5. Penutup
Pengertian
Keselamatan Kerja adalah upaya yg dilakukan utk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan &
segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yg berhubungan dng peralatan, obyek kerja,
tempat bekerja, & lingkungan kerja, secara langsung & tidak langsung.
Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara
pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
.Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan
penyakit akibat kerja di rumah sakit.
+ Injuries and illnesses come at a high cost. Ketika seorang karyawan cedera dalam pekerjaan,
RS membayar biaya dng banyak cara, termasuk: Kompensasi pekerja atas hilangnya upah dan
biaya pengobatan; penempatan staf sementara, pengisian ulang, dan lembur ketika karyawan yang
cedera tidak masuk kerja; biaya turnover ketika karyawan yang cedera berhenti; dan penurunan
produktivitas dan moral karena karyawan menjadi lelah secara fisik dan emosional.
+ Workplace safety also affects patient care. Pengangkatan manual dapat mencederai perawat &
juga menempatkan pasien pada risiko jatuh, patah tulang, memar, dan robekan kulit. Kelelahan,
cedera, dan stres staf terkait dengan risiko kesalahan pengobatan dan infeksi pasien yang lebih
tinggi.
Safer workplaces mean safer care
+ Kelelahan, cedera, dan stres staf RS terkait dengan risiko kesalahan pengobatan dan infeksi
pasien yang lebih tinggi
+ Staf RS dan pasien menghadapi banyak bahaya terkait. Misalnya, mengangkat manual dapat
menyebabkan cedera staf RS dan juga menempatkan pasien pada risiko jatuh, patah tulang,
memar, dan robekan kulit. Ketakutan atau keengganan untuk memindahkan pasien dapat
menyebabkan ulkus dekubitus.
+ Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien dan keselamatan karyawan dapat berjalan
seiring—dari sistem manajemen keandalan tinggi hingga langkah-langkah spesifik seperti
mengurangi lantai licin.
+ Rumah sakit dapat berhasil mengelola risiko keselamatan pasien dan karyawan dengan
menggunakan pendekatan terpadu.
Infectious Diseases
+ Petugas kesehatan (healthcare) terpapar berbagai penyakit menular di tempat kerja selama
menjalankan tugasnya.
+ Pemberian layanan kesehatan membutuhkan berbagai pekerja, seperti dokter, perawat, teknisi,
pekerja laboratorium klinis, responden pertama, pemeliharaan gedung, personel keamanan dan
administrasi, pekerja sosial, layanan makanan, rumah tangga, dan personel kamar mayat.
+ Keragaman di antara petugas kesehatan dan tempat kerja mereka membuat paparan penyakit
menular di tempat kerja menjadi sangat penting.
+ Misalnya, tidak semua pekerja di fasilitas kesehatan yang sama, tidak semua individu dengan
jabatan yang sama, dan tidak semua fasilitas kesehatan akan memiliki risiko yang sama untuk
terpajan agen infeksius di tempat kerja.
Apa yang harus
dilakukan RS?
Safety and Health Management Systems
(K-3 RS)
+ Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi bahaya dan cedera di tempat kerja adalah
melalui sistem manajemen keselamatan dan kesehatan (K-3) yg komprehensif dan proaktif.
+ Sistem manajemen K-3 adalah proses proaktif dan kolaboratif untuk menemukan &
memperbaiki bahaya di tempat kerja sebelum karyawan cedera atau sakit.
+ Manfaat menerapkan sistem manajemen K-3 termasuk melindungi pekerja, menghemat biaya,
dan membuat semua program lebih efektif.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan (K-3 RS dapat mengatasi penyebab terbesar cedera di
RS) adalah proses proaktif dan kolaboratif untuk tempat kerja dng program komprehensif utk
menemukan dan memperbaiki bahaya di tempat kerja melakukan pengangkatan, reposisi, & pemin-dahan
semua sistem yang sukses mencakup enam elemen Program penanganan yang aman dapat mencakup:
inti:
1. Peralatan, yg dapat mengangkat dan lembaran
1. Kepemimpinan manajemen geser sederhana yang memfasilitasi transfer lateral
4. Pencegahan dan pengendalian bahaya 3. Pelatihan utk semua staf atau tim pengang-kat
khusus tentang penggunaan peralatan yang benar
5. Pendidikan dan Pelatihan
+ Dari Th 2002 hingga 2013, tingkat insiden kekerasan di tempat kerja yang serius (yg membutuh kan hari libur
bagi pekerja yg terluka utk memulihkan diri) lebih dari empat kali lebih besar dlm pelayanan kesehatan daripada
rata-rata di industri swasta. Faktanya, yankes menyumbang hampir sebanyak cedera kekerasan serius seperti
semua industri lainnya digabungkan.
+ Kekerasan di tempat kerja (WPV) adalah bahaya yang diakui dalam industri pelayanan kesehatan. WPV adalah
setiap tindakan atau ancaman kekerasan fisik, pelecehan, intimidasi, atau perilaku mengganggu lainnya yang
mengancam yang terjadi di lokasi kerja. Hal ini dapat mempengaruhi dan melibatkan pekerja, klien, pelanggan
dan pengunjung. WPV berkisar dari ancaman dan pelecehan verbal hingga serangan fisik dan bahkan
pembunuhan.
+ Banyak lagi serangan atau ancaman yang tidak dilaporkan. Kekerasan di tempat kerja harus dibayar mahal;
namun, hal itu dapat dicegah.
Culture of Safety
Laporan IOM tahun 1999 mencatat bahwa budaya keselamatan diciptakan
melalui:
b) Perilaku di mana para individu dapat melaporkan kesalahan dan insiden tanpa takut dikenakan
sanksi atau teguran dan diperlakuan secara adil (just culture)
c) Kerja sama tim dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah keselamatan pasien.
d) Komitmen pimpinan RS dalam mendukung staf seperti waktu kerja para staf, pendidikan,
metode yang aman untuk melaporkan masalah dan hal lainnya untuk menyelesaikan masalah
keselamatan.
e) Identifikasi & mengenali masalah akibat perilaku yg tidak diinginkan (perilaku sembrono).
14 - 15 Juli 2022
Lanjutan.............
f) Evaluasi budaya secara berkala dengan metode seperti kelompok fokus diskusi (FGD),
wawancara dengan staf, dan analisis data.
h) Menanggapi perilaku yang tidak diinginkan pada semua staf pada semua jenjang di
rumah sakit, termasuk manajemen, staf administrasi, staf klinis dan nonklinis, dokter
praktisi mandiri, representasi pemilik dan anggota Dewan pengawas.
14 - 15 Juli 2022
Elemen Penilaian TKRS 13 Instrumen Survei Skor
3. Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber O Tersedia sumber daya untuk mendukung 10 TL
daya untuk mendukung dan mendorong dan mendorong budaya keselamatan 5 TS
budaya keselamatan di rumah sakit. (misal: IT untuk system pelaporan,
0 TT
perpustakaan budaya keselamatan)
Catatan: perpustakaan dapat
online/onsite/hybrid
W • Komite Mutu RS
4. Pimpinan rumah sakit mengembangkan D Bukti IT sistem pelaporan insiden perilaku 10 TL
sistem yang rahasia, sederhana dan S yang tidak diinginkan memenuhi ketentuan 5 TS
mudah diakses bagi staf untuk sebagai berikut:
0 TT
mengidentifikasi dan melaporkan perilaku • Kerahasiaan
yang tidak diinginkan dan • Sederhana (user friendly)
menindaklanjutinya. • Mudah diakses oleh staf rumah sakit.
• Manajer terkait
W
14 - 15 Juli 2022
MAKSUD DAN TUJUAN TKRS 13 TKRS 13
+ Budaya keselamatan di RS merupakan suatu lingkungan kolaboratif di mana para dokter saling
menghargai satu sama lain, para pimpinan mendorong kerja sama tim yang efektif dan
menciptakan rasa aman secara psikologis serta anggota tim dapat belajar dari insiden
keselamatan pasien, para pemberi layanan menyadari bahwa ada keterbatasan manusia yang
bekerja dalam suatu sistem yang kompleks dan terdapat suatu proses pembelajaran serta upaya
untuk mendorong perbaikan.
+ Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi, dan pola
perilaku individu maupun kelompok yang menentukan komitmen terhadap, serta kemampuan
mengelola pelayanan kesehatan maupun keselamatan.
+ Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang membutuhkan kerja sama dan
rasa hormat satu sama lain, tanpa memandang jabatannya. Pimpinan RS menunjukkan
komitmennya mendorong terciptanya budaya keselamatan, tidak mengintimidasi dan atau
mempengaruhi staf dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
14 - 15 Juli 2022
+ Perilaku yg tidak mendukung budaya keselamatan di antaranya adalah: perilaku yg tidak layak
seperti kata-2 atau bahasa tubuh yg merendahkan atau menyinggung perasaan sesama staf,
misalnya mengumpat dan memaki, perilaku yg mengganggu, bentuk tindakan verbal atau
nonverbal yg membahayakan atau mengintimidasi staf lain, perilaku yg melecehkan (harassment)
terkait dengan ras, agama, dan suku termasuk gender serta pelecehan seksual.
+ Rumah sakit harus meminta pertanggungjawaban perilaku yang tidak diinginkan (perilaku sembrono) dan
tidak mentoleransinya. Pertanggungjawaban dibedakan atas:
a) Kesalahan manusia (human error) adalah tindakan yang tidak disengaja yaitu melakukan
kegiatan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.
b) Perilaku berisiko (risk behaviour) adalah perilaku yang dapat meningkatkan risiko (misalnya,
mengambil langkah pada suatu proses layanan tanpa berkonsultasi dengan atasan atau tim kerja
lainnya yang dapat menimbulkan risiko).
c) perilaku sembrono (reckless behavior) adalah perilaku yang secara sengaja mengabaikan risiko yang
substansial dan tidak dapat dibenarkan.
14 - 15 Juli 2022
Standar PPI 2
RS menyusun dan menerapkan
program PPI yang terpadu dan
menyeluruh untuk mencegah
penularan infeksi terkait
pelayanan kesehatan
berdasarkan pengkajian risiko
secara proaktif setiap tahun.
Program PPI
+ Kewaspadaan standar yg harus diterapkan di RS: + kewaspadaan berdasarkan transmisi sbb:
(1) Kebersihan tangan
(1) Melalui kontak
(2) Alat Pelindung diri
(2) Melalui droplet
(3) Dekontaminasi peralatan perawatan pasien
(3) Melalui udara (Airborne Precautions)
(4) Pengendalian lingkungan
1) Rumah sakit telah menetapkan program R Regulasi tentang program kesehatan dan
kesehatan dan keselamatan staf. keselamatan staf
D Bukti pelaksanaan:
2) Program kesehatan dan keselamatan
staf mencakup setidaknya a) hingga h) a) Skrining kesehatan awal
yang tercantum dalam maksud dan b) Tindakan-tindakan untuk mengendalikan
Komite K3RS
W
Manajer SDM
Elemen Penilaian KKS 9 Instrumen Survei KARS
pada staf serta melakukan upaya • Bukti upaya pencegahan dengan vaksinasi
• Komite K3RS
W • Komite PPI
• Manajer SDM
Elemen Penilaian KKS 9 Instrumen Survei KARS
6) Rumah sakit telah mengidentifikasi D 1) Bukti identifikasi area yang berpotensi untuk terjadi
area yang berpotensi untuk terjadi tindakan kekerasan di tempat kerja (bisa dalam
tindakan kekerasan di tempat kerja bentuk risk register)
(workplace violence) dan menerapkan 2) Bukti pelaksanaan upaya untuk mengurangi risiko
upaya untuk mengurangi risiko tersebut
tersebut.
W • Komite K3RS
• Manajer SDM
7. Rumah sakit telah melaksanakan D Bukti pelaksanaan evaluasi, konseling, dan tata laksana
evaluasi, konseling, dan tata laksana lebih lanjut untuk staf yang mengalami cedera akibat
lebih lanjut untuk staf yang mengalami tindakan kekerasan di tempat kerja
cedera akibat tindakan kekerasan di
tempat kerja. W • Komite K3RS
• Manajer SDM
Maksud dan Tujuan KPS 9
+ Staf RS mempunyai risiko terpapar infeksi karena pekerjaannya yang berhubungan baik secara langsung dan
maupun tidak langsung dengan pasien. Pelayanan kesehatan dan keselamatan staf merupakan hal penting
untuk menjaga kesehatan fisik, kesehatan mental, kepuasan, produktivitas, dan keselamatan staf dalam
bekerja. Karena hubungan staf dengan pasien dan kontak dengan bahan infeksius maka banyak petugas
kesehatan berisiko terpapar penularan infeksi. Identifikasi sumber infeksi berdasar atas epidemiologi sangat
penting untuk menemukan staf yang berisiko terpapar infeksi. Pelaksanaan program pencegahan serta
skrining seperti imunisasi, vaksinasi, dan profilaksis dapat menurunkan insiden infeksi penyakit menular secara
signifikan.
