i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat hasil kerja keras Tim
MFK Rumah Sakit RSUD Cilincing , maka sebuah buku Pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan RSUD Cilincing telah diterbitkan.
MFK di Rumah Sakit RSUD Cilincing merupakan cerminan dari mutu rumah sakit, sehingga
MFK merupakan suatu hal yang harus diperhatikan untuk peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit dan karena dampaknya yang cukup luas pada masyarakat sekitar rumah sakit.
Maka hal ini perlu diperhatikan terutama oleh pihak Manajemen Rumah Sakit.
Buku Pedoman MFK di RSUD Cilincing ini dibuat untuk menjadi acuan Tim MFK Rumah
Sakit RSUD Cilincing sebagai bahan untuk melaksanakan dan memantau kegiatan MFK
pada Rumah Sakit RSUD Cilincing sehingga dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dengan mengambil materi mengenai hal - hal yang terkait dengan program K3RS di Rumah
Sakit RSUD Cilincing serta tata laksana kerja pada masing-masing bagian dan sudah
dilaksanakan di Rumah Sakit RSUD Cilincing . Buku ini disusun dengan acuan pada
Departemen Kesehatan RI serta beberapa referensi kegiatan MFK yang sudah dilakukan di
Rumah Sakit RSUD Cilincing selama ini.
Betapapun baiknya sebuah buku pedoman, tanpa pelaksanaan yang konsisten dan
menyeluruh oleh semua pihak yang terlibat, maka tujuan pedoman ini tidak akan tercapai.
Buku pedoman ini secara terus menerus diperbaharui dan diharapkan dapat disebarluaskan
kepada seluruh jajaran yang terkait yang mengabdi di Rumah Sakit RSUD Cilincing .
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan
demi terlaksananya penerbitan buku Pedoman dan Tata Laksana ini. Kami sadar bahwa
buku ini masih jauh dari sempurna, koreksi dari para pembaca sangat diharapkan dan
semoga buku ini dapat dipergunakan sebagai Pedoman dan Tata Laksana khususnya dan
pihak lain yang terkait dengan MFK pada umumnya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.…………………………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI......……………………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………................................ 1
1. Latar Belakang……………………………………………………………………... 1
2. Tujuan………………………………………………………………………………. 2
3. Ruang Lingkup……………………………………………………………………... 2
4. Landasan Hukum…………………………………………................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT……………………………………………………… 3
5. Gambaran Umum………………………………………………………………….. 3
a. Jenis Kegiatan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan……….................. 3
b. Jenis Kegiatan RSUD Cilincing ………………………. 4
BAB III VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RS…………………….............................. 9
6. Visi…………………………………………………………………………………... 9
7. Misi………………………………………………………………………………….. 9
8. Falsafah…………………………………………………………………………….. 9
9. Nilai………………………………………………………………………………….. 9
10. Tujuan………………………………………………………………....................... 10
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI TIM MFK……………………………………………………... 10
11. Struktur Organisasi Tim MFK…………………………………………………….. 10
12. Susunan Tim MFK RSUD Cilincing ……………………… 11
BAB V URAIAN JABATAN TIM MFK…………………………………………………………… 12
13. Uraian Jabatan Tim MFK…………………………………………………………. 12
a. Ketua MFK……………………………………………………………………… 12
b. Wakil Ketua MFK………………………………………………………………. 13
c. Sekretaris……………………………………………………………………….. 13
d. Koordinator bidang keselamatan dan keamanan………………………….. 13
e. Koordinator bidang bahan berbahaya dan beracun……………………….. 14
f. Koordinator bidang manajemen emergensi………………………………… 15
g. Koordinator bidang pengamanan dan kebakaran………………………….. 15
h. Koordinator bidang Peralatan medis………………………………………… 16
i. Koordinator bidang sistem utilitas……………………………………………. 17
j. Koordinator bidang pendidikan dan pelatihan………………………………. 17
k. Koordinator bidang monitoring dan evaluasi………………………………... 18
iii
BAB VII TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN………………………. 21
14. Keselamatan dan keamanan…………………………………………………….. 21
a. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit……….. 21
b. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit……………………………… 24
c. Perlengkapan keamanan pasien…………………………………………….. 49
15. B3 (bahan berbahaya dan beracun)…………………………………………….. 51
a. Perencanaan B3……………………………………………………………….. 53
b. Penyimpanan B3………………………………………………………………. 53
c. Distribusi B3……….………………………………………………………….... 54
d. Penggunaan B3………………………………………………………………... 54
e. Pengelolaan limbah B3……………………………………………………….. 54
f. Pembuangan limbah B3 di unit laboratorium……………………………….. 55
g. Pembuangan limbah B3 di Unit dialiyis……………………………………… 57
h. Pembuangan limbah B3 di unit farmasi……………………………………... 57
i. Paparan / kecelakaan B3……………………………………………………... 58
j. Pengadaan B3…………………………………………………………………. 60
k. Spill kit…………………………………………………………………………... 62
16. Manajemen emergensi……………………………………………………………. 65
a. Pengertian……………………………………………………………………… 65
b. Tujuan…………………………………………………………………………… 66
c. Pengaturan jaga……………………………………………………………….. 66
d. Denah ruangan………………………………………………………………… 66
e. Fasilitas keselamatan…………………………………………………………. 66
f. Sandi penanggulangan kebakaran/bencana………………………………… 66
g. Uraian tugas Tim………………………………………………………………. 68
h. Evakuasi dan penyelamatan…………………………………………………. 70
i. Penanggulangan bencana…………………………………………………….. 73
j. Sarana-sarana penanggulangan……………………………………………… 80
17. Pengamanan dan kebakaran…………………………………………………….. 81
a. Tujuan…………………………………………………………………………… 81
b. Penatalaksanaan pengamanan dan kebakaran……………………………. 81
18. Peralatan medis……………………………………………………………………. 85
a. Tujuan…………………………………………………………………………… 85
b. Penatalaksanaan peralatan medis………………………………………….. 85
iv
20. Sanitasi Rumah Sakit……………………………………………………………… 89
a. Penyediaan air bersih…………………………………………………………. 89
b. Toilet dan Kamar mandi………………………………………………………. 90
c. Pengolahan limbah…………………………………………………………….. 91
d. Sampah RS…………………………………………………………………….. 91
Tata laksana sanitasi lingkungan………………………………………………... 92
BAB VIII MONITORING DAN EVALUASI…………………………………………………………… 104
21. Monitoring dan evaluasi…………………………………………………………… 104
a. Keselamatan dan keamanan…………………………………………………. 104
b. B3 (bahan berbahaya dan beracun)…………………………………………. 105
c. Manajemen emergensi………………………………………………………... 105
d. Pengamanan dan kebakaran………………………………………………… 105
e. Peralatan medis………………………………………………………………... 106
f. Sistem utilitas…………………………………………………………………… 106
BAB IX PENUTUP…………………………………………………………………………………… 109
LAMPIRAN………………………………………………………………………………………………............. 109
v
PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
RUMAH SAKIT RSUD Cilincing
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG.
Sebagai institusi kesehatan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, RSUD Cilincing
wajib memenuhi ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku, oleh Kepala
RSUD Cilincing secara operasional dituangkan dalam berbagai kebijakan umum
tentang program kegiatan disetiap unit pelayanan maupun unit terkait. Sebagian dari
program kegiatan tersebut ada yang harus dilaksanakan secara terpadu yang
melibatkan berbagai unit pelayanan di lingkungan RSUD Cilincing salah satu
diantaranya adalah program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan. Di lingkungan
RSUD Cilincing sendiri selalu ada kemungkinan terjadinya kecelakaaan kerja dalam
pengoperasian peralatan kedokteran serta penunjang medik lainnya, bahkan resiko
terjadinya penyakit akibat kerja dapat pula timbul penyebabnya bisa dari fasilitas yang
dimiliki rumah sakit atau sebagian besar disebabkan faktor ketidak hati-hatian
manusianya, dipihak lain setiap sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit
berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan profesinya/pekerjaannya,
terjamin keamanan pemakaian peralatan penunjang medik dan non medik yang
terdapat di rumah sakit termasuk pasien dan pengunjung yang mendatangi RSUD
Cilincing .
diwujudkan dengan pelaksanaan keselamatan Karena itu lingkungan kerja yang sehat
dan aman bagi petugas dan pengunjung RSUD Cilincing dapat keamanan kerja di
RSUD Cilincing yang dijalankan dengan baik dan konsisten. Dengan lingkungan yang
sehat petugas dapat bekerja tanpa resiko cedera sehingga dapat melayani pasien
dengan sebaik-baiknya. Juga dapat menciptakan lingkungan aman dan bebas dari
pencemaran limbah berbahaya dan beracun.
Pada akhirnya tercipta suatu kesejahteraaan pegawai yang juga dapat menekan biaya
untuk angka kesakitan yang timbul pada petugas sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan RSUD Cilincing . Untuk itu perlu menyusun pedoman Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan sebagai panduan dalam pengelolaaan MFK.
2. TUJUAN.
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan ini adalah
sebagai dasar untuk memberikan pedoman kepada petugas RSUD Cilincing
khususnya petugas yang berhubungan dengan Fasilitas dan Keselamatan
Rumah Sakit RSUD Cilincing .
b. Tujuan Khusus
1) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja pegawai di
semua unit kerja ke tingkat setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada petugas berupa
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi
lingkungan kerjanya.
3) Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi petugas di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang membahayakan kesehatan.
4) Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
3. RUANG LINGKUP.
Ruang lingkup Manajemen Fasilitas dan Keselamatan RSUD Cilincing yaitu
merupakan kegiatan untuk menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
menunjang kebutuhan pasien, keluarga dan staf serta pengunjung. Dan yang menjadi
fokus dari Manajemen Fasilitas dan Keamanan berupa keselamatan dan keamanan
dari fasilitas gedung, bahan berbahaya, manajemen emergensi, pengamanan
kebakaran, peralatan medis dan sistim utilitas. Secara khusus manajemen fasilitas
dan keamanan berupaya untuk:
a. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
b. Mencegah kecelakaan dan cidera
c. Memelihara kondisi yang aman
4. LANDASAN HUKUM.
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 05 / Men / 1996, tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010, tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
2
e. Keputusan Menteri Kesehatan No.1204/MENKES/SK/X/2004, tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/MENKES/PER/V/1996, tentang
Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/MEN/1980, tentang Pemeriksaan
Tenaga dan Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/Men/1980, tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
3
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
5. GAMBARAN UMUM.
a. Jenis kegiatan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
Rumah Sakit berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan
suportif bagi pasien, keluarganya, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan
ini, fasilitas fisik, medis, peralatan lainnya, dan sumber daya manusianya harus
dikelola secara efektif. Secara khusus manajemen harus berusaha untuk:
1) mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2) mencegah kecelakaan dan cedera
3) memelihara kondisi yang aman.
2) Bahan Berbahaya.
4
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan
lainnya dikendalikan dan limbah berbahaya ditangani secara aman.
3) Manajemen Emergensi.
Respons terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan
dan dijalankan secara efektif.
4) Pengamanan Kebakaran.
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya
kebakaran dan asap.
5) Peralatan Medis.
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa
agar mengurangi risiko.
6) Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko
kegagalan dalam kegiatan kerja dapat diminimalkan.
b) Rawat Inap
Jumlah ruangan perawatan di RSUD Cilincing sebanyak 15
ruangan yaitu:
(1) Ruangan 1 yaitu ruangan bedah
(2) Ruangan 2 yaitu ruangan anak-anak
(3) Ruangan 3/4 yaitu ruangan kandungan/persalinan
(4) Ruangan Perina yaitu ruangan Bayi
(5) Ruangan 7 yaitu ruangan Penyakit dalam 1
(6) Ruangan 8 yaitu ruangan Penyakit dalam 2 (wanita)
(7) Ruangan 9 yaitu ruangan Penyakit Paru-paru
(8) Ruangan 10 yaitu ruangan Penyakit dalam 3 (pria)
(9) Ruangan 11 yaitu ruangan Jiwa
(10) Ruangan 12 yaitu ruangan Syaraf
(11) Ruangan 13 yaitu ruangan THT, Kulit, Mata
(12) Ruangan ICU
5
2) Pelayanan Penunjang
Pelayanan penunjang terdiri dari:
a) Laboratorium
Pelayanan laboratorium terdiri dari laboratorium Klinik.
b) Radiologi
Pemeriksaan radiologi di RSUD Cilincing terdiri dari pemeriksaan
X-ray dan USG.
c) Farmasi
Guna mendukung pelayanan obat-obatan bagi pasien dari
masyarakat umum, maka pelayanan obat-obatan di RSUD
Cilincing dikelola oleh Instalasi Farmasi.
d) Kamar Operasi dan Persalinan
(1) Pelayanan kamar operasi dilaksanakan oleh Instalasi
Kamar Bedah untuk operai Mata.
(2) Kamar persalinan dipakai untuk pelaksanaan kegiatan
persalinan normal, kuret dan tindakan lain di SMF Obsgyn.
3) Sarana Penunjang Non Medik
a) Dapur/ruang gizi
b) Ruang pencucian/laundry
c) CSSD
4) Tenaga Kerja
Rumah Sakit RSUD Cilincing mempekerjakan tenaga kerja dengan latar
belakang status kepegawaian dan latar belakang pendidikan dari
berbagai disiplin ilmu serta strata pendidikan yang berbeda-beda, yaitu
terdiri dari
a) Organik PNS
b) Karyawan Harian Lepas/honorer
6
d) Provinsi : DKI JAKARTA
Lokasi RSUD Cilincing sudah sesuai peruntukannya sebagaimana yang
diatur dalam Perda DKI Jakarta, yaitu lokasi RSUD Cilincing digunakan
sebagai kawasan Penduduk serta sebagai pelayanan kesehatan.
6) Perijinan
RSUD Cilincing dari tahun ke tahun selalu melakukan penyempurnaan
pada sarana dan prasarana serta sumber daya manusia. Adapun daftar
peirijinan disajikan pada tabel berikut:
MASA
NO IZIN NO IZIN KET
BERLAKU
Izin Operasional
1.
RS
2. Izin Gangguan
Izin Penangkal
3.
petir
Pemanfaatan
4.
Tenaga Nuklir
Izin Pembuangan
5.
Limbah Cair
Izin Pengambilan
6. dan Pemanfaatan
Air Bawah tanah
Surat Keterangan
Pemeriksaan Alat
7.
Pemadam
Kebakaran
8. Izin Genset
9. Izin Incenerator
7
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih RSUD Cilincing hanya
menggunakan sumber air tanah, adapun lokasi dan kedalaman
sumur di uraikan pada tabel berikut:
b) Jenis limbah
(1) Limbah padat
Jenis limbah yang dihasilkan terbagi menjadi sampah
medis dan non medis. Untuk pemusnahan sampah medis
padat dilaksanakan di incenerator RSUD Cilincing
8
sedangkan sampah Non medis/limbah domestik diangkut
oleh dinas kebersihan kota Jakarta.
c) Penggunaan Energi
RSUD Cilincing dalam penggunaan listriknya bergantung pada
PLN sedangkan cadangannya berupa 2 genzet yang masing-
masing kemapuannya sebesar 250 Kva.
9
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RS
6. VISI.
Mewujudkan RSU Kelas D Cilincing sebagai Rumah Sakit pemberi pelayanan terbaik
se DKI Jakarta.
7. MISI.
1.Memberikan Pelayanan kesehatan yang bermutu, ramah, dan senyum.
2. Meningkatkan Kualitas SDM yang professional
3. Meningkatkan Sarana Dan Prasarana Yang Menunjang Kualitas Pelayanan
4. Meningkatkan Disiplin dan Kinerja KAryawan
5. Menjalin Kerjasama yang baik dengan Masyarakat Dan Stake Holder
8. NILAI.
Untuk mewujudkan visi dan misi, RSUD Cilincing menganut nilai-nilai yang berpihak
kepada kepentingan Karyawan, PNS, dan keluarganya serta masyarakat umum yaitu:
a. Non diskriminatif
Tidak ada perbedaan dalam pelayanan baik Dinas maupun Umum semuanya
memiliki kesempatan yang sama kecuali kasusnya.
b. Profesional
Pelayanan diberikan sesuai bidang ilmu pengetahuan yang dimiliki.
c. Solid
Pelayanan diberikan atas dasar kerjasama dan kekompakan dengan
memperhatikan koordinasi, integritas dan berlanjut.
d. Komitmen
Pelayanan dilaksanakan dengan dilandasi komitmen yang tinggi, untuk
menjaga nama baik RSUD Cilincing.
e. Transparan dan akuntabel
Keterbukaan dan mengikuti system yang terstandarisasi merupakan pilihan
terbaik menuju good govermance.
10
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI TIM MFK
Keanggotaan tenaga kerja dalam struktur organisasi Tim MFK diganti setiap 3 tahun
sekali. Dengan bergantinya pengurus Tim MFK, maka akan semakin banyak tenaga
kerja yang memahami MFK, sehingga dapat menjadi simpul-simpul komunikasi upaya
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Ketua
Sekretaris
Wakil Ketua
Kesel
Kesela
12. SUSUNAN TIM MFK RSUD Cilincing amata
matan
a. Ketua Tim MFK n & Raudranisala
: dr. Rafael Nanda
&
b. Wakil ketua Tim MFK : dr. Maya Ramadani Ningtyas
11
Keseh
Kesehat
atan
an
Kerja
Kerja
c. Sekretaris : Zahra Rah Gangga, AMD Kep
d. Koordinator:
1) Bidang Keselamatan dan Keamanan : Mardiana Tri Cahyati, Amd. Kep
2) Bidang Bahan Berbahaya dan Beracun : Sri Herlina Amd. Kep
3) Bidang Manajemen Emergensi : Hendi setiyawati Amd. Keb
4) Bidang Pengamanan dan Kebakaran : Vina Rahayu Amd. Kep
5) Bidang Peralatan Medis : Ahmad Rawi
6) Bidang Sistem Utilitas :Hegar Laksana Putra Amd.Kep
7) Bidang Pendidikan dan Pelatihan : Ulfah Armita
8) Bidang Monitoring dan Evaluasi : Ns. Novy Nurfadilah S.Kep
12
BAB V
URAIAN JABATAN TIM MFK
c. Sekretaris:
1) Menerima surat-surat yang ditujukan kepada Tim MFK serta
menyimpannya dalam suatu bentuk pengarsipan.
2) Menyusun konsep isi surat dan mendistribusikan surat-surat yang
dikeluarkan oleh Tim MFK kepada bagian-bagian yang dituju.
3) Melakukan pengelolaan surat masuk dan surat keluar dalam suatu
bentuk pengarsipan yang efisien dan efektif, sehingga memudahkan pencarian
ketika dibutuhkan.
4) Menghadiri rapat Tim MFK dan membuat notulen hasil rapat tersebut.
5) Bersama dengan tim MFK menyusun laporan kegiatan MFK pada akhir
tahun serta rencana kerja untuk periode berikutnya.
6) Mengumpulkan dan menyimpan laporan-laporan dari program-program
yang terkait dengan MFK.
14
5) Berkoordinasi dengan Tim Gizi, Unit Pusat Sterilisasi dan laundry
tentang pengendalian penyehatan tempat pencucian.
6) Memantau pengolahan limbah, sampah medis dan non medis, serta
pengawasan pengelolaan sampah dapur.
7) Mengawasi pelaksanaan pengendalian serangga dan tikus yang
dilaksanakan oleh Urdal.
8) Bekerjasama dengan Bidang Pelatihan MFK melaksanakan penyuluhan
Keselamatan dan Keamanan rumah sakit.
9) Melakukan koordinasi dengan Kasi Tuud mengenai pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan untuk calon karyawan dan petugas yang telah bekerja.
10) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kesehatan
petugas untuk dilaporkan kepada Wakil Ketua Tim MFK.
11) Memantau pelaksanaan dan melakukan evaluasi pemeriksaan
kesehatan berkala untuk petugas dan membuat laporan pelaksanaan kepada
Wakil Ketua Tim MFK untuk kemudian diteruskan kepada Ketua Tim MFK.
12) Mengumpulkan dan membuat rekapitulasi data pelaksanaan kesehatan
petugas.
13) Melakukan koordinasi dengan Kaur Personalia dalam menetapkan dan
mengawasi pelaksanaan pengobatan petugas.
14) Memantau dan membuat evaluasi kejadian kecelakaan kerja / penyakit
akibat kerja serta melaporkan kepada Wakil Ketua Tim MFK untuk kemudian
diteruskan kepada Karumkit.
15) Bekerjasama dengan Bidang Pelatihan MFK melakukan sosialisasi
mengenai kesehatan petugas.
16) Membuat laporan kegiatan di Bidang Keselamatan dan keamanan pada
akhir tahun serta menyusun rencana kerja untuk periode berikutnya.
