Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM

KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS


RUMAH SAKIT MATA NUSA TENGGARA BARAT

PANDUAN
PENGELOLAAN UTILITAS
RUMAH SAKIT MATA NUSA TENGGARA BARAT

RUMAH SAKIT MATA NUSA TENGGARA BARAT


Jl. Harimau No.01, Mataram Telp. (0370) 7847094
e-mail : rsmatantb@gmail.com Kode Pos: 83112
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Program Keselamatan dan
Keamanan Fasilitas di Rumah Sakit Mata Nusa Tenggara Barat ini dapat selesai disusun.
Buku Pedoman ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam
menjalankan Program Keselamatan dan Keamanan Fasilitas di Rumah Sakit Mata Nusa
Tenggara Barat.
Dalam pedoman ini diuraikan tentang Program Keselamatan dan Keamanan Fasilitas di
Rumah Sakit Mata Nusa Tenggara Barat.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Program
Keselamatan dan Keamanan Fasilitas Rumah Sakit Mata Nusa Tenggara Barat.

Tim Penyusun

1
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT MATA NUSA TENGGARA BARAT
Jalan Harimau, Mataram Telp. (0370) 629388 Fax. (0370) 642016
Email : rsmata@ntbprov.go.id Kode Pos: 83235

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT MATA NUSA TENGGARA BARAT
NOMOR : 188.4/170-AK/RSM-NTB/I/2019

TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN UTILITAS
DI RUMAH SAKIT MATA NUSA TENGGARA BARAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT MATA NUSA TENGGARA BARAT

2
BUAT KEBIJAKAN DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… 1


KEPUTUSAN DIREKTUR ………………………………………………………………... 3
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… 4
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..………… 5
BAB II TATA LAKSANA………………………………………………………………….. 8

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik
dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat
keilmuannya masing-masing berinteraksi dan bersinergi satu sama lain. Ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga
kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin
kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit.
Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit pada Pasal 29
ayat (1) huruf o, disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan upaya kesehatan Rumah Sakit
mempunyai kewajiban memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana. Kemudian dalam penjelasan pasal 29 ayat (1) huruf o, disebutkan bahwa yang
dimaksud memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanganan bencana adalah bahwa
Rumah Sakit dibangun serta dilengkapi dengan sarana, prasarana dan peralatan yang dapat
difungsikan serta dipelihara sedemikian rupa untuk mendapatkan keamanan, mencegah
kebakaran/bencana dengan terjaminnya keamanan, kesehatan dan keselamatan pasien,
petugas, pengunjung, dan lingkungan Rumah Sakit.
Menurut penjelasan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 yang
dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu Rumah
Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen
risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap terhadap pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi
untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko.
Maka dari itu, perlu dilakukan upaya – upaya dalam rangka menyediakan fasilitas fisik
yang memberikan keselamatan dan keamanan bagi pasien, pengunjung dan karyawan di
Rumah Sakit Mata Nusa Tenggara Barat.

I. LATAR BELAKANG

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat ( UU No. 36 Tahun Tentang Kesehatan 2009, psl 1 angka 7 ). Salah satu tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit.
Yang dimaksud Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat ( UU No. 44 Tahun 2009, psl 1 ayat 1 ). Rumah Sakit
merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri
yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan

5
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka keberadaan fasilitas
pelayanan kesehatan harus mencukupi. Dalam hal ini Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat ( UU No. 36 tahun 2009, psl 15 ).
Di samping ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup, kualitas
lingkungan juga merupakan hal yang penting dalam pencapaian derajat kesehatan. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 162 yang
menyebutkan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kemudian dalam pasal 163 ayat
(2) disebutkan bahwa lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja,
tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
Rumah Sakit sebagai tempat kerja harus mengupayakan kesehatan dan keselamatan
kerja pegawainya. Upaya kesehatan kerja tersebut ditujukan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan
oleh pekerjaan ( UU No. 36 Tahun 2009, psl 164 ayat 1 ).
Selain itu Rumah Sakit sebagai tempat kerja harus dikelola dengan baik. Oleh karena
itu pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja dan menjamin lingkungan
kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja ( UU No. 36
Tahun 2009, psl 164 ayat 6 ).
Di sisi lain Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan ( UU No. 44 Tahun 2009, psl 7 ayat 1 ).
Persyaratan lokasi harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit ( UU No. 44 Tahun 2009, psl 8 ayat 1 ).
Sedangkan persyaratan bangunan harus memenuhi : a. persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya; b. persyaratan teknis bangunan
Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
Prasarana Rumah Sakit dapat meliputi : instalasi air; instalasi mekanikal dan elektrikal;
instalasi gas medik; instalasi uap; instalasi pengelolaan limbah; pencegahan dan
penanggulangan kebakaran; petunjuk, standard dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan
darurat; instalasi tata udara; sistem informasi dan komunikasi; dan ambulan. Di samping itu
prasarana Rumah Sakit juga harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta
keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit. Kemudian prasarana
Rumah Sakit harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik. Pengoperasian
dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai

6
kompetensi di bidangnya dan harus didokumentasi serta dievaluasi secara berkala dan
berkesinambungan ( UU No. 44 tahun 2009, psl 11 ).
Setiap penyelenggaraan Rumah Sakit wajib memiliki izin yang terdiri dari izin
mendirikan dan izin operasional. Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun. Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan ( UU No. 44
Tahun 2009, psl 25 ).
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Akreditasi Rumah Sakit dilakukan oleh lembaga
independen baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang
berlaku ( UU No. 44 Tahun 2009, psl 40 ).
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) sebagai salah satu standar yang turut
dinilai dalam Akreditasi Rumah Sakit mempunyai kontribusi yang cukup mentukan status
akreditasi. Oleh karena itu Standar Manajeman Fasilitas dan Keselamatan (MFK) harus
diupayakan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

II. TUJUAN
1. UMUM
Dapat memberikan rasa aman dan nyaman selama berada di lingkungan RS Mata
NTB bagi Karyawan, Pasien, dan Pengunjung RS Mata NTB.

2. KHUSUS
a) Mencegah kecelakaan & cidera,
b) Menjaga kondisi bagi keselamatan & keamanan pasien, keluarga, staf &
pengujung;
c) Mengurangi & mengendalikan bahaya & risiko termasuk masa pembangunan atau
renovasi

7
BAB II
TATA LAKSANA

1. KEGIATAN POKOK & RINCIAN KEGIATAN


Adapun kegiatan pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi area yang beresiko keamanan dan keselamatan di RS
2. Pemasangan CCTV dan menempatkan satpam di area yang beresiko kemanan
dan keselamatannya.
3. Pemberian identitas pada semua staf, pengunjung, pedagang/ vendor dengan
memasang badge name sementara atau tetap atau dengan cara identifikasi lain
4. Melakukan asesmen risiko keamanan dan keselamatan selama setiap ada
pembangunan dan renovasi
5. Pemeriksaan fasilitas fisik secara komprehesif (mencatat semua perabot yang
tajam dan rusak, fsilitas yang perlu perbaikan, dll)
6. Penganggaran untuk mengganti sistem, perbaikan fasilitas yang rusak, dll.
7. Pencatatan dan pelaporan insiden/cedera akibat fasilitas yang tidak memberikan
keamanan dan keselamatan.
8. Monitoring kepatuhan unit independen (penyewa lahan) terhadap keselamatan
dan keamanan (Catatan MOU penyewa lahan dengan RS harus ada klausul
bahwa penyewa lahan patuh terhadap MFK)
9. Pelaporan dan pelaksanaan kegiatan dan rencana tindak lanjutnya.
10. Edukasi staf terkait dengan keselamatan dan keamanan
11. Perbaikan fasilitas yang berisiko menimbulkan cedera
12. Monitoring pelaksanaan program perbaikan fasilitas.

2. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Inventarisasi kelengkapan keselamatan dan keamanan fasilitas fisik :


a. Menentukan jenis-jenis perlengkapan keselamatan dan keamanan di RS.
b. Membuat daftar ketersediaan perlengkapan keselamatan dan keamanan yang
berada di RS.
c. Memasang CCTV di beberapa tempat yang berisiko tinggi.
2. Melakukan identifikasi area yang berisiko, identifikasi staff & pengunjung RS Mata
NTB adalah dengan :
a. Pembuatan identifikasi risiko di area / ruang yang berisiko tinggi bagi
keselamatan & keamanan penggunanya serta melakukan monitoringnya.
b. Melakukan Identifikasi risiko terhadap keselamatan dan keamanan selama
masa pembangunan atau renovasi.
c. Melakukan identifikasi terhadap karyawan dan pengunjung yang datang di RS.
d. Mengajukan pengadaan kelengkapan keselamatan dan keamanan pasien
3. Membuat assessment risko keselamatan & kemananan fasilitas fisik RS dengan
cara :

8
a. Melakukan identifikasi resiko dari area yang berisiko tinggi
b. Melakukan pencatatan & pelaporan bila ada insiden
4. Melakukan pemeriksaaan & pemeliharaan fasilitas fisik secara kontinyu &
melakukan pemeliharaan perlengkapan keselamatan dan keamanan yang berada
dalam lingkup RS dengan cara :
a. Melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas fisik milik RS
b. Membuat jadwal pemeliharaan fasilitas fisik tersebut
c. Melakukan pencatatan & pelaporan terhadap hasil pemneliharaan fasilitas
tersebut.
d. Membuat penyusunan anggaran untuk perbaikan fasilitas fisik tersebut.

3. SASARAN
1. Dapat teridentifikasi jenis dan jumlah kebutuhan kelengkapan keselamatan dan
keamanan fasilitas fisik RS.
2. Dapat teridentifikasi area-area yang berisiko bagi keselamatan dan keamanan
staff, pasien dan pengunjung.
3. Assesment resiko yang sudah di buat dapat di jadikan dasar bagi Manajemen
untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan fasilitas fisik bagi bagi karyawan,
pasien serta pengunjung
4. Terdapat penjadwalan perawatan, pencatatan dan pelaporan pemeliharaan
fasilitas fisik yang selalu terpelihara dan siap digunakan serta selamat dan aman
bagi penggunanya

4. JADWAL KEGIATAN

No kegiatan TAHUN 2019


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Inventarisasi X X
kelengkapan
keselamatan
dan keamanan
pasien
2 Melakukan X X
identifikasi area
yang berisiko &
identifikasi staff
dan pengunjung
RS
3 Membuat X X
assessment
risko
keselamatan &

9
kemananan
fasilitas fisik RS
4 Melakukan X X X X X
pemeriksaaan &
pemeliharaan
fasilitas fisik
secara kontinu
dan melakukan
pemeliharaan
perlengkapan
keselamatan
dan keamanan
yang berada
dalam lingkup
rumah sakit

5. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA

Pelaksanaan program keselamatan dan keamanan rumah sakit ini akan


dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya yang akan dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali.

6. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Pada akhir masa program dilakukan evaluasi Program tahun 2019 oleh Ketua
K3 rumah sakit dan dibuatkan laporannya untuk disampakan kepada direktur.

10

Anda mungkin juga menyukai