Anda di halaman 1dari 22

BAB I

KONSEP TEORI

1.1 Pengertian

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau
penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian
dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit,
nyeri, dan meradang . (Haryani and Misniarti 2020).

Gout arthritis merupakan penyakit yang diakibatkan karena gangguan


metabolisme purin dan ditandai dengan hiperurisemia. Gangguan ini dikaitkan
dengan penumpukan kristal urat monohidrat monosodium serta degenerasi tulang
rawan sendi akan terjadi apabila sudah memasuki tahap lanjut. Gout Arthritis di
Indonesia berada pada posisi kedua diatas penyakit rematik orteoarthritis
(Tamher, 2016).

Menurut Amerikan Collage of Rheumatology (2017), gout adalah suatu


penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal
sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu
sendi. Gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan
kadang di jaringan lunak dan tendon.

Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan
protein (terutama dari daging, hati,ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti
kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan
dibuang melalui ginjal,feses, atau keringat. Asam urat merupakan salah satu dari
beberapa penyakit yang sangat membahayakan, karena bukan hanya
mengganggu kesehatan tetapi juga dapat mengakibatkan cacat pada fisik.
(Haryani and Misniarti 2020). Kadar asam urat normal pada wanita: 2,6 – 6
mg/dl, dan pada pria : 3 – 7 mg/dl (Marlinda and Putri 2019)
Purin adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal
dari tubuh makhluk hidup. Gout artritis ditandai dengan peningkatan kadar asam
urat, serangan berulang-ulang dari artritis yang akut, kadang-kadang disertai
pembentukan kristal natrium urat besar yang ditemukan topus, deformitas, sendi
dan cedera pada ginjal .(Şenocak 2019) Kelainan ini berkaitan dengan
penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan pada tahap yang lebih
lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-2%,
terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria
daripada wanita. Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian pergelangan
kaki. (Şenocak 2019)

Jadi dapat disimpulkan gout artritis adalah suatu penyakit gangguan


metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi
penumpukkan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

1.2 Tanda Dan Gejala

Tanda dan Gejala Menurut (Sapti 2019b), tanda dan gejala yang biasa
dialami oleh penderita penyakit arthritis gout adalah:

a) Kesemutan dan linu.


b) Nyeri terutama pada malam atau pagi hari saat bangun tidur.
c) Sendi yang terkena arthritis gout terlihat bengkak, kemerahan, panas,
dan nyeri luar biasa.
d) Menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari,
gejalanya menghilang secara bertahap dimana sendi kembali berfungsi
dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya.
e) Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang adalah ibu jari kaki
(padogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakang,
pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku.
f) Nyeri hebat dan akan merasakan nyeri pada tengah malam mejelang
pagi. beberapa hari hingga sekitar satu minggu, lalu menghilang.
g) Gejala lain yaitu demam, menggigil, tidak enak badan, dan jantung
berdenyut dengan cepat.

Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit biasanya akan
berwarna merah atau kekuningan, serta terasa hangat dan nyeri saat digerakkan
serta muncul benjolan pada sendi (tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit
di atasnya akan berwarna merah kusam dan terkelupas (deskuamasi). Gejala
lainnya adalah muncul tofus di helix telinga/pinggir sendi/tendon. Menyentuh
kulit di atas sendi yang terserang gout bisa memicu rasa nyeri yang luar biasa.
Rasa nyeri ini akan berlangsung selama
1.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat digolongkan menjadi 2,
yaitu:
a. Gout primer
Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat. Hiperurisemia atau berkurangnya
pengeluaran asam urat dari tubuh dikatakan dapat menyebabkan
terjadinya gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular
yang masih belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa
99% kasus adalah gout dan hiperurisemia primer. Gout arthritis primer
yang merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari
hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena produksi
yang berlebih (10-20%).
b. Gout sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang
menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang
menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat
dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia
sekunder karena peningkatan biosintesis de novo terdiri dari kelainan
karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada syndome Lesh-
Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada glycogen storage
disease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1 phosphate
aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperurisemia sekunder karena
produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaan yang menyebabkan
peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari
intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan
berlanjut membentuk IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme
purin, sedangkan hiperurisemia akibat penurunan ekskresi
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena penurunan masa
ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric acid
clearence dan pemakaian obat-obatan
1.4 Faktor Risiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout arthritis :
a. Suku bangsa /ras
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensinya pada suku maori di
Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi
sekali sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk
pantai dan yang paling tinggi di daerah Papua.
b. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi.
Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.
c. Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia.
Misalnya Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi,
dislipidemia. Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko
yang kuat untuk gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan
adalah faktor pelindung.
d. Obat-obatan
Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia.
Misalnya Diuretik, antihipertensi, aspirin. Obat-obatan juga mungkin
untuk memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan untuk
menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi hal
tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang
asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah dan menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan
oleh pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan
dosis. Serangan gout juga bisa dipicu oleh kondisi seperti cedera dan
infeksi.hal tersebut dapat menjadi potensi memicu asam urat. Hipertensi
dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor risiko penting
independen untuk gout. Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam
urat, yaitu: dosis rendah menghambat ekskresi asam urat dan
meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg /
hari) adalah uricosurik.
e. Jenis Kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan
perempuan pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin
laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan
Gizi Ujian Nasional Survey III, perbandingan laki-laki dengan
perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam
populasi managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien
laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih
muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh enam persen lebih
dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang lebih tua dari 60 tahun
dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa sebagai gout, dan
proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua dari 80 tahun.
f. Diet tinggi purin
Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan
bagian dari kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan
makanan dengan purin tinggi.

1.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila
konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout
tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara
mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap
dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan
terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan
mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga.
Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai
penyakit ginjal kronis. Penurunan urat serum dapat mencetuskan
pelepasan kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystals
shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia
asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan
patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan
demikian, gout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat
peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout.
Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah pada
sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal
monosodium urat diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi
untuk pengendapan kristalmonosodium urat pada metatarsofalangeal-1
(MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang
pada daerah tersebut
1.6 Pohon Masalah

Makanan Yang Tinggi Purin

Gangguan metabolisme purin

Gout Artritis (Asam Urat)

Terjadi peradangan pada sendi

Leukosit menekan Kristal urat Kurangnya pengetahuan


tentang purin

Mekanisme peradangan
Gangguan fungsi kognitif

Vasodilatasi dari kapiler


Kekeliruan mengikuti
anjuran
Terjadi eritma, nyeri,
Gejala muncul pada malam
panas, dan kaku pada kaki
sampai pagi hari
Diet makanan yang salah

Nyeri Akut
Menimbulkan rasa
ketidaknyamanan Terjadi peradangan yang
semakin parah

Kurang tidur malam


Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif
Gangguan Pola Tidur

1.7 Pemeriksaan Diagnostic

1. Di dapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu : > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg % dan pada wanita 7 mg %.
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnose
yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3. Pemeriksaan darah lengkap.
4. Pemeriksaan ureum dan kreatinin :
a. Kadar ureum darah normal : 5 -20 mg/dl
b. Kadar kreatinin darah normal : 0,5 – 1 mg/dl

1.8 Manifestasi Klinis

Gouth arthritis terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus berkembang
menjadi tahap akhir. Perjalanan penyakit asam urat mempunyai 4 tahapan, yaitu:

a. Tahap 1 (Tahap Gout Artritis akut)


Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada laki- laki,
dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun merupakan
bentuk tidak lazim gout artritis, yang mungkin merupakan manifestasi
adanya gangguan enzimatik spesifik, penyakit ginjal atau penggunaan
siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan berupa arthritis monoartikuler
dengan predileksi MTP-1 yang biasa disebut podagra. Gejala yang muncul
sangat khas, yaitu radang sendi yang sangat akut dan timbul sangat cepat
dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apapun, kemudian
bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan
monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah, disertai lekositosis
dan peningkatan endap darah. Sedangkan gambaran radiologis hanya
didapatkan pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan
cepat membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa terapi sekalipun. Pada
perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang adekuat,
serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti pergelangan
tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan beberapa sendi
sekaligus. Serangan menjadi lebih lama durasinya, dengan interval
serangan yang lebih singkat, dan masa penyembuhan yang lama
b. Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal)
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu
tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu
1- 10 tahun. Namun rata-rata rentang waktunya antara 1-2 tahun.
Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa
bahwa dirinya pernah menderita serangan gout arthritis akut. Atau
menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada hubungannya
dengan penyakit gout arthritis.
c. Tahap 3 (Tahap Gout Artritis Akut Intermitten)
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa
gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan
serangan artritis yang khas seperti diatas. Selanjutnya penderita akan
sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu
dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama serangan
makin lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang makin
banyak. Misalnya seseorang yang semula hanya kambuh setiap setahun
sekali, namun bila tidak berobat dengan benar dan teratur, maka serangan
akan makin sering terjadi biasanya tiap 6 bulan, tiap 3 bulan dan
seterusnya, hingga pada suatu saat penderita akan mendapat serangan
setiap hari dan semakin banyak sendi yang terserang.
d. Tahap 4 (tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau
lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang
sering meradang yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan
keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal
monosodium urat. Thopi ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi
dan tulang disekitarnya. Bila ukuran thopi semakin besar dan banyak akan
mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
1.9 Penatalaksanaan

Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi, pengaturan


diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak
terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout arthritis akut
bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obat,
antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau
hormon ACTH. Obat penurun gout arthritis seperti alupurinol atau obat urikosurik
tidak dapat diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin
telah mengkonsumsi obat penurun gout arthritis, sebaiknya tetap diberikan. Pada
stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar
asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar
asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat
alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.

1.10 Komplikasi

Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari gout arthritis meliputi severe


degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi.
Sitokin, kemokin, protease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi
akut juga berperan pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis
kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang. Kristal monosodium urat dapat
mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan Interleukin-1, merangsang sintesis
nitric oxide dan matriks metaloproteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi
kartilago. Kristal monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga
mengeluarkan sitokin dan menurunkan fungsi anabolik yang nantinya
berkontribusi terhadap kerusakan juxta artikular tulang. gout arthritis telah lama
diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan
gout arthritis membentuk batu ginjal karena urin memilki pH rendah yang
mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut (Liebman et al, 2007).
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

1. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a. Kartu Keluarga (KK)
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi keluarga dan genogram
f. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta kendala
atau masalah – masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe keluarga.
Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa keluarga terkait dengan
kesehatan.
g. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
h. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki
oleh keluarga.
i. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga
pergi bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala – kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk
status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi
dengan denah rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW)
Menjelaskan mengenai karakterik dari tetangga dan komunitas
setempat, meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan
penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.

4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah perilaku.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
d. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga
yang berhubungan dengan kesehatan.

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit,
sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
d. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
1. Berapa jumlah anak?
2. Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
3. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga?

6. Fungsi ekonomi
a. Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga :
1. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan?
2. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga?

7. Stress dan koping keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. kemampuan
keluarga dalam berespon terhadap stressor yang dikaji sejauh mana
keluarga berespon terhadap stressor.
b. Strategi koping yang digunakan
1 Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga apabila menghadapi
permasalahan atau stres
2 Strategi adaptasi disfungsional
3 Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan atau stress.

8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang diunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

9. Harapan keluarga
Ada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
kepada keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respons


seserang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Tujuan pencatatan diagnosis keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi
tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan merupakan
tanggung jawab seseorang perawat terhadap masalah yang di identifikasi
berdasarkan data serta mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi
keperawatan (PPNI, 2017). Berdasarkan (PPNI 2018) diagnosis keperawatan
keluarga yang muncul pada klien dengan gout artritis adalah:
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
3 Manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan kompleksitas
pelayanan kesehatan

2.3 intervensi keperawatan

No Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi


. keperawatan
1. Nyeri akut Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).
PPNI (2019) kriteria Intervensi pada nyeri akut adalah
hasil yang didapatkan
Manajemen Nyeri (I. 08238)
adalah

- Observasi
Tingkat Nyeri
(L.08066) 1. lokasi, karakteristik,
Setelah dilakukan durasi, frekuensi,
tindakan keperawatan kualitas, intensitas nyeri
diharapkan tingkat 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri menurun dengan 3. Identifikasi respon nyeri
kriteria hasil: non verbal
1. Kemampuan 4. Identifikasi faktor yang
menuntaskan memperberat dan
aktivitas meningkat memperingan nyeri
2. Keluhan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang
3. Meringis menurun nyeri
4. Sikap protektif 6. Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
5. Gelisah menurun nyeri
6. Kesulitan tidur 7. Identifikasi pengaruh
menurun nyeri pada kualitas hidup
7. Menarik diri 8. Monitor keberhasilan
menurun terapi komplementer
8. Berfokus pada diri
sendiri menurun yang sudah diberikan
9. Diaphoresis 9. Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
10. Depresi menurun
- Terapeutik
11. Perasaan takut
menurun
1. Berikan teknik
12. Anoreksia menurun
nonfarmakologis untuk
13. Perineum merasa
mengurangi rasa nyeri
tertekan menurun
(mis. TENS, hypnosis,
14. Uterus teraba
akupresur, terapi musik,
membulat menurun
biofeedback, terapi pijat,
15. Ketegangan otot
aroma terapi, teknik
menurun
imajinasi terbimbing,
16. Pupil dilatasi
kompres hangat/dingin,
menurun
terapi bermain)
17. Muntah menurun
2. Control lingkungan yang
18. Mual menurun
memperberat rasa nyeri
19. Frekuensi nadi
(mis. Suhu ruangan,
membaik
pencahayaan,
20. Pola napas
kebisingan)
membaik
3. Fasilitasi istirahat dan
21. Tekanan darah
tidur
membaik
4. Pertimbangkan jenis dan
22. Proses berfikir
sumber nyeri dalam
membaik
pemilihan strategi
23. Focus membaik
meredakan nyeri
24. Fungsi berkemih
membaik - Edukasi
25. Perilaku membaik
1. Jelaskan penyebab,
26. Nafsu makan
periode, dan pemicu
membaik
nyeri
27. Pola tidur membaik
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

- Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu
2 Gangguan Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).
pola tidur PPNI (2019) kriteria Intervensi pada gangguan pola tidur
hasil yang didapatkan adalah
adalah Dukungan Tidur (I.05174)
- Observasi
Pola Tidur (L.09093) 1. Identifikasi pola aktivitas
Setelah dilakukan tidur
tindakan keperawatan 2. Identifikasi factor penggangu
diharapkan pola tidur tidur (fisik atau psikologis)
membaik dengan 3. Identifikasi makanan dan
kriteria hasil: minuman yang menggangu
1. Keluhan sulit tidur
tidur menurun 4. Identifikasi obat tidur yang
2. Keluhan sering dikonsumsi
terjaga menurun - Terapeutik
3. Keluhan tidak 1. Modifikasi lingkungan
puas tidur 2. Batasi tidur siang jika perlu
menurun 3. Fasilitasi menghilangkan
4. Keluhan pola stress sebeum tidur
tidur berubah 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
menurun 5. Lakukan prosedur untuk
5. Keluhan meningkatkan kenyamanan
istirahat tidak 6. Sesuaikan jadwal pemberian
cukup menurun obat atau tindakan untuk
6. Kemampuan menunjang siklus tidur
beraktivitas terjaga
meningkat - Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan atau minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur

- kolaborasi
1. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara non
farmakologi lainnya

3 Manajemen Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).


kesehatan PPNI (2019) kriteria Intervensi pada manajemen
keluarga tidak hasil yang didapatkan kesehatan keluarga tidak efektif
efektif adalah adalah

Manajemen Dukungan Keluarga

Kesehatan Keluarga Merencanakan Keperawatan


(L.08066) (I. 13477)

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan tingkat
- Observasi
managemen kesehatan
1. Identifikasi kebutuhan dan
keluarga meningkat
harapan keluarga tentang
dengan kriteria hasil
kesehatan
1. Kemampuan
2. Identifikasi konsekuensi tidak
menjelaskan
melakukan tindakan bersama
masalah
keluarga
kesehatan yang
3. Identifikasi sumber sumber
dialami
yang dimiliki keluarga
meningkat
4. Identifikasi tindakan yang
2. Aktivitas
dapat dilakukan oleh keluarga
keluarga
mengatasi
- Terapeutik
masalah
1. Motivasi pengembangan sikap
kesehatan yang
dan emosi yang mendukung
tepat meningkat
upaya kesehatan
3. Tindakan untuk
2. Gunakan sarana dan fasilitas
mengurangi
yang ada dalam keluarga
factor resiko
3. Ciptakan perubahan
masalah
lingkungan rumah secara
kesehatan yang
optimal
dialami
- Edukasi
meningkat
1. Informasikan fasilitas
4. Verbalisasi
kesehatan yang ada di
kesulitan
lingkungan keluarga
menjalankan
2. Anjurkan menggunakan
perawatan yang
fasilitas kesehatan yang ada
ditetapkan
3. Ajarkan cara perawatan yang
menurun
bisa dilakukan oleh keluarga
5. Gejala penyakit
anggota
keluarga
menurun
DAFTAR PUSTAKA

American College of Rheumatology. (2017). Rheumatoid Arthritis.


https://www.rheumatology.org/I-Am-A/Patient-Caregiver/Diseases-
Conditions/Rheumatoid-Arthritis. (diakses pada Agustus 2022)
Haryani, Sri and Misniarti. 2020. “Efektifitas Akupresur Dalam Menurunkan
Skala Nyeri Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Perumnas.”
Jurnal Keperawatan Raflesia 2(1):21–30.
Marlinda, Roza and Putri Dafriani. 2019. “Pengaruh Pemberian Air Rebusan
Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Arthritis Gout.”
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 2(1):62–70.
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Sapti, Mujiyem. 2019a. “Gambaran Kadar Asam Urat Pada Lansia. Kemampuan
Koneksi Matematis (Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi)
53(9):1689–99.
Şenocak, Gulşah. 2019. “Konsep Gout Artritis.” 5–7.
Tamher. (2016). Herbal untuk Asam Urat. Jakarta: Penebar swadaya.

Anda mungkin juga menyukai