17) Menghadiri rapat koordinasi dalam Tim MFK secara periodik.
15
4) Membuat evaluasi terhadap penggunaan buku panduan B3 dan
menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK serta kebutuhan terkini.
5) Membuat evaluasi dan laporan kegiatan Bidang B3 pada akhir tahun
untuk dilaporkan kepada Ketua MFK serta menyusun rencana kerja untuk
periode berikutnya.
6) Menghadiri rapat koordinasi dalam Tim MFK secara periodik.
16
3) Membuat evaluasi berkala mengenai alat-alat yang berhubungan
dengan kebakaran kepada Dinas Pemadam Kebakaran.
4) Mengambil alih komando dan melakukan analisa kebutuhan tindakan
pada saat terjadi bencana.
5) Memimpin serta melakukan koordinasi tugas dengan para komandan
ruangan, petugas dalam kegiatan penanggulangan keadaan darurat/kebakaran.
6) Memberikan instruksi untuk membunyikan alarm di dalam ruangan bila
terjadi keadaan darurat.
7) Berada di tempat kejadian dan memimpin seluruh tindakan sampai
kondisi kembali normal.
8) Melakukan koordinasi antara komandan ruangan, tim evakuasi dan Tim
penanggulangan bencana sampai kondisi kembali normal.
9) Mengkoordinasikan dan pemantauan penyediaan rambu-rambu tanda
khusus yang diletakan diberbagai tempat yang membutuhkan.
10) Melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai evakuasi bencana serta
penggunaan alat pemadam api ringan.
11) Membuat evaluasi dan laporan kegiatan Bidang Pengamanan dan
kebakaran pada akhir tahun serta menyusun rencana kerja untuk periode
berikutnya.
12) Menghadiri rapat koordinasi dalam Tim MFK secara periodik.
17
i. Koordinator Bidang Sistem Utilitas:
1) Mengumpulkan dan melakukan inventarisasi data-data sistem Utilitas.
2) Menginventarisasi prosedur-prosedur yang ada dan membuat manual
peralatan untuk ditempelkan pada peralatan di area unit kerja.
3) Memantau kegiatan pengamanan sistem utilitas, monitoring peralatan,
pemeriksaan alat secara berkala agar seluruh peralatan tetap dalam keadaan
baik dan siap pakai.
4) Berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait pemeliharaan sistem
utilitas baik yang dilakukan internal rumah sakit maupun dari pihak luar.
5) Membuat evaluasi dan laporan kegiatan bidang sistem utilitas pada
akhir tahun untuk dilaporkan kepada Ketua MFK serta menyusun rencana kerja
untuk periode berikutnya
6) Menghadiri rapat koordinasi dalam Tim MFK secara periodik.
18
11) Menghadiri rapat koordinasi antar anggota Tim MFK secara periodik.
BAB VI
POLA KETENAGAAN TIM MFK RUMAH SAKIT RSUD Cilincing
Berdasarkan fungsi dan tugas pokok kegiatan, rumah sakit menyelenggarakan kegiatan
administrasi dan manajemen serta kegiatan pelayanan kesehatan. Pada umumnya Struktur
Organisasi di rumah sakit disusun berdasarkan kelompok kategori 2 unit kerja sebagai
berikut:
a. Unit Kerja Struktural
19
Direktur/Kepala, Wakil Direktur/Kepala, Bidang dan Bagian yang bertanggung
jawab menyelenggarakan administrasi dan manajemen rumah sakit dan
fungsional.
Tabel
Menetapkan Unit Kerja & Kategori SDM
No Unit Kerja Sub Unit Kerja Kategori SDM
1. Bidang Keselamatan Unit Rikkes Dokter dan Dokter Gigi
dan Keamanan
Unit Kecelakaan Kerja Dokter
D3 Keperawat
SLTA plus
20
Penyehatan air Sarjana Kesehatan
Masyarakat
D3 Kesehatan Lingkungan
D3 Radiologi
Perlindungan Radiasi
Sarjana Kesehatan
Upaya penyuluhan Masyarakat
kesehatan lingkungan D3 Kesehatan Lingkungan
SLTA plus
2. Bidang Bahan Pengadaan- Sarjana Kesehatan
berbahaya dan beracun pembuangan limbah B3 Masyarakat
Sarjana Teknik Lingkungan
SLTA plus
3. Bidang Manajemen Disaster program Dokter
emergensi D3 Keperawat yang memiliki
sertifikat PPPGD
SLTA Plus
Tenaga non medis yang
sudah terlatih
21
5. Bidang Pendidikan dan Pelatihan Sarjana / D3 Pendidikan
Latihan
Simulasi SLTA Plus
Kualifikasi Pendidikan :
a. Dokter dan Dokter Gigi
b. Sarjana Kesehatan Masyarakat
c. Sarjana Tehnik Lingkungan
d. Sarjana Pendidikan
e. D3 Pendidikan
f. D3 Kesehatan Lingkungan
g. D3 Keperawatan
h. D3 Radiologi
i. SLTA Plus
BAB VII
TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
22
ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan pasien,
keluarganya, pengunjung dan petugas rumah sakit:
a. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit.
1) Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik
masyarakat rumah sakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga
siapapun yang berada di rumah sakit terhindar dari kecurian maupun
pengambilan secara paksa miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit
diidentifikasi, pengunjung dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang
menunggu/ menginap di rumah sakit diidentifikasi, gedung difasilitasi
dengan pemasangan trail sesuai kebutuhan keselamatan keamanan,
pasien dan keluarga diinfokan untuk tidak membawa barang berharga
dan uang yang berlebihan, pemasangan kamera untuk mengindentifikasi
kejadian yang mengancam keselamatan dan keamanan.
26
Pemeriksaan ini diberikan bagi petugas yang telah bekerja minimal 12
bulan berturut- turut. Tujuan dari dilakukan pemeriksaan berkala adalah:
a) Memberikan perawatan atau tindakan preventif bagi petugas yang
bertugas di Unit pelayanan yang memiliki resiko tinggi sesuai dengan
standar kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku.
b) Meningkatkan produktivitas kerja dan memberikan keadaan
nyaman kepada petugas.
c) Memantau kondisi kesehatan petugas pada unit kerja tersebut
diatas.
27
(a) HBs Ag
(b) Anti HBs
(c) Anti HCV
(d) Anti HIV
(e) SGOT
(f) SGPT
(g) Gamma GT
(h) Foto Thorax
b) Pemeriksaan Kesehatan berkala 2 tahunan yaitu pemeriksaan
yang dilakukan setiap 2 tahun sekali bagi petugas yang bekerja di Unit
Pelayanan Pasien secara langsung.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Rekam Medis
(2) Gizi
(3) Administrasi Rawat Jalan
(4) Administrasi Rawat Inap
(5) Informasi
(6) Pengemudi
(7) Fisioterapi
(8) Ekspedisi
(9) Keamanan
28
4) Pemberian Imunisasi.
Pemberian vaksin ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu, dan Vaksin yang digunakan adalah vaksin hepatitis B
rekombinan.
Pemberian vaksinasi:
a) sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat petugas
melakukan pemeriksaan berkala.
b) sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat petugas
mengalami kecelakaan kerja pada hubungan kerja.
c) Pemberian vaksinasi bagi petugas tiga kali dengan jadwal 0-1-3
(vaksin kedua berjarak 1 bulan dari vaksin pertama, dan vaksin
ketiga berjarak dua bulan dari vaksin kedua), kemudian
dilanjutkan pemeriksaan laboratorium titer Anti Hepatitis B 1
bulan setelah pemberian vaksin ketiga.
29
(2) Penanganan dan Pengobatan.
Penanganan dan pengobatan Kecelakaan Tertusuk Jarum
dan tumpahan cairan tubuh.
(a) Tercemar Hepatitis B (HBsAg Positif)
Bila HBsAg negatif dan tidak kebal, dalam
waktu 24 jam lakukan pemberian HBIG
(Hepatitis B Imunoglobulin) dengan dosis 0.06
ml/kg. Dilanjutkan dengan pemberian
vaksinasi hepatitis B sebanyak 3 kali.
Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs < 100
mIU/ml, diberi suntikan Hepatitis B sebanyak 1
kali.
Jika Anti HBsAg positif dengan titer > 100
mlU/ml tidak perlu dilakukan tindakan.
30
Jika terjadi kenaikan SGPT secara fluktuatif
dalam jangka waktu 6 bulan, rujuk ke dokter
spesialis penyakit dalam.
31
7) Pencegahan dan pengendalian benda tajam serta penanganan
kecelakaan kerja akibat benda tajam/tertusuk jarum.
Pengertian:
a) Hazard ialah benda atau bahan berpotensi menimbulkan bahaya
pada keselamatan dan kesehatan saat kerja khususnya pada
pemberi pelayanan ataupun penerima pelayanan pada umumnya.
b) Yang dimaksud dengan terkena benda tajam adalah luka tusuk / iris
pada karyawan / petugas yang ditimbulkan oleh benda tajam.
c) Benda tajam adalah semua benda tajam yang berada di rumah
sakit, baik yang telah digunakan terhadap pasien yang menderita
atau diduga menderita hepatitis B / C dan atau HIV, antara lain
jarum, pisau, gunting, maupun benda lain yang berpotensi
menimbulkan luka.
32
(2) Kenali Prosedur /Tindakan yang berakibat tertusuk jarum
atau sejenisnya
Korban
1. Luka dipijit dan cuci dengan air
2. Lapor atasan atau PJ
3. Segera ke UGD dan membawa
barang bukti.
4. Mengisi formulir kejadian (bisa
ditempat kejadian atau di UGD)
Tim UGD
1. Memeriksa korban Pasien
2. Pencatatan medis pernah
3. Menyimpan barang bukti diperiksa Tidak
4. Menelusuri pasien pemilik
5. Melaporkan kejadian ke MFK dan
PPIN
Ya
Minta inform concern
35 untuk pemeriksaan
Data sumber Ada Lihat catatan
benda tajam? medis
Setuju
Tidak diperiksa
Ya Tidak
Selesai
Selesai
36
(d) Penanggung jawab ruangan harus membuat laporan
kejadian (berita acara) yang berisi informasi kejadian, data
medis karyawan dan data medis pasien yang menjadi
sumber penularan. Bila data tidak ada, dilakukan
pemeriksaan HBsAG, anti HCV dan anti HIV.
37
♦ Bila Anti HCV Positif berarti petugas pernah
terinfeksi virus hepatitis C.
♦ Lihat catatan kesehatan petugas
sebelumnya, bila SGPT sering abnormal dalam
jangka waktu 6 bulan berarti petugas tersebut
kemungkinan menderita Hepatitis C menahun.
♦ Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT
selama 6 bulan, bila SGPT abnormal kemungkinan
terjadi penularan dan rujuk ke dokter spesialis
penyakit dalam.
38
♦ Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun
tetap negatif berarti tidak tertular.
♦ Bila anti HIV positif, petugas dirujuk ke Dokter
Spesialis Penyakit Dalam.
Dokter UGD membuat laporan perkembangan
status kesehatan karyawan yang terkena benda
tajam selama periode pemantauan dan diserahkan
ke Kasi Tuud, Tim Pengendali Infeksi Nosokomial
dan Tim K3RS. Kasi Tuud bersama dengan
pimpinan rumah sakit akan memutuskan
pengobatan selanjutnya bila petugas tersebut positif
tertular.
8) Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha
menyelaraskan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang
setinggi – tingginya.
Manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan adaptasi terhadap
lingkungan fisik, beban kerja fisik dan psikologis. Tanpa penerapan
konsep-konsep ergonomi ditempat kerja ternyata meningkatkan resiko
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
39
b) Anthropometri.
adalah ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran tubuh manusia
secara sistematis. Ketidakserasian antara ukuran tubuh manusia
dengan tempat kerja akan mempengaruhi sikap tubuh saat
bekerja sehingga dapat menyebabkan berbagai gangguan
muskuloskeletal, mulai dari nyeri sampai cedera otot dan
memperbesar resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja. Secara
teoritis semua peralatan harus di desain untuk mengakomodasi
semua individu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
Pendekatan yang umum dilakukan adalah mendesain peralatan
atau tempat kerja untuk persentil tertentu dari populasi.
Otomatisasi di tempat kerja tetap harus memperhitungkan ukuran
– ukuran tubuh manusia dalam rancangan tempat kerja.
Penggunaan data anthropometri misalnya jarak, jangkauan,
postur, kekuatan.
e) Pengorganisasian kerja.
Menyangkut: Waktu kerja, waktu istirahat dan kerja lembur.
40
g) Kelelahan kerja
- Kelelahan otot
- Kelelahan umum
41
(1) Taruh satu kaki di pijakan dengan posisi lebih tinggi 15 cm
dan bergantian saat aktifitas berdiri lama.
(2) Jaga posisi bekerja anda pada ketinggian yang sesuai.
(3) Ganti posisi secara teratur.
(4) Berdiri pada alas yang nyaman.
42
Maksimum untuk laki-laki Maksimum untuk Wanita
Umur ( tahun )
(kg) (kg)
14-16 15 10
16-18 19 12
18-20 23 14
20-35 25 15
35-50 21 13
> 50 16 10
Sumber: Pheasant (1991 )
f) Kerja otot
Kerja otot di bagi dua yaitu:
(1) Kerja dinamis
(a) Pergantian antara kontraksi otot dan relaksasi
secara ritmis.
(b) Frekwensi pernafasan meningkatkan
(c) Denyut jantung dan tekanan darah meningkatkan
(d) Aliran darah dan oksigen meningkat ke otot yang
aktif dan berkurang ke daerah inaktif
43
(e) Beban kerja yang dianjurkan adalah 30 – 35% dari
maksimum konsumsi oksigen ( VO2 maks )
g) Kerja Shift
Dalam merancang kerja shift perlu diperhatikan berbagai hal:
(1) Kemampuan pekerja untuk beradaptasi.
(2) Pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan.
(3) Pola pergantian shift.
44
a) Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pada
tenaga kerja:
(1) Analisa kebutuhan, merupakan langkah awal. Terlebih
dahulu ditentukan jenis bahaya yang terdapat dalam pekerjaan
dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta peraturan yang
berlaku.
(2) Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa
kebutuhan, dapat ditentukan jenis alat apa saja yang diperlukan.
Selain itu, dalam pemilihan APD ini sudah melalui proses
pengujian dan memenuhi standar yang berlaku.
(3) Komunikasi program. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja
mengerti dan merasa diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa
lisan atau tulisan. Perlu pula ditanamkan pengertian akan
pentingnya peranan pemakaian APD dalam mencegah cedera
atau mengurangi akibat suatu kecelakaan dan membangkitkan
minat dan akhirnya membutuhkan pemakaian APD.
(4) Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam
keadaan apa saja alat ini harus digunakan dan bagaimana cara
pemeliharaannya. Latihan ini dapat diberikan secara formal dan
informal.
(5) Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD.
b) Pemilihan APD
Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung
diri:
(1) Bentuk cukup menarik.
(2) Dapat dipakai secara fleksibel.
(3) Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
(4) Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap
bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh tenaga kerja.
(5) Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya
yang disebabkan bentuk dan bahannya tidak tepat atau salah
dalam penggunannya.
45
c) Macam-macam APD
(1) Perawatan Umum dan Gigi
(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker dipasang menutup mulut
dan lubang hidung dan kedua tali diikat ke belakang
dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi pasien
yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui
udara dan diri si petugas bila mengalami flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari
kontaminasi penyakit menular. Baju khusus (SKORT)
dipakai menutup bagian belakang dengan rapi digunakan
pada saat ada tindakan di kamar (misal: kemoterapi).
(c) Sarung tangan: untuk melindungi tangan dari alat
tajam.
(d) Khusus untuk poli gigi, tidak menggunakan
apron/baju khusus.
46
(e) Sepatu tertutup: untuk menghindari kaki dari
percikan – percikan darah. Sepatu tertutup digunakan pada
saat menolong persalinan normal.
(f) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari
percikan – percikan darah/bahan lain. Kacamata (goggle)
digunakan pada saat menolong persalinan normal.
47
(c) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari
percikan darah/bahan lain. Kacamata (goggle) digunakan
pada saat membersihkan bahan/alat kotor
(5) Gizi
(a) Celemek: untuk melindungi tubuh dari percikan air
pada saat membersihkan alat dan memasak. Celemek
digunakan pada saat bekerja di dapur atau sedang
membersihkan peralatan masak.
(b) Safety shoes untuk melindungi kaki menghindari
agar tidak terpeleset pada saat bekerja di dapur. Safety
shoes digunakan pada saat bekerja di dapur.
(c) Kain lap: untuk melindungi tangan agar terhindar
dari panasnya alat. Kain lap digunakan untuk memegang
peralatan yang panas.
(d) Tutup kepala: untuk melindungi rambut. Tutup
kepala digunakan pada saat bekerja.
(e) Sarung tangan plastik: untuk melindungi tangan
agar terhindar dari kotoran. Sarung tangan plastik
digunakan pada saat meracik buah atau makanan matang
(6) Radiologi
(a) Apron: untuk proteksi bahaya radiasi. Apron
digunakan pada saat melakukan tindakan.
(b) Film badge: untuk mendeteksi banyaknya radiasi
yang diterima. Film badge dikenakan pada saat melakukan
tindakan.
(c) Kacamata Pb: untuk melindungi mata dari bahaya
radiasi. Kacamata Pb digunakan pada saat melakukan
tindakan fluoroscopy.
(7) Laboratorium
(a) Jas Lab: untuk melindungi tubuh dari percikan
reagen atau bahan lain. Jas lab digunakan pada saat
bertugas di laboratorium.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung dan untuk melindungi
48
tangan dari alat tajam. Sarung tangan digunakan pada saat
melakukan tindakan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker digunakan pada saat
bertugas di laboratorium saat karyawan sedang terkena flu.
(8) Housekeeping
(a) Sabuk pengaman: untuk melindungi diri agar tidak
terjatuh dari tempat yang tinggi. Sabuk pengaman
digunakan pada saat membersihkan daerah/gedung yang
tinggi.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung. Sarung tangan
digunakan pada saat membersihkan toilet atau bila
mencampur bahan pembersih.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker digunakan pada saat
membersihkan toilet atau bila mencampur bahan
pembersih.
(9) Laundry
(a) Baju khusus: untuk melindungi tubuh dari
kontaminasi penyakit. Baju khusus digunakan pada saat
mengambil bahan kotor (misal : laken kotor).
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung. Sarung tangan
digunakan pada saat memisahkan bahan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker digunakan pada saat
memisahkan atau mengambil bahan kotor (misal : laken
kotor).
(10) Maintenance
(a) Earmuff: untuk melindungi telinga dari kebisingan.
Earmuff digunakan pada saat di daerah bising.
(b) Kedok: untuk melindungi mata dari percikan api las.
Kedok digunakan pada saat mengelas.
49
(c) Masker: untuk melindungi tersedotnya debu atau
partikel kecil ke saluran pernapasan. Masker digunakan
pada saat membersihkan daerah berbau atau menggergaji
sesuatu.
(d) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari
kotoran. Sabuk pengaman digunakan pada saat
memperbaiki di daerah yang tinggi.
(e) Sabuk pengaman: untuk melindungi agar tidak
terjatuh dari tempat tinggi. Sarung tangan digunakan pada
saat memperbaiki daerah yang kotor
(12) Farmasi
(a) Masker: untuk melindungi terhisapnya serbuk obat
ke saluran pernapasan. Masker digunakan pada saat
meracik obat
(b) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari
obat. Sarung tangan karet digunakan pada saat meracik
obat.
50
a) Terbuat dari bahan yang tidak licin
b) Permukaan pegangan tidak kasar
c) Mudah dibersihkan
d) Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
e) Kokoh / tidak goyah
f) Pegangan setinggi pinggang orang dewasa
g) Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang
51
maupun portable di seluruh unit / ruangan perawatan, baik Rawat Jalan,
Rawat Intensif, Semi Intensif, Emergency dan Rawat Inap. Untuk
menjamin kelangsungan supply oksigen maka perlu dilakukan
pemeliharaan terhadap seluruh jenis peralatan gas medis yang ada di
RS sebagai berikut:
a) Tangki liquid oxygen
b) Tabung oksigen
c) oxygen portable
52
b) Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin
atau berkala.
Jenis ruangan yang harus memiliki tenaga listrik pengganti tersebut
adalah:
a) R. ICU
b) R. UGD
c) R. Bedah
d) R. Emergency
e) R. Laboratorium
f) R. Radiologi (daerah tertentu seperti: alat yang menggunakan
system computer untuk penyimpan data )
g) R. Sentral Komputer
53
c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
d. sangat mudah menyala (highly flammable);
e. mudah menyala (flammable);
f. amat sangat beracun (extremely toxic);
g. sangat beracun (highly toxic);
h. beracun (toxic);
i. berbahaya (harmful);
j. korosif (corrosive);
k. bersifat iritasi (irritant);
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
m. karsinogenik (carcinogenic);
n. teratogenik (teratogenic);
o. mutagenik (mutagenic).
54
4) Ketika stock B3 sudah berada dibawah titik pemesanan kembali, maka
pemesanan B3 dibuat.
5) Waktu pemesanan B3 rata-rata tiga hari.
6) Dalam situasi normal Jumlah pesanan B3 dihitung untuk mencukupi
kebutuhan dua minggu.
7) Dalam kondisi tertentu, pesanan B3 dapat disesuaikan dengan melihat
kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi supply barang B3 ke RSUD
Cilincing .
b. Penyimpanan B3
1) Penyimpanan B3 berada di gudang dan berada di bawah koordinator
pengadaan RSUD Cilincing .
2) Masing-masing unit atau bagian yang memerlukan B3 menyimpan di
masing-masing ruangan di gudang antara dan penanganan bahan kimia
berbahaya di ruangan-ruangan yang memiliki B3 agar terjamin keamanannya
dan tidak terjadi kontaminasi.
3) Pengawasan audit bahan kimia berbahaya sehubungan dengan
penggunaan alat-alat pelindung diri ( APD ) oleh semua Kepala Bagian dan
Kepala Unit yang mempunyai gudang antara yang berisi B3 di ruangannya.
4) Pengendalian Lingkungan Kerja yang aman terhadap bahan-bahan B3
dengan cara sosialisasi prosedur penanganan kebocoran dan tumpahan serta
penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan faktor kimia dan cara
pencegahannya pada waktu sosialisasi.
5) Penyimpanan B3 utama diserahkan kepada bagian logistik.
6) Penyimpanan di gudang utama B3 ini berlaku untuk bahan-bahan yang
bersifat korosif, eksplosif dan flammable.
7) Masing-masing unit kerja yang mempunyai B3 harus mempunyai gudang
antara yang berfungsi untuk menyimpan B3 dalam jumlah kecil.
8) Prosedur permintaan dari unit kerja ke bagian pengadaan ditentukan
oleh bagian pengadaan.
c. Distribusi B3
1) Jadwal pengambilan untuk masing-masing bagian atau unit yang
mempunyai B3 ditentukan oleh bagian logistik.
2) Permintaan dari masing-masing unit atau bagian hanya diperbolehkan 1
minggu sekali kecuali untuk kondisi luar biasa.
55
3) Khusus untuk kondisi luar biasa, maka penanggung jawab dari masing-
masing unit harus memberitahukannya terlebih dahulu kepada Kabag
pengadaan sebelum proses permintaan terjadi.
4) Pengambilan B3 yang diminta dilakukan oleh masing-masing bagian/unit
yang membutuhkan.
d. Penggunaan B3
Unit / ruangan yang memerlukan, menyimpan, menggunakan B3, memiliki
bahan kimia B3 di ruangannya masing-masing, mempunyai tanggungjawab
sebagai pengguna B3 adalah:
1) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan:
jadwal permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan dan MSDS
barang B3.
2) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
3) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan
B3 akibat kerja.
4) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-masing.
e. Pengelolaan Limbah B3
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau
dapat membahayakan kesehatan manusia. Limbah B3 dari rumah sakit
merupakan salah satu aspek yang sangat penting di dalam menunjang citra
pelayanan rumah sakit dan melindungi, memelihara dan meningkatkan
kesehatan tidak saja pasien, petugas kesehatan, tetapi juga masyarakat sekitar
rumah sakit.
56
(untuk pengujian), air bekas pencucian alat, sisa spesimen (darah, urin,
dan cairan tubuh). Sedangkan limbah padat di laboratorium dibagi
menjadi : sampah infeksius misalnya peralatan habis pakai seperti jarum
suntik/lancet, sarung tangan, kapas, botol spesimen, kemasan reagen,
sisa spesimen, media perbenihan bekas pakai, kapas lidi ,plastik
spesimen dan sampah umum (domestik) yang tidak infeksius : berupa
kertas, karton/dus, kantong makanan, plastik. Sumber limbah
laboratorium berasal dari: bahan baku yang digunakan untuk proses
kegiatan Lab (reagensia, bahan kimia), bahan habis pakai (media
perbenihan mikrobiologi), produk proses didalam lab (spesimen yang
digunakan untuk pemeriksaan lab).
57
tetapi langsung dibawa oleh petugas kebersihan untuk ditindaklanjuti
(dibakar di ruangan incenerator). Untuk reagen dalam kemasan besar,
tutup rapat mulut reagen, berikan ke petugas kebersihan untuk
ditindaklanjuti.
c) Limbah Mikrobiologi: media perbenihan bekas pakai ke autoklaf.
Disterilisasi basah dengan menggunakan uap panas pada tekanan
1210C selama 15 menit. Setelah dilakukan sterilisasi buang ke tempat
sampah dengan kantong plastik warna kuning (infeksius). Lempeng petri
kaca, tabung kaca, botol kultur, pipet kaca di sterilisasi basah dengan
menggunakan uap panas pada tekanan 1210C selama 15 menit, cuci,
lakukan sterilisasi kering menggunakan oven dengan suhu 150 0C
selama 2 jam.
d) Vacutainer (tabung penampungan spesimen darah): tutup
vacutainer dengan rapat, kumpulkan menjadi satu bagian, masukkan ke
kantong plastik warna kuning, ikat. Masukkan kantong plastik tersebut
kedalam wadah khusus, beri label infeksius, berikan ke petugas
kebersihan untuk dibawa ke penampungan sementara untuk diproses
lebih lanjut dibawa ke ruangan incenerator RSUD Cilincing .
e) Tips: rendam tip-tip bekas pakai pada suatu wadah yang telah
diberi larutan Na.Hipoklorit 0.78% atau Chlorin 0.5% , biarkan beberapa
lama. Buka kran air, biarkan air mengalir, buang bekas larutan tersebut
ke tempat pencucian, sedangkan untuk tip bekasnya buang ke kantong
plastik warna kuning.
58
1 Acetic Aid X
2 Hydrogen Choride X
3 Formaldehyde X
4 Chlorine
5 HCl 37% X
6 Sulfuric acid X
7 Metanol X X
8 Etanol X
9 Barium Klorida X
10 NaOH X
11 H2SO4 X
12 KOH 10% X
13 H2O2 3% X
h. Paparan / Kecelakaan B3
59
Pengertian Paparan Kontaminasi dengan bahan B3 adalah kecelakaan kerja
pada saat petugas sedang menangani bahan B3 saat bekerja secara tidak di
sengaja. Bahan B3 tersebut tumpah, terciprat atau mengkontaminasi kontak
langsung pada kulit, kulit luka/mata, terhirup, tertelan atau tidak sengaja
termakan/terminum bahan B3 di lingkungan kerjanya.
60
e) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi
larutan chlorin 5% dan bilas dengan air hangat. Jika kulit sobek, pakai
H2O2 3%
f) Keringkan kulit dengan kertas tissue
g) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
h) Catat jenis bahan B3 yang terpapar dan kemungkinan disiapkan
antidot khusus (lihat MSDS)
i) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
j) Lengkapi format kecelakaan yang disediakan UGD
61
h) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
i) Lengkapi format kecelakaan
j. Pengadaan B3
Perlu diperhatikan sebelum menggunakan bahan kimia :
Perhatikan label nama kimia
Baca isi / bahan aktif bahan kimia
Baca aturan pakainya
Bila ada, pelajari MSDS nya
Gunakan APD (Alat Pelindung Diri)
Tutup rapat botol / wadah
Simpan di tempat yang aman, hindari api.
62
b) Melakukan stock opname di ruangan masing-masing sesuai
dengan jumlah kebutuhan pemakaian
c) Mencatat, memperhatikan, menilai kualitas barang B3 mengenai
tanggal kadaluwarsa, cara pemakaian barang B3 agar terjamin
keamanan dan keselamatan kerja bagi pemakai barang B3, dimana
semua petugas yang memiliki, menyimpan, memakai barang B3 wajib
bertanggungjawab di masing-masing ruangannya.
k. Spill kit
1) Spill kit adalah perlengkapan yang digunakan untuk menangani
tumpahan :
63
DAFTAR ISI
a
KOTAK TUMPAHAN BAHAN INFEKSIUS
)
B
3
B
ahan berbahaya dan Beracun (Cairan kimia berbahaya yang
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif, dapat
mengganggu kesehatan dan mencemarkan lingkungan)
b) Bahan infeksius (Cairan yang dihasilkan dari tubuh pasien seperti
darah, tinja, urin, sputum,muntahan dll).
2) Prosedur
a) Siapa yang melaporkan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan / non kesehatan (petugas RSUD
Cilincing kontraktor) yang pertama kali menemukan
tumpahan.
(2) Pasien, pengunjung / keluarga pasien yang datang ke
RSUD Cilincing .
b) Siapa yang melakukan penanganan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan (petugas RSUD Cilincing ) yang
pertama kali menemukan tumpahan.
(2) Tenaga non kesehatan ( kontraktor )
3) Isi Spill
64
NO ISI KOTAK SPIL KIT JUMLAH KETERANGAN
1 4) Kantong
P kuning 2 buah Sekali pakai
2 e Masker hijau 2 buah Sekali pakai
3 n Sarung tangan medis 2 pasang Sekali pakai
4 a Gaun / apron plastik 2 buah Sekali pakai
5 n Tutup kepala 2 buah Sekali pakai
6 g Sepatu
7 a Air bersih 1 botol Sekali pakai
8 n Larutan detergen 1 botol Sekali pakai
9 a Larutan Klorin 1 botol Sekali pakai
10 n Tisu towel / kain lap 1 boks Sekali pakai
11 Tanda peringatan 1 sign board
t
12 Sapu dan pengki 1 set
u
13 Formulir laporan kejadian 1 lembar
m
14 Wadah botol untuk pecahan kaca 1 botol Sekali pakai
p
15 Penjapit / pinset 1 buah
a
h
an:
a) Amankan area tumpahan dengan tanda/kursi.
b) Buka spill kit, pasang tanda peringatan di area tumpahan.
c) Gunakan APD (masker, sarung tangan, gaun, tutup kepala,
sepatu, kacamata google)
d) Batasi penyebaran tumpahan dengan tisu/kain lap sekali pakai:
(1) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk cairan, serap dengan
tisu/kain lap sekali pakai untuk menutupi tumpahan lalu
masukan kedalam kantong ungu.
(2) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk serbuk, basahi tisu/kain
lap sekali pakai dengan air untuk menutupi tumpahan
serbuk lalu sapu dan masukan kedalam kantong ungu.
65
(3) dekontaminasi area tumpahan dengan detergen sebanyak 3
kali lalu semprotkan disinfektan, biarkan selama 2 menit
kemudian keringkan dengan tisu/kain lap sekali pakai lalu
buang ke kantong ungu.
(4) Lakukan hal di atas 3 kali berturut-turut sampai benar-benar
bersih.
(5) Lepaskan APD dan masukan kedalam kantong ungu.
(6) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
(7) Laporkan kebagian Urdal rumah sakit untuk pembersihan
lebih lanjut.
66
NO SEBUTAN TUGAS
JABATAN STRUKTURAL
3) S. JABATAN POKOK
a Keadaan Darurat.
g
a2. Wakil. Wakil Kepala RSUD Cilincing Membantu/mewakili tugas-
r benda.
g
a6. Tim Medis Pj. Dokter UGD/Tim Kode Biru Mengatur mekanisme
- pertolongan terhadap
t pasien / korban.
a
s8. Tim Pj Piket Mengamankan evakuasi
Pengamana dan arus lalu lintas
T n kendaraan.
67
Penanggulangan Kebakaran/Bencana (TPB) RSUD Cilincing dapat terlaksana
sesuai dengan Pedoman dan standar prosedur operasional yang ada.
3) Sebagai pedoman atau petunjuk bagi pejabat MFK atau yang tercantum
dalam Organisasi tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana, sehingga
mekanisme penanggulangannya dapat berjalan dengan lancar, efektif
dan efesien dibawah satu komando.
c. Pengaturan jaga
Dilakukan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi dalam 3 Shif dan masing-
masing Shif dipimpin seorang Komandan Regu atau Penanggung jawab
ruangan.
d. Denah Ruangan
Denah ruangan yang didalamnya termuat jalur evakuasi, tempat APAR,
ruangan beresiko, dimana denah tersebut berada disetiap ruangan maupun
ruangan perawatan serta ruangan area publik.
e. Fasilitas keselamatan
Fasilitas keselamatan yang berada di RSUD Cilincing yaitu: Jalur Evakuasi,
APAR,Tandu Evakuasi, Helm, Lampu sorot, Masker Asap, tempat berkumpul
evakuasi, Rambu, dll.
68
Untuk mempermudah penanganan korban musibah massal, dibuat
keadaan siaga bencana yang dikaitkan dengan jumlah tenaga
operasional yang ada serta estimasi jumlah korban dikelompokkan
sebagai berikut:
(a) SIAGA I : jumlah penderita 20 – 50 orang.
(b) SIAGA 2 : jumlah penderita 51 –100 orang.
(c) SIAGA 3 : jumlah penderita 101 – 200 orang
Jika pasien UGD telah mencapai jumlah > 200 orang, maka mulai dipersiapkan
rujukan ke rumah sakit terdekat. Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana
sbb:
2) Wakil Komandan:
a) Memimpin dan mengkoordinir area tiap ruangan melaksanakan
tugas.
b) Mengambil alih tugas Komandan bila tidak hadir atau
berhalangan.
69
4) Tim Evakuasi:
a) Memimpin & mengkoordinir regu evakuasi tiap-tiap ruangan jika
diperlukan, agar evakuasi ini dapat berlangsung dengan tenang & tertib.
b) Selalu berkomunikasi dengan komandan untuk memberikan
laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari
komandan dengan jelas dan pasti.
c) Membantu petugas P3K untuk memberikan pertolongan bila
terjadi kecelakaan.
d) Melakukan pencatatan data-data evakuasi yang diperlukan.
5) Tim Medis:
a) Bekerjasama dengan Komandan dalam memutuskan untuk
meminta bantuan ambulance.
b) Bekerjasama dengan bagian evakuasi untuk memberikan bantuan
jika terjadi kecelakaan pada saat evakuasi.
c) Memberikan pertolongan pertama, jika terjadi kecelakaan pada
saat evakuasi.
d) Menentukan prioritas pasien yang akan di evakuasi terlebih
dahulu dan mendampingi evakuasi pasien dengan kondisi buruk.
6) Tim Komunikasi:
a) Memimpin para operator telepon untuk berkomunikasi dengan
pemakai ruangan maupun para tamu dan menjaga agar mereka tetap
tenang serta mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada.
b) Selalu siap untuk menghubungi unit luar (Ambulance, Pemadam
kebakaran, Kepolisian) atas permintaan Komandan.
c) Menjaga agar selalu ada komunikasi dengan Komandan
sehingga selalu siap untuk hal-hal yang diperlukan.
7) Tim Pengamanan:
a) Memimpin dan mengkoordinir regu pengaman, baik diluar gedung
maupun didalam gedung agar situasi dapat dikuasai & dijaga agar selalu
tertib aman terkendali.
b) Selalu berkomunikasi dengan Komandan untuk memberikan
laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari
Komandan.
70
c) Mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk tugas-
tugas pengamanan.
d) Mengatur lalu lintas agar mobil ambulance, pemadam kebakaran
serta polisi dengan mudah dapat masuk kedalam areal gedung.
e) Menjaga agar tidak terjadi kehilangan/pencurian barang baik milik
ruangan sendiri maupun milik para pemakai serta tamu lainnya.
8) Bagian Engineering:
a) Memastikan semua sistem listrik & yg berkaitan dgn pekerjaan
teknik berjalan dgn baik.
- Generator.
- Lampu penerangan
- Komunikasi dll.
b) Selalu berkomunikasi dgn Komandan untuk memberikan laporan
tentang situasi terakhir yang terkait dgn tugas bagian engineering.
71
(d) Menuruni tangga dengan cara berjajar dan berturut-
turut sesuai lebar/kapasitas tangga.
2) Penyelamatan.
Pelaksanaan penyelamatan di tiap ruangan, dikoordinir oleh Komandan
ruangan masing-masing, dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
evakuasi personil, material dan dokumen yang perlu diamankan:
a) Penyelamatan/pengamanan personil:
(1) Bila memungkinkan, berikan pertolongan pertama ditempat
kepada korban.
(2) Korban segera dibawa ke tempat yang aman dengan
melalui jalur evakuasi untuk selanjutnya diserahkan kepada Team
Medis.
(3) Mengamankan petugas maupun pengunjung dari lokasi
kebakaran agar tidak terjadi korban jiwa.
(4) Mengamankan pasien-pasien, terutama yang memerlukan
perawatan khusus yang lebih aman dari kebakaran.
b) Pengamanan material:
(1) Amankan material sesuai prioritas yang ditentukan oleh
masing-masing bagian.
(2) Siapkan tempat atau wadah yang siap pakai untuk material
yang perlu diselamatkan pada setiap bagian (troly barang) tempat
pengungsian material dialokasikan ditempat yang tidak mudah
terjangkau oleh api.
72
c) Pengamanan dokumen:
(1) Jika memungkinkan seleksi/pilih dokumen-dokumen yang
penting untuk diselamatkan, dokumen tidak penting tidak perlu
dibawa karena akan menyulitkan dalam pelaksanaan
penyelamatan.
(2) Membawa dokumen yang perlu disesuaikan dengan batas
kemampuan (jangan melebihi batas kemampuan).
(3) Berjalan dengan cepat tetapi tidak lari, melalui jalur
evakuasi yang ada (koridor, tangga).
(4) Himpun semua dokumen yang berhasil diselamatkan pada
tempat berkumpul.
73
(3) Evakuasi pasien prioritas pertama dan kedua dilaksanakan
melalui sisi terjauh dari lokasi bencana dan dikoordinasikan
dengan komandan atau komandan ruangan.
(4) Evakuasi pasien prioritas ketiga dilaksanakan dengan tandu
dan melewati sisi terdekat dari lokasi bencana dan dikoordinasikan
dengan komandan atau komandan ruangan.
(5) Tim medis (dokter jaga dan perawat) harus mengawasi
jalannya evakuasi pasien sampai evakuasi seluruh pasien di lokasi
tersebut selesai.
(6) Pasien yang dievakuasi dari ruangan yang mengalami
bencana dan diserah terimakan kepada dokter UGD.
i. Penanggulangan bencana
1) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan Bencana
a) Jika keadaan darurat/bencana terjadi didalam rumah sakit maka:
b) Hubungi ke Posko Keamanan/Piket Ext. 41, untuk
menginformasikan kejadian tersebut (Apa yang terjadi dan lokasi/tempat
kejadiannya)
c) Pa Piket Lapor/Hubungi ke Komandan.
d) Komandan:
(1) Segera ke Posko Keamanan (stand by) dan ambil alih
komando penanggulangan bencana.
(2) Lakukan langkah pencegahan atau penangananya atas
kejadian tersebut sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).
74
(5) Jika pasien melebihi 200 orang, maka Dokter jaga atau
penanggung jawab UGD saat itu, akan melapor dan meminta
persetujuan kepada Kasub Instal Gadar, bahwa pasien
berikutnya akan dialihkan ke rumah sakit lain yang terdekat.
(6) Tim penanggulangan Bencana Massal di UGD sbb:
SEBUTAN JAB.
NO TUGAS POKOK
JABATAN STRUKTURAL
1. Komandan Dokter Jaga a. Menetapkan Keadaan Siaga ( Kode bencana
UGD UGD )
b. Melakukan Triage bersama dengan petugas
Triage
c. Mengatur mekanisme sistem perawatan/
pertolongan terhadap pasien/korban.
d. Melaporkan keadaan siaga kepada Kasub
Instal Gadar.
e. Bertindak sebagai Komandan UGD, bila
dokter jaga yang lain sudah datang.
f. Menetapkan petugas yang menangani
masing-masing korban
g. Memantau pelaksanaan penanganan korban.
h. Memastikan keterlibatan unit pendukung
dalam penanganan pada korban.
i. Memantau status siaga dan menetapkan
tingkat siaga berikutnya bila perlu.
j. Meminta kepada Kasub Instal Gadar untuk
menutup UGD bila jumlah korban mencapai
200 orang.
75
c. Memastikan ketersediaan obat-obatan dan
logistik.
d. Memastikan kesiapan kamar operasi dan ICU.
e. Menjadi penghubung pasien yang sudah
ditangani dan perawat ruang perawatan.
6. Pj. Ruang Pj. Ruang ICU Mengatur pasien yang memerlukan perawatan
ICU ICU berdasarkan ketersediaan tempat
14. Tim Tehnik Bag. Tehnik a. Menjamin hal-hal yang berhubungan dengan
tehnik dapat berjalan baik.
b. Mengantisipasi gangguan listrik dan
komunikasi, serta menyiapkan cadangannya.
c. Mengamankan bahan-bahan / peralatan yang
berbahaya.
78
Siaga 3 a. Sesuai Siaga 2 + Sesuai Siaga 1 + a. 7 dokter umum
semua dokter jaga Direksi b. 12 perawat
101 – 200 RSUD Cilincing c. 3 pekarya
korban yang tidak bertugas d. 2 petugas
b. Perawat tambahan Laboratorium
dari asrama dan e. 3 petugas Farmasi
dengan domisili f. 2 petugas Radiologi
terdekat g. 3 petugas
c. Pekarya tambahan Administrasi
dari unit lain h. 2 petugas
Transportasi
i. 2 petugas Logistik
j. 1 petugas Operator
Jika mobilisasi tenaga tsb diatas ternyata masih kurang, karena sesuatu hal, maka tenaga
kesehatan/medis maupun non kesehatan/medis yang seharusnya lepas tugas, akan
diperpanjang jam tugasnya.
79
(5) selanjutnya penanganannya sesuai SPO
80
g) Pedoman jika menerima ancaman Bom & ditemukan Bom.
Apabila terjadi gangguan keamanan berupa ancaman bom, maka
petugas yang mengetahui ancaman bom tersebut, lakukanlah
tindakan sebagai berikut:
(1) Ajak penelpon untuk bicara selama mungkin (jangan
diputuskan)
(2) Dapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai bom &
lokasinya.
(3) Perhatikan baik-baik suara latar belakang, logat dan aksen
bicara, dll yang mungkin bisa memberi petunjuk mengenai umur,
jenis kelamin dan lokasi penelpon.
(4) Selanjutnya lakukan sesuai SPO
j. Sarana-sarana penanggulangan
1) Sarana penyelamatan diri sbb :
a) Kode Bangunan.
b) Jalur Evakuasi.
c) Dilingkungan RSUD Cilincing telah tersedia jalur-jalur evakuasi
berupa lorong/gang, baik yang menuju ke keluar ruangan atau menuju
tempat berkumpul evakuasi di lahan tanah kosong.
81
e) Security Sistem (kamera CCTV + petugas keamanan 24 jam).
c) Jangan bebani titik listrik terlalu melebihi beban yaitu melebihi dari
kapasitas yg ada.
82
g) Jangan menyimpan sembarangan benda-benda yang mudah
terbakar.
83
2) Pengaturan kontruksi Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di
rumah sakit menggunakan bahan yang dominan tidak menyebabkan
kebakaran seperti penggunaan bahan dinding dari kayu tidak
dianjurkan. Bangunan tambahan untuk unit bisnis di dalam lingkungan
rumah sakit merupakan bangunan permanen yang tidak terbuat dari
papan/ triplek.
Jika tercium bau asap, gas elpiji atau benda yang terbakar, tindakan
yang harus dilakukan oleh seluruh petugas adalah sbb:
5) Penanggulangan Kebakaran
a) Kebakaran dalam jam kerja pukul 07.00 s/d 15.30 wib.
(1) Bila terjadi kebakaran pada saat jam kerja yang
bertanggung jawab sebagai komandan adalah Kepala Rumah
Sakit.
(2) Kepala Rumah Sakit berkoordinasi dengan Ketua Tim
Penanggulangan Bencana.
(3) ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang ada di RSUD Cilincing .
(4) Bila diperlukan Ketua TPB melakukan koordinasi dengan
Polisi, PMI, Dinas Damkar, Kodim dan Dinkes Pemkot DKI
Jakarta.
85
(5) Jika api telah padam, hidupkan Exhaust Fan pembuang
udara kotor atau asap keluar ruangan, bila masih berfungsi dan
atau buka jendela agar asap keluar dari gedung
d) Paska Kebakaran
Untuk mengadakan evaluasi sampai sejauh mana akibat yang
ditimbulkan setelah kebakaran dapat dipadamkan, maka
Komandan segera memanggil/mengumpulkan Tim
Penanggulangan Bencana untuk melaksanakan fungsi-fungsi
yang terkait guna mengambil langkah-langkah Sebagai berikut:
(2) Pengamanan atas bangunan yang terbakar
(3) Penyelidikan mengenai sebab-sebab terjadinya kebakaran
untuk menentukan usaha-usaha agar kejadian yang serupa tidak
terulang kembali.
(4) Mengadakan survey untuk menilai kerugian yang timbul.
(5) Mengadakan penelitian/pemeriksaan teknis sehubungan
dengan kondisi bangunan dan penggunaan kembali.
(6) Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha
pembenahan dan rehabilitasi bangunan.
(7) Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan
perawatan pasien.
86
dilengkapi dengan data hasil inspeksi dan pengujian serta dibuatkan
rekomendasinya.
4) Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut sebagai tindakan
pencegahan terhadap peralatan tersebut dari kerusakan ataupun masalah kecil
yang berdampak pada ketidakamanan alat saat digunakan pada pasien.
Jadwal pemeliharaan selalu ditepati oleh petugas. Semua bukti
pemeliharaan alat tercatat dan di buatkan rekomendasi untuk peralatan
tersebut selalu aman dan siap pakai. Untuk alat yang rusak namun tidak
mungkin diperbaiki, rumah sakit menarik alattersebut dari penggunaannya
untuk selanjutnya dilakukan suatu proses sesuai ketentuan yang berlaku untuk
pemusnahan maupun pengeluaran alat tersebut dari rumah sakit.
5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.
Rumah sakit mengeluarkan suat edaran untuk informasi bila ada alat yang
ditarik oleh pabrik/ pemasok ke seluruh unit pelayanan pasien dan informasi
pemberhentian pemakaian pada alat tersebut. Selanjutnya Kasi Jangmed
akan melaporkan kepada Karumkit untuk penarikan alat tsb dari unit
pelayanan. Alat - alat yang sudah ditarik akan dilaporkan oleh karumkit ke
Pabrik/ pemasok untuk dilakukan tindakan selanjutnya.
87
alternative sebagai pengganti sumber air regular sekali dalam setahun oleh
petugas yang bertanggung jawab. Akses Ground waterthank dilindungi
dengan trail terkunci untuk mencegah terjadinya bahaya yang ditimbulkan oleh
faktor kesengajaan, seperti di masukkan bahan beracun.
6) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk
mencegah jatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk dibatasi.
88
Genzet central Induk (dekat Seluruh RS
(250 ruang K3RS dan
KVA) 2 buah – no INOS)
breaksystem-
otomatis.
- Dekat Paviliun
operasi
Seluruh kamar
Positeve Exhause fan
operasi
presure Air
Gudang Medis,
5. Gas Medis Tabung gas Seluruh unit
seluruh ruangan
cylinder pelayanan
Rawat Inap, IGD,
ICU, Kamar
bedah.
Seluruh unit
pelayanan
O2 liquid Tank
89
Rawat Inap
6. Nurse Call Nurse call
Seluruh area RS
7. Komputer Komputer
Area perkantoran
8. Telephone Telephone direct Area
dan pelayanan
dan extention perkantoran
dan
pelayanan
90
dimaksud dengan tekanan positif adalah tekanan yang mengalir dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah.
14) Perbandingan Jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan
jumlah kamar mandi :
91
NO JML TEMPAT TIDUR JUMLAH JUMLAH KAMAR
TOILET MANDI
1 1 s.d. 15 1 1
2 16 s.d. 30 2 2
3 31 s.d. 50 3 3
4 51 s.d. 75 4 4
5 Setiap penambahan 25 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. mandi
15) Perbandingan Jumlah petugas dengan jumlah toilet dan jumlah kamar
mandi
No Jml Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 1 s.d. 20 1 1
2 21 s.d. 40 2 2
3 41 s.d. 70 3 3
4 71 s.d. 100 4 4
5 Setiap penambahan 40 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. Mandi
c. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di RS yaitu dengan menggunakan Sistem Aerobik. Limbah
cair yang dihasilkan dari seluruh ruangan di tampung pada spric tank yang
berada di titik-titk tertentu. Kemudian limbah tersebut disaring dan
dihomogenkan dengan proses aerasi. Setelah dilakukan aerasi maka limbah
akan diuraikan dengan menggunakan bahan kimia yaitu kaporit, PAC, Soda Api
dan akan ditampung di bak pembuangan akhir untuk dilakukan pemeriksaan
kualitas kimia.
Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan 1 x dalam sebulan dengan jenis
pemeriksaan Kimiawi.
d. Sampah RS
Salah satu penyebab aspek yang ada dan sangat penting dalam menunjang
terhadap pelayanan rumah sakit adalah:
1) Sampah yang di hasilkan dari rumah sakit harus di kelola secara baik
dan benar sehingga tidak menimbukan ganguan kesehatan terhadap
lingkungan yang ada di sekitarnya.
2) Gangguan hama serangga dan tikus juga harus di tangani secara baik
dan benar sehingga tidak ada gangguan di lingkungan rumah sakit.
92
3) Pembersihan ruangan yang ada di rumah sakit harus di lakukan setiap
hari.
4) Perawatan Taman baik dalam dan luar gedung harus dilakukan dengan
baik.
93
Sekali dalam sehari, oleh kontraktor yang ditunjuk RS. Pantai Indah Kapuk
sampah medis tersebut akan diambil untuk dimusnahkan / dibakar di
incenerator pihak luar.
94
(b) Letakkan perangkap tikus tersebut didaerah yang
sering dilewati tikus.
(c) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala. Jika
mendapatkan tikus langsung di buang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
d. Ruangan infeksius
Ruangan Infeksius adalah ruangan yang di dalamnya berisi pasien yang
mempunyai penyakit infeksius dan dapat menyebarkan bakteri atau kuman di
dalam ruangan dan juga kepasien lainnya jika ruangan tidak di bersihkan
secara baik dan benar.
1) Pembersihan ruangan infeksius harian :
a) Koordinasi dengan perawat bahwa ruangan akan dibersihkan.
b) Siapkan peralatan dan cairan pembasmi kuman (desinfektan).
c) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan
masker.
d) Kosongkan tempat sampah dan ganti plastiknya dengan yang
baru (plastik kuning).
e) Lap seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan lap
khusus (warna kuning) yang telah diberikan cairan desinfektan.
f) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan
dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
g) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan lantai
benar-benar kering.
h) Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukan dalam satu kantong plastik kuning dan
ikat rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk dilakukan
pencucian peralatan dengan cairan desinfektan.
i) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.
95
2) Pembersihan ruangan infeksius periodikal:
a) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembasmi kuman
(desinfektan).
b) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan
masker.
c) Kosongkan tempat sampah dan cuci serta ganti plastiknya
dengan yang baru.
d) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, dan gril AC)
dengan kain lap kuning dengan cairan desinfektan.
e) Bersihkan dinding dengan lap kuning yang di campur dengan
cairan desinfektan.
f) Bersihkan seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan
lap kuning yang telah diberikan cairan desinfektan.
g) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan
dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
h) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan lantai
benar-benar kering.
i) Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukan dalam satu kantong plastik kuning dan
ikat rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk dilakukan
pencucian peralatan dengan cairan desinfektan.
j) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.
96
(4) Lap seluruh perlengkapan yang ada di dalam ruangan
dengan kain lap dan cairan pembersih sesuai penggunaannya.
(5) Lap kaca yang ada di ruangan dengan wiper dan
pembersih kaca.
(6) Sapu lantai dari sampah dan debu sampai ke sudut
ruangan dengan pengumpul debu dan sampah.
(7) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut-sudut atau pinggiran secara
merata dengan kain pel
(8) Pastikan lantai benar-benar kering.
b) Pembersihan toilet:
(1) Angkat kantong plastik sampah lama dan ganti dengan
kantong plastik sampah yang baru sesuai kebutuhannya (warna
hitam).
(2) Lap seluruh perlengakapan toilet : wastafel, kaca, closed.
Shower,dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan cairan
pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(3) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke
depan pintu toilet secara merata dengan kain pel.
(4) Pastikan toilet dalam keadaan bersih dan kering sebelum
meninggalkan ruangan.
(5) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan
peralatan ke dalam troli lalu di bawa ke tempat cuci untuk
dibersihkan.
(6) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.
2) Pembersihan mingguan.
a) Pembersihan ruangan mingguan :
(1) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembersih sebelum
pekerjaan dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan
masker).
(3) Angkat kantong plastik sampah lama dan cuci tempat
sampah kemudian ganti kantong plastik sampah dengan yang
baru (plastik hitam).
97
(4) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, gril AC,
dan Exhaust) dengan kain lap yang telah di beri cairan pembersih.
(5) Bersihkan dinding dengan kain lap yang telah diberi cairan
pembersih dinding dan kaca jendela dengan kanebo yang telah
diberi pembersih kaca.
(6) Bersihkan seluruh perlengkapan kamar ; meja, matras, TV,
telephone, lukisan, kursi, panel lampu, jendela, pintu dan tempat
tidur dan lain-lain dengan menggunakan kain lap yang telah
diberikan cairan pembersih sesuai dengan fungsinya.
(7) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut
ruangan dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
(8) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan pembersih lantai secara merata.
98
Proses pembersihan ruangan laundry dilakukan oleh pelaksana kebersihan
yang di tunjuk.
1) Tata cara pelaksanaan pembersihan ruangan binatu:
a) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker.
b) Siapkan peralatan kebersihan dan bahan kimia yang digunakan
kedalam troli.
c) Angkat semua sampah dan ganti plastiknya dengan yang baru.
d) Lap semua perlengkapan yang ada di ruangan sampai bersih dari
debu dan kotoran, kemudian dirapihkan kembali seperti semula.
e) Sapu lantai secara merata sampai ke sudut ruangan yang paling
pojok/dalam.
f) Lakukan pengepelan lantai secara merata sampai ke setiap sudut
ruangan dengan menggunakan cairan pembersih lantai.
g) Setelah selesai pastikan lantai benar-benar kering dan pastikan
peralatan tidak ada yang tertinggal di dalam ruangan.
h) Lakukan general cleaning pada saat-saat tertentu sesuai dengan
jadwal yang telah di buat.
99
1) Perawatan taman dengan cara : penyiraman setiap hari seluruh area
taman, pemberian pupuk, pemangkasan, penggemburan tanah, pemotongan
rumput, penyemprotan insektisida.
2) Prosedur perawatan taman:
Lakukan penyiraman taman dengan menggunakan selang karet dan
lakukan setiap hari ke seluruh area taman.
a) Cabut tanaman liar/benalu yang tumbuh diantara celah tanaman
dengan menggunakan kafe.
b) Lakukan pemangkasan tanaman bila kelihatan sudah terlalu
rimbun dengan menggunakan gunting tanaman atau pisau.
c) Lakukan penggemburan tanaman jika terlihat tanah sudah mulai
keras dengan menggunakan kape agar air mudah diserap.
d) Lakukan pemotongan rumput bila sudah tinggi dengan
menggunakan mesin potong rumput atau gunting tanaman.
Lakukan penyemprotan insektisida sebulan sekali.
e) Lakukan pemupukan sebulan sekali.
Pelaksana perawatan taman dilakukan oleh kontraktor yang di tunjuk
dan pengawasan di lakukan oleh bagian Urdal.
100
h) Keringkan dengan menggunakan kain lap, selanjutnya masukan
kain lap bekas kedalam kantong plastik ungu atau kuning.
i) Selanjutnya lakukan pengepelan dengan memakai air yang telah
dicampur larutan desinfektan
j) Pastikan lantai harus benar- benar kering.
k) Setelah selesai, lepas sarung tangan karet lapis terluar dan buang
kedalam kantong plastik ungu atau kuning Kemudian lepas masker dan
apron lalu masukan ke kantong plastik ungu atau kuning Lepas sarung
tangan karet lapis terakhir dan buang kedalam kantong plastik ungu atau
kuning.
l) Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci kemudian bersihkan
dengan cairan desinfektan.
m) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan cairan
desinfektan.
101
i. Logistik.
Kebutuhan logistik di bagian Urdal di antara lain:
1) tissue
2) Cairan pembersih ruangan
3) Cairan Disinfektan
4) Hands soap
5) Cairan pembasmi hama dan serangga
6) Pupuk tanaman
7) Dll.
j. Keselamatan pasien
Dalam melakukan penanganan sanitasi lingkungan bagian Urdal memastikan
bahwa setiap kegiatan harus menggunakan APD (alat pelindung diri) dan
papan tanda peringatan misalkan :
1) Setiap kali melakukan proses pengepelan tidak boleh ada lantai yang
licin dan harus pasang tanda peringatan.
2) Di dalam melakukan penyemprotan hama dan serangga di pastikan
ruangan harus dalam keadaan kosong sehingga tidak menggangu pasien,
petugas, dan pengunjung lainnya.
102
tanaman di halaman Rumah Sakit dan dialirkan ke saluran pembuangan air
kotor kawasan Rumah Sakit RSUD Cilincing .
Kualitas air limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
persyaratan baku mutu air limbah sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
l. Penanganan Sampah.
Tata cara pelaksanaan :
1) Tempat pengumpul sampah di RS memiliki syarat sbb :
a) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air dan
permukaan halus bagian dalamnya.
b) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan.
Terdapat min. 1 (satu) buah untuk setiap kamar dan setiap radius 20 m
di Ruang Tunggu terbuka (public area).
c) Sampah dari setiap ruangan harus dipisahkan sesuai dengan
katagori atau jenis sampah ke dalam tempat sampah yang sudah diberi
kantong plastik dengan ketentuan :
(1) Tong sampah dengan kantong plastik warna hitam untuk
sampah non medis.
(2) Tong sampah dengan kantong plastik warna kuning untuk
sampah medis.
(3) Box khusus untuk limbah infeksius berupa benda tajam
(spuit, cartridge dll).
103
kebersihan yang telah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung
tangan, masker dan sepatu yang telah ditentukan.
104
penutup rambut dan mulut serta sepatu) yang layak dan bersih. Perlengkapan
tersebut tidak boleh digunakan di luar lokasi ruang produksi.
7) Penjamah makanan dilarang merokok, makan, menggunakan perhiasan
berlebih selama kegiatan pengolahan makanan.
8) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan
makanan .
9) Selama melakukan kegiatan pengolahan makanan, gunakan alat
pelindung diri dan perlengkapan masak yang baik dan aman seperti sarung
tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya.
10) Penyajian makanan jadi dan minuman ke pasien dengan menggunakan
trolley dan melalui jalur distribusi tertentu untuk menghindari terjadinya
pencemaran.
11) Trolley sebagai tempat transportasi dibersihkan secara rutin setiap hari
sekali dan didesinfeksi minimal seminggu sekali.
12) Peralatan agar segera dicuci sesudah digunakan dan disimpan pada
tempat bersih dan terlindung dari pencemaran.
13) Makanan dan minuman jadi, diambil sample dari ruang produksi,
disimpan di chiller selama 1 x 24 jam
105
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
c. Manajemen Emergensi
1) Koordinator kebakaran pada tim MFK dan Bidang pelayanan
medis melakukan pengujian/ simulasi terhadap disaster plan setiap tahun baik
untuk penanganan bencana internal maupun external.
106
2) Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya dan
dilakukan debriefing, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari pengujian
tahunan yang dilakukan.
e. Peralatan medis
1) Kasi jangmed menyusun rencana inspeksi yang selanjutnya membuat
dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun laporan dengan rekomendasinya
2) Anggota Jangmed melakukan inspeksi regular setiap bulan dan
melakukan pengelolaan resiko untuk setiap alat yang ada
3) Dari hasil inspeksi, Kasi Jangmed menyusun rencana pemeliharaan alat.
4) Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6 bulan
yang juga digunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan peralatan medis
rumah sakit.
5) Evaluasi pendidikan dan ujian staf pengguna alat dikoordinasikan oleh
Kepala instalasi kepada Ka Instaldik yang dilakukan setiap 2 tahun.
f. Sistem utilitas
1) Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhadap sisitem
utilitas yang ada.
2) Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang menjadi
bahan untuk membuat program pemeliharaan maupun pengembangan sisitem
utilitas rumah sakit
3) Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan untuk
menyusun laporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit setiap 6 bulan
4) Pengujian terhadap sistem utilitas, seperti back up listrik (genzet) dan
air (sumur BOR) setiap tahun. Pengujian terhadap sumur BOR untuk memantau
107
kualitas air, proses pengujian didokumetasikan untuk memastikan
perkembangan system tsb.
5) Pemantauan kualitas air di water treatment ruang hemodialisa
didokumentasi sesuai jadwal dan dilakukan setiap sebulan sekali untuk
pengecekan bakteriologi. Untuk pengecekan kimia dilakukan minimal setahun
sekali.
108
BAB IX
PENUTUP
Demikian Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan RSUD Cilincing dibuat sebagai
acuan dalam melaksanakan program MFK di Rumah Sakit RSUD Cilincing .
109