pelayanan kesehatan (Chalmers & Straub, Konsep dasar Kesehatan dan Keselamatan 2006; JCI, 2011; WHO, 2002). Perawat Rumah Sakit (K3RS) adalah upaya terpadu mencegah terjadinya infeksi dengan cara seluruh pekerja rumah sakit, pasien, memutuskan rantai penularan infeksi pengunjung/pengantar orang sakit untuk (Craven & Hirnle, 2007)[2]. Pengobatan menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja merupakan salah satu unsur penting dalam rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman upaya penyembuhan penyakit dan baik bagi pekerja rumah sakit, pasien, pemulihan kesehatan. Pemberian obat yang pengunjung/pengantar orang sakit maupun aman merupakan perhatian utama ketika bagi masyarakat dan lingkungan sekitar memberikan obat kepada pasien (Kuntarti, rumah sakit (Sucipto, 2014). Rumah Sakit 2005)[10]. juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Keselamatan pasien didefinisikan sebagai Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam suatu upaya untuk mencegah terjadinya buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan bahaya atau cedera pada pasien selama terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah proses pengobatan. Secara umum Sakit. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun keselamatan pasien meliputi pencegahan 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal kesalahan dan mengurangi berbagai bahaya 165 :”Pengelola tempat kerja wajib akibat kesalahan tersebut. Kesalahan dapat melakukan segala bentuk upaya kesehatan dilakukan oleh anggota tim kesehatan dan melalui upaya pencegahan, peningkatan, dapat terjadi setiap saat selama proses pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja” pelayanan kesehatan, khususnya dalam [1] . Healthcare Associated Infections (HAIs) pengobatan pasien. Kejadian medication merupakan infeksi yang didapat saat pasien error merupakan salah satu ukuran dirawat di rumah sakit dan setelah pasien pencapaian keselamatan pasien. Medication Error adalah setiap kejadian yang dapat Terjadinya Medication Error di Rawat Inap dihindari yang menyebabkan atau berakibat Rumah Sakit X Tahun 2018” oleh Lediana pada pelayanan obat yang tidak tepat atau Tampubolon dan Pujiyanto. Metode yang membahayakan pasien sementara obat dipakai di dalam jurnal ini adalah dengan berada dalam pengawasan tenaga kesehatan teknik pengambilan data kepada 10 orang atau pasien (NCC MERP, 2012). Jadi informan yang terdiri dari Dokter DPJP, Medication Error merupakan suatu kejadian perawat penanggung jawab shift di 2 lantai yang dapat merugikan dan membahayakan ruang perawatan, petugas farmasi meliputi pasien yang dilakukan oleh petugas apoteker dan apoteker pendamping, serta 2 kesehatan, khususnya dalam hal pengobatan orang dari level manajemen yaitu Kepala pasien. bidang keperawatan dan Direktur rumah Perlunya pengetahuan kita sebagai calon sakit serta data dari kegiatan observasi. perawat yang professional dalam Jurnal kedua yang berjudul “Pemberian menghadapi tentang medikasi yang benar. Obat Oleh Perawat Diruang Rawat Inap Oleh karena itu, penulis menulis ini untuk Rumah Sakit Umum Kota Banda Aceh” oleh membagikan ilmu kepada perawat terutama Alya Nurul Mahfudhah dan Putri Mayaasari. calon perawat. Metode dalam jurnal tersebut adalah Metode menggunakan lembar cheklist yang digunakan terdiri dari dua bagian, yaitu: data Penulisan ini penulis buat dengan model demografi dan pernyataan tentang literature riview dengan membaca dan pemberian obat dengan prinsip 7 benar. Data menganalisis serta membandingkan di olah dengan langkah-langkah: editing, beberapa berbagai sumber online dengan coding, processing, dan clearing. rentang batasan waktu 2012 sampai tahun 2020. Dalam pencarian, penulis Hasil mendapatkan 10 jurnal online yang sesuai Dari jurnal yang pertama diperoleh hasil dengan topik. yang berkaitan dengan Medication Safety Dan penulis mengambil dua jurnal. adalah sebagai berikut : Jurnal yang pertama berjudul “Analisis (1) Leadership Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien Pengetahuan yang dimiliki pimpinan atau Dalam Pemberian Obat Terhadap atasan di setiap ruang rawat inap menurut informan sudah cukup paham mengenai intramuscular, subcutan dan intracutan serta prinsip prinsip keselamatan pasien yang juga SPO mengenai perhitungan dosis obat diterapkan di rumah sakit X ini, begitu juga namun belum ada SPO khusus tentang dengan peran dari atasan baik atasan proses 7 benar pemberian obat. langsung maupun atasan tidak langsung, (5) Sosialisasi (2) Pengetahuan Dari proses wawancara kepada informan Dari proses wawancara didapati bahwa terlihat bahwa kegiatan sosialisasi mengenai pengetahuan dan pemahaman mengenai pemberian obat dan prinsip keselamatan prinsip keselamatan pasien rata rata cukup pasien di rumah sakit X belum dilakukan baik, walaupun tidak semua mengetahui menyeluruh dan tidak rutin dilakukan persis 6 hal yang menjadi standar utama kepada semua bagian. keselamatan pasien yang sudah ditetapkan (6) Proses Observasi Pemberian Obat oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Kepada Pasien Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien. Dari kegiatan observasi pada 12 orang (3) Beban Kerja perawat, kepada 32 orang pasien terlihat Dari keterangan yang disampaikan para proses benar obat, benar dosis, benar rute informan, terlihat bahwa beban kerja yang dan benar waktu sudah dilakukan dengan dimiliki perawat saat ini tidak berlebihan baik. 33,3 % perawat sudah melakukan walaupun perawat masih melakukan proses 7 benar, 41,6 % perawat tidak pekerjaan tambahan seperti pengambilan melakukan proses benar informasi, sampel darah untuk laboratorium dan harus dokumentasi dan 25% perawat tidak menurunkan dan mengambil resep dari melakukan proses benar pasien, benar dokter ke bagian farmasi. dokumentasi dan benar informasi obat. (4) SPO (Standar Prosedur Operasional) Bentuk distribusi obat dari farmasi kepada Dari SPO yang diterapkan di rumah sakit X pasien juga masih berupa resep individu mengenai pemberian obat terbagi ke dalam karena rumah sakit X belum memiliki satelit beberapa kategori sesuai dengan cara farmasi dan tata ruangan serta sumber daya pemberian obatnya, antara lain SPO apoteker yang belum memadai untuk pemberian obat oral, SPO pemberian obat intravena, SPO pemberian obat Dari jurnal yang kedua diperoleh hasil yang yang dapat dihindari yang menyebabkan berkaitan dengan Medication Safety adalah atau berakibat pada pelayanan obat yang sebagai berikut: distribusi frekuensi tidak tepat atau membahayakan pasien gambaran pemberian obat oleh perawat sementara obat berada dalam pengawasan dalam kategori baik, distribusi freskuensi tenaga kesehatan atau pasien (NCC MERP, gambaran pemberian obat berdasarkan benar 2012). Jadi, Medication Error merupakan pasien, benar obat, berdasarkan dosis, benar suatu kejadian yang dapat merugikan dan waktu, benar cara, benar dokumentasi dan membahayakan pasien yang dilakukan oleh benar informasi dalam kategori yang baik. petugas kesehatan, khususnya dalam hal pengobatan pasien. Pengobatan merupakan Pembahasan salah satu unsur penting dalam upaya Keselamatan pasien didefinisikan sebagai penyembuhan penyakit dan pemulihan suatu upaya untuk mencegah terjadinya kesehatan. Pemberian obat yang aman bahaya atau cedera pada pasien selama merupakan perhatian utama ketika proses pengobatan. Secara umum memberikan obat kepada pasien (Kuntarti, keselamatan pasien meliputi pencegahan 2005). Penerapan pemberian obat yang baik kesalahan dan mengurangi berbagai bahaya bisa juga disebabkan oleh pengalaman kerja akibat kesalahan tersebut. Kesalahan dapat yang sudah lama ( lebih dari 5 tahun) dan dilakukan oleh anggota tim kesehatan dan adanya kerja sama yang baik antar tim dapat terjadi setiap saat selama proses medis sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan, khususnya dalam pelayanan sudah banyak yang sesuai dengan pengobatan pasien. Kejadian Medication prosedur yang sudah ditetapkan oleh rumah Error merupakan salah satu ukuran sakit. pencapaian keselamatan pasien. Surat Faktor penyebab dari Medication Error Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor dapat berupa: 1) Komunikasi yang buruk, 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan baik secara tertulis (dalam resep) maupun bahwa Medication Error adalah kejadian secara lisan (antar pasien, dokter dan pasien). yang merugikan pasien, akibat pemakaian 2) Sistem distribusi obat yang kurang obat selama dalam penanganan tenaga mendukung (sistem komputerisasi, sistem kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. penyimpanan obat, dan lain sebagainya). 3) Medication Error adalah setiap kejadian Sumber daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang berlebihan). 4) Edukasi keperawatan dengan memperhatikan prinsip kepada pasien kurang. 5) Peran pasien dan benar pada pemberian obat. Prinsip 7 benar keluarganya kurang (Cohen 1991). Dan dalam pemberian obat tersebut adalah benar yang menjadi focus pembahasan penulisan pasien, benar obat, benar dosis, benar rute ini adalah pengetahuan pada perawat pemberian, benar waktu, benar dokumentasi mengenai konsep pemberian obat yang baik. dan benar informasi (Sri Lestari, 2016) Pengetahuan merupakan dasar dari tindakan 1) Benar Pasien seseorang. Pengetahuan yang baik akan Perawat memastikan klien dengan membentuk dasar tindakan seseorang agar memeriksa gelang identifikasi dan menjadi lebih baik. Seseorang yang membedakan dua klien dengan nama memiliki pengetahuan yang baik tentang yang sama. Pemberian Obat akan mempunyai cukup 2) Benar Obat informasi tentang Pemberian Obat sehingga Untuk menghindari kesalahan seseorang tersebut berminat untuk sebelum memberi obat kepada pasien, melakukan Penerapan Prinsip 7 (tujuh) label obat harus dibaca tiga kali, Benar pada pasien. Hal ini sesuai dengan yaitu pertama saat melihat botol atau yang diungkapkan oleh Notoadmodjo (2003), kemasan obat, kedua saat sebelum pengetahuan merupakan domain yang sangat menuang/menghisap obat dan ketiga penting untuk terbentuknya tindakan setelah menuang/menghisap obat. seseorang. Pengetahuan dipengaruhi oleh 3) Benar Dosis banyak atau sedikitnya informasi yang Sebelum memberi obat, perawat sudah didapatkan oleh seseorang tersebut. harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, Dengan tidak ada ataupun kurangnya perawat harus berkonsultasi dengan informasi mengenai Pemberian Obat dan dokter yang menulis resep ataau Penerapan Prinsip 7 (tujuh) Benar yang apoteker sebelum dilanjutkan ke didapat oleh perawat , maka perawat tidak pasien. Jika perawat ragu ragu dalam akan memiliki pengetahuan yang dapat perhitungan dosis mengenai rasio memnbuatnya menjadi berupaya dalam dan proporsi maka dosis obat harus melakukan penerapan prinsip 7 (tujuh) benar. dihitung kembali dan diperiksa oleh Dalam menjalankan perannya perawat perawat lain. menggunakan pendekatan proses 4) Benar Rute informasi cara kerja dan efek Perawat diharapkan mampu menilai samping obat yang diberikan. kemampuan klien untuk menelan Kemampuan perawat benar-benar obat sebelum memberikan obat obat menentukan, perawat harus terampil dan per oral dan juga memberikan obat tepat saat memberikan obat, tidak sekedar obat pada tempat yang sesuai. memberikan obat untuk diminum ( oral) atau Perawat juga harus tetap bersama obat injeksi melalui pembuluh darah klien sampai obat oral telah ditelan. (intravena ), namun juga mengobservasi Pada pemberian obat dengan rute respon pasien terhadap pemberian obat parenteral maka dibutuhkan tehnik tersebut (Potter & Perry, 2005). Perawat steril. juga harus mengetahui jenis obat yang 5) Benar Waktu diberikan kepada pasien dan kemungkinan Pemberian obat harus benar benar terjadinya efek samping dari obat. Untuk sesuai dengan waktu yang tenaga kesehatan, beberapa usaha yang bisa diprogramkan karena berhubungan dilakukan antara lain: menuliskan resep obat dengan kerja obat yang dapat dengan menggunakan sistem komputerisasi menimbulkan efek terapi dari obat. sehingga resep dapat lebih mudah 6) Benar Dokumentasi dibaca/diterjemahkan, membuat standarisasi Dalam hal terapi, setelah obat dalam penulisan resep obat misalnya diberikan harus didokumentasikan, penggunaan singkatan-singkatan dalam dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat resep, melakukan pendidikan (training) itu diberikan. Bila pasien menolak kepada setiap tenaga kesehatan yang terlibat meminum obatnya atau obat itu tidak dalam proses pengobatan, melakukan dapat diminum harus dicatat konseling terhadap pasien pada saat alasannya dan dilaporkan. penyerahan/pemberian obat, dan melakukan 7) Benar Informasi double check terhadap permintaan resep Perawat memberikan informasi yang atau terhadap identitas pasien sebelum benar tentang obat untuk memberikan/menyerahkan obat. Dengan menghindari kesalahan dalam demikian perawat dapat lebih meningkatkan menerima obat, memberikan pengetahuannya dan selanjutnya dapat menerapkan Prinsip 7 (tujuh) benar pemberian obat kepada pasien. Hal ini Daftar Pustaka sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bando, J. J., Kawatu, P. A. T., Ratag, B. T. Notoadmodjo (2003), yang mengatakan (2020). GAMBARAN PENERAPAN bahwa pengetahuan merupakan domain PROGRAM KESELAMATAN DAN yang sangat penting untuk terbentuknya KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT tindakan seseorang. (K3RS) DI RUMAH SAKIT ADVENT Penutup MANADO. Jurnal KESMAS, 9(2), 33-40. (https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesm Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, as/article/view/29128/28322) dapat dipahami bahwa pengetahuan seorang perawat mengenai prinsip medication safety Dewi, F., Handiyani, H., Kuntarti. (2016). sangat berpengaruh terhadap keselamatan Memutus Rantai Infeksi Melalui Fungsi pasien. Karena, jika terjadi medication error Pengorganisasian Kepala Ruang Rawat. yang dilakukan oleh seorang perawat, akan Jurnal Keperawatan Indonesia, 19(2), 107- memberikan dampak merugikan kepada 115. pasien dan telah melanggar prinsip etik (http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article Nonmaleficience. Oleh karena itu, kita /view/465/560) sebagai mahasiswa keperawatan yang akan Mahfudhah, A. N., Mayasari, P. (2018). menjadi calon perawat yang professional Pemberian Obat Oleh Perawat Diruang harus meningkatkan pengetahuan kita dan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota menerapkannya denan baik pada saat turun Banda Aceh. JIM FKep, III(4), 1-9. ke lapangan nanti. Dapat diulang kembali, (http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/ bahwa ada 7 benar prinsip dasar pemberian view/8627/5178) obat yang dapat kita pahami, yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute Mulatsih, S., Dwiprahasto, I., Sutaryo. pemberian, benar waktu, benar dokumentasi (2016). Pemahaman Perawat Mengenai dan benar informasi. Medication Safety Practice (MSP) di Bangsal Perawatan Kanker Anak RSUP Dr. Sardjito. Sari Pediatri, 17(6), 463-468. (https://saripediatri.org/index.php/sari- pediatri/article/view/92/101) Mustariningrum, D. L. T., Koeswo, M., Pengetahuan Pasien Rawat Inap. Jurnal Ahsan. (2015). Kinerja IPCLN dalam Keperawatan Silampari, 3(1), 342-351. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Rumah Sakit: Peran Pelatihan, Motivasi Identification in Patient Safety Programs Kerja dan Supervisi. Jurnal Aplikasi Through Clinical Preceptor Models. Medico Manajemen, 13(4), 643-652. Legal Update, 20(3), 553-556. (https://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/arti cle/view/814/763) Tampubolon, L., Pujiyanto. (2018). Analisis Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien Pudjowati, V. E., Widodo, Wahidyanti. Dalam Pemberian Obat Terhadap Terjadinya (2016). HUBUNGAN PENGETAHUAN Medication Error di Rawat Inap Rumah PERAWAT TENTANG PEMBERIAN Sakit X Tahun 2018. Jurnal ARSI, 4(3), 173- OBAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP 183. 7 (TUJUH) BENAR PADA PASIEN DI (http://journal.fkm.ui.ac.id/arsi/article/view/ RUMAH SAKIT PANTI WALUYA 2494/980) SAWAHAN MALANG. Nursing News, 1(1), 62-69. Waluyo, K. O. (2015). Medication Error (https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes Dalam Keperawatan. Jurnal /article/view/399/317) Keperawatan,VIII(3), 173-178. (http://journal.poltekkesdepkes- Puspitasari, Y., Rezeki, S., Hayati, N. (2015). sby.ac.id/index.php/KEP/article/view/466/3 Hubungan Pengetahuan Sikap dengan 85) Praktik Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Widiasari, Handayani., H., Novieastari, E. Sakit Islam Kendal. FIKkes Jurnal (2019). Kepuasan Pasien Terhadap Keperawatan, 8(1), 2-21. Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah (http://103.97.100.145/index.php/FIKkeS/art Sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1), icle/view/1899/1941) 43-52. (http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article Simamora, R. H. (2019). Pengaruh /view/615/628) Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan Menggunakan Media Audiovisual terhadap
9 - Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Pencegahan Pasien Resiko Jatuh Di Gedung Yosef 3 Dago Dan Surya Kencana Rumah Sakit Borromeus