+ Staf RS juga dapat mengalami kekerasan di tempat kerja. Anggapan bahwa kekerasan tidak terjadi
di RS tidak sepenuhnya benar mengingat jumlah tindak kekerasan di RS semakin meningkat.
Untuk itu RS diminta menyusun program pencegahan kekerasan.
+ Cara RS melakukan orientasi dan pelatihan staf, penyediaan lingkungan kerja yang aman,
pemeliharaan peralatan dan teknologi medis, pencegahan atau pengendalian infeksi terkait
perawatan kesehatan (Health care-Associated Infections), serta beberapa faktor lainnya
menentukan kesehatan dan kesejahteraan staf.
+ Dalam pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan staf RS, maka staf harus
memahami:
+ Cara pelaporan dan mendapatkan pengobatan, menerima konseling, dan menangani cedera
yang mungkin terjadi akibat tertusuk jarum suntik, terpapar penyakit menular, atau mendapat
kekerasan di tempat kerja;
b) Tindakan-tindakan untuk mengendalikan pajanan kerja yang berbahaya, seperti pajanan terhadap obat-obatan
beracun dan tingkat kebisingan yang berbahaya
c) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terkait cara pemberian asuhan pasien yang aman
e) Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terhadap staf yang berpotensi melakukan kejadian tidak diharapkan (KTD)
atau kejadian sentinel
f) Tata laksana kondisi terkait pekerjaan yang umum dijumpai seperti cedera punggung atau cedera lain yang
lebih darurat
h) Pengelolaan kesehatan mental staf, seperti pada saat kondisi kedaruratan penyakit infeksi/pandemi
+ Penyusunan program mempertimbangkan masukan dari staf serta
penggunaan sumber daya klinis yang ada di rumah sakit dan di
masyarakat
Standar MFK 3
Rumah sakit menerapkan Program
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK) terkait keselamatan di rumah sakit.
6 Juli 2022
Elemen Penilaian MFK 3 Instrumen Penilaian Skor
1. Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan D Bukti pelaksanaan pengelolaan keselamatan 10 TL
keselamatan rumah sakit meliputi poin a)-c) pada rumah sakit meliputi:
5 TS
maksud dan tujuan.
a) Pengelolaan risiko keselamatan di lingkungan 0 TT
rumah sakit
• Komite/tim K3
W
• Bagian Umum/ Kepala IPSRS
6 Juli 2022
Elemen Penilaian MFK 3 Instrumen Penilaian Skor
2. RS telah mengintegrasikan program R Program Kesehatan dan keselamatan kerja 10 TL
Kesehatan & keselamatan kerja staf ke dalam integrasi dengan program manajemen fasilitas
- -
program manajemen fasilitas dan keselamatan. dan keselamatan
0 TT
3. Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko D Bukti dokumen daftar risiko/risk register terkait 10 TL
secara proaktif terkait keselamatan di rumah keselamatan di rumah sakit
5 TS
sakit setiap tahun yang didokumentasikan dalam
• Komite/tim K3 0 TT
daftar risiko/risk register.
• Komite Mutu
W
• Bagian Umum/ Kepala IPSRS
4. Rumah sakit telah melakukan pemantauan risiko D Bukti hasil pemantauan risiko keselamatan dan 10 TL
keselamatan dan dilaporkan setiap 6 (enam) bukti laporan setiap 6 (enam) bulan kepada
5 TS
bulan kepada pimpinan rumah sakit. pimpinan rumah sakit.
0 TT
• Pimpinan RS
• Komite/tim K3
W
• Bagian Umum/ Kepala IPSRS
6 Juli 2022
Bagaimana Menyusun
Keselamatan staf RS
(K3 RS)?
1. Pendahuluan
2. Latar belakang
f) Tata laksana kondisi terkait - Identifikasi pekerjaan yang berpotensi terjadi MSDs
pekerjaan yang umum dijumpai - Susun strategi pengendalian risiko terjadi nya MSDs
seperti cedera punggung atau
cedera lain yang lebih darurat
No KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN