Anda di halaman 1dari 38

ALUR EVAKUASI

No. Dokumen :
010/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Alur evakuasi adalah suatu sistem arahan menggunakan tanda berupa arah
panah untuk membimbing/ mengarahkan seseorang dalam keadaan darurat
bencana (kebakaran, gempa bumi dan lain sebagainya) sampai pada titik kumpul
aman.
Untuk memberikan informasi arahan/ petunjuk kepada seseorang agar dapat
menuju kepada titik kumpul aman.
Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.

PROSEDUR
APABILA TERJADI KEADAAN
DARURAT KEBAKARAN /
GEMPA BUMI

LAPOR KEPADA SECURITY / IPSRS


AGAR DAPAT MEMBERI BANTUAN
ATAU MEMINTA BANTUAN

TENANG DAN JANGAN PANIK, JALAN


DENGAN TERTIB

GUNAKAN TANGGA DARURAT DAN JANGAN


MENGGUNAKAN LIFT, IKUTI ARAH PANAH JALUR
EVAKUASI ATAU IKUTI ARAHAN DARI PETUGAS
EVAKUASI ( SECURITY / IPSRS )

AMANKAN TITIK KUMPUL

UNIT TERKAIT

Seluruh unit terkait

PENANGANAN AIR BERSIH


No. Dokumen :
011/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Penanganan air bersih adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya penyediaan
air bersih bagi proses operasional rumah sakit.
1. Tercapainya kinerja efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan.
2. Menghindari terjadinya kekosongan air bersih pada saat dibutuhkan.
Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
1. Pelaksana adala Petugas Teknik.
2. Setiap hari pada pukul 08.00 WIB lakukan pemeriksaan rutin terhadap air
yang masuk (PAM,air tana) mengenai kualitas dan kuantitas air.
3. Periksa kebocoran air bersih, debit air, fungsi pompa air, reservoir bawah
tanah dan diatas tanah, fungsi kran, dan stop kran.
4. Bersihkan / kuras bak reservoir yang berada diatas tanah setiap 1 (satu)
bulan sekali dan 6 (tiga) bulan sekali untuk pembersihan filter.
5. Apabila air PAM mati maka petugas harus segera membeli air PAM dengan
truk kontainer/tangki, kecuali persediaan air tanah mencukupi.
6. Apabila terjadi gangguan penyediaan air tanah karena kerusakan instalasi
atau kerusakan pompa, segera perbaiki dengan cepat hingga tuntas.
7. Setiap petugas teknik bertanggung jawab harus membuat program
pemeliharaan instalasi air dan membuat laporan harian tertulis didalam buku
harian masing-masing.
Bagian Rumah Tangga, Panitia K3 RS, Kesling

PENANGANAN LISTRIK PADAM


No. Dokumen :
012/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

No. Revisi :
Halaman :
01
1/2
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Penanganan listrik padam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menangani
segala sesuatu yang terjadi berhubungan dengan putusnya arus listrik di rumah
sakit.
1. Menghindari terjadinya kepanikan pada pasien, pengunjung, dokter serta
karyawan yang berada di rumah sakit.
2. Guna menghindari hal yang tidak diinginkan sehingga mengganggu proses
perawatan pasien di rumah sakit.
3. Tercapainya kinerja efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan
Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
1. Pelaksana adalah :
A. IPSRS, melibatkan seluruh personil IPSRS yang sedang bertugas sesuai
dengan uraian petugas masing-masing.
B. Satpam, melibatkan seluruh personil satpam yang sedang bertugas.
C. Perawat, melibatkan seluruh perawat sesuai dengan uraian tugas di
ruangan masing-masing.
D. Seluruh karyawan di RS Sari Asih Karawaci, sesuai fungsi masingmasing.
2. Jika listrik di rumah sakit padam, yang harus dilakukan petugas adalah :
A. Petugas Teknik
1. Segera menghidupkan Genset dan memasukan suplai listrik ke
rumah sakit dengan prosedur :
1). Over COS diruang Genset ke posisi emergency.
2). Over COS diruang panel induk 1 ke posisi emergency.
3). Over COS diruang panel induk 2 ke posisi emergency.
Pelaksanaan seluruh proses diatas dilaksanakan dengan memakan
waktu maksimal 15 detik setelah listrik dari PLN padam.
2. Setelah Genset hidup petugas teknik melakukan kontrol untuk
memeriksa adakah fungsi peralatan yang terganggu akibat
pemindahan arus tenaga listrik dari PLN ke Genset.
3. Petugas teknik yang ditugaskan sebagai operator genset menjaga
kinerja Genset untuk tetap stabil (sesuai SPO Penggunaan dan SPO
Pemeliharaan Genset)
4. Pada jam 21.00 s/d 08.00 (tidak ada petugas teknik), kegiatan no. 1
dan 2 dilakukan oleh Satpam.
B. Petugas Satpam
1. Memeriksa lift, segera mengeluarkan jika ada penumpang lift yang
terjebak.
2. Memanggil petugas teknik sesuai jadwal on call (lihat poin A No. 5)

PENANGANAN LISTRIK PADAM


No. Dokumen :
012/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
2/2
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
3. Membantu perawat dalam memobilisasi pasien dengan status
emergency yang membutuhkan fasilitas lift.
4. Jika semua lift mati, petugas satpam meminta bantuan teknisi untuk
mengoperasikan lift secara manual.
5. Melakukan pengontrolan terhadap seluruh area rumah sakit
terutama memeriksa tempat-tempat beresiko dan berbahaya.
C. Perawat
1. Menghubungi bagian IPSRS untuk mengetahui penyebab padamnya
listrik dan perkiraan lamanya pemadaman.
2. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien tentang
pemadaman listrik.
3. Menjaga suasana ruang perawatan untuk tetap tenang.
4. Meningkatkan kewaspadaan.
5. Memeriksa semua sarana dan peralatan terutama yang sedang
digunakan pasien jika mengalami gangguan segera laporkan pada
bagian IPSRS.
D. Petugas yang lain
1. Meningkatkan kewaspadaan.
2. Menjaga suasana ruang tempatnya bertugas untuk tetap tenang.
3. Memeriksa semua sarana dan peralatan di ruang masing-masing,
apakah mengalami gangguan dan segera melaporkan pada bagian
IPSRS.
IPSRS

RENOVASI / PEMBANGUNAN
No. Dokumen :
013/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
1. Renovasi adalah pembangunan ulang atau pembetulan/perbaikan yang
sesuai dibutuhkan
2. Bangunan adalah sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan
atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya
jembatan dan kontruksinya serta rancangannya
3. Renovasi bangunan adalah pembangunan ulang atau pembetulan sarana,
prasarana atau infrastruktur
Memberikan arah dan sasaran dalam menciptakan kenyamanan, keselamatan
serta melindungi bagi pasien, keluarga,petugas dan pengunjung dari
debu,kebisingan dan pencemaran air bersih dari dampak bangunan yang sedang
dilaksanakan di lingkungan rumah sakit sesuai persyaratan yang berlaku.
Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
1. Melibatkan Tim Pengendali Infeksi Rumah sakit, K3RS dan Unit Kesling dalam
perencanaan untuk rekontruksi / renovasi bangunan rumah sakit dari tahap
awal/perencanaan ( design ), proses dan sampai selesai, sesuai standar K3RS
dan PPI
2. Sebelum pelaksanaan renovasi, pembangunan dan pembongkaran bangunan,
pihak pelaksana proyek harus menutup area/lokasi kerja dan memasang
informasi bahwa area/lokasi sedang ada kegiatan renovasi, pembangunan dan
pembongkaran seperti contoh Mohon maaf mengganggu kenyamanan anda,
sedang ada renovasi/pembangunan
3. Kegiatan renovasi yang menimbulkan suara/kebisingan harus dilakukan pada
pukul 08.00 17.00 bagi seluruh area di lingkungan RS Sari Asih Karawaci.
Kegiatan yang tidak menimbulkan kebisingan dilakukan pada pukul 08.00
17.00, kegiatan lembur atas persetujuan user dan diketahui oleh Kaunit tehnik
4. Kegiatan renovasi yang menimbulkan asap/debu area atau lokasi tersebut
harus di tutup dengan terpal/triplek agar debu tidak beterbangan bebas serta
untuk membatasi lalu lalang pasien, keluarga, petugas dan pengunjung RS
Sari Asih Karawaci
5. Mengganggu Kegiatan renovasi di ruang operasi maka ruang operasi tersebut
tidak boleh dilakukan untuk kegiatan operasi atau kegiatan operasi dilakukan
di ruang operasi lain
6. Kegiatan renovasi di ruang perawatan pasien maka ruang perawatan pasien
tersebut harus dikosongkan atau pasien dipindahkan ke ruang perawatan lain
7. Selama kegiatan proses renovasi/pembangunan pelaksana proyek wajib
mengenakan APD sesuai K3K
8. Selama dalam proses renovasi/pembangunan, Tim Pengawas Proyek ( Kaunit
Tehnik ), Komite PPIRS dan Kaunit Kesling melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan pekerjaan sesuai kesepakatan bersama.
K3RS, tim PPI RS

PENANGANAN AIR BERSIH


No. Dokumen :
014/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Penanganan air bersih adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya penyediaan
air bersih bagi proses operasional Rumah Sakit
1. Tercapainya kinerja efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan
2. Menghindari terjadinya kekosongan air bersih pada saat dibutuhkan
Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
1. Pelaksana adalah petugas teknik
2. Setiap hari pada pukul 08.00 WIB lakukan pemeriksaan rutin terhadap air
yang masuk ( PAM, air tanah ) mengenai kualitas dan kuantitas air
3. Periksa kebocoran air bersih, debit air, fungsi pompa air, reservoir bawah
tanah dan diatas tanah, fungsi kran dan stop kran
4. Bersihkan / kuras bak reservoir yang berada diatas tanah setiap 1 bulan sekali
dan 3 bulan sekali untuk pembersihan filter
5. Apabila air PAM mati maka petugas harus segera membeli air PAM dengan
truk container atau tangki, kecuali persediaan air tanah mencukupi
6. Apabila terjadi gangguan penyediaan air tanah karena kerusakan instalasi
atau kerusakan pompa, segera perbaiki dengan cepat hingg tuntas
7. Setiap petugas teknik bertanggung jawab harus membuat program
pemeliharaan instalasi air dan membuat laporan harian tertulis didalam buku
harian masing-masing.
K3RS, Rumah Tangga Manajemen

LEMBAR LAPORAN KASUS KECELAKAAN DAN PENYAKIT


AKIBAT KERJA
PELAPORAN
NOMOR
:
TANGGAL
:
NAMA PELAPOR
:
JABATAN / BAGIAN / BIDANG

KASUS KEJADIAN
HARI / TANGGAL
WAKTU
URAIAN KASUS

:
:

1. JENIS KASUS

2. NAMA PENDERITA :
3. KRONOLOGIS KEJADIAN

PEMERIKSAAN FISIK ( disertai gambar sistematis )

TINDAKAN PENANGGULANGAN

FAKTOR PENYEBAB :

MANUSIA

PROSEDUR / CARA KERJA


ALAT / MESIN

LINGKUNGAN

Petugas IGD

( . )

Panitia K3 RS

( .. )

PENGGUNAAN TANDU DAN PAPAN SELASAR


No. Dokumen :
030/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
1. Tandu kasur adalah sebuah alat yang dibuat untuk mengevakuasi korban dari
tempat kejadian ketempat yang lebih aman atau rujukan
2. Selasar adalah papan yang digunakan untuk mempermudah proses evakuasi
di tangga darurat , sehingga dapat mempermudah evakuasi pasien menuju ke
area yang lebih aman
1. Mengamankan / memindahkan pasien ke tempat yang lebih aman ( Titik
Kumpul )
2. Memberi pertolongan pertama di tempat yang aman
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Penggunaan tandu kasur
a. Betangkan sprey dilantai
b. Buat ikatan / bonggol pada 4 sudut
c. Letakkan kasur diatas sprey
d. Tidurkan atau dudukan pasien diatas kasur
e. Tandu kasur siap ditarik kearah tangga evakuasi
2. Penggunaan papan selasar
a. Bentangkan papan selasar di tangga
b. Lakukan evakuasi pasien dengan diletakan dipapan selasar
c. Tidurkan pasien diatas papan selasar
d. Setelah di evakuasi pasien di tempatkan pada titik kumpul yang telah di
tentukan
Rumah Tangga Manajemen, K3RS

KESELAMATAN KERJA DI INSTALASI FARMASI


No. Dokumen :
012/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Keselamatan kerja di instalasi farmasi adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di instalasi
farmasi.
Melindungi pekerja akibat paparan debu proses peralihan obat-obatan dan
kontaminasi bahan-bahan kimia.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Gunakan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja, yaitu :
a. Masker ; untuk mencegah pemaparan debu melalui saluran
pernapasan pada saat meracik obat.
b. Sarung tangan ; mencegah kontaminasi akibat tumpahan bahanbahan kimia melalui kontak dengan kulit.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja dengan air yang didesinfektan.
3. Ikuti petunjuk pelaksanaan/prosedur standar yang ada.
4. Simpan bahan-bahan kimia sesuai dengan prosedur MSDS (Material Safety
Data Sheet).
Instalasi Farmasi, K3 RS

KERACUNAN MAKANAN
No. Dokumen :
048/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Keracunan makanan adalah resiko bahaya yang disebabkan oleh kualitas
bakteriologis makanan hingga makanan terkontaminasi oleh bakteri yang
menyebabkan keracunan makanan.
1. Untuk pencegahan keracunan dari bahan makanan yang beracun.
2. Untuk penanganan Disasterplan Keracunan bahan makanan
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Siapkan personil tim Disasterplan sesuai dengan tingkat siaga (siaga I, siaga
II dan siaga III).
2. Lapor Komandan satgas Disasterplan untuk memilih dan menentukan tingkat
siaga, mengkoordinir semua tim Disasterplan yang bertugas menanggulangi
bencana keracunan bahan makanan
3. Bila dinyatakan siaga maka :
a. Mengkoordinir Tim Triage (Dr. Jaga IGD, Dr. Spesialis) untuk
memberikan perawatan.
b. Koordinasi Tim pengamanan untuk siaga.
c. Mengerahkan tenaga perawat sesuai keperluan.
d. Koordinasi tim Logistik (Apotik) untuk persediaan obat-obatan dan alat
kesehatan sesuai kebutuhan/permintaan.
e. Koordinasi tim Transportasi ambulance dan 118 sesuai kebutuhan.
4. Perencanaan SDM :
a. Siaga I : jumlah korban 5 orang, tenaga dokter dan perawat masih dapat
dipenuhi oleh tenaga yang sedang bertugas
b. Siaga II : jumlah korban 6-10 orang, diperlukan tenaga perawat tambahan
dari ruangan lain sesuai kebutuhan, diperlukan tambahan dokter umum
dari ruangan lain.
c. Siaga III : jumlah korban > 10 orang, diperlukan bantuan tenaga dari unit
pelayanan lain dan perawat yang tidak bertugas, diperlukan tambahan
bantuan dokter umum lain.
5. Buat pencatatan dan pelaporan
Seluruh unit terkait

KERACUNAN BAHAN KIMIA


No. Dokumen :
047/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Keracunan makanan adalah resiko bahaya yang disebabkan oleh kualitas
bakteriologis makanan hingga makanan terkontaminasi oleh bakteri yang
menyebabkan keracunan makanan.
1. Untuk pencegahan bahan kimia/keracunan bahan kimia.
2. Untuk penanganan Disasterplan Keracunan bahan kimia.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Siapkan personil tim Disasterplan sesuai dengan tingkat siaga (siaga I, siaga
II dan siaga III).
2. Lapor Komandan satgas Disasterplan untuk memilih dan menentukan tingkat
siaga, mengkoordinir semua tim Disasterplan yang bertugas menanggulangi
bencana keracunan bahan kimia.
3. Bila dinyatakan siaga maka :
f. Mengkoordinir Tim Triage (Dr. Jaga IGD, Dr. Spesialis) untuk
memberikan perawatan.
g. Koordinasi Tim pengamanan untuk siaga.
h. Mengerahkan tenaga perawat sesuai keperluan.
i. Koordinasi tim Logistik (Apotik) untuk persediaan obat-obatan dan alat
kesehatan sesuai kebutuhan/permintaan.
j. Koordinasi Ruang Bedah/OK agar menyiapkan kamar bedah siap pakai
(tenaga, alat tenun dan alat operasi)
k. Koordinasi tim Transportasi ambulance dan 118 sesuai kebutuhan.
4. Perencanaan SDM :
d. Siaga I : jumlah korban 5 orang, tenaga dokter dan perawat masih dapat
dipenuhi oleh tenaga yang sedang bertugas
e. Siaga II : jumlah korban 6-10 orang, diperlukan tenaga perawat tambahan
dari ruangan lain sesuai kebutuhan, diperlukan tambahan dokter umum
dari ruangan lain.
f. Siaga III : jumlah korban > 10 orang, diperlukan bantuan tenaga dari unit
pelayanan lain dan perawat yang tidak bertugas, diperlukan tambahan
bantuan dokter umum lain.
5. Buat pencatatan dan pelaporan
Seluruh unit terkait

PENJADWALAN KALIBRASI ALAT KESEHATAN


No. Dokumen :
010/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Penjadwalan dan pembiayaan kalibrasi alat kesehatan adalah jadwal yang dibuat
untuk mengkalibrasi alat kesehatan agar alat kesehatan bersangkutan sesuai
dengan fungsi Standarisasi Departemen kesehatan beserta biaya yang harus di
keluarkan sehubungan dengan kalibrasi alat kesehatan.
1. Meningkatkan keakuratan dan mutu hasil pemeriksaan
2. Mengoptimalkan masa pakai peralatan kesehatan yang dipergunakan
3. Tercapainya kinerja efektif, efiesien dan cepat dalam penjadwalan kalibrasi alat
kesehatan.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Pelaksanaan kalibrasi alat kesehatan di lingkungan RS. dilakukan oleh petugas
teknik alat kesehatan pihak rekanan didampingi pihak rekanan luar didampingi
teknisi Alkes sesuai jadwal yang berlaku.
2. Jenis kalibrasi alat kesehatan Meliputi :
No Nama alat
Periode kalibrasi
1 X-ray Unit
1 X Per tahun
2 Counter
1 X Per tahun
3 Mesin Anastesi
1 X Per tahun
4 CTG
1 X Per tahun
5 Ventilator
1 X Per tahun
6 Defibrator
1 X Per tahun
7 ECG
1 X Per tahun
8 Infus pump
1 X Per tahun
9 Syringe pump
1 X Per tahun
10 USG
1 X Per tahun
3. Pengajuan rencana kalibrasi alat kesehatan dilaksanakan oleh teknisi Alkes
kepada Manager Rumah Tangga setempat untuk tindak lanjut persetujuan oleh
Direktur/Wakil Direktur Umum setempat.
4. Pengeluaran biaya kalibrasi alat kesehatan dilaksanakan sesuai prosedur dan
keuangan Rumah Sakit
Bidang Penunjang Medis, Bidang Keperawatan, RTM, Keuangan

PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI


No. Dokumen :
011/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Bahaya gempa bumi adalah resiko bahaya yang ditimbulkan dari suatu kejadian
alam sehingga menyebabkan bahaya gempa bumi.
Untuk pengendalian bahaya gempa bumi.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Siapkan personil tim K3 Bencana
2. Amankan lokasi kejadian
3. Lapor ke satgas / direktur Rumah Sakit
4. Lakukan evakuasi pasien oleh tim Evakuasi pasien melewati jalur evakuasi
yang telah ditentukan.
5. Lakukan evakuasi dokumen oleh tim Evakuasi Dokumen melewati jalur
evakuasi sesuai prosedur standar (jangan melewati lift)
6. Lakukan Triase pasien oleh tim Triase sesuai prosedur.
7. Apabila pasien perlu perawatan bedah, segera bawa ke ruang bedah/OK
(sesuai kategori Disasterplan)
8. Apabila perawatan ICU/NICU NICU segera dibawa keruang ICU/NICU
(sesuai kategori Disasterplan)
9. Apabila pasien perlu perawatan lanjutan dan kondisi rumah sakit tidak
memungkinkan, pasien segera dirujuk ke rumah sakit terdekat/rujukan.
10. Koordinasi dengan Dinas terkait (Polres, Kodim, Koramil)
11. Amankan lokasi kejadian, jalur evakuasi, jalur lalu lintas kendaraan, Posko.
12. Buat pencatatan dan pelaporan ke Direktur maksimal 1 x 24 jam.
Seluruh unit terkait, tim K3 RS

EVAKUASI PASIEN
No. Dokumen :
008/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Evakuasi pasien adalah kegiatan mengevakuasi/memindahkan/mengamankan
pasien dari lokasi kejadian bencana ke lokasi TRIASE/aman/posko guna
memperoleh pertolongan/perawatan lanjut di ruang OK.
1. Mengamankan/memindahkan pasien ke tempat yang lebih aman
2. Memberi pertolongan pertama di tempat yang aman.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Petugas adalah perawat di masing-masing instalasi lantai, staf di masingmasing urusan/instalasi.
2. Siapkan semua personil evakuasi di masing-masing instalasi.
3. Siapkan semua peralatan dan perlengkapan pasien, seperti : tandu, matras,
O transfer, isolet, dll
4. Evakuasi pasien menggunakan tangga darurat/jalur evakuasi.
5. Evakuasi pasien sesuai kondisi pasien :
a. Pasien berjalan : dipapah oleh 2 orang.
b. Pasien ibu hamil : menggunakan matras diangkat oleh 4 orang.
c. Pasien ICU/NICU : menggunakan tandu dan O transfer diangkat oleh
4 orang (tandu) dan 1 orang membawa O transfer.
d. Pasien perina : menggunakan isolet dan O transfer diangkat dengan
3 orang, 2 orang isolet, 1 orang O transfer.
6. Dahulukan pasien dengan kondisi dari yang parah kemudian kondisi ringan
sesuai label.
7. Evakuasi pasien menuju lokasi TRIASE/posko untuk memperoleh perawatan
lebih lanjut.
8. Pastikan pasien seluruh instalasi sduah dievakuasi semua dan sudah
mendapat perawatan lanjutan di IGD/TRIASE
a. Golongan I : pasien tidak perlu pertolongan cepat diberi pita warna hijau.
b. Golongan II : tidak gawat perlu pertolongan segera diberi pita warna
kuning.
c. Golongan III : gawat ada ancaman kematian diberi pita warna merah.
d. Golongan IV : pasien meninggal diberi pita warna hitam.
9. Pastikan semua pasien sudah mendapat perawatan/TRIASE.
K3 RS, Seluruh unit terkait

EVAKUASI DOKUMEN
No. Dokumen :
007/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Evakuasi dokumen adalah kegiatan mengevakuasi/memindahkan/mengamankan
dokumen dari lokasi kejadian bencana ke lokasi yang lebih aman/posko guna
memperoleh pengaman dokumen.
1. Menyelamatkan dokumen dari bahaya kebakaran.
2. Mengamankan dokumen agar tetap terjaga kerahasiannya.

1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan


Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Petugas adalah tim evakuasi doukumen dan staf di masing-masing
urusan/instalasi.
2. Siapkan semua personil tim evakuasi dokumen dari tiap instalasi/urusan.
3. Tempatkan dokumen-dokumen penting pada wadah (kardus,dll)
4. Dokumen-dokumen yang perlu diamankan adalah :
a. Perizinan Rumah Sakit
b. Dokumen Personalia
c. Dokumen Administrasi Medis
d. Dokumen Rumah Tangga
e. Brankas di kasir dan keuangan
f. Alat USG 3 Dimensi
g. Laptop, dll
5. Evakuasikan dokumen melalui tangga darurat/jalur evakuasi.
6. Pastikan semua dokumen sudah dievakuasi dari masing-masing lantai.
7. Lakukan pencatatan dokumen yang telah dievakuasi dan amankan
K3 RS, Seluruh unit terkait

BAHAYA KEBAKARAN
No. Dokumen :
006/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Bahaya kebakaran adalah resiko bahaya yang ditimbulkan dari sesuatu sehingga
menyebabkan bahaya kebakaran.
Memberikan pertolongan kepada pasien atau korban
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Siapkan personil tim Disaster.
2. Amankan lokasi kejadian, cek oleh tim Pemadan Api apakah api dapat
dipadamkan.
3. Lapor ke Dan Satgas/Direktur.
4. Lakukan pemadaman api sesuai dengan prosedur apabila api masih kecil
dan dapat dipadamkan.
5. Koordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Tangerang, bila api
semakin besar dan tidak dapat dipadamkan.
6. Lakukan evakuasi pasien oleh tim Evakuasi pasien melewati tangga darurat
sesuai prosedur evakuasi.
7. Lakukan evakuasi dokumen oleh tim Evakuasi Dokumen melewati tangga
darurat sesuai prosedur standar (jangan melewati lift)
8. Lakukan Triase pasien oleh tim triase sesuai prosedur.
9. Apabila pasien perlu perawatan bedah, segera bawa ke ruang bedah/OK
(sesuai kategori Disasterplan)
10. Apabila perawatan ICU/NICU segera dibawa keruang ICU/NICU (sesuai
kategori Disasterplan)
11. Apabila pasien perlu perawatan lanjutan dan kondisi rumah sakit tidak
memungkinkan, pasien segera dirujuk ke rumah sakit terdekat/rujukan.
12. Amankan lokasi kejadian, jalur evakuasi, jalur lalu lintas kendaraan, Posko.
13. Buat pencatatan dan pelaporan ke Direktur maksimal 1 x 24 jam
K3 RS, Seluruh unit terkait

PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


No. Dokumen :
029/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah melakukan kegiatan
secara benar dan tepat dengan memerlukan suatu bahan yang dapat berakibat
resiko dan bahaya baik bagi pengguna, pencemaran lingkungan dan makhluk
hidup lainnya.
1. Mencegah kontaminasi karyawan, pasien dan pengunjung dari tumpahan,
ceceran bahan berbahaya dan beracun (B3).
2. Menghindari bahaya dan resiko kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
bahaya dan beracun (B3).
3. Tercapainya kinerja efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Gunakan Alat Pelindusng Diri (APD) dengan tepat dan benar.
2. Kenali jenis bahan berbahaya tersebut yaitu padat, cair atau benda tajam.
3. Baca MSDS yang terdapat pada kemasan bahan berbahaya dan beracun.
4. Perhatikan kebutuhan (dosis) yang diperlukan, tidak kurang atau tidak lebih.
5. Petugas harus mengetahui tatacara penanganan jika terjadi tumpahan atau
kontaminasi dari bahan berbahaya dan beracun.
6. Lakukan penggunaan B3 dengan hati hati dan dengan kondisi yang tenang.
K3 RS, Seluruh unit terkait

PENGELOLAAN GAS ELPIJI


No. Dokumen :
028/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Gas elpiji digunakan sebagai bahan bakar untuk digunakan di unit pelayanan
dapur dan laundry. Pengelolaannya berupa tata cara pengadaan, distribusi,
pengontrolan dan lain-lain.
1. Tersedianya kesediannya gas elpiji dalam jumlah dan kualitas yang cukup.
2. Terciptanya kinerja efektif dan efisien.
3. Menghindari adanya kecelakaan kerja akibat gas elpiji.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
A. Pengadaan dan Pengontrolan
Waktu
07.00-15.00
(Hari Kerja)

15.00-21.00
(Hari Kerja)

Pj Kegiatan
Pengontrolan
Pengadaan
Teknisi
Teknisi

Teknisi shift sore

Teknisi shift sore

Keterangan
Jika teknisi berhalangan
(libur, cuti, sakit, dsb)
digantikan
oleh
teknisi
pengganti dan dilakukan
dengan persetujuan Ka.Div
RTM)
Persetujuan Kepala Jaga

1. Pemesanan gas elpiji dengan ketentuan apabila tabung terpasang sudah


kosong dan kran distribusi dipindahkan pada tabung cadangan.
2. Pemesanan sebanyak 5 tabung dan dipasang pada jalur cadangan
dengan posisi siap pakai.
3. Pengisian label dilakukan pada waktu pemasangan tabung yang berisi :
Tanggal
:
Jam
:
Volume tabung :..Kg
Kondisi tabung :
4. Selalu diupayakan agar pemesanan dan penerimaan barang dilakukan
pada jam kerja.
B. Penempatan
Distribusi

5 tabung terpasang

Elektrik Selenoid 220


volt

5 tabung terpasang

UNIT TERKAIT

K3 RS, IPSRS

PENGELOLAAN GAS MEDIS


No. Dokumen :
055/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

No. Revisi :
Halaman :
01
1/2
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Gas medis adalah semua gas yang digunakan di rumah sakit untuk keperluan
medis seperti O(Oksigen), NO(Natrium dioksida) dan Udara tekan.
pengelolaanya berupa tata cara pengadaan, distribusi, pengontrolan dan lain-lain.
1. Terjaganya kesediaan gas medis dalam jumlah dan kualitas yang cukup.
2. Tercipta kinerja efektif dan efisien
3. Menghindari adanya kecelakaan kerja akibat gas medis.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
A.

Pengadaan dan Pengontrolan

1. Penanggung jawab pengelolaan Gas Medis pada jam kerja (pukul 08.0016.00 WIB) adalah Teknisi Alkes. Jika Teknisi Alkes berhalangan (libur, cuti,
sakit, dsb) digantikan oleh teknisi pengganti dan dilakukan dengan
persetujuan Manajer Rumga.
2. Penanggung jawab pengelolaan Gas Medis pada jam kerja (pukul 16.0021.00 WIB) adalah teknisi dinas sore.
3. Penanggung jawab pengelolaan Gas Medis pada jam kerja (pukul 21.0008.00 WIB) adalah security malam yang bertugas saat itu.
4. Penanggung jawab pengelolaan Gas Medis pada hari libur (pukul 07.0019.00 WIB) adalah security pagi yang bertugas saat itu.
5. Penanggung jawab pengelolaan Gas Medis pada hari libur (pukul 19.0007.00 WIB) adalah security malam yang bertugas saat itu.
6. Pemesanan Gas Medis dibagi 3 yaitu tabung O tabung Udara Tekan (UT)
dan NO
- Pemesanan O tabung gas dilakukan pada stok minimal 5 tabung,
dengan jumlah pemesanan maksimal 5 tabung dengan dilakukan
pelabelan status tabung (tabung isi) pada setiap tabung yang baru
diterima dari supplier.
- Pemesanan NO dilakukan pada saat indikator volume tabung telah
mencapai 50 kgf/cm, jumlah pemesanan sebanyak 1 (satu) tabung.
- Pemesanan O tabung,kecil dilakukan sesuai kebutuhan tabung
kosong yang ada.
7. Selalu diupayakan agar pemesanan dan penerimaan barang dilakukan pada
jam kerja.
B. Penempatan
Lihat bagan.

PENGELOLAAN GAS MEDIS


No. Dokumen :
055/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PROSEDUR

No. Revisi :
Halaman :
01
2/2
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
C. Pengontrolan
Pengontrolan central gas medis dilakukan oleh petugas yang berdinas pada
saat itu, sesuai jadwal pengontrolan seperti diuraikan pada point pemesanan
dengan waktu pengontrolan sesuai tabel. Petugas tersebut bertanggung
jawab melakukan pemesanan sesuai kebutuhan gas medis yang ada.
D. Jadwal Pengontrolan
WAKTU
08.00

12.00

20.00

00.00

04.00

JENIS
O Tabung
NO
E. Distribusi.
1. O Tabung Besar
O Tabung Besar digunakan sebagai suplai O BackUp dan emergency
2. O Tabung Kecil
O Tabung Kecil digunakan diruang perawatan jika diperlukan atau
sebagai oksigen transport.
3. NO
NO didistribusikan khusus ke kamar operasi melalui pipa distribusi.
4. Udara Tekan
UT Tabung Kecil digunakan diruang perawatan, OK, ICU jika diperlukan
atau sebagai Udara Tekan transport.
UNIT TERKAIT

K3 RS, RTM, IPSRS

PENANGGULANGAN KASUS KECELAKAAN KERJA


No. Dokumen :
026/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
1.
2.

TUJUAN

1.
2.

KEBIJAKAN

1.
2.

PROSEDUR

1.

2.
3.
4.
5.

6.
7.
UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA


Direktur
Kasus adalah kejadian yang menimbulkan dampak negatif terhadap pihak
rumah sakit, pengunjung dan lingkungan rumah sakit.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami setiap orang yang
berhubungan dengan pihak rumah sakit selama bekerja.
Mengetahui statistik kasus yang terjadi sehingga dapat dilihat status dan
kecenderungan kasus menurut waktu, tempat dan faktor penyebab.
Melakukan analisis kasus guna menyusun program pencegahan dan
penanggulangannya.
Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kecelakaan kerja terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
a. Kecelakaan kerja ringan yaitu kecelakaan yang tidak menimbulkan
terjadinya cacat fisik maupun kematian.
b. Kecelakaan kerja berat yaitu kecelakaan yang dapat menimbulkan
terjadinya cacat fisik maupun kematian.
Ruang lingkup kasus kecelakaan kerja adalah kasus kebakaran, tersengat
arus listrik, terjatuh karena tempat kerja licin, kelalaian yang mengakibatkan
terjadinya kecelakaan.
Segera bawa korban ke IGD apabila terjadi kecelakaan kerja.
Lakukan pemeriksaan oleh dokter IGD.
Tentukan tindak lanjut pemeriksaan yang diperlukan oleh dokter IGD berupa :
a. Rontgen
b. Laboratorium
c. Dirawat
d. Dipulangkan
e. Dirujuk
Segera laporkan ke P2K3 mengenai kasus kecelakaan tersebut, setelah
dilakukan pemeriksaan oleh dokter IGD.
Catat laporan kasus tersebut, tindak lanjuti, analisis, buat evaluasi dan saran
dalam bentuk laporan kemudian serahkan kepada Direktur oleh P2K3

K3RS, RTM

PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA


No. Dokumen :
022/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
terhadap karyawan secara teratur dan terus menerus.
1. Menghindari timbulnya penyakit akibat kecelakaan kerja.
2. Menekan biaya kompensasi perawatan kesehatan yang diberikan kepada
karyawan.
3. Meningkatkan dan menjaga produktivitas karyawan.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan terhadap karyawan rumah sakit
yang berstatus sebagai karyawan tetap.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan setiap 1 bulan sekali.
3. Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan apabila karyawan bersangkutan
memenuhi minimal 1 persyaratan dibawah ini :
Ada indikasi medis yang perlu ditindak lanjuti dengan Medical Check Up,
seperti : ginjal, diabetes mellitus dan lain-lain.
Bekerja pada tempat yang memiliki resiko tinggi untuk timbulnya penyakit
akibat kerja, seperti : laboratotium, radiologi, kesehatan lingkunan dan
lain-lain.
Sudah berusia diatas 40 tahun.
4. Jika ditemukan indikasi timbulnya penyakit akibat kerja, segera laporkan
kepada Direksi.
5. Direksi berhak mengambil tindakan yang dianggap perlu, apabila ditemukan
penyakit akibat kerja.
Penunjang Medis, K3 RS, SDM

PEMELIHARAAN SARANA UTILITAS


No. Dokumen :
053/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
1.

2.

TUJUAN

1.
2.
3.

KEBIJAKAN

4.
1.
2.

PROSEDUR

No. Revisi :
Halaman :
01
1/2
Ditetapkan,

1.

2.

3.

dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA


Direktur
Sarana utilitas adalah sarana penunjang untuk membantu semua kegiatan
dalam bangunan atau gedung. sehingga rumah sakit harus mampu
melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, termasuk harus memiliki
sumber daya, manusia yang profesional baik di bidang teknis bangunan dan
elektrikel maupun administrasi.
Dalam kegiatan peningkatan mutu sarana utilitas dengan tidak mengganggu
pelayanan kesehatan perlu adanya suatu program yang terencana dan
berkesinambungan sebagai pedoman bagi pelaksanaan peningkatan mutu
sarana utilitas sehingga dapat mengevaluasi dan membuat rencana tindak
lanjut agar tercapai peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan.
Meningkatkan Mutu sarana utilitas guna keselamatan dan kenyamanan
pasien, keluarga, petugas dan pengunjung
Meningkatkan Kinerja di ruang pelayanan dan perawatan pasien
Memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang berhubungan dengan
pemeliharaan mutu sarana utilitas
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas.
Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Listrik
a. Membersihkan, memeriksa dan mencatat trafo, gardu trafo, body trafo,
isolator trafo, kabel TM dan level minyak trafo setiap enam bulan sampai
satu tahun sekali
b. Membersihkan, mencatat dan service panel, MCCB, MCB, earth resisten,
control dan operation system serta mengganti MCCB yg rusak / suku
cadang.
c. Mencatat hasil pemeriksaan dan dilaporkan kepada KaUr Tehnik pada
kesempatan pertama.
Air Conditioner (AC )
a. Mencatat, memantau dan mengevaluasi sistem AC
b. Membersihkan indoor, outdoor dan filter secara periodik
c. Mencatat di kartu gantung setiap kegiatan pemeliharaan/penggantian
spare part / suku cadang.
d. Mencatat hasil pemeriksaan dan dilaporkan kepada
e. Kaur Teknik pada kesempatan pertama.
Lift
a. Memeriksa dan mencatat kondisi kerja, ruang mesin elevator, pintu luar
top car/atas sangkar controller dan hoistway setiap satu minggu sampai
satu bulan.

PEMELIHARAAN SARANA UTILITAS


No. Dokumen :
053/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015

PROSEDUR
4.

5.
UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
2/2
Ditetapkan,

dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA


Direktur
b. Mencatat hasil pemeriksaan dan dilaporkan kepada ka ur teknik pada
kesempatan pertama
Bangunan
a. Memeriksa dan mencatat kondisi bangunan secara visual dan terusmenerus baik secara langsung maupun laporan dari user
b. Merencanakan & menindak lanjuti pemeliharaa perbaikan sarana
bangunan serta instalasi air bersih/kotor.
c. Merencanakan pengadaan dan penyimpan materiil bangunan serta
suku cadang peralatan umum.
Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kaur Teknik dan dalam
pelaksanaan tugas sehari hari dikoordinasikan oleh Manajer Rumah Tangga

K3RS, IPSRS

PEMADAMAN API
No. Dokumen :
021/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Pemadaman api adalah kegiatan memadamkan api di lokasi kejadian/disaster
sehingga api dipastikan tidak menyala lagi.
1. Mencegah api membesar dan ke lokasi yang lebih luas.
2. Memadamkan api.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3. Petugas adalah pelaksana IPSRS, staff/perawat di unit/instalasi masingmasing.
4. Siapkan personil pemadam kebakaran.
5. Siapkan peralatan : APAR, dll.
6. Bunyikan alarm kebakaran (sesuai lantai kejadian/disaster)
7. Matikan aliran listrik menuju lokasi disaster dengan cara mencabut
steker/panel listrik
8. Apabila kebakaran menyangkut alat-alat yang tersangkut pada terminal tetap
O, value zone yang suplai O harus ditutup.
9. Kebakaran dibagi dalam kelas A, B, C, D dan alat pemadam api digolongkan
sesuai dengan kelas kebakaran, sebagai berikut :
1). Kelas A : kertas, kayu, kain karet, plastik, dll (alat pemadam api kelas A)
2). Kelas B : cairan mudah terbakar, menyala (alat pemadam api kelas B)
3). Kelas C : instalasi listrik (alat pemadam api kelas C)
4). Kelas D : logam (alat pemadam api kelas D)
10. Koordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakara , bila api tidak dapat
dipadamkan dan menyala semakin membesar.
11. Pastikan pemadaman api sudah dilakukan dengan baik dan benar sehingga
tidak ada nyala api lagi dan lokasi kejadian aman terkendali.
12. Lakukan pemadaman api dengan menggunakan APAR :
1). Ambil APAR di lokasi terdekat dengan lokasi kejadian
2). Buka selang APAR
3). Arahkan selang APAR dengan tujuan kearah mnuju lokasi titik api
kebakaran
4). Pegang tabung APAR dengan tangan kiri, cabut pin pengaman
5). Tekan tombol APAR dengan tangan kanan, kemudian arahkan APAR ke
lokasi titik api
Seluruh unit terkait

PELAPORAN KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT


AKIBAT KERJA
No. Dokumen :
051/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

No. Revisi :
Halaman :
01
1/2
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
1. Pelaporan kecelakaan kerja adalah kegiatan untuk melaporkan semua jenis
kecelakaan kerja yang terjadi baik ringan, sedang maupun berat saat sedang
melakukan pekerjaan kedinasan dan disebabkan oleh kondisi tidak aman
atau tindakan tidak aman.
2. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja.
3. Pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah kegiatan untuk
melaporkan semua jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
1. Tercapai kinerja efektif, efisien dan cepat dalam pelaporan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
2. Mendapatkan data-data kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara
cepat dan akurat untuk mempermudah upaya pencegahan dan
penanggulangannya.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Akibat kecelakaan dibagi menjadi :
a. Segi produksi ; apabila seorang karyawan mengalami kecelakaan kerja
terkait dengan faktor-faktor sebagai berikut
1). Manusia (tenaga kerja) ; seseorang yang mengalami kecelakaan
sehingga mendapatkan cedera, tidak mampu bekerja untuk sementara
atau selamanya.
2). Material : kerugian material akibat kecelakaan kerja dapat berupa
kerusakan mesin atau sarana penunjang lainnya.
3). Waktu : kecelakaan yang mengakibatkan terganggunya/terhambatnya
pekerjaan sehingga menjadi lebih lama untuk diselesaikan.
4). Kepercayaan : kepercayaan konsumen/pengguna jasa akan berkurang
apabila dalam suatu perusahaan banyak terjadi kecelakaan kerja.
b. Kecelakaan langsung ; kebakaran, peledakan, keracunan, jatuh atau
tergelincir dan lain-lain.
c. Akibat cedera :
1). Tidak terjadi cedera apapun
2). Cidera ringan tanpa pertolongan pertama
3). Cidera dengan pertolongan pertama
4). Cidera berat
5). Meninggal dunia
2. Tangani seluruh kejadian kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja
oleh petugas IGD (dokter jaga dan perawat IGD)

PELAPORAN KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT


AKIBAT KERJA
No. Dokumen :
051/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PROSEDUR

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
3.

4.

5.
6.
7.
8.
9.
UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
2/2
Ditetapkan,

dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA


Direktur
Catat laporan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dalam
formulir laporan rangkap 3 (tiga) oleh petugas IGD dimana formulir tersebut
diperuntukan sebagai arsip IGD, pencatatan tim K3 dan Instalasi Rekam
Medis.
Laporkan seluruh kejadian kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja
oleh perawat IGD kepada Kepala Instalasi/Kepala Urusan terkait (saat jam
kerja) atau kepada atasan langsung karyawan bersangkutan yang
mengalami kecelakaan atau ke Kepala Jaga (diluar jam kerja)
Dalam waktu segera, laporan sudah harus diterima oleh Tim K3 untuk
evaluasi dan rekomendasi upaya pencegahan dan penanggulangan.
Serahkan laporan tersebut oleh Tim K3 kepada Instalasi Rekam Medis
untuk digabungkan dalam file status pengobatan karyawan yang mengalami
kecelakaan.
Dalam waktu 1 x 24 jam, sampaikan laporan tersebut oleh Tim K3 dengan
melampirkan evaluasi dan penanggulangannya/tindak lanjutnya kepada
Direktur.
Setiap bulan rekapitulasi semua laporan mengenai kecelakaan akibat kerja
dan penyakit akibat kerja dibuat oleh Instalasi Rekam Medis, disampaikan
kepada unit SDM
Pada hari libur sampaikan laporan tersebut pada hari kerja berikutnya
kecuali darurat.

K3 RS, SDM, Rekam Medis, Penunjang Medis.

PELAKSANAAN PARKIR DAN PENGATURAN


KEAMANAN
No. Dokumen :
020/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Penatalaksanaan parkir dan pengaturan keamanan rumah sakit menetapkan
prosedur mengenai tata cara parkir dan peraturan keamanan di lingkungan rumah
sakit
1. Tercapainya efektif , efesian dan cepat dalam pelaksanaan parkir dan pengatur
keamanan
2. Menghindari terjadinya keluhan dari pasien,keluarga pasien,dokter,karyawan
,serta rekanan
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Apabila pasien /pengunjung datang, segera arahkan motor atau mobil sesuai
tempat yang ada dan kosong.
2. Menata kendara dengan arah yang sejajar dan bersamaan
3. Pastikan kendara terkunci dan menggunakan kunci ganda pengaman
tambahan
4. Pastikan barang bawaan ( helm, jaket tidak tertinggal )
5. Periksa kembali kunci kendaraan agar tidak tertinggal.
6. Posisikan kendaraan dan pastikan dalam kondisi aman.
RTM, Parkir, K3 RS

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA


No. Dokumen :
018/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

No. Revisi :
Halaman :
01
1/2
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
1. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana oleh Rumah Sakit merupakan
rangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan risiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan, tanggap darurat, dan rehabilitasi, pada
dasarnya penyelenggaraan penanggulangan bencana ada tiga tahapan yaitu
pra bencana (situasi tidak terjadi bencana, situasi terdapat potensi bencana),
saat tanggap darurat (dalam situasi terjadi bencana) dan pascabencana
(situasi setelah terjadi bencana).
2. Rumah Sakit membuat rencana manajemen penanggulangan bencana /
kedaruratan dan program penanganan kedaruratan komunitas, wabah dan
bencana baik bencana alam atau bencana lainnya.
1. Menyediakan kerangka kerja (framework) penanggulangan bencana internal
maupun eksternal yang mungkin terjadi.
2. Memberikan pedoman atau panduan dalam menyusun rencana
penanggulangan bencana (Disaster Management Plan) yang menyeluruh,
terarah dan terpadu.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Bencana internal adalah bencana yang terjadi didalam rumah sakit dan
bencana eksternal yang berdampak di dalam rumah sakit. Potensi jenis
bencana (Hazard) yang mungkin terjadi. adalah kebakaran, gempa bumi,
kebocoran gas, ledakan dan penyakit menular misalnya diare, demam
berdarah, serta new emerging desease akibat pembauran peradaban global
2. Rumah Sakit mungkin menerima korban bencana eksternal, maupun
memberikan bantuan terhadap korban bencana di luar rumah sakit. Potensi
bencana eksternal yang berdampak kepada rumah sakit adalah kegagalan
teknologi, ledakan/bom, kecelakaan transportasi, gempa bumi, tsunami,
banjir, kebakaran, tanah longsor dan letusan gunung berapi
3. Rumah Sakit.menjalin kerjasama dengan instansi dan rumah sakit jejaring
sebagai upaya memperluas dan meningkatkan peran aktif sektor/instansi lain
untuk bersama-sama memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Proses penanganan korban dilakukan secepatnya untuk
mencegah resiko kecacatan dan atau kematian di Instalasi Gadar oleh Tim
Medical Support yang dipimpin Kainst IGD.
4. Ruangan perawatan tertentu harus dikosongkan untuk menampung korban
dan pasien-pasien diruangan tersebut harus dipindahkan ke ruangan yang
lain sudah ditentukan. Proses ini dilaksanakan oleh Instalasi Rawat Inap dan
dipimpin Manager keperawatan.

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA


No. Dokumen :
018/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
2/2
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
5. Pengelolaan bantuan tambahan (donasi) menjadi tugas dan tanggung jawab
Departemen Logistik.
6. Pengelolaan media yang meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu ke
unit pelayanan menjadi tugas dan tanggung jawab Marketing.
7. Rekam medis dan Identitas Korban menjadi tugas dan tanggung jawab
Penunjang Medis.
8. Tamu yang berkunjung ke rumah sakit untuk meninjau pelaksanaan pelayanan
terhadap korban formal / non formal dikelola oleh Bagian Pelayanan Umum.
9. Pengelolaan jenazah akibat terjadinya bencana langsung menjadi tugas serta
tanggung jawab unit jangsus bekerjasama dengan unit forensik.
10.Perpindahan / evakuasi pasien / korban keluar dari Rumah Sakit. dilakukan
atas persetujuan tim medis dengan keluarga maupun negara yang
bersangkutan bila korban adalah warga negara asing.
K3 RS, Seluruh unit terkait

PELARANGAN MEROKOK PADA STAFF / PENGUNJUNG


No. Dokumen :
050/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Melakukan penanganan dengan sebuah peringatan ataupun nasehat tentang
bahaya merokok kepada staf dan juga pengunjung RS
Agar tercapainya kondisi udara bersih dan bebas dari asap rokok, sebagai tolok
ukur pelayanan Rumah Sakit.
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Apabila staf Security & Duty Manager Rumah Sakit melihat ada staf lain yang
merokok ataupun pengunjung, staf tersebut memberikan nasehat atau
masukan kepada orang yang dimaksud.
2. Security & Duty Manager memberikan peringatan atau pengingat dengan
memasang tanda larangan merokok di lingkungan Rumah Sakit atau didalam
Rumah Sakit
3. Apabila ada staf RS ada yang merokok dilingkungan Rumah Sakit, diberi
teguran terlebih dahulu, apabila keesokan harinya diulangi kembali, maka staf
yang merokok tersebut diberi teguran berupa surat peringatan, yang
sebelumnya direkomendasikan terlebih dahulu ke unit terkait dari staf
tersebut.
4. Penyuluhan secara berkala diberikan oleh petugas Rumah Sakit kepada
pengunjung untuk meningkatkan pengetahuan bahaya merokok, dan kawasan
yang dilarang merokok.
K3 RS, Seluruh unit terkait.

BANTUAN HIDUP DASAR NON MEDIS


No. Dokumen :
012/SPO/YANMED/RSSAK/IV/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

No. Revisi :
Halaman :
01
1/2
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
09 April 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap penderita yang menderita
penyakit yang mengancam jiwa sampai penderita tersebut mendapat pelayanan
secara paripurna.
Memberikan bantuan sirkulasi sistemik, ventilasi, dan oksigenasi tubuh secara
efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau
telah tiba peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan bantuan hidup
jantung lanjut.
Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
1. Bila ditemukan pasien tidak sadar, maka kita harus cek kesadaran dengan
memanggil pasien, menepuk bahu atau bila tidak respon kita berikan respon
rangsang nyeri di area jaringan lemak yang luas kecuali area dada
(payudara) misalnya dengan mencubit lengan pasien, atau mencubit paha
pasien.
2. Bila tidak ada respon , maka kita harus memanggil bantuan dengan berteriak
dengan menyebutkan tempat kita menemukan pasien, misalnya tolongtolong ada pasien tidak sadar di aula lantai 3
3.
Setelah kita memanggil bantuan maka kita melakukan pemeriksaan pasien
dengan prinsip 3L yaitu look listen and feel. Look artinya melihat gerakan
dinding dada listen mendengar ada suara nafas, feel merasakan hembusan
nafas. Hal ini bisa kita lakukan dengan mendekatkan kepala kita ke pasien
dengan mata melihat ke dada.
4. Setelah kita melakukan pemeriksaan 3 L, kita tidak melihat ada gerakan
dinding dada, tidak mendengar suara nafas, tidak merasakan hembusan
nafas maka kita mengaktifkan code blue melakukan resusitasi jantung paru
yang terdiri dari kompresi dan ventilasi.
5. Aktifkan kode code blue, dengan menyebutkan code blue dan area nya
sebanyak 3x melalui HT, misalnya code blue aula lantai 3, code blue aula
lantai 3, code blue aula lantai 3.
6. Untuk orang dewasa, baik satu atau dua orang penolong, maka
perbandingan kompresi dada dan ventilasi 30 : 2, yaitu tiga puluh kompresi
dan dua ventilasi (dewasa)
7. Kompresi yaitu meletakkan tangan 2 jari diatas ulu hati atau tulang dada,
kecepatan kompresi yaitu 100 kali/ menit , tekanan yang diberikan kurang
lebih 5 cm. (dewasa)
8. Ventilasi yang diberikan tidak boleh langsung kontak mulut dengan mulut,
tetapi dengan alas plastic di atas bibir.
9. Untuk ventilasi, agar optimal maka kita harus membersihkan dulu jalan nafas
dengan membersihkan dengan kassa atau sapu tangan, mengangkat kepala
minimal gerakan dan menekan dagu atau mengangkat (ekstensi) rahang.
10. Untuk anak-anak, untuk satu orang penolong, maka perbandingan kompresi

dada dan ventilasi 30 : 2. Untuk 2 orang penolong maka 15 : 2.


11. Letakkan tumit satu tangan pada setengah bawah tulang dada, hindarkan
jari-jari pada tulang iga anak.

BANTUAN HIDUP DASAR NON MEDIS


No. Dokumen :
012/SPO/YANMED/RSSAK/IV/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PROSEDUR

Tanggal Terbit :
09 April 2015
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
2/2
Ditetapkan,

dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA


Direktur
Menekan sternum sekitar 3-4 cm dengan kecepatan minimal 100 kali
permenit.
Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas bantuan
sampai dada terangkat (1 penolong). Sesuai dengan perbandingan satu atau
dua orang penolong.
Untuk membuka jalan nafas, hati-bila ada tanda luka di dada atau tulang
selangka (curiga patah tulang leher) maka hanya boleh membuka nafas
dengan membuka rahang (jaw thrust).
Untuk evaluasi dewasa dan anak dilakukan setiap 2 menit.
Untuk bayi kompresi dilakukan 3 kompresi dan satu ventilasi baik satu atau
dua orang penolong, kecepatan kompresi 90 kali permenit, tekanan yang
diberikan 2-3 cm.
Letakkan 2 jari pada setengah bawah tulang dada.
Untuk evaluasi bayi setiap 30 detik.

Seluruh unit terkait.

BANTUAN HIDUP DASAR MEDIS


No. Dokumen :
013/SPO/YANMED/RSSAK/IV/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

No. Revisi :
Halaman :
01
1/2
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
09 April 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap penderita yang menderita
penyakit yang mengancam jiwa sampai penderita tersebut mendapat pelayanan
secara paripurna.
Memberikan bantuan sirkulasi sistemik, ventilasi, dan oksigenasi tubuh secara
efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau
telah tiba peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan bantuan hidup
jantung lanjut.
Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
1. Bila ditemukan pasien tidak sadar, maka kita harus cek kesadaran
dengan memanggil pasien, menepuk bahu atau bila tidak respon kita
berikan respon rangsang nyeri di area jaringan lemak yang luas kecuali
area dada (payudara) misalnya dengan mencubit lengan pasien, atau
mencubit paha pasien..
2. Bila tidak ada respon , maka kita harus memanggil bantuan dengan
berteriak dengan menyebutkan tempat kita menemukan pasien, misalnya
tolong-tolong ada pasien tidak sadar di aula lantai 3
3. Setelah kita memanggil bantuan maka kita melakukan pemeriksaan nadi
karotis pasien dan melihat gerakan dinding dada pasien.
4. Setelah kita melakukan pemeriksaan nadi pasien, nadi tak teraba,maka
kita mengaktifkan code blue dan melakukan resusitasi jantung paru
yang terdiri dari kompresi dan ventilasi.
5. Aktifkan kode code blue, dengan menyebutkan code blue dan area nya
sebanyak 3x melalui HT, misalnya code blue aula lantai 3, code blue
aula lantai 3, code blue aula lantai 3.
6. Untuk orang dewasa, baik satu atau dua orang penolong, maka
perbandingan kompresi dada dan ventilasi 30 : 2, yaitu tiga puluh
kompresi dan dua ventilasi (dewasa)
7. Kompresi yaitu meletakkan tangan 2 jari diatas ulu hati atau tulang dada,
kecepatan kompresi yaitu 100 kali/ menit , tekanan yang diberikan kurang
lebih 5 cm. (dewasa)
8. Ventilasi yang diberikan dengan bagging.
9. Untuk ventilasi, agar optimal maka kita harus membersihkan dulu jalan
nafas dengan suction, mengangkat kepala minimal gerakan dan menekan
dagu head tilt chin lift.
10. Bila ada jejas diatas klavikula maka hanya boleh menggunakan jaw
thrust.
11. Untuk anak-anak, untuk satu orang penolong, maka perbandingan
kompresi dada dan ventilasi 30 : 2. Untuk 2 orang penolong maka 15 : 2.
12. Letakkan tumit satu tangan pada setengah bawah sternum, hindarkan
jari-jari pada tulang iga anak.

13. Menekan sternum sekitar 3-4 cm dengan kecepatan minimal 100 kali
permenit.
14. Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas
bantuan sampai dada terangkat (1 penolong). Sesuai dengan
perbandingan satu atau dua orang penolong.
15. Untuk evaluasi dewasa dan anak dilakukan setiap 2 menit

BANTUAN HIDUP DASAR MEDIS


No. Dokumen :
013/SPO/YANMED/RSSAK/IV/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PROSEDUR

Tanggal Terbit :
09 April 2015
16.
17.
18.
19.
20.

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
2/2
Ditetapkan,

dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA


Direktur
Untuk bayi kompresi dilakukan 3 kompresi dan satu ventilasi baik satu atau
dua orang penolong, kecepatan kompresi 90 kali permenit, tekanan yang
diberikan 2-3 cm.
Letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah sternum, lebar 1 jari
berada di bawah garis intermammari
Gunakan tekanan sampai menekan tulang dada sedalam kurang lebih 1/3
diameter antero-posterior dada, atau 2-3 cm.
Setelah tiga kali kompresi satu kali ventilasi (3:1).
Untuk bayi dievaluasi setiap 30 detik.

Pelayanan Medis.

CODE RED
No. Dokumen :
052/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015

PENGERTIAN

dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA


Direktur
Sistem kode untuk mengidentifikasi bahaya kebakaran.

TUJUAN

Agar tercapainya tujuan pencegahan bahaya kebakaran

KEBIJAKAN

1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pelayanan


Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Jika melihat percikan api, matikan saklar dan hubungi bagian IPSRS
2. Jika melihat api, Aktifkan kode code red, dengan menyebutkan code red dan
area nya sebanyak 3x melalui HT, misalnya code red ICU lantai 3, code red
ICU lantai 3, code red ICU lantai 3, code red ICU lantai 3.
3. Di setiap lantai dipastikan memiliki tim code red, dan menggunakan helm
sesuai dengan tugas nya :
- Helm merah : sebagai pemadam api
- Helm putih : leader
- Helm Biru : bagian P3K
- Helm kuning : mengevakuasi
4. Maka tim pemadam ( helm merah ) di setiap lantai datang membawa APAR
dan memakai helm merah
5. Bila api membesar, maka tim pemadam security akan teriak EVAKUASI
6. Petugas yang dekat dengan nurse station menggunakan HT dan berteriak
EVAKUASI
7. Ketika ada perintah evakuasi melalui HT, maka operator akan menghubungi
direktur sebagai komando, menghubungi pemadam kebakaran, kepala
bidang, kepala ruangan dan pejabat lainnya
8. Bila diluar jam kerja, ketika ada perintah evakuasi maka operator akan
menghubungi duty manager sebagai komando.
9. Untuk evakuasi, maka urutan evakuasi didahulukan di lantai yang terjadi
kebakaran, baru selanjutnya dilantai paling atas, bawah dan dasar.
10. Jika kebakaran terjadi di lantai 2, maka evakuasi didahulukan yang dilantai 2
terlebih dahulu, kemudian lantai 3 dan lantai dasar.
11. Evakuasi pasien dan staff menuju titik kumpul yang terletak di daerah parkir
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

K3 RS, Seluruh unit terkait.

PEMERIKSAAN CRP ALAT NYCOCARD


No. Dokumen :
079/SPO/LAB/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015

PENGERTIAN

dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA


Direktur
Pemeriksaan CRP alat adalah pemeriksaan CRP menggunakan alat NycoCard

TUJUAN

Petanda radang / inflamasi

KEBIJAKAN

1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang kebijakan


pelayanan Rumah Sakit
2. Peraturan Direktur nomor 031/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pedoman
Pelayanan Laboratorium
1. Masukkan 5 l sample atau C (Control) kedalam R1/ Dilution Liquid. R1 harus
sesuai suhu kamar.
2. Tambahkan 50 l sample atau control yang telah dilarutkan ke dalam test
device. Biarkan meresap sempurna 30 detik.
3. Tambahkan 1 twtws R2/ Conjugate ke dalam test device. Biarkan meresap
sempurna 30 detik. Jarak waktu antara step 2 dan 3 tidak boleh lebih dari
2 menit.
4. Tambahkan 1 tetes R3/ washing solution ke dalam test device. Biarkan
meresap sempurna 20 detik. Jarak waktu antara step 3 dan 4 tidak boleh
lebih dari 2 menit.
5. Baca hasil dengan Nycocard READER II dalam waktu kurang dari 5
menit.

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Unit Laboratorium

PEMERIKSAAN HBA1C ALAT NYCOCARD


No. Dokumen :
078/SPO/LAB/RSSAK/III/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi :
Halaman :
01
1/1
Ditetapkan,

Tanggal Terbit :
28 Maret 2015
dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
Pemeriksaan HbA1c alat NycoCard adalah pemeriksaan HbA1c menggunakan
alat Nycocard
Evaluasi control Diabetes Mellitus
1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang kebijakan
pelayanan Rumah Sakit
2. Peraturan Direktur nomor 031/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang Pedoman
Pelayanan Laboratorium
1. Masukkan 5 l sample kedalam R1 kocok dengan baik. Inkubasi minimum 2
menit dan maximum 3 menit,gunakan timer
2. Kocok larutan sample kembali, ambil 25 l larutan sample, masukan ke dalam
tese device biarkan meresap sempurna, tunggu 15-20 detik.
3. Tambahkan 25 l, R2/washing solution, biarkan meresap sempurna. Tunggu
10 detik.
4. Baca hasil dengan menggunakan Nycocard Reader II dalam waktu < 5 menit.
Unit Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai