisiensi Pengetahuan
- Menunjukkan persepsi tentang penyakit
yang keliru terhadap
masalah
DS: Peradangan Resiko cedera
- ↓
DO: Atritis akut
- ↓
Adanya trofi
↓
Destruksi sendi dan
jaringan lunak
↓
Disfungsi persendian
↓
Resiko Cedera
Lingga L. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka; 2012.
Naga, S. S. (2013). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: Diva
Press.
A.Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing
Sunaryo, Wijayanti, Rahayu. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : CV
ANDI OFFSET.
Ratnawati, E. 2017. Asuhan keperawatan gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta.
Kushariyadi, Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik.
Penerbit: Salemba Medika. Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI