Anda di halaman 1dari 54

Program Kesehatan

dan Keselamatan Staf


(K-3) dalam Standar
Akreditasi RS
Kemenkes
dr. Luwiharsih, MSc
dr. Luwiharsih, MSc
JABATAN :
• Direktur WIA Training
• Surveior akreditasi, sejak 1995 - sekarang
• Pembimbing akreditasi, sejak 1995 - sekarang
• Dewan Penilai, sejak 2015 - sekarang
PENDIDIKAN
• S-I Fakultas Kedokteran Unair
• S-II Pasca Sarjana UI, Manajemen RS
PENGALAMAN KERJA

• Direktur RSK Sitanala Tangerang ( 2007 – 2010 )

• Ka Sub Dit RS Pendidikan, Kemkes ( 2005 – 2007 )

• Ka Sub Dit RS Swasta, Kemkes ( 2001 – 2005 )

• Ka Sub Dit Akreditasi RS, Kemkes (1995 – 2001)

27-28 Mei 2021 2


OUTLINE
1. Pengertian

2. RS Tempat Kerja yang


Berbahaya

3. Apa yang harus dilakukan RS

4. Kesehatan & Keselamatan


Staf dalam Standar Akreditasi
Kemenkes

5. Penutup
Pengertian
Keselamatan Kerja adalah upaya yg dilakukan utk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan &
segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yg berhubungan dng peralatan, obyek kerja,
tempat bekerja, & lingkungan kerja, secara langsung & tidak langsung.

Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara
pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.

.Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan
penyakit akibat kerja di rumah sakit.

(Permenkes 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS)


RS tempat
kerja yang
berbahaya?
Apa yang membuat rumah sakit menjadi
tempat kerja yang berbahaya?
Unique risks:
+ Staf RS mengangkat, memposisikan, dan memindahkan pasien yang memiliki
mobilitas terbatas. Risiko unik lainnya termasuk jarum suntik, infeksi dan kekerasan
Unique culture:
+ Tenaga Kesehatan merasakan kewajiban etis untuk ”do no harm” ke pasien.
Beberapa akan mempertaruhkan keselamatan dan kesehatan mereka sendiri untuk
membantu pasien.
They are not assembly lines:
+ Staf harus bereaksi terhadap kejadian tak terduga dengan keputusan sepersekian
detik.
Jenis bahaya apa yang dihadapi pekerja?
+ Petugas kesehatan menghadapi sejumlah bahaya keselamatan dan kesehatan yang
serius. Bahaya termasuk patogen yang ditularkan melalui darah dan bahaya
biologis, potensi paparan bahan kimia dan obat-obatan, paparan gas anestesi
limbah, bahaya pernapasan, bahaya ergonomis dari mengangkat dan tugas
berulang, bahaya laser, kekerasan di tempat kerja, bahaya yang terkait dengan
laboratorium, dan bahaya bahan radioaktif dan sinar-x.

+ Beberapa paparan kimia potensial termasuk formaldehida, digunakan untuk


pengawetan spesimen untuk patologi; etilen oksida, glutaraldehid, dan asam
parasetat yang digunakan untuk sterilisasi; dan banyak bahan kimia lain yang
digunakan di laboratorium kesehatan.
Understanding the Problem
+ RS adalah salah satu tempat kerja yang paling berbahaya? Pada tahun 2019, RS di
AS mencatat 221.400 cedera dan penyakit terkait pekerjaan, tingkat cedera dan
penyakit terkait pekerjaan 5.5 untuk setiap 100 karyawan tetap. Ini hampir dua kali
lipat tingkat industri swasta secara keseluruhan.

+ RS memiliki bahaya yang serius—mengangkat dan memindahkan pasien, jarum


suntik, terpeleset, tersandung, dan jatuh, dan potensi pasien atau pengunjung yang
gelisah atau agresif—bersama dengan lingkungan yang dinamis dan tidak dapat
diprediksi serta budaya yang unik. Staf RS merasakan kewajiban etis untuk ”do no
harm” ke pasien, dan beberapa bahkan akan mempertaruhkan keselamatan dan
kesehatan mereka sendiri untuk membantu pasien
Understanding the Problem
+ Hospital work can be surprisingly dangerous. Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja, di AS
kemungkinan cedera atau penyakit yang mengakibatkan hari libur kerja lebih tinggi di RS daripada
di konstruksi dan manufaktur—dua industri yang secara tradisional dianggap relatif berbahaya.

+ Injuries and illnesses come at a high cost. Ketika seorang karyawan cedera dalam pekerjaan,
RS membayar biaya dng banyak cara, termasuk: Kompensasi pekerja atas hilangnya upah dan
biaya pengobatan; penempatan staf sementara, pengisian ulang, dan lembur ketika karyawan yang
cedera tidak masuk kerja; biaya turnover ketika karyawan yang cedera berhenti; dan penurunan
produktivitas dan moral karena karyawan menjadi lelah secara fisik dan emosional.

+ Workplace safety also affects patient care. Pengangkatan manual dapat mencederai perawat &
juga menempatkan pasien pada risiko jatuh, patah tulang, memar, dan robekan kulit. Kelelahan,
cedera, dan stres staf terkait dengan risiko kesalahan pengobatan dan infeksi pasien yang lebih
tinggi.
Safer workplaces mean safer care
+ Kelelahan, cedera, dan stres staf RS terkait dengan risiko kesalahan pengobatan dan infeksi
pasien yang lebih tinggi

+ Staf RS dan pasien menghadapi banyak bahaya terkait. Misalnya, mengangkat manual dapat
menyebabkan cedera staf RS dan juga menempatkan pasien pada risiko jatuh, patah tulang,
memar, dan robekan kulit. Ketakutan atau keengganan untuk memindahkan pasien dapat
menyebabkan ulkus dekubitus.

+ Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien dan keselamatan karyawan dapat berjalan
seiring—dari sistem manajemen keandalan tinggi hingga langkah-langkah spesifik seperti
mengurangi lantai licin.

+ Rumah sakit dapat berhasil mengelola risiko keselamatan pasien dan karyawan dengan
menggunakan pendekatan terpadu.
Infectious Diseases
+ Petugas kesehatan (healthcare) terpapar berbagai penyakit menular di tempat kerja selama
menjalankan tugasnya.

+ Pemberian layanan kesehatan membutuhkan berbagai pekerja, seperti dokter, perawat, teknisi,
pekerja laboratorium klinis, responden pertama, pemeliharaan gedung, personel keamanan dan
administrasi, pekerja sosial, layanan makanan, rumah tangga, dan personel kamar mayat.

+ Keragaman di antara petugas kesehatan dan tempat kerja mereka membuat paparan penyakit
menular di tempat kerja menjadi sangat penting.

+ Misalnya, tidak semua pekerja di fasilitas kesehatan yang sama, tidak semua individu dengan
jabatan yang sama, dan tidak semua fasilitas kesehatan akan memiliki risiko yang sama untuk
terpajan agen infeksius di tempat kerja.
Apa yang harus
dilakukan RS?
Safety and Health Management Systems
(K-3 RS)
+ Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi bahaya dan cedera di tempat kerja adalah
melalui sistem manajemen keselamatan dan kesehatan (K-3) yg komprehensif dan proaktif.

+ Sistem manajemen K-3 adalah proses proaktif dan kolaboratif untuk menemukan &
memperbaiki bahaya di tempat kerja sebelum karyawan cedera atau sakit.

+ Manfaat menerapkan sistem manajemen K-3 termasuk melindungi pekerja, menghemat biaya,
dan membuat semua program lebih efektif.

+ Di RS memprioritaskan keselamatan dalam lingkungan pelayanan merupakan manfaat


tambahan yang penting melalui peningkatan mutu pelayanan pasien . RS diharapkan secara
efektif menerapkan sistem manajemen K-3 RS
Safe Patient Handling
+ Salah satu sumber utama cedera pada tenkes adalah gangguan
muskuloskeletal (MSDs). Pada tahun 2017, perawat memiliki jumlah kasus
MSDs tertinggi kedua, dng tingkat insiden (IR) 166,3 per 10.000 pekerja,
lebih dari lima kali rata-rata untuk semua industry bila dibandingkan tingkat
insiden semua pekerja mempunyai tingkat 30,5 per 10.000 pekerja.

+ Untuk menghindari bahaya MSDs maka perlu solusi perangkat untuk


Pemindahan, Pemosisian Ulang, dan Pengangkatan

+ Program penanganan pasien yg aman dpt mengurangi cedera seperti


gangguan muskuloskeletal (MSD) sangatlah diperlukan. Mengurangi cedera
tidak hanya membantu pekerja, tetapi juga akan meningkatkan pelayanan
pasien dan keuntungan.
SOLUTION
A Safety and Health Management System Safe Patient Handling

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan (K-3 RS dapat mengatasi penyebab terbesar cedera di

RS) adalah proses proaktif dan kolaboratif untuk tempat kerja dng program komprehensif utk

menemukan dan memperbaiki bahaya di tempat kerja melakukan pengangkatan, reposisi, & pemin-dahan

sebelum karyawan cedera atau jatuh sakit. Hampir pasien yg aman.

semua sistem yang sukses mencakup enam elemen Program penanganan yang aman dapat mencakup:
inti:
1. Peralatan, yg dapat mengangkat dan lembaran
1. Kepemimpinan manajemen geser sederhana yang memfasilitasi transfer lateral

2. Partisipasi karyawan 2. Kebijakan pengangkatan minimal dan atas penilaian

3. Identifikasi dan penilaian bahaya pasien

4. Pencegahan dan pengendalian bahaya 3. Pelatihan utk semua staf atau tim pengang-kat
khusus tentang penggunaan peralatan yang benar
5. Pendidikan dan Pelatihan

6. Evaluasi dan peningkatan program


Preventing Workplace Violence in Healthcare
+ Pekerja di RS menghadapi risiko kekerasan di tempat kerja yang signifikan. Banyak faktor yg berkontribusi
terhadap risiko ini, termasuk bekerja secara langsung dengan orang-orang yang memiliki riwayat kekerasan
atau yang mungkin mengigau atau di bawah pengaruh obat-obatan.

+ Dari Th 2002 hingga 2013, tingkat insiden kekerasan di tempat kerja yang serius (yg membutuh kan hari libur
bagi pekerja yg terluka utk memulihkan diri) lebih dari empat kali lebih besar dlm pelayanan kesehatan daripada
rata-rata di industri swasta. Faktanya, yankes menyumbang hampir sebanyak cedera kekerasan serius seperti
semua industri lainnya digabungkan.

+ Kekerasan di tempat kerja (WPV) adalah bahaya yang diakui dalam industri pelayanan kesehatan. WPV adalah
setiap tindakan atau ancaman kekerasan fisik, pelecehan, intimidasi, atau perilaku mengganggu lainnya yang
mengancam yang terjadi di lokasi kerja. Hal ini dapat mempengaruhi dan melibatkan pekerja, klien, pelanggan
dan pengunjung. WPV berkisar dari ancaman dan pelecehan verbal hingga serangan fisik dan bahkan
pembunuhan.

+ Banyak lagi serangan atau ancaman yang tidak dilaporkan. Kekerasan di tempat kerja harus dibayar mahal;
namun, hal itu dapat dicegah.
Culture of Safety
Laporan IOM tahun 1999 mencatat bahwa budaya keselamatan diciptakan
melalui:

1. Tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan keselamatan


pasien dan pekerja;

2. Partisipasi pekerja dalam perencanaan keselamatan;

3. Tersedianya alat pelindung diri yang sesuai;

4. Pengaruh norma kelompok mengenai praktik keselamatan yang dapat


diterima; dan

5. Proses sosialisasi organisasi untuk personel baru.


Kesehatan dan
Keselamatan Staf
dalam Standar
Akreditasi RS
Standar TKRS 13
Pimpinan RS menerapkan,
memantau dan mengambil
Tindakan serta mendukung
Budaya Keselamatan di
seluruh area RS .
Elemen Penilaian TKRS 13 Instrumen Survei Skor
1. Pimpinan rumah sakit menetapkan Program R Program Budaya Keselamatan meliputi a) 10 TL
Budaya Keselamatan yang mencakup poin a) sampai h) - -
sampai dengan h) dalam maksud dan tujuan
0 TT
serta mendukung penerapannya secara
akuntabel dan transparan.
2. Pimpinan rumah sakit D Bukti tentang: 10 TL
menyelenggarakan pendidikan dan • Edukasi semua staf di rumah sakit 5 TS
menyediakan informasi (kepustakaan dan tentang budaya keselamatan 0 TT
laporan) terkait budaya keselamatan bagi • penyediaan informasi (kepustakaan)
semua staf yang bekerja di rumah sakit. terkait budaya keselamatan
• penyediaan system pelaporan bila ada
insiden terkait budaya keselamatan/
perilaku yang tidak diinginkan
• Manajer terkait
W
14 - 15 Juli 2022
Program Budaya Keselamatan di RS yg mencakup:
a) Perilaku memberikan pelayanan yang aman secara konsisten untuk mencegah terjadinya
kesalahan pada pelayanan berisiko tinggi.

b) Perilaku di mana para individu dapat melaporkan kesalahan dan insiden tanpa takut dikenakan
sanksi atau teguran dan diperlakuan secara adil (just culture)

c) Kerja sama tim dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah keselamatan pasien.

d) Komitmen pimpinan RS dalam mendukung staf seperti waktu kerja para staf, pendidikan,
metode yang aman untuk melaporkan masalah dan hal lainnya untuk menyelesaikan masalah
keselamatan.

e) Identifikasi & mengenali masalah akibat perilaku yg tidak diinginkan (perilaku sembrono).

14 - 15 Juli 2022
Lanjutan.............

f) Evaluasi budaya secara berkala dengan metode seperti kelompok fokus diskusi (FGD),
wawancara dengan staf, dan analisis data.

g) Mendorong kerja sama dan membangun sistem, dalam mengembangkan


budaya perilaku yang aman.

h) Menanggapi perilaku yang tidak diinginkan pada semua staf pada semua jenjang di
rumah sakit, termasuk manajemen, staf administrasi, staf klinis dan nonklinis, dokter
praktisi mandiri, representasi pemilik dan anggota Dewan pengawas.

14 - 15 Juli 2022
Elemen Penilaian TKRS 13 Instrumen Survei Skor
3. Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber O Tersedia sumber daya untuk mendukung 10 TL
daya untuk mendukung dan mendorong dan mendorong budaya keselamatan 5 TS
budaya keselamatan di rumah sakit. (misal: IT untuk system pelaporan,
0 TT
perpustakaan budaya keselamatan)
Catatan: perpustakaan dapat
online/onsite/hybrid

W • Komite Mutu RS
4. Pimpinan rumah sakit mengembangkan D Bukti IT sistem pelaporan insiden perilaku 10 TL
sistem yang rahasia, sederhana dan S yang tidak diinginkan memenuhi ketentuan 5 TS
mudah diakses bagi staf untuk sebagai berikut:
0 TT
mengidentifikasi dan melaporkan perilaku • Kerahasiaan
yang tidak diinginkan dan • Sederhana (user friendly)
menindaklanjutinya. • Mudah diakses oleh staf rumah sakit.

14 - 15 Juli 2022 W ❖ Manajer terkait


Elemen Penilaian TKRS 13 Instrumen Survei Skor
5. Pimpinan RS melakukan pengukuran D Bukti hasil survei budaya keselamatan 10 TL
untuk mengevaluasi dan memantau dan bukti penerapan perbaikan 5 TS
budaya keselamatan di RS serta hasil berdasarkan hasil survei
0 TT
yang diperoleh dipergunakan untuk • Komite Mutu RS
W
perbaikan penerapannya di RS.
6. Pimpinan rumah sakit menerapkan D Bukti RS menerapkan budaya adil 10 TL
budaya adil (just culture) terhadap staf (just culture) terhadap staf yang terkait 5 TS
yang terkait laporan budaya laporan budaya keselamatan tersebut
0 TT
keselamatan tersebut. Direktur RS

• Manajer terkait
W

14 - 15 Juli 2022
MAKSUD DAN TUJUAN TKRS 13 TKRS 13

+ Budaya keselamatan di RS merupakan suatu lingkungan kolaboratif di mana para dokter saling
menghargai satu sama lain, para pimpinan mendorong kerja sama tim yang efektif dan
menciptakan rasa aman secara psikologis serta anggota tim dapat belajar dari insiden
keselamatan pasien, para pemberi layanan menyadari bahwa ada keterbatasan manusia yang
bekerja dalam suatu sistem yang kompleks dan terdapat suatu proses pembelajaran serta upaya
untuk mendorong perbaikan.

+ Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi, dan pola
perilaku individu maupun kelompok yang menentukan komitmen terhadap, serta kemampuan
mengelola pelayanan kesehatan maupun keselamatan.

+ Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang membutuhkan kerja sama dan
rasa hormat satu sama lain, tanpa memandang jabatannya. Pimpinan RS menunjukkan
komitmennya mendorong terciptanya budaya keselamatan, tidak mengintimidasi dan atau
mempengaruhi staf dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
14 - 15 Juli 2022
+ Perilaku yg tidak mendukung budaya keselamatan di antaranya adalah: perilaku yg tidak layak
seperti kata-2 atau bahasa tubuh yg merendahkan atau menyinggung perasaan sesama staf,
misalnya mengumpat dan memaki, perilaku yg mengganggu, bentuk tindakan verbal atau
nonverbal yg membahayakan atau mengintimidasi staf lain, perilaku yg melecehkan (harassment)
terkait dengan ras, agama, dan suku termasuk gender serta pelecehan seksual.

+ Seluruh pemangku kepentingan di RS bertanggungjawab mewujudkan budaya keselamatan dng


berbagai cara. Saat ini di RS masih terdapat budaya menyalahkan orang lain ketika terjadi suatu
kesalahan (blaming culture), yg akhirnya menghambat budaya keselamatan sehingga pimpinan
RS harus menerapkan perlakuan yg adil (just culture) ketika terjadi kesalahan, dimana ada
saatnya staf tidak disalahkan ketika terjadi kesalahan, misalnya pada kondisi:

a) Komunikasi yang kurang baik antara pasien dan staf.


b) Perlu pengambilan keputusan secara cepat.
c) Kekurangan staf dalam pelayanan pasien.
14 - 15 Juli 2022
+ Di sisi lain terdapat kesalahan yang dapat diminta pertanggungjawabannya ketika staf dengan sengaja
melakukan perilaku yang tidak diinginkan (perilaku sembrono) misalnya:

a) Tidak mau melakukan kebersihan tangan.


b) Tidak mau melakukan time-out (jeda) sebelum operasi.
c) Tidak mau memberi tanda pada lokasi pembedahan.

+ Rumah sakit harus meminta pertanggungjawaban perilaku yang tidak diinginkan (perilaku sembrono) dan
tidak mentoleransinya. Pertanggungjawaban dibedakan atas:

a) Kesalahan manusia (human error) adalah tindakan yang tidak disengaja yaitu melakukan
kegiatan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.
b) Perilaku berisiko (risk behaviour) adalah perilaku yang dapat meningkatkan risiko (misalnya,
mengambil langkah pada suatu proses layanan tanpa berkonsultasi dengan atasan atau tim kerja
lainnya yang dapat menimbulkan risiko).

c) perilaku sembrono (reckless behavior) adalah perilaku yang secara sengaja mengabaikan risiko yang
substansial dan tidak dapat dibenarkan.

14 - 15 Juli 2022
Standar PPI 2
RS menyusun dan menerapkan
program PPI yang terpadu dan
menyeluruh untuk mencegah
penularan infeksi terkait
pelayanan kesehatan
berdasarkan pengkajian risiko
secara proaktif setiap tahun.
Program PPI
+ Kewaspadaan standar yg harus diterapkan di RS: + kewaspadaan berdasarkan transmisi sbb:
(1) Kebersihan tangan 

(1) Melalui kontak 

(2) Alat Pelindung diri 

(2) Melalui droplet 

(3) Dekontaminasi peralatan perawatan pasien 

(3) Melalui udara (Airborne Precautions) 

(4) Pengendalian lingkungan 


(5) Pengelolaan limbah 



• Program PPI prioritas/focus berdasarkan hasil
(6) Penatalaksanaan linen 

kajian risiko --→ PPI 3 EP 1
(7) Perlindungan kesehatan petugas 


(8) Penempatan pasien 


(9) Kebersihan pernafasan/etika batuk dan bersin


(10) Praktik menyuntik yang aman

(11) Praktik lumbal pungsi yang aman 



14 - 15 Juli 2022
Standar KPS 9
RS menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dan
keselamatan staf.
Elemen Penilaian KKS 9 Instrumen Survei KARS

1) Rumah sakit telah menetapkan program R Regulasi tentang program kesehatan dan
kesehatan dan keselamatan staf. keselamatan staf

D Bukti pelaksanaan:
2) Program kesehatan dan keselamatan
staf mencakup setidaknya a) hingga h) a) Skrining kesehatan awal
yang tercantum dalam maksud dan b) Tindakan-tindakan untuk mengendalikan

tujuan pajanan kerja yang berbahaya, seperti pajanan


terhadap obat-obatan beracun dan tingkat
kebisingan yang berbahaya
c) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terkait cara
pemberian asuhan pasien yang aman
Elemen Penilaian KKS 9 Instrumen Survei KARS

D Bukti pelaksanaan: (lanjutan)


d) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terkait
pengelolaan kekerasan di tempat kerja
e) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terhadap
staf yang berpotensi melakukan kejadian tidak
diharapkan (KTD) atau kejadian sentinel
f) Tata laksana kondisi terkait pekerjaan yang
umum dijumpai seperti cedera punggung atau
cedera lain yang lebih darurat
Elemen Penilaian KKS 9 Instrumen Survei KARS

D Bukti pelaksanaan: (lanjutan)


g) Vaksinasi/imunisasi pencegahan, dan
pemeriksaan kesehatan berkala
h) Pengelolaan kesehatan mental staf, seperti
pada saat kondisi kedaruratan penyakit
infeksi/pandemi

Komite K3RS
W
Manajer SDM
Elemen Penilaian KKS 9 Instrumen Survei KARS

3) RS mengidentifikasi penularan penyakit D • Bukti pencatatan staf yang terpapar penyakit

infeksi atau paparan yang dapat terjadi infeksi atau lainnya

pada staf serta melakukan upaya • Bukti upaya pencegahan dengan vaksinasi

pencegahan dengan vaksinasi.


W Manajer SDM
4) Berdasar atas epidemologi penyakit D 1) Bukti identifikasi staf berisiko terpapar atau
infeksi maka rumah sakit tertular (bisa dalam bentuk risk register)
mengidentifikasi risiko staf terpapar atau 2) Bukti pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan
tertular serta melaksanakan vaksinasi
pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi
W • Komite K3RS
• Manajer SDM
Elemen Penilaian KKS 9 Instrumen Survei KARS

5) Rumah sakit telah melaksanakan evaluasi, D 1) Bukti pelaksanaan evaluasi, konseling,


konseling, dan tata laksana lebih lanjut untuk dan tata laksana lebih lanjut untuk staf
staf yang terpapar penyakit infeksi serta yang terpapar penyakit infeksi, serta
dikoordinasikan dengan program pencegahan 2) Bukti telah dikoordinasikan dengan
dan pengendalian infeksi program pencegahan dan pengendalian
infeksi

• Komite K3RS
W • Komite PPI
• Manajer SDM
Elemen Penilaian KKS 9 Instrumen Survei KARS

6) Rumah sakit telah mengidentifikasi D 1) Bukti identifikasi area yang berpotensi untuk terjadi
area yang berpotensi untuk terjadi tindakan kekerasan di tempat kerja (bisa dalam
tindakan kekerasan di tempat kerja bentuk risk register)
(workplace violence) dan menerapkan 2) Bukti pelaksanaan upaya untuk mengurangi risiko
upaya untuk mengurangi risiko tersebut
tersebut.
W • Komite K3RS
• Manajer SDM
7. Rumah sakit telah melaksanakan D Bukti pelaksanaan evaluasi, konseling, dan tata laksana
evaluasi, konseling, dan tata laksana lebih lanjut untuk staf yang mengalami cedera akibat
lebih lanjut untuk staf yang mengalami tindakan kekerasan di tempat kerja
cedera akibat tindakan kekerasan di
tempat kerja. W • Komite K3RS
• Manajer SDM
Maksud dan Tujuan KPS 9

+ Staf RS mempunyai risiko terpapar infeksi karena pekerjaannya yang berhubungan baik secara langsung dan
maupun tidak langsung dengan pasien. Pelayanan kesehatan dan keselamatan staf merupakan hal penting
untuk menjaga kesehatan fisik, kesehatan mental, kepuasan, produktivitas, dan keselamatan staf dalam
bekerja. Karena hubungan staf dengan pasien dan kontak dengan bahan infeksius maka banyak petugas
kesehatan berisiko terpapar penularan infeksi. Identifikasi sumber infeksi berdasar atas epidemiologi sangat
penting untuk menemukan staf yang berisiko terpapar infeksi. Pelaksanaan program pencegahan serta
skrining seperti imunisasi, vaksinasi, dan profilaksis dapat menurunkan insiden infeksi penyakit menular secara
signifikan.
+ Staf RS juga dapat mengalami kekerasan di tempat kerja. Anggapan bahwa kekerasan tidak terjadi
di RS tidak sepenuhnya benar mengingat jumlah tindak kekerasan di RS semakin meningkat.
Untuk itu RS diminta menyusun program pencegahan kekerasan.

+ Cara RS melakukan orientasi dan pelatihan staf, penyediaan lingkungan kerja yang aman,
pemeliharaan peralatan dan teknologi medis, pencegahan atau pengendalian infeksi terkait
perawatan kesehatan (Health care-Associated Infections), serta beberapa faktor lainnya
menentukan kesehatan dan kesejahteraan staf.

+ Dalam pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan staf RS, maka staf harus
memahami:

+ Cara pelaporan dan mendapatkan pengobatan, menerima konseling, dan menangani cedera
yang mungkin terjadi akibat tertusuk jarum suntik, terpapar penyakit menular, atau mendapat
kekerasan di tempat kerja;

+ Identifikasi risiko dan kondisi berbahaya di RS;


Program Kesehatan dan Keselamatan Staf
a) Skrining kesehatan awal

b) Tindakan-tindakan untuk mengendalikan pajanan kerja yang berbahaya, seperti pajanan terhadap obat-obatan
beracun dan tingkat kebisingan yang berbahaya

c) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terkait cara pemberian asuhan pasien yang aman

d) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terkait pengelolaan kekerasan di tempat kerja

e) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terhadap staf yang berpotensi melakukan kejadian tidak diharapkan (KTD)
atau kejadian sentinel

f) Tata laksana kondisi terkait pekerjaan yang umum dijumpai seperti cedera punggung atau cedera lain yang
lebih darurat

g) Vaksinasi/Imunisasi pencegahan, dan pemeriksaan kesehatan berkala

h) Pengelolaan kesehatan mental staf, seperti pada saat kondisi kedaruratan penyakit infeksi/pandemi
+ Penyusunan program mempertimbangkan masukan dari staf serta
penggunaan sumber daya klinis yang ada di rumah sakit dan di
masyarakat
Standar MFK 3
Rumah sakit menerapkan Program
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK) terkait keselamatan di rumah sakit.

6 Juli 2022
Elemen Penilaian MFK 3 Instrumen Penilaian Skor
1. Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan D Bukti pelaksanaan pengelolaan keselamatan 10 TL
keselamatan rumah sakit meliputi poin a)-c) pada rumah sakit meliputi:
5 TS
maksud dan tujuan.
a) Pengelolaan risiko keselamatan di lingkungan 0 TT
rumah sakit

b) Penyediaan fasilitas pendukung yang aman

c) Pemeriksaan fasilitas dan lingkungan


(ronde fasilitas)
secara berkala

Lihat bangunan, prasarana, lingkungan, properti,


teknologi medis dan informasi, peralatan, dan
O
sistem

• Komite/tim K3
W
• Bagian Umum/ Kepala IPSRS
6 Juli 2022
Elemen Penilaian MFK 3 Instrumen Penilaian Skor
2. RS telah mengintegrasikan program R Program Kesehatan dan keselamatan kerja 10 TL
Kesehatan & keselamatan kerja staf ke dalam integrasi dengan program manajemen fasilitas
- -
program manajemen fasilitas dan keselamatan. dan keselamatan
0 TT
3. Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko D Bukti dokumen daftar risiko/risk register terkait 10 TL
secara proaktif terkait keselamatan di rumah keselamatan di rumah sakit
5 TS
sakit setiap tahun yang didokumentasikan dalam
• Komite/tim K3 0 TT
daftar risiko/risk register.
• Komite Mutu
W
• Bagian Umum/ Kepala IPSRS

4. Rumah sakit telah melakukan pemantauan risiko D Bukti hasil pemantauan risiko keselamatan dan 10 TL
keselamatan dan dilaporkan setiap 6 (enam) bukti laporan setiap 6 (enam) bulan kepada
5 TS
bulan kepada pimpinan rumah sakit. pimpinan rumah sakit.
0 TT
• Pimpinan RS

• Komite/tim K3
W
• Bagian Umum/ Kepala IPSRS
6 Juli 2022
Bagaimana Menyusun

program Kesehatan &

Keselamatan staf RS

(K3 RS)?
1. Pendahuluan

2. Latar belakang

3. Tujuan umum dan tujuan khusus

4. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan


Sistematika
5. Cara melaksanakan kegiatan
program
6. Sasaran

7. Jadwal pelaksanaan kegiatan

8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan

9. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan


4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
No KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN

a) Skrining kesehatan awal - Identifikasi jenis pekerjaan


- Tetapkan jenis pemeriksaan awal
- Lakukan Skrining kesehatan awal
b) Tindakan-tindakan untuk mengendalikan - Identifikasi risiko pajanan di tempat kerja
pajanan kerja yang berbahaya, seperti - Lakukan analisis dan evaluasi risiko
pajanan terhadap obat-obatan beracun - Susun strategi pengendalian risiko
dan tingkat kebisingan yang berbahaya - Lakukan monitoring dan evaluasi
- Pelaporan insiden/kejadian di tempat kerja
No KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN

c) Pendidikan, pelatihan, dan - Identifikasi risiko pemberian asuhan


intervensi terkait cara pemberian - Susun strategi pemberian asuhan pasien yg aman
asuhan pasien yang aman (intervensi)
- Lakukan edukasi dan pelatihan pemberian asuhan yg aman
- Pelaporan insiden keselamatan pasien

d) Pendidikan, pelatihan, dan - Edukasi dan pelatihan terkait pengelolaan kekerasan di


intervensi terkait pengelolaan tempat kerja
kekerasan di tempat kerja - Identifikasi tempat kerja yg berisiko terjadi tindak kekerasan
- Susun strategi pengendalian risiko tindak kekerasan di
tempat kerja
- Pelaporan insiden/kekerasan ditempat kerja
No KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN

e) Pendidikan, pelatihan, dan - Edukasi dan pelatihan terkait budaya keselamatan


intervensi terhadap staf yang - Identifikasi staf yang berpotensi melakukan kejadian tidak
berpotensi melakukan kejadian diharapkan (KTD) atau kejadian sentinel
tidak diharapkan (KTD) atau - Susun strategi pengendalian risiko terjadinya KTD atau
kejadian sentinel sentinel

f) Tata laksana kondisi terkait - Identifikasi pekerjaan yang berpotensi terjadi MSDs
pekerjaan yang umum dijumpai - Susun strategi pengendalian risiko terjadi nya MSDs
seperti cedera punggung atau
cedera lain yang lebih darurat
No KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN

g) Vaksinasi/Imunisasi - Susun jadwal vaksinasi/imunisasi pencegahan


pencegahan, dan pemeriksaan - Susun jadwal pemeriksaan kesehatan berkala
kesehatan berkala

h) Pengelolaan kesehatan mental - Identifikasi potensi terjadi kesehatan mental staf


staf, seperti pada saat kondisi - Lakukan pengelolaan kesehatan mental staf
kedaruratan penyakit
infeksi/pandemi
PENUTUP
+ Di AS data cedera dan penyakit terkait pekerjaan di RS dua
kali lipat dibandingkan industry swasta pada umumnya

+ Kesehatan dan Keselamatan Staf di KPS 9 adalah K-3 RS yg


wajib dilaksanakan RS untuk mencegah cedera dan penyakit
akibat kerja
Terima kasih

dr. Luwiharsih, MSc


HP 0811151142

Anda mungkin juga menyukai