Anda di halaman 1dari 8

PENGETAHUAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT MENGENAI

MEDICATION SAFETY TERHADAP MEDICATION ERROR

Audina Tio Junianti Manik

audina.junianti@gmail.com

Latar Belakang dirawat lebih dari 48 jam menerima


pelayanan kesehatan (Chalmers & Straub,
Konsep dasar Kesehatan dan Keselamatan
2006; JCI, 2011; WHO, 2002). Perawat
Rumah Sakit (K3RS) adalah upaya terpadu
mencegah terjadinya infeksi dengan cara
seluruh pekerja rumah sakit, pasien,
memutuskan rantai penularan infeksi
pengunjung/pengantar orang sakit untuk
(Craven & Hirnle, 2007)[2]. Pengobatan
menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja
merupakan salah satu unsur penting dalam
rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman
upaya penyembuhan penyakit dan
baik bagi pekerja rumah sakit, pasien,
pemulihan kesehatan. Pemberian obat yang
pengunjung/pengantar orang sakit maupun
aman merupakan perhatian utama ketika
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
memberikan obat kepada pasien (Kuntarti,
rumah sakit (Sucipto, 2014). Rumah Sakit
2005)[10].
juga dituntut harus melaksanakan dan
mengembangkan program K3 di Rumah Keselamatan pasien didefinisikan sebagai
Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam suatu upaya untuk mencegah terjadinya
buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan bahaya atau cedera pada pasien selama
terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah proses pengobatan. Secara umum
Sakit. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun keselamatan pasien meliputi pencegahan
2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal kesalahan dan mengurangi berbagai bahaya
165 :”Pengelola tempat kerja wajib akibat kesalahan tersebut. Kesalahan dapat
melakukan segala bentuk upaya kesehatan dilakukan oleh anggota tim kesehatan dan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, dapat terjadi setiap saat selama proses
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja” pelayanan kesehatan, khususnya dalam
[1]
. Healthcare Associated Infections (HAIs) pengobatan pasien. Kejadian medication
merupakan infeksi yang didapat saat pasien error merupakan salah satu ukuran
dirawat di rumah sakit dan setelah pasien pencapaian keselamatan pasien. Medication
Error adalah setiap kejadian yang dapat Terjadinya Medication Error di Rawat Inap
dihindari yang menyebabkan atau berakibat Rumah Sakit X Tahun 2018” oleh Lediana
pada pelayanan obat yang tidak tepat atau Tampubolon dan Pujiyanto. Metode yang
membahayakan pasien sementara obat dipakai di dalam jurnal ini adalah dengan
berada dalam pengawasan tenaga kesehatan teknik pengambilan data kepada 10 orang
atau pasien (NCC MERP, 2012). Jadi informan yang terdiri dari Dokter DPJP,
Medication Error merupakan suatu kejadian perawat penanggung jawab shift di 2 lantai
yang dapat merugikan dan membahayakan ruang perawatan, petugas farmasi meliputi
pasien yang dilakukan oleh petugas apoteker dan apoteker pendamping, serta 2
kesehatan, khususnya dalam hal pengobatan orang dari level manajemen yaitu Kepala
pasien. bidang keperawatan dan Direktur rumah
Perlunya pengetahuan kita sebagai calon sakit serta data dari kegiatan observasi.
perawat yang professional dalam
Jurnal kedua yang berjudul “Pemberian
menghadapi tentang medikasi yang benar.
Obat Oleh Perawat Diruang Rawat Inap
Oleh karena itu, penulis menulis ini untuk
Rumah Sakit Umum Kota Banda Aceh” oleh
membagikan ilmu kepada perawat terutama
Alya Nurul Mahfudhah dan Putri Mayaasari.
calon perawat.
Metode dalam jurnal tersebut adalah
Metode menggunakan lembar cheklist yang
digunakan terdiri dari dua bagian, yaitu: data
Penulisan ini penulis buat dengan model
demografi dan pernyataan tentang
literature riview dengan membaca dan
pemberian obat dengan prinsip 7 benar. Data
menganalisis serta membandingkan
di olah dengan langkah-langkah: editing,
beberapa berbagai sumber online dengan
coding, processing, dan clearing.
rentang batasan waktu 2012 sampai tahun
2020. Dalam pencarian, penulis Hasil
mendapatkan 10 jurnal online yang sesuai
Dari jurnal yang pertama diperoleh hasil
dengan topik.
yang berkaitan dengan Medication Safety
Dan penulis mengambil dua jurnal. adalah sebagai berikut :
Jurnal yang pertama berjudul “Analisis (1) Leadership
Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien Pengetahuan yang dimiliki pimpinan atau
Dalam Pemberian Obat Terhadap atasan di setiap ruang rawat inap menurut
informan sudah cukup paham mengenai intramuscular, subcutan dan intracutan serta
prinsip prinsip keselamatan pasien yang juga SPO mengenai perhitungan dosis obat
diterapkan di rumah sakit X ini, begitu juga namun belum ada SPO khusus tentang
dengan peran dari atasan baik atasan proses 7 benar pemberian obat.
langsung maupun atasan tidak langsung,
(5) Sosialisasi
(2) Pengetahuan Dari proses wawancara kepada informan
Dari proses wawancara didapati bahwa terlihat bahwa kegiatan sosialisasi mengenai
pengetahuan dan pemahaman mengenai pemberian obat dan prinsip keselamatan
prinsip keselamatan pasien rata rata cukup pasien di rumah sakit X belum dilakukan
baik, walaupun tidak semua mengetahui menyeluruh dan tidak rutin dilakukan
persis 6 hal yang menjadi standar utama kepada semua bagian.
keselamatan pasien yang sudah ditetapkan
(6) Proses Observasi Pemberian Obat
oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11
Kepada Pasien
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Dari kegiatan observasi pada 12 orang
(3) Beban Kerja
perawat, kepada 32 orang pasien terlihat
Dari keterangan yang disampaikan para
proses benar obat, benar dosis, benar rute
informan, terlihat bahwa beban kerja yang
dan benar waktu sudah dilakukan dengan
dimiliki perawat saat ini tidak berlebihan
baik. 33,3 % perawat sudah melakukan
walaupun perawat masih melakukan
proses 7 benar, 41,6 % perawat tidak
pekerjaan tambahan seperti pengambilan
melakukan proses benar informasi,
sampel darah untuk laboratorium dan harus
dokumentasi dan 25% perawat tidak
menurunkan dan mengambil resep dari
melakukan proses benar pasien, benar
dokter ke bagian farmasi.
dokumentasi dan benar informasi obat.
(4) SPO (Standar Prosedur Operasional) Bentuk distribusi obat dari farmasi kepada
Dari SPO yang diterapkan di rumah sakit X pasien juga masih berupa resep individu
mengenai pemberian obat terbagi ke dalam karena rumah sakit X belum memiliki satelit
beberapa kategori sesuai dengan cara farmasi dan tata ruangan serta sumber daya
pemberian obatnya, antara lain SPO apoteker yang belum memadai untuk
pemberian obat oral, SPO pemberian obat
intravena, SPO pemberian obat
Dari jurnal yang kedua diperoleh hasil yang yang dapat dihindari yang menyebabkan
berkaitan dengan Medication Safety adalah atau berakibat pada pelayanan obat yang
sebagai berikut: distribusi frekuensi tidak tepat atau membahayakan pasien
gambaran pemberian obat oleh perawat sementara obat berada dalam pengawasan
dalam kategori baik, distribusi freskuensi tenaga kesehatan atau pasien (NCC MERP,
gambaran pemberian obat berdasarkan benar 2012). Jadi, Medication Error merupakan
pasien, benar obat, berdasarkan dosis, benar suatu kejadian yang dapat merugikan dan
waktu, benar cara, benar dokumentasi dan membahayakan pasien yang dilakukan oleh
benar informasi dalam kategori yang baik. petugas kesehatan, khususnya dalam hal
pengobatan pasien. Pengobatan merupakan
Pembahasan
salah satu unsur penting dalam upaya
Keselamatan pasien didefinisikan sebagai penyembuhan penyakit dan pemulihan
suatu upaya untuk mencegah terjadinya kesehatan. Pemberian obat yang aman
bahaya atau cedera pada pasien selama merupakan perhatian utama ketika
proses pengobatan. Secara umum memberikan obat kepada pasien (Kuntarti,
keselamatan pasien meliputi pencegahan 2005). Penerapan pemberian obat yang baik
kesalahan dan mengurangi berbagai bahaya bisa juga disebabkan oleh pengalaman kerja
akibat kesalahan tersebut. Kesalahan dapat yang sudah lama ( lebih dari 5 tahun) dan
dilakukan oleh anggota tim kesehatan dan adanya kerja sama yang baik antar tim
dapat terjadi setiap saat selama proses medis sehingga dalam memberikan
pelayanan kesehatan, khususnya dalam pelayanan sudah banyak yang sesuai dengan
pengobatan pasien. Kejadian Medication prosedur yang sudah ditetapkan oleh rumah
Error merupakan salah satu ukuran sakit.
pencapaian keselamatan pasien. Surat
Faktor penyebab dari Medication Error
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
dapat berupa: 1) Komunikasi yang buruk,
1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan
baik secara tertulis (dalam resep) maupun
bahwa Medication Error adalah kejadian
secara lisan (antar pasien, dokter dan pasien).
yang merugikan pasien, akibat pemakaian
2) Sistem distribusi obat yang kurang
obat selama dalam penanganan tenaga
mendukung (sistem komputerisasi, sistem
kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.
penyimpanan obat, dan lain sebagainya). 3)
Medication Error adalah setiap kejadian
Sumber daya manusia (kurang pengetahuan,
pekerjaan yang berlebihan). 4) Edukasi keperawatan dengan memperhatikan prinsip
kepada pasien kurang. 5) Peran pasien dan benar pada pemberian obat. Prinsip 7 benar
keluarganya kurang (Cohen 1991). Dan dalam pemberian obat tersebut adalah benar
yang menjadi focus pembahasan penulisan pasien, benar obat, benar dosis, benar rute
ini adalah pengetahuan pada perawat pemberian, benar waktu, benar dokumentasi
mengenai konsep pemberian obat yang baik. dan benar informasi (Sri Lestari, 2016)
Pengetahuan merupakan dasar dari tindakan
1) Benar Pasien
seseorang. Pengetahuan yang baik akan
Perawat memastikan klien dengan
membentuk dasar tindakan seseorang agar
memeriksa gelang identifikasi dan
menjadi lebih baik. Seseorang yang
membedakan dua klien dengan nama
memiliki pengetahuan yang baik tentang
yang sama.
Pemberian Obat akan mempunyai cukup
2) Benar Obat
informasi tentang Pemberian Obat sehingga
Untuk menghindari kesalahan
seseorang tersebut berminat untuk
sebelum memberi obat kepada pasien,
melakukan Penerapan Prinsip 7 (tujuh)
label obat harus dibaca tiga kali,
Benar pada pasien. Hal ini sesuai dengan
yaitu pertama saat melihat botol atau
yang diungkapkan oleh Notoadmodjo (2003),
kemasan obat, kedua saat sebelum
pengetahuan merupakan domain yang sangat
menuang/menghisap obat dan ketiga
penting untuk terbentuknya tindakan
setelah menuang/menghisap obat.
seseorang. Pengetahuan dipengaruhi oleh
3) Benar Dosis
banyak atau sedikitnya informasi yang
Sebelum memberi obat, perawat
sudah didapatkan oleh seseorang tersebut.
harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
Dengan tidak ada ataupun kurangnya
perawat harus berkonsultasi dengan
informasi mengenai Pemberian Obat dan
dokter yang menulis resep ataau
Penerapan Prinsip 7 (tujuh) Benar yang
apoteker sebelum dilanjutkan ke
didapat oleh perawat , maka perawat tidak
pasien. Jika perawat ragu ragu dalam
akan memiliki pengetahuan yang dapat
perhitungan dosis mengenai rasio
memnbuatnya menjadi berupaya dalam
dan proporsi maka dosis obat harus
melakukan penerapan prinsip 7 (tujuh) benar.
dihitung kembali dan diperiksa oleh
Dalam menjalankan perannya perawat perawat lain.
menggunakan pendekatan proses
4) Benar Rute informasi cara kerja dan efek
Perawat diharapkan mampu menilai samping obat yang diberikan.
kemampuan klien untuk menelan
Kemampuan perawat benar-benar
obat sebelum memberikan obat obat
menentukan, perawat harus terampil dan
per oral dan juga memberikan obat
tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
obat pada tempat yang sesuai.
memberikan obat untuk diminum ( oral) atau
Perawat juga harus tetap bersama
obat injeksi melalui pembuluh darah
klien sampai obat oral telah ditelan.
(intravena ), namun juga mengobservasi
Pada pemberian obat dengan rute
respon pasien terhadap pemberian obat
parenteral maka dibutuhkan tehnik
tersebut (Potter & Perry, 2005). Perawat
steril.
juga harus mengetahui jenis obat yang
5) Benar Waktu
diberikan kepada pasien dan kemungkinan
Pemberian obat harus benar benar
terjadinya efek samping dari obat. Untuk
sesuai dengan waktu yang
tenaga kesehatan, beberapa usaha yang bisa
diprogramkan karena berhubungan
dilakukan antara lain: menuliskan resep obat
dengan kerja obat yang dapat
dengan menggunakan sistem komputerisasi
menimbulkan efek terapi dari obat.
sehingga resep dapat lebih mudah
6) Benar Dokumentasi
dibaca/diterjemahkan, membuat standarisasi
Dalam hal terapi, setelah obat
dalam penulisan resep obat misalnya
diberikan harus didokumentasikan,
penggunaan singkatan-singkatan dalam
dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
resep, melakukan pendidikan (training)
itu diberikan. Bila pasien menolak
kepada setiap tenaga kesehatan yang terlibat
meminum obatnya atau obat itu tidak
dalam proses pengobatan, melakukan
dapat diminum harus dicatat
konseling terhadap pasien pada saat
alasannya dan dilaporkan.
penyerahan/pemberian obat, dan melakukan
7) Benar Informasi
double check terhadap permintaan resep
Perawat memberikan informasi yang
atau terhadap identitas pasien sebelum
benar tentang obat untuk
memberikan/menyerahkan obat. Dengan
menghindari kesalahan dalam
demikian perawat dapat lebih meningkatkan
menerima obat, memberikan
pengetahuannya dan selanjutnya dapat
menerapkan Prinsip 7 (tujuh) benar
pemberian obat kepada pasien. Hal ini Daftar Pustaka
sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Bando, J. J., Kawatu, P. A. T., Ratag, B. T.
Notoadmodjo (2003), yang mengatakan
(2020). GAMBARAN PENERAPAN
bahwa pengetahuan merupakan domain
PROGRAM KESELAMATAN DAN
yang sangat penting untuk terbentuknya
KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT
tindakan seseorang.
(K3RS) DI RUMAH SAKIT ADVENT
Penutup MANADO. Jurnal KESMAS, 9(2), 33-40.
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesm
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas,
as/article/view/29128/28322)
dapat dipahami bahwa pengetahuan seorang
perawat mengenai prinsip medication safety Dewi, F., Handiyani, H., Kuntarti. (2016).
sangat berpengaruh terhadap keselamatan Memutus Rantai Infeksi Melalui Fungsi
pasien. Karena, jika terjadi medication error Pengorganisasian Kepala Ruang Rawat.
yang dilakukan oleh seorang perawat, akan Jurnal Keperawatan Indonesia, 19(2), 107-
memberikan dampak merugikan kepada 115.
pasien dan telah melanggar prinsip etik (http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article
Nonmaleficience. Oleh karena itu, kita /view/465/560)
sebagai mahasiswa keperawatan yang akan
Mahfudhah, A. N., Mayasari, P. (2018).
menjadi calon perawat yang professional
Pemberian Obat Oleh Perawat Diruang
harus meningkatkan pengetahuan kita dan
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota
menerapkannya denan baik pada saat turun
Banda Aceh. JIM FKep, III(4), 1-9.
ke lapangan nanti. Dapat diulang kembali,
(http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/
bahwa ada 7 benar prinsip dasar pemberian
view/8627/5178)
obat yang dapat kita pahami, yaitu benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar rute Mulatsih, S., Dwiprahasto, I., Sutaryo.
pemberian, benar waktu, benar dokumentasi (2016). Pemahaman Perawat Mengenai
dan benar informasi. Medication Safety Practice (MSP) di
Bangsal Perawatan Kanker Anak RSUP Dr.
Sardjito. Sari Pediatri, 17(6), 463-468.
(https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/view/92/101)
Mustariningrum, D. L. T., Koeswo, M., Pengetahuan Pasien Rawat Inap. Jurnal
Ahsan. (2015). Kinerja IPCLN dalam Keperawatan Silampari, 3(1), 342-351.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient
Rumah Sakit: Peran Pelatihan, Motivasi
Identification in Patient Safety Programs
Kerja dan Supervisi. Jurnal Aplikasi
Through Clinical Preceptor Models. Medico
Manajemen, 13(4), 643-652.
Legal Update, 20(3), 553-556.
(https://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/arti
cle/view/814/763) Tampubolon, L., Pujiyanto. (2018). Analisis
Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien
Pudjowati, V. E., Widodo, Wahidyanti.
Dalam Pemberian Obat Terhadap Terjadinya
(2016). HUBUNGAN PENGETAHUAN
Medication Error di Rawat Inap Rumah
PERAWAT TENTANG PEMBERIAN
Sakit X Tahun 2018. Jurnal ARSI, 4(3), 173-
OBAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP
183.
7 (TUJUH) BENAR PADA PASIEN DI
(http://journal.fkm.ui.ac.id/arsi/article/view/
RUMAH SAKIT PANTI WALUYA
2494/980)
SAWAHAN MALANG. Nursing News,
1(1), 62-69. Waluyo, K. O. (2015). Medication Error
(https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes Dalam Keperawatan. Jurnal
/article/view/399/317) Keperawatan,VIII(3), 173-178.
(http://journal.poltekkesdepkes-
Puspitasari, Y., Rezeki, S., Hayati, N. (2015).
sby.ac.id/index.php/KEP/article/view/466/3
Hubungan Pengetahuan Sikap dengan
85)
Praktik Perawat dalam Pencegahan Infeksi
Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Widiasari, Handayani., H., Novieastari, E.
Sakit Islam Kendal. FIKkes Jurnal (2019). Kepuasan Pasien Terhadap
Keperawatan, 8(1), 2-21. Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah
(http://103.97.100.145/index.php/FIKkeS/art Sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1),
icle/view/1899/1941) 43-52.
(http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article
Simamora, R. H. (2019). Pengaruh
/view/615/628)
Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan
Menggunakan Media Audiovisual terhadap

Anda mungkin juga menyukai