Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN

KESELAMATAN

RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH


JL. BRIGJEND. SUDIARTO NO. 347 SEMARANG
2014

PROGRAM KERJA
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

A. Pendahuluan
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis
tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi dan
bersinergi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang
berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka
pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan
dalam Rumah Sakit.
Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit pada
Pasal 29 ayat (1) huruf o, disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
Rumah Sakit mempunyai kewajiban memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana. Kemudian dalam penjelasan pasal 29 ayat (1) huruf o,
disebutkan bahwa yang dimaksud memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan
penanganan bencana adalah bahwa Rumah Sakit dibangun serta dilengkapi dengan
sarana, prasarana dan peralatan yang dapat difungsikan serta dipelihara sedemikian
rupa

untuk

mendapatkan

keamanan,

mencegah

kebakaran/bencana

dengan

terjaminnya keamanan, kesehatan dan keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan


lingkungan Rumah Sakit.
Menurut penjelasan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009
yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di
dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap terhadap
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya
risiko.

B. Latar Belakang
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat ( UU No. 36 Tahun Tentang Kesehatan 2009, psl 1 angka
7 ). Salah satu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan adalah Rumah Sakit. Yang dimaksud Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
( UU No. 44 Tahun 2009, psl 1 ayat 1 ). Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka keberadaan
fasilitas pelayanan kesehatan harus mencukupi. Dalam hal ini Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik
fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
( UU No. 36 tahun 2009, psl 15 ).
Di samping ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup, kualitas
lingkungan juga merupakan hal yang penting dalam pencapaian derajat kesehatan.
Hal ini sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 162
yang menyebutkan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kemudian dalam pasal 163 ayat (2) disebutkan bahwa lingkungan sehat mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
umum.

Rumah Sakit sebagai tempat kerja harus mengupayakan kesehatan dan


keselamatan kerja pegawainya. Upaya kesehatan kerja tersebut ditujukan untuk
melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan ( UU No. 36 Tahun 2009, psl 164
ayat 1 ).
Selain itu Rumah Sakit sebagai tempat kerja harus dikelola dengan baik. Oleh
karena itu pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja

dan

menjamin lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya
kecelakaan kerja ( UU No. 36 Tahun 2009, psl 164 ayat 6 ).
Di sisi lain Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan ( UU No. 44 Tahun
2009, psl 7 ayat 1 ). Persyaratan lokasi harus memenuhi ketentuan mengenai
kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit ( UU No. 44 Tahun 2009,
psl 8 ayat 1 ).
Sedangkan persyaratan bangunan harus memenuhi : a. persyaratan administrasi
dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya; b. persyaratan teknis
bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
Prasarana Rumah Sakit dapat meliputi : instalasi air; instalasi mekanikal dan
elektrikal; instalasi gas medik; instalasi uap; instalasi pengelolaan limbah;
pencegahan dan penanggulangan kebakaran; petunjuk, standard dan sarana evakuasi
saat terjadi keadaan darurat; instalasi tata udara; sistem informasi dan komunikasi;
dan ambulan. Di samping itu prasarana Rumah Sakit juga harus memenuhi standar
pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah
Sakit. Kemudian prasarana Rumah Sakit harus dalam keadaan terpelihara dan
berfungsi dengan baik. Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit
harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya dan harus
didokumentasi serta dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan ( UU No. 44
tahun 2009, psl 11 ).

Setiap penyelenggaraan Rumah Sakit wajib memiliki izin yang terdiri dari izin
mendirikan dan izin operasional. Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2
(dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun. Izin operasional diberikan
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi
persyaratan ( UU No. 44 Tahun 2009, psl 25 ).
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Akreditasi Rumah Sakit
dilakukan oleh lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri
berdasarkan standar akreditasi yang berlaku ( UU No. 44 Tahun 2009, psl 40 ).
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) sebagai salah satu standar yang
turut dinilai dalam Akreditasi Rumah Sakit mempunyai kontribusi yang cukup
mentukan status akreditasi. Oleh karena itu Standar Manajeman Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) harus diupayakan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
1. Tujuan Umum
Tersedianya fasilitas yang aman, berfungsi dan mendukung bagi pasien, keluarga,
staf dan pengunjung.
2. Tujuan Khusus
Mengelola resiko lingkungan di mana pasien dirawat dan staf bekerja yang meliputi :
a.
Keselamatan dan Keamanan;
b.
Bahan Berbahaya;
c.
Manajemen Emergensi;
d.
Pengamanan Kebakaran;
e.
Peralatan Medis;
f.
Sistem Utilitas;
D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
1. Kegiatan Pokok :
a. Mengidentifikasi resiko di lingkungan di mana pasien dirawat dan staf
bekerja.
b. Memeriksa Fasilitas Rumah Sakit
c. Memelihara Fasilitas Rumah Sakit
2. Rincian Kegiatan
a. Mengidentifikasi resiko yang disebabkan oleh Fasilitas Rumah Sakit,
meliputi :
1) Resiko Keselamatan dan Keamanan seperti : Lantai Licin, Langit-langit
jebol, jalan rusak, bangunan rusak atau runtuh, wc mampet, kendaraan /
transportasi mogok, pompa air rusak, listrik mati, tegangan listrik tidak
stabil, kabel-kabeel electrode putus, alat tidak dikalibrasi, distribusi air

terganggu, kualitas air bersih/minum tidak sesuai standar, air limbah tidak
memenuhi syarat, suhu ruangan terlalu panas menyebabkan malfungsi
alat.
2) Resiko Bahan Berbahaya : terkena tumpahan cairan iritan, terhirup uap
bahan berbahaya, ledakan tabung gas, tertelan bahan beracun, terpapar
bahan berbahaya dan beracun.
3) Resiko manajemen emergensi : kebakaran, bencana alam, kerusuhan
massal, keracunan massal, ancaman peledakan, kerusakan bangunan dan
runtuhnya gedung dan air bah banjir.
4) Resiko Kebakaran : korsleting listrik, ledakan tabung gas LPG, ledakan
tabung gas Oksigen, sambaran petir, penyimpanan bahan mudah terbakar.
5) Resiko Peralatan Medis : salah diagnose, tersengat aliran listrik, luka
bakar, terpapar infeksi nosokomial.
6) Resiko sistem utilitas (Listrik, air bersih/minum, air limbah, AC, lift dan
Oksigen): kegiatan operasional pelayanan terganggu untuk listrik di
Poliklinik rawat jalan, ruang ECT, Radiologi, Laboratorium, Fisioterapi,
Poli Gigi, Billing System, Laundry, Sanitasi, Gizi, Administrasi dan
Rawat Inap. Untuk air bersih dan air minum akan mengganggu kegiatan
operasional pelayanan utamanya di rawat inap, Laundry, Gizi, Poli rawat
jalan, gedung administrasi. Air limbah tidak sesuai baku mutu sehingga
mencemari lingkungan, kerusakan AC menyebabkan terganggunya fungsi
alat, tidak tersedianya Oksigen dapat mengganggu kegiatan pelayanan.
Lift rusak/macet dapat mengganggu
b. Memeriksa Fasilitas Rumah Sakit
1) Jadwal pemeriksaan Fasilitas Rumah Sakit
2) Uji fungsi alat dan fasilitas
3) Form checklist pemeriksaan
4) Laporan hasil pemeriksaan
c. Memelihara Fasilitas Rumah Sakit
1) Jadwal pemeliharaan fasilitas rumah sakit
2) Kalibrasi dan Uji fungsi fasilitas Rumah Sakit
3) Laporan hasil pemeliharaan fasilitas rumah sakit.
E. Cara Melaksanakan Kegiatan
a. Proses indentifikasi :
1) Menentukan dan mengelompokkan jenis resiko yang mungkin terjadi di
lingkungan rumah sakit sesuai faktor penyebabnya.

2) Membuat denah dan pemasangan rambu-rambu meliputi area berbahaya,


tempat-tempat beresiko dan jalur evakuasi.
3) Menunjuk petugas yang kompeten dan bertanggung jawab.
b. Memeriksa Fasilitas Rumah Sakit :
1) Dibuatkan jadwal harian untuk kegiatan memeriksa fasilitas rumah sakit
dengan mengisi form checklist sesuai jenis pemeriksaan.
2) Ditunjuk petugas pelaksana yang kompeten dan bertanggungjawab.
3) Petugas saat melakukan pemeriksaan fasilitas rumah sakit disertai dengan uji
fungsi.
4) Dibuat pelaporan yang diketahui atasan langsung.
c. Memelihara Fasilitas Rumah Sakit
1) Dibuatkan jadwal pemeliharaan atau servis fasilitas rumah sakit baik yang
dilakukan oleh petugas rumah sakit maupun pihak ketiga pada setiap bulan,
tiga bulan, enam bulan dan satu tahun sekali.
2) Dilakukan kalibrasi :
Kalibrasi internal rumah sakit : setiap enam bulan sekali oleh petugas

rumah sakit, yaitu alat ECG dan tensimeter.


Kalibrasi eksternal : dilakukan oleh pihak ketiga yang memiliki sertifikat

terkalibrasi setiap satu tahun sekali.


3) Dibuat pelaporan yang diketahui oleh atasan langsung.
F. Sasaran
Sasaran Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) adalah :
1. Pasien
2. Keluarga pasien
3. Pengunjung
4. Staf/petugas
5. Masyarakat sekitar Rumah Sakit
6. Vendor.

G. Skedul / Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


a. Jadwal harian
NO

PEMERIKSAAN

1.
2.

Listrik
Alkes

3.

Bangunan

6.

Oksigen

7.

Aiphon

TANGGAL
1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

b. Jadwal bulanan
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

PEMERIKSAAN
Listrik/Genset
Alkes
Bangunan
Air
APAR
AC
Lift
Limbah

BULAN
7

10

11

12

H. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


1. Pencatatan
Acuan yang dipakai dalam pencatatan kegiatan adalah :
a.
Kasus di lapangan
b.
Frekuensi kejadian kasus
c.
Jumlah kejadian/kasus dalam periode tertentu
d.
Jumlah kasus teratasi
e.
Jumlah kasus tidak teratasi
f.
Penyebab dan akibat kasus tidak teratasi
g.
Pelimpahan kepada pihak ketiga terhadap kasus yang tidak teratasi
2. Pelaporan
Laporan program kerja/kegiatan dibuat setiap 1 (satu) tahun sekali dan diserahkan
kepada Ketua Tim Akreditasi Rumah sakit.
3. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan secara berkala sesuai jadwal.
a.
Indikator Masukan (Input)
b.
Indikator Proses (Proces)
c.
Indikator Keluaran (Output)

Anda mungkin juga menyukai