Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Kesehatan Penanggulangan Medik Korban Bencana dan
Penanganan Pengungsian;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
106/MENKES/SK/I/2004 tentang Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit;
13. Peraturan Wali Kota Probolinggo Nomor 88 Tahun 2021 tentang
Kedudukan, Susunan, Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi, serta
Tata Kerja Unit Organisasi bersifat Khusus Rumah Sakit Umum
Daerah Ar Rozy pada Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana Kota Probolinggo;
MEMUTUSKAN
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran : Keputusan Direktur Rsud Ar Rozy Kota
Probolinggo Tentang Kebijakan
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Pada RSUD Ar Rozy Kota Probolinggo
Nomor : 400.7.23.2/60/425.102.9/2023
Tanggal : Febuari 2023
A. Kebijakan Umum
1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan dalam 24 jam, 7 (tujuh) hari
dalam seminggu.
2. Pelayanan di Instalasi harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
3. Penyediaan tenaga mengacu kepada pola ketenagaan
4. Setiap petugas IGD memenuhi kriteria persyaratan petugas di IGD
5. Semua petugas IGD wajib memiliki izin sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, Standar Prosedur
Operasional (SPO), etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien.
7. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
8. Setiap petugas baru di Instalasi Gawat Darurat (IGD) wajib mengikuti proses
orientasi di IGD.
9. Peralatan di Instalasi harus dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
10. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi, dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
11. Setiap bulan wajib membuat laporanhhasil kegiatan pelayanan IGD
B. Kebijakan Khusus
1. Setiap pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) mendaftar
ke bagian pendaftaran untuk registrasi IGD dan mendaftar ke bagian
pendaftaran untuk rawat inap bila di rawat inap.
2. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan triage untuk mendapatkan
pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien.
3. Triage di IGD dilakukan oleh Dokter Jaga IGD.
4. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik dan tersedia di rumah
sakit, dapat dilakukan oleh Instalasi terkait.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
5. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik yang tidak tersedia di
Rumah Sakit dapat dilakukan pemeriksaan rujukan ke Rumah Sakit lain.
Termasuk juga bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat inap yang
diindikasikan karena penyakitnya.
6. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak –
hak pasien.
7. Selain menangani kasus “true emergency” IGD juga melayani kasus “false
emergency”.
8. Pada pasien Death On Arrival (DOA) dan terdapat tanda-tanda pasti kematian
maka resusitasi tidak dilakukan, akan tetapi bila tanda pasti kematian belum ada
dan pasien mengalami henti jantung, maka resusitasi tetap dilakukan. Tindakan
resusitasi bisa dihentikan apabila ada permintaan dari keluarga pasien.
9. Dokter yang bertugas di IGD harus memiliki sertifikat PPGD/ACLS/ATLS yang
masih berlaku.
10. Perawat yang bertugas di IGD harus memiliki sertifikat BLS/PPGD/ACLS/ATLS
yang masih berlaku.
11. Pada setiap shift jaga, salah satu perawat atau dokter yang bertugas harus
memiliki sertifikat PPGD/ACLS/ATLS yang masih berlaku sebagai Penanggung
Jawab shift.
12. Obat dan alat kesehatan life saving sesuai standar yang berlaku harus selalu
tersedia tanpa harus diresepkan.
13. Pelayanan Gawat Darurat terutama life saving dilaksanakan tanpa membayar
uang muka.
14. Selain karena indikasi medis yaitu sarana prasarana tidak memadai atau pasien
membutuhkan peralatan yang lebih canggih, pasien dapat dirujuk dengan
indikasi non medis karena:
a. Kamar penuh;
b. Dokter yang diminta pasien/keluarga tidak berpraktek di RSUD Ar Rozy Kota
Probolinggo;
c. Asuransi yang dimiliki pasien tidak bekerjasama dengan RSUD Ar Rozy Kota
Probolinggo;
d. Penderita yang akan dirujuk harus dalam kondisi stabil;
15. Bila terjadi bencana, di dalam dan luar Rumah Sakit, IGD siap untuk
melakukan penanggulangan bencana (disaster plan).
16. Setiap petugas/staf IGD wajib mengikuti pelatihan yang sudah diprogramkan
oleh Seksi Diklat dan Penelitian.
17. Setiap tindakan medis yang dilakukan harus berdasarkan atas permintaan
dokter dengan persetujuan pasien/penanggung jawab pasien.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
18. Pasien yang rawat inap melalui IGD maka dokter IGD melakukan konsul
kepada dokter konsulen sesuai dengan jadwal jaga konsulen yang ada di
RSUD Ar Rozy Kota Probolinggo.
19. Bila pasien memerlukan rawat inap namun dokter IGD tidak dapat melakukan
konsultasi dengan DPJP dalam rentang waktu maksimal 30 menit dari waktu
pertama kali menghubungi DPJP, maka dokter IGD berhak menghubungi
dokter lain yang mempunyai spesialisasi yang sama di luar jadwal jaga
konsulan DPJP.
20. Bila dokter lain yang mempunyai spesialisasi yang sama di luar jadwal jaga
konsulan DPJP juga tidak bisa dihubungi dalam rentang waktu maksimal 30
menit, maka dokter IGD berhak memberikan terapi sementara sesuai
Panduan Praktik Klinis dan Kewenangan Klinis.
21. Bila pasien menolak untuk dirujuk tetapi memerlukan observasi / perawatan
intensif, maka pasien di rawat di Instalasi Care Unit / ICUsesuai persetujuan
DPJP dan Penanggung Jawab Instalasi Care Unit / ICU.
22. Bila ada pasien IGD yang memerlukan visum et repertum maka dokter IGD
wajib mengisi visum et repertum, berdasarkan permintaan penyidik (polisi)
dalam kasus kecelakaan atau criminal sesuai catatan medis pasien .
23. Pasien IGD yang dirujuk ke Rumah Sakit lain, maka:
a. Perawat yang mendampingi pasien adalah perawat IGD;
b. Adanya surat persetujuan dari keluarga;
c. Pasien yang dirujuk transportable;
d. Bila kondisi pasien mempunyai resiko tinggi dalam perjalanan, maka harus
didampingi oleh Dokter IGD.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN