Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERWATAN ASAM URAT (ATHRITISGOUT)


Disusun untuk memenuhi Tugas Stase Gerontik

Disusun oleh :
Nama : Nurul Faizah
Nim : 18230100034

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2024
1. Konsep Dasar Penyakit Gout
A. Definisi Gout
Gout adalah gangguan metabolisme dimana protein berbasis purin
tidak dapat dimetabolisme tubuh dengan baik. Sebagai hasilnya, ada
peningkatan jumlah asam urat, yang adalah hasil akhir metabolisme purin.
Seabagai hasil dari hiperurisemia, krisal asam urat berkumpul di dalam
sendi, yang paling umum ibu jari kaki (podagra), menyebabkan sakit
ketika sendi bergerak. Asam urat dibersihkan dari tubuh melalui ginjal.
Pasien dapat juga dapat berpotensi ke arah penyakit batu ginjal ketika
asam urat mengkristal di dalam ginjal.

Menurut Amerikan Collage of Rheumatology (2017), gout adalah


suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang
sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat
dari nyeri inflamasi satu sendi. Gout tidak terbatas pada jempol kaki,
dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki
lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi
bisa menjadi semakinparah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi
beberapa sendi.
Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik yang ditandai oleh mningkatnya konsentrasi asam urat.
Penyakit gout merupakan penyakit akibat penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi
disebut gout artritris.
Jadi dapat disimpulkan gout adalah suatu penyakit gangguan
metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga
terjadi penumpukkan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang
dan sendi.

B. Klasifikasi Gout
a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini
asam urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari
peningkatan asam urat serum.
b. Stadium kedua arthritis gout terjadi awitan mendadak pembengkakan
dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsofalengeal.
c. Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis.
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung
dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami
serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak di
diobati
d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik dengan timbunan asam urat
yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak
dimulai peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku juga pembesaran dan pembesaran
dan penonjolan sendi yang bengkak.

3. Etiologi Gout
Berdasarkan penyebabnya, penyakit gout digolongkan menjadi 2, yaitu :
1) Gout primer
Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini di duga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatkan produksi gout. Heperurisemia atau berkurangnya
pengeluaran gout dari tubuh dikatakan dapat menyebabkan terjadinya
gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang
masih belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99%
kasus adalah gout dan hiperurisemia primer. Gout primer yang
merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari hiperirusemia
karena penurunan ekskresi (80 – 90 %) dan karena produksi yang
berlebih (10 – 20 %)
2) Gout sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan
yang menyebabkan peningkatan biosintesis denovo, kelainan yang
menyebabkan

peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan


kelainan yang menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia
sekunder karena peningkatan biosintesis denovo terdiri dari kelainan
karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada syndromeLesh-
Nyhan, kekurangan enzim glukosa – 6 phosphate pada
glycogenstoragedisease dan kelainan karena kekurangan enzim
fructose
– 1 phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperirusemia
sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaan
yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan
asam nukleat dari intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan
membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau
purinenucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia
akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalm beberapa kelompok
yaitu karena penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus,
penurunan fractional uric acid clearence dan pemakaian obat –
obatan.

4. Faktor Resiko
1) Penyakit ginjal kronis
Hiperurisemia dan penyakit ginjal memiliki hubungan sebab
akibat. Gangguan fungsi ginjal pada ginjal bisa mengganggu ekskresi
asam urat. Namun, kadar asam urat yang terlalu tinggi juga bisa
mengganggu kinerja dan fungsi ginjal (Lingga, 2012).
2) Faktor usia

Gout umunya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang berusia diatas
40 tahun. Setelah memasuki masa pubertas, pria memiliki resiko gout
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Ketika memasuki usia paruh
baya, jumlahnya menjadi sebanding antara pria dan wanita. Dalam
sebuah kajian di Amerika, pervalensi berlipat ganda alam populasi
usia 40 – 75 tahun. Dalam kajian kedua, prevalensi gout pada populasi
dewasa di inggris diperkirakan sebesar 1,4%, dengan puncaknya lebih
dari 7% pada pria usia 40 – 75 tahun. Menurut survey yang diadakan
oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES),
rasio penderita hiperurisemia sebagai berikut :
a. Usia diatas 20 tahun : 24%
b. Usia 50 – 60 tahun : 30%
c. Usia lebih tua dari 60 tahun : 40%
d. Rata – rata penduduk Asia : 5 – 6%
Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat seseorang
berusia 75 tahun, setelah berusia di atas 75 tahun, resiko gout semakin
menurun, bahkan tidak ada resiko sama sekali. Kecuali, jika penyakit
tersebut merupkan perkembangan dari penyakit gout kronis yang
sebelumnya telah di alami (Lingga, 2012).
3) Dehidrasi
Kekurangan cairan di dalam tubuh akan menghambat ekskresi
gout. Pada dasarnya semua cairan itu adalah pelarut. Air yang
memiliki daya larut paling tinggi adalah air putih. Air putih dapat
melarutkan semua zat yang larut di dalam cairan, termasuk asam urat.
Air diperlukan sebagai pelarut gout yang dibuang atau diekskresi
melalui ginjal bersama urine.
4) Makan berlebihan

Asupan purin dari makanan akan menambah jumlahpurin yang


beredar di dalam tubuh. Secara teknis, penambahan purin yang berear
di dalam darah tergantung pada jumlah purin yang berasal dari
makanan. Artinya, semakin banyak , mengkonsumsipurin semakin
tinggi kadar asam urat (produk akhir metabolisme purin) dalam
tubuh (Lingga, 2012).
5) Konsumsi alkohol
Sejumlah studi mengatakan konsumsi alkohol memiliki
pengaruh sangat besar dalam meningkatkan prevalensi gout pada
penggemar alkohol. Dampak buruk alkohol akan semakin nyata pada
individu yang mengalami obesitas. Dikatakan bahwa penderita
obesitas yang gemar mengkonsumsi alkohol dipastikan mengalami
gout (Lingga, 2012).

5. Manifestasi Klinis Gout


Manifestasi klinis menurut Naga (2013) sebagai berikut :
1. Hiperurisemia
2. Artritis pirai atau gout akut, bersifat eksplosif, nyeri hebat, bengkak,
merah, teraba panas pada persendian, dan akan sangat terasa pada
waktu bangun tidur di pagi hari.
3. Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
4. Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi.
5. Telah terjadi lebih dari satu serangan akut.
6. Adanya serangan pada satu sendi, terutama pada sendi ibu jari kaki.
7. Sendi terlihat kemerahan.
8. Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi.
9. Tidak ditemukan bakteri pada saat serangan dan inflamasi.
10. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologi).
11. Kultur mikroorganisme negatif pada cairan sendi.

6) Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria
dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila
konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout
tampaknya berhuban dengan peningkatan atau penurunan secara mendadak
kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam
sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya
serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan
mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga.
Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan di sertai
penyakit ginjal kronis.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal
monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystalshedding). Pada
beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia simptomatik kristal urat
ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya
tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout dapat timbul
pada keadaan asimptomatik. Terdapat peranan temperatur, pH, dan
kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium
urat pada temperatur lebih rendah dari sendi perifer seperti kaki dan
tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat di endapakan
kepada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan kristal
monosodium urat pada metatarsofalangeal – 1 (MTP – 1) berhubungan
juga dengan trauma ringan yang berulang – ulang pada daerah tersebut.
2.1.1 Pathway

Penyakit ginjal (Glomerulonefritis


Asam urat dalam serum Kemampuan eskresi asam urat
dan Gagal Ginjal)
meningkat (Hiperurisemia) terganggu/menurun

Hipersaturasi dalam plasma dan Peningkatan asam laktat sebagai Konsumsi alkohol
garam urat dicairan tubuh produksi samping metabolisme

Merangsang neutrofil (leukosit


Terbentuk kristal Monosodium Dibungkus oleh berbagai protein PMN)
Urat (MSU) (termasuk igG)

Di jaringan lunak dan persendian GOUT ARTHRITIS Terjadi fagositosis kristal oleh
leukosit

Penumpukan dan pengendapan Kurang terpapar informasi


MSU Terbentuk fagolisosom

DEFISIT PENGETAHUAN
Pembentukan tophus Merusak selaput protein kristal

Respon inflamasi meningkat Pembesaran dan benjolan sendi


Terjadi ikatan hidrogen antara
permukaan kristal dengan membran
lisosom

Membran lisosom robek, terjadi


NYERI AKUT Deformitas sendi pelepasan enzimm dan oksida
radikal kesitoplasma

Kontraktur sendi Kekakuan sendi

Fibrosis dan/ atau ankilosis GANGGUAN MOBILITAS FISIK


tulang

GANGGUAN INTEGRITAS
JARINGAN (Nurarif, 2015)
7) Komplikasi
Menurut Rotschild (2013) komplikasi dari gout meliputi severe
degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada
sendi. Setokin, kemokin, protease, dan oksigen yang berperan dalam
proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis,
dekstruksi kartilago, dan erosi tulang. Kristal monosodium urat dapat
mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan Interleukin – 1,
merangsang sintesis nitricoxide dan matriks metaloproteinase yang
nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago. Kristal monosodium urat
mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan
menurunkan fungsi anabolik yang nantinya berkontribusi terhadap
kerusakan juxtaartikular tulang. Gout telah lama diasosiasikan dengan
peningkatan resiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan gout
membentuk batu ginjal karena urin memiliki pH rendah yang
mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut.

8) Penatalaksanaan

Secara umum, penanganan gout adalah memberikan edukasi,


pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan
secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain.
Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri
sendi dan peradangan dengan obat – obat, antara lain : kolkisin, obat
antiinflamasinonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH.
Obat penurun gout seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat
diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin
telah mengkonsumsi obat penurun gout, sebaiknya tetpa diberikan.
Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah
menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah
kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian
diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol bersama obat
urikosurik yang lain

9) Pemeriksaan Penunjang
1. Di dapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu : > 6
mg % normalnya pada pria 8 mg % dan pada wanita 7 mg %.
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnose
yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3. Pemeriksaan darah lengkap.
4. Pemeriksaan ureum dan kreatinin :
a. Kadar ureum darah normal : 5 -20 mg/dl
b. Kadar kreatinin darah normal : 0,5 – 1 mg/dl
2. Konsep Lansia
A. Definisi Lansia
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8 dalam Sunaryo et al., 2016).
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan unuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Costantinides, 1994 dalam Sunaryo et al., 2016). Oleh karena itu,
dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan
structural yang disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia
akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan
Martono, 1994;4 dalam Sunaryo et al., 2016).
Gerontik atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh
yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
B. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (dalam
Khushariyadi, 2012), ada empat tahapan yaitu :
1) Usia pertemgahan (middle age) : 45- 59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) : 60- 75 tahun
3) Lanjut usia tua (old) : 75- 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : >90 tahun

C. Ciri Ciri Lansia


Menurut Soejono 2000, dalam Ratnawati (2017) mengatakan
bahwa pada tahap lansia, individu mengalami banyak perubahan baik
secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai
fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan fisik yang
dimaksud antara lain rambut yang mulai memutih, muncul kerutan
diwajah, ketajaman panca indra menurun, serta terjadi kemunduran daya
tahan tubuh. Dimasa ini lansia juga harus berhadapan dengan
kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan
orang yang dicintai. Maka dari itu, dibutuhkan kemampuan beradaptasi
yang cukup besar untuk dapat menyikapi perubahan di usuia lanjut
secara bijak.

D. Karakteristik Lansia
Menurut Kholifah tahun 2016, usia lanjut merupakan usia yang
mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Tahap ini dimulai
dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap
akhir dan proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental,
sosial sedikit demi sedikit sehinggan tidak dapat melakukan tugasnya
sehari-hari (tahap penuaan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif
pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami
penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh
darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regenaratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dengan orang lain.

E. Tipe Tipe Lansia


1) Tipe Arif Bijaksana
Tipe ini di dasarkan pada orang lanjut usia yang memiliki banyak
pengalaman, kaya dengan hikmah, dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman mempunyai kesibukan, memiliki kerendahan hati,
sederhana, dermawan dan dapat menjadi panutan.
2) Tipe Mandiri
Tipe mandiri yaitu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan
memenuhi undangan.
3) Tipe Tidak Puas
Tipe tidak puas terjadi karena konflik lahir batin menentang proses
penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4) Tipe Pasrah
Tipe pasrah ialah menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe Bingung
Kaget kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, acuh tak acuh

3. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia


A. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
a) Identitas
Meliputi : nama, alamat, tempat tanggal lahir, umur (biasanya asam
urat terjadi pada usia lansia di atas 60 tahun ), Jenis kelamin (laki –
laki memiliki resiko lebih besar untuk terkena gout arthritis
dibandingkan perempuan karena laki- laki memiliki kadar asam
urat lebih tinggi daripada perempuan), Pekerjaan (aktivitas
yang berat dapat memperberat penyakit gout arthritis), agama,
suku bangsa, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien gout arthritis / klien
dengan gangguan musculoskeletal adalah pasien mengeluh nyeri
pada persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang
menyebabkan keterbatasan mobilitas. Gout bisa mengenai satu
sendi atau beberapa sendi. Untuk memperoleh pengakjian nyeri
pada klien, dapat menggunakan metode PQRST.
((1) Provoking incident : hal yang menjadi faktor pesipitasi nyeri
adalah gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan
hiperuresemia dan serangan sinovitis akut berulang.
((2) Quality of pain: nyeri yang dirasakan bersifat menusuk
((3) Region, Radiation, Relief: nyeri pada sendi metatarsofaringel ibu
jari kaki.
((4)Severity (Scale) of pain : nyeri yang dirasakan antara skala 1-8 pada
rentang pengukuran 1-10. Tidak ada hubungan antara beratnya
nyeri dan luas kerusakan yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.
((5)Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari (Smeltzer, S.C bare 2001,
dalam Muttaqin , 2011).
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari
nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik
dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak,
terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama
dan sampai menggangu pergerakan dan pada gout arthritis kronis
didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal
sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan
dengan adanya riwayat penyakit muskuloskeletal, penggunaan
obat-obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama karena faktor genetik/ keturunan.
f) Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : composmentis
2) Keadaan umum, biasanya klien lansia yang mengalami
gangguan musculoskeletal atau gout arthritis terjadi kelemahan
tubuh.
3) Tanda-tanda vital, biasanya suhu meningkat >37oC, nadi
meningkat 70- 82 kali/menit, tekanan darah meningkat atau
dalam batas normal, pernafasan biasanya mengalami normal
atau meningkat.
4) Teknik pemeriksaan fisik ada inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi.
 Sistem pernafasan (B1: Breathing), dapat ditemukan
peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal
 Sistem sirkulasi (B2: Bleeding), kaji adanya penyakit jantung,
frekuensi nadi apical, sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan.
 Sistem persarafan (B3: Brain), kaji adanya hilang
gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang
fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat, dilatasi pupil.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas).
 Sistem perkemihan (B4: Bleder), perubahan pola berkemih,
seperti inkontinensia urin, disuria, distensi kandung kemih,
warna dan bau urin, dan keberhasilannya.
 Sistem pencernaan (B5: Bowel), konstipasi, konsistensi feses,
frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus, anoreksia, adanya
distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
 Sistem musculoskeletal (B6: Bone), kaji adanya nyeri berat
tiba-tiba/ mungkin terlokalisasi pada area jaringan, dapat
berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur, atrofi
otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
Bisa dilakukan pengkajian kekuatan otot ekstremitas dengan
gradasi ukuran kekuatan otot :
0 (zero) : tidak ada kontraksi saat palpasi, paralisis
1 (trace) : terasa adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada
gerakan
2 (poor) : dengan bantuan atau menyangga sendi dapat
melakukan gerakan sendi (range of motion, ROM) secara
penuh
3 (fair) : dapat melakukan gerakan sendi (ROM)
secara penuh dengan melawan gravitasi, tetapi tidak dapat
melawan tahanan
4 (good) : dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat
melawan tahanan yang sedang
5 (normal) : dapat melakukan gerakan sendi ROM secara
penuh dan dapat melawan gravitasi dan tahanan. (Risnanto &
Insani, 2014)

g) Pola Fungsi Kesehatan


Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan sehubungan
dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan mobilisasi
(Kushariyadi, 2011).
1. KATZ Indeks :
Termasuk/Kategori yang manakah klien ?
A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi
yang lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
H. Lain-lain
Keterangan :
Mandiri : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

2. Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien ?
N KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN
O BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
2 Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
3 Berpindah dari kursi roda 5 – 10 15
ke tempat tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi
muka,menyisir rambut,
gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10
(mencuci pakaian, menyeka
tubuh, menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :
Konsistensi :
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi :
Warna :
12 Olah raga/latihan 5 10 Frekuensi :
Jenis :
13 Rekreasi/pemanfaatan 5 10 Jenis:
waktu luang Frekuensi :
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total

3. Pengkajian keseimbangan
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak, dari kedua
komponen tersebut dibagi dalam beberapa gerakan yang perlu diobservasi oleh perawat.
Kedua komponen tersebut adalah:
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini :
 Bangun dari tempat tidur (dimasukkan dalam analisis)
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih
dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
 Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket : kursi harus yang keras tanpa lengan
 Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum sebanyak 3 kali
dengan hati-hati)
Klien menggerakkan kaki, memegangn obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya.
 Mata tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti di atas tapi klien disuruh menutup mata
 Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki: Keluhan vertigo,
pusing atau keadaan tidak stabil
 Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil memegang sesuatu untuk dukungan.
 Membungkuk
Tidak mampu membungkus untuk mengambil objek-objek kecil (misalnya pulpen) dari
lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang
keras untuk bangun.
b. Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini, atau beri nilai 1 jika
klien menunjukkan salah satu dari kondisi di bawah ini:
 Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan
 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai mengangkat satu
kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai
 Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari samping
kiri klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
 Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang objek
untuk dukungan.
Interpretasi Hasil:
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, kemudian interpretasikan sebagai
berikut:
0–5 Resiko jatuh rendah
6 – 10 Resiko jatuh sedang
11-15 Resiko jatuh tinggi

4. Pengenalan Resiko Osteoporosis


Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki risiko terkena osteoporosis, maka dapat
dilihat dari pertanyaan 1 -12. Jika jawaban “ya” lebih dari 4,, berarti orang tersebut
termasuk orang yang berisiko untuk osteoporosis.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda seorang wanita ?
2 Apakah di keluarga ada yang menderita osteoporosis ?
3 Apakah Anda berusia >75 tahun ?
4 Apakah Anda sudah menopause ?
5 Apakah Anda tidak suka susu/ produk susu di masa kanak-
kanak
6 Apakah Anda memiliki bentuk tubuh kecil ?
7 Apakah Anda merokok ?
8 Apakah Anda meminum minuman beralkohol 4 gelas atau
lebih setiap hari ?
9 Apakah produk olahan susu tidak termasuk dalam daftar
makanan harian Anda ?
10 Apakah Anda mengonsumsi lebih dari 6 cangkir kola, kopi,
atau teh ?
11 Apakah Anda melakukan olahraga secara teratur ?
12 Apakah Anda banyak mengonsumsi makanan yang
mengandung garam (telur asin, ikan asin) ?

Cara lain yang dapat juga digunakan untuk mengenal sejauh mana seseorang memiliki
risiko terkena osteoporosis adalah dengan menjawab 16 pertanyaan di bawah ini.
No Pertanyaan Nilai
Pertanyaan I Berapa umur Anda ?
45 – 55 tahun 1
56 – 65 tahun 2
>65 tahun 4
Pertanyaan 2 Anda termasuk tipe yang mana ?
Kurus 2
Kulit putih/pirang 1
Pertanyaan 3 Klimakterium
Mulainya antara usia 45 dan 52 tahun 2
Mulainya lebih awal antara usia 45 dan 48 tahun 3
Fungsi ovarium berkurang pada usia 40-44 tahun 4
Fungsi ovarium berkurang < usia 40 tahun 5
Pertanyaan 4 Kehamilan
Kehamilan terjadi berturut-turut dalam waktu dekat 1
Menyusui dalam waktu lama 1
Tidak pernah hamil 1
Pertanyaan 5 Berat Badan
5 – 10 kg di bawah berat normal 2
10 – 15 kg di bawah berat normal 4
Sangat kurus 5
Pertanyaan 6 Seringkali melakukan diet untuk kurus
Lebih dari satu kali melakukan diet kurus yang 4
berlebihan
Jangka lama memakan makanan rendah kalori 5
Pertanyaan 7 Bagaimana makanan sehari-hari ?
Makan secara teratur makanan bergizi 1
Vegetarian 2
Setiap hari daging, sosis, makanan manis 4
Setiap hari makan makanan dengan bahan pengawet, 3
cepat saji (fast food). Jarang makan buah dan sayur
segar
Pertanyaan 8 Minuman
Minum kopi atau teh pekat lebih dari 3 gelas/hari 2
Minum setiap hari kola 2
Pertanyaan 9 Kecukupan kalsium
Secara teratur minum susu/hasil olahan susu 1
Jarang minum susu/ hasil olahan susu 2
Sejak kecil tidak pernah minum susu 4
Pertanyaan 10 Konsumsi alkohol
Setiap hari 1-2 gelas bir, atau 2-3 gelas anggur 2
Setiap hari minum minuman beralkohol tinggi 3
Ketergantungan alkohol 5
Pertanyaan 11 Kebiasaan merokok
Setiap hari 10-20 batang rokok 2
Setiap hari sampai 40 batang rokok 4
Perokok aktif lebih dari 10 tahun 5
Pertanyaan 12 Kegiatan olahraga
Joging teratur, atau olahraga lain secara teratur 1
Kurang bergerak dalam pekerjaan 1
Pekerjaan dengan sedikit aktivitas tubuh 1
Menderita sakit sehingga kurang bergerak 3
Pertanyaan 13 Osteoporosis dalam keluarga
Orang tua/saudara dekat menderita osteoporosis 1
Pertanyaan 14 Gangguan kesehatan
Sering diare/ gangguan pencernaan 3
Gangguan pola makan/diet yang salah (sangat kurus) 3
Gangguan fungsi tiroid 3
Pertanyaan 15 Penyakit kronis
Penyakit perut dan usus 4
Penyakit hati 3
Penyakit ginjal 4
Kencing manis usia tua 4
Pertanyaan 16 Penggunaan obat-obatan secara rutin
Obat untuk melancarkan buang air besar 3
Antasid 2
Antibiotika/ antibiotika spektrum luas 3
Antikoagulan 2
Antikolesterol 2
Diuretika 3
Obat tidur/ penenang (burbiturat) 1
Glukokortikoid jangka lama 4
Kemoterapi 6
Kotak hijau, artinya mencegah terjadinya osteoporosis. Kotak putih, artinya risiko
osteoporosis. Jumlah nilai seluruhnya adalah kotak putih dikurangi kotak hijau.
PENILAIAN :
 Nilai 0 – 6 : Orang tersebut tidak memiliki risiko untuk mendapatkan
osteoporosis. Tidak perlu melakukan perubahan pola makan, atau pola
hidup.
 Nilai 7 – 11 : Orang tersebut memiliki sedikit risiko untuk mendapatkan
osteoporosis. Perlu dilihat kembali, nilai mana yang paling tinggi diperoleh
dan dari nilai tersebut perlu diambil langkah-langkah untuk mengurangi
risiko.
 Nilai 12 – 16 : Orang tersebut memiliki risiko tinggi untuk terkena
osteoporosis. Perhatikan nilai mana dari pertanyaan tersebut yang memiliki
nilai risiko tinggi. Cobalah mengurangi risiko faktor tersebut dan bila perlu
minta nasihat dokter.
 Nilai 17 – 25 : Orang tersebut jelas sekali memiliki risiko untuk terkena
osteoporosis dan perlu segera diambil tindakan yang pasti.
 Nilai > 25 : Orang tersebut jelas sekali terancam terkena osteoporosis. Harus
segera dilakukan pengobatan/pencegahan. Jangan menunda- nunda untuk
berkonsultasi ke dokter.

5. Pengkajian Resiko Andropause


Dalam penegakkan diagnosa andropause, bagian geriatri Universitas St. Louis membuat 10
pertanyaan berdasarkan keluhan yang sering dirasakan oleh penderita. Pertanyaan
tersebut yaitu :

No PERTANYAAN Ya Tidak
1 Apakah libido atau dorongan seksual anda menurun akhir-
akhir ini ?
2 Apakah Anda merasa lemas atau kurang tenaga ?
3 Apakah daya tahan dan kekuatan fisik Anda menurun ?
4 Apakah tinggi badan Anda berkurang ?
5 Apakah Anda merasa kenikmatan hidup menurun ?
6 Apakah Anda sering merasa kesal atau cepat marah ?
7 Apakah ereksi Anda kurang kuat ?
8 Apakah Anda merasakan penurunan kemampuan dalam
berolahraga ?
9 Apakah Anda sering mengantuk dan tertidur sesudah makan
malam ?
10 Apakah Anda merasakan adanya perubahan atau penurunan
prestasi kerja ?
Jika jawaban nomor 1 dan 7 adalah “Ya” atau ada 3 jawaban “Ya” selain nomor tersebut,
maka kemungkinan besar kadar testosteron menurun atau pria tersebut mengalami
andropause.

A. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK


1. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable
Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
01 Tanggal berapa hari ini ?
02 Hari apa sekarang ini ?
03 Apan nama tempat ini ?
04 Dimana alamat Anda
05 Berapa umur Anda
06 Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir)
07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
09 Siapa nama ibu Anda
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun

Score total =
Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam):
 Orientasi Kalkulasi
 Registrasi Mengingat kembali
 Perhatian Bahasa
NO ASPEK KOGNITIF NILAI NILAI KRITERIA
MAKS KLIEN
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada ?
o Negara Indonesia
o Propinsi Jawa Barat
o Kota..........
o PSTW..........
o Wisma...........
2 Registrasi 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi.
(Untuk disebutkan)
o Obyek..........
o Obyek..........
o Obyek..........
3 Perhatian dan kalkulasi 5 Minta klien untuk memulai dari
angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali/tingkat.
o 93
o 86
o 79
o 72
o 65
4 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada No.2
(registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing-masing
obyek.
5 Bahasa 9 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada
klien.
o (misal jam tangan)
o (misal pensil)

Minta klien untuk mengulang


kata berikut : ”tak ada jika, dan,
atau, tetapi:. Bila benar, nilai satu
point.
o Pernyataan benar 2 buah:
tak ad, tetapi.

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari
3 langkah :
”Ambil kertas di tangan Anda,
lipat dua dan taruh di lantai”.
o Ambil kertas di tangan
Anda
o Lipat dua
o Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
o ”Tutup mata Anda”

Perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat dan
menyalin gambar.
o Tulis satu kalimat
o Menyalin gambar
TOTAL NILAI
Interpretasi hasil :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18 - 22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat.

3. Pengkajian Kondisi Depresi


GERIATRIC DEPRESSION SCALE
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda ?
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan ?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ?
4 Apakah anda sering merasa bosan ?
5 Apakah anda punya semangat yang baik setiap saat ?
6 Apakah anda takut bahwa suatu yang buruk akan menimpa anda?
7 Apakah anda merasa tidak bahagia ?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?
9 Apakah anda lebih senang di rumah daripada pergi keluar ?
10 Apakah anda banyak masalah dibanding kebanyakan orang ?
11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang menyenangkan ?
12 Apakah anda merasa tidak berharga saat ini ?
13 Apakah anda merasa penuh semangat ?
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tak ada harapan ?
15 Apakah anda pikir bahwa 3 orang lain lebih baik dari anda ?
YA = 1, TIDAK = 0
KESIMPULAN
5 – 9 = Suspek Depresi
>10 = Depresi

B. PENGKAJIAN SOSIAL
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh tingkat kesehatan dan
kesejahteraan lansia. Pengkajian aspek sistem sosial ini dapat menghasilkan informasi
penting untuk memberi gambaran dukungan keluarga terhadap lansia. Suatu alat skrining
singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia adalah APGAR Keluarga
(Smilkstein et al, 1982 dalam lueckenotte, 1998) meliputi adapatasi (Adaptation), hubungan
(Partnership), pertumbuhan (Growth), afeksi (Affection) dan pemecahan (Resolve).
APGAR Keluarga
Komponen Skore
A Adaptation (adaptasi) 2 : Selalu
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 1 : Kadang-
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu kadang
menyusahkan saya 0 : Tidak pernah
P Partnership (hubungan) 2 : Selalu
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan 1 : Kadang-
masalah dengan saya kadang
0 : Tidak pernah
G Growth (pertumbuhan) 2 : Selalu
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima 1 : Kadang-
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas kadang
atau arah baru 0 : Tidak pernah
A Affectiion (afeksi) 2 : Selalu
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1 : Kadang-
mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi saya kadang
seperti marah, sedih atau mencintai 0 : Tidak pernah
B Resolve (pemecahan) 2 : Selalu
Saya puas dengan keluarga (teman-teman) saya 1 : Kadang-
menyediakan waktu bersama-sama. kadang
0 : Tidak pernah

Penilaian :
< 3 : disfungsi keluarga sangat tinggi
4 – 6 : disfungsi keluarga sedang
7 – 10 : disfungsi keluarga ringan atau tidak disfungsi keluarga
C. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Factor usia, gaya hidup Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri (diet tinggi purin)
- Pasien mengatakan ↓
nyeri ketika beraktifitas Peningkatan produksi purin
dan setiap pagi hari ↓
DO: ↑ Kadar laktat
- Tampak meringis ↓
- Frekuensi nadi Pengendapan asam urat
meningkat ↓
- Tekanan darah Kristalisasi asam urat
meningkat ↓
- Hasil lab test uric acid Serangan gout
> batas normal ↓
Peradangan (inflamasi)

Nyeri Akut
DS: Peningkatan produksi purin Gangguann mobilitas fisik
- Klien mengeluh sulit ↓
menggerakkan Kristalisasi asam urat
ekstremitas. ↓
- Klien mengatakan kaku Serangan Gout
pada sendi ibu jarinya. ↓
- Klien mengeluh nyeri Peradangan
saat bergerak ↓
DO: Destruksi sendi dan
- Kekuatan otot menurun jaringan lunak
- Rentang gerak (ROM) ↓
menurun Disfungsi persendian
- Terlihat adanya ↓
pembengkakan Gangguan mobilitas fisik
- Fisik lemah
- Gerakan terbatas / tidak
terkoordinasi
DS: Serangan gout Gangguan citra tubuh
- Mengungkapkan ↓
dirinya tidak menarik Adanya peradangan
lagi ↓
- Klien mengatakan Serangan berulang
ketidaksempurnaan ↓
fisiknya Menimbulkan adanya trofi
- Mengungkapkan ↓
perubahan gaya hidup Gangguan citra tubuh
DO:
- Fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang
- Focus berlebihan pada
perubahan tubuh
- Hubungan social
berubah
DS: Factor usia Defisiensi pengetahuan
- Klien menanyakan ↓
masalah yang dihadapi Diit tinggi purin
- Klien mengatakan tidak ↓
adanya informasi Gangguan kognitif
tentang penyakitnya ↓
DO: Kurang mampu mengingat
- Menunjukkan perilaku ↓
tidak sesuai anjuran Kurang terpapar informasi
- Factor usia dengan ↓
gangguan kognitif Defisiensi Pengetahuan
- Menunjukkan persepsi tentang penyakit
yang keliru terhadap
masalah
DS: Peradangan Resiko cedera
- ↓
DO: Atritis akut
- ↓
Adanya trofi

Destruksi sendi dan
jaringan lunak

Disfungsi persendian

Resiko Cedera

D. MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL

1. Nyeri berhubungan dengan adanya proses inflamasi


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi persendian
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya trofi
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
5. Resiko cidera
E. ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan dan
No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Nyeri b.d adanya proses Tujuan:
inflamasi Setelah diberikan tindakan - Gunakan teknik komunikasi
keperawatan 3x 24 jam, terapeutik untuk mengetahui
diharapkan pertahanan tubuh pengalaman nyeri
klien menjadi lebih kuat
- Evaluasi pengalaman nyeri masa
Kriteria Hasil:
lampau
Mampu mengontrol - Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
Melaporkan nyeri ruangan, pencahayaan, dan
berkurang dengan kebisingan.
menggunakan - Kurangi factor predisposisi nyeri
manajemen nyeri - Bantu klien dan keluarga untuk
Mampu mengenali mencari dan menemukan
nyeri dukungan
Menyatakan nyaman - Tingkatkan istirahat
rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
2. Gangguan mobilitas fisik Tujuan: - Evaluasi pemantauan tingkat
b.d disfungsi persendian Setelah diberikan tindakan inflamasi / rasa sakit
1x24 jam, klien dapat - bantu dengan rentang gerak
mobilisasi dengan adekuat - ubah posisi dengan sering
Kriteria Hasil:
dengan personal cukup
Mendemontrasikan
tehnik/perilaku
- Berikan lingkungan yang
yang memungkinkan nyaman misaal alat bantu
melakukan aktifitas
3. Gangguan citra tubuh b.d Tujuan: - Kaji dan dokumentasikan
adanya trofi Setelah dilakukan tindakan respon verbal dan non verbal
keperawatan diharapkan klien
menunjukkan citra tubuh klien tentang tubuh klien.
yang positif - Tentukan harapan klien tentang
Kriteria Hasil: gambaran tubuh berdasarkan
Klien mendemonstrasikan tahap perkembangan.
penerimaan terhadap
perubahan bentuk tubuh.
Klien mengungkapkan
kepuasan terhadap
penampilandan fungsi
tubuh.
4. Defisiensi pengetahuan b.d Tujuan : - Jelaskan patologi dari penyakit
kurang terpapar informasi Setelah dilakukan dan bagaimana hal ini
penyuluhan, diharapkan klien berhubungan dengan antomi dan
dapat mengerti informasi fisiologi.
tentang penyakitnya
- Gambarkan tanda dan gejala,
Kriteria hasil:
Klien dan keluarga proses penyakit yang biasa
menyatakan muncul pada penyakit.
pemahaman tentang - Identifikasi penyebab
penyakit, kondisi, - Sediakan informasi pada klien
prognosis dan progam dan keluarga tentang kondisi.
pengobatan. - Diskusikan perubahan gaya
Klien dan keluarga hidup yang mungkin diperlukan
mampu menjelaskan untuk mencegah komplikasi
kembali apa yang dimasa yang akan dating dan
dijelaskan secara atau proses pengontrolan.
benar. - Diskusikan pilihan terapi atau
Klien dan keluarga penanganan.
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan tenaga
kesehatan.
5. Resiko Cedera Tujuan: - Sediakan lingkungan yang
Mengontrol resiko aman dan nyaman
Kriteria Hasil : - Menghindarkan lingkungan
Klien terbebas dari
yang berbahaya
cidera
Klien mampu - Memasang side rail tempat tidur
menjelaskan cara - Menepatkan saklar lampu
untuk mencegah ditempat yang mudah dijangkau
cidera - Menyediakan tempat tidur yang
Klien mampu nyaman dan bersih
menjelaskan factor - Menganjurkan keluarga untuk
resiko dari menemani pasien.
lingkungan
Mampu
memodifikasi gaya
hidup untuk
mencegah injury
DAFTAR PUSTAKA

Lingga L. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka; 2012.
Naga, S. S. (2013). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: Diva
Press.
A.Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing
Sunaryo, Wijayanti, Rahayu. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : CV
ANDI OFFSET.
Ratnawati, E. 2017. Asuhan keperawatan gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta.
Kushariyadi, Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik.
Penerbit: Salemba Medika. Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai