Anda di halaman 1dari 114

PANDUAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG


MANAGEMENT FASILITAS KESELAMATAN

Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing


Jl. Madya Kebantenan No.4, Kelurahan Semper Timur,
Kecamatan Cilincing
Jakarta Utara

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat hasil kerja keras Tim
MFK Rumah Sakit RSUD Cilincing , maka sebuah buku Pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan RSUD Cilincing telah diterbitkan.
MFK di Rumah Sakit RSUD Cilincing merupakan cerminan dari mutu rumah sakit, sehingga
MFK merupakan suatu hal yang harus diperhatikan untuk peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit dan karena dampaknya yang cukup luas pada masyarakat sekitar rumah sakit.
Maka hal ini perlu diperhatikan terutama oleh pihak Manajemen Rumah Sakit.
Buku Pedoman MFK di RSUD Cilincing ini dibuat untuk menjadi acuan Tim MFK Rumah
Sakit RSUD Cilincing sebagai bahan untuk melaksanakan dan memantau kegiatan MFK
pada Rumah Sakit RSUD Cilincing sehingga dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dengan mengambil materi mengenai hal - hal yang terkait dengan program K3RS di Rumah
Sakit RSUD Cilincing serta tata laksana kerja pada masing-masing bagian dan sudah
dilaksanakan di Rumah Sakit RSUD Cilincing . Buku ini disusun dengan acuan pada
Departemen Kesehatan RI serta beberapa referensi kegiatan MFK yang sudah dilakukan di
Rumah Sakit RSUD Cilincing selama ini.
Betapapun baiknya sebuah buku pedoman, tanpa pelaksanaan yang konsisten dan
menyeluruh oleh semua pihak yang terlibat, maka tujuan pedoman ini tidak akan tercapai.
Buku pedoman ini secara terus menerus diperbaharui dan diharapkan dapat disebarluaskan
kepada seluruh jajaran yang terkait yang mengabdi di Rumah Sakit RSUD Cilincing .
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan
demi terlaksananya penerbitan buku Pedoman dan Tata Laksana ini. Kami sadar bahwa
buku ini masih jauh dari sempurna, koreksi dari para pembaca sangat diharapkan dan
semoga buku ini dapat dipergunakan sebagai Pedoman dan Tata Laksana khususnya dan
pihak lain yang terkait dengan MFK pada umumnya.

Jakarta, 2 Januari 2017

( Tim MFK RSUD Cilincing )

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.…………………………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI......……………………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………................................ 1
1. Latar Belakang……………………………………………………………………... 1
2. Tujuan………………………………………………………………………………. 2
3. Ruang Lingkup……………………………………………………………………... 2
4. Landasan Hukum…………………………………………................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT……………………………………………………… 3
5. Gambaran Umum………………………………………………………………….. 3
a. Jenis Kegiatan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan……….................. 3
b. Jenis Kegiatan RSUD Cilincing ………………………. 4
BAB III VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RS…………………….............................. 9
6. Visi…………………………………………………………………………………... 9
7. Misi………………………………………………………………………………….. 9
8. Falsafah…………………………………………………………………………….. 9
9. Nilai………………………………………………………………………………….. 9
10. Tujuan………………………………………………………………....................... 10
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI TIM MFK……………………………………………………... 10
11. Struktur Organisasi Tim MFK…………………………………………………….. 10
12. Susunan Tim MFK RSUD Cilincing ……………………… 11
BAB V URAIAN JABATAN TIM MFK…………………………………………………………… 12
13. Uraian Jabatan Tim MFK…………………………………………………………. 12
a. Ketua MFK……………………………………………………………………… 12
b. Wakil Ketua MFK………………………………………………………………. 13
c. Sekretaris……………………………………………………………………….. 13
d. Koordinator bidang keselamatan dan keamanan………………………….. 13
e. Koordinator bidang bahan berbahaya dan beracun……………………….. 14
f. Koordinator bidang manajemen emergensi………………………………… 15
g. Koordinator bidang pengamanan dan kebakaran………………………….. 15
h. Koordinator bidang Peralatan medis………………………………………… 16
i. Koordinator bidang sistem utilitas……………………………………………. 17
j. Koordinator bidang pendidikan dan pelatihan………………………………. 17
k. Koordinator bidang monitoring dan evaluasi………………………………... 18

BAB VI POLA KETENAGAAN TIM MFK RSUD Cilincing ……………… 18

iii
BAB VII TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN………………………. 21
14. Keselamatan dan keamanan…………………………………………………….. 21
a. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit……….. 21
b. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit……………………………… 24
c. Perlengkapan keamanan pasien…………………………………………….. 49
15. B3 (bahan berbahaya dan beracun)…………………………………………….. 51
a. Perencanaan B3……………………………………………………………….. 53
b. Penyimpanan B3………………………………………………………………. 53
c. Distribusi B3……….………………………………………………………….... 54
d. Penggunaan B3………………………………………………………………... 54
e. Pengelolaan limbah B3……………………………………………………….. 54
f. Pembuangan limbah B3 di unit laboratorium……………………………….. 55
g. Pembuangan limbah B3 di Unit dialiyis……………………………………… 57
h. Pembuangan limbah B3 di unit farmasi……………………………………... 57
i. Paparan / kecelakaan B3……………………………………………………... 58
j. Pengadaan B3…………………………………………………………………. 60
k. Spill kit…………………………………………………………………………... 62
16. Manajemen emergensi……………………………………………………………. 65
a. Pengertian……………………………………………………………………… 65
b. Tujuan…………………………………………………………………………… 66
c. Pengaturan jaga……………………………………………………………….. 66
d. Denah ruangan………………………………………………………………… 66
e. Fasilitas keselamatan…………………………………………………………. 66
f. Sandi penanggulangan kebakaran/bencana………………………………… 66
g. Uraian tugas Tim………………………………………………………………. 68
h. Evakuasi dan penyelamatan…………………………………………………. 70
i. Penanggulangan bencana…………………………………………………….. 73
j. Sarana-sarana penanggulangan……………………………………………… 80
17. Pengamanan dan kebakaran…………………………………………………….. 81
a. Tujuan…………………………………………………………………………… 81
b. Penatalaksanaan pengamanan dan kebakaran……………………………. 81
18. Peralatan medis……………………………………………………………………. 85
a. Tujuan…………………………………………………………………………… 85
b. Penatalaksanaan peralatan medis………………………………………….. 85

19. Sistem Utilitas……………………………………………………………………… 86


a. Tujuan………………………………………………………………………….. 86
b. Penatalaksanaan Sistem Utilitas……………………………………………. 86

iv
20. Sanitasi Rumah Sakit……………………………………………………………… 89
a. Penyediaan air bersih…………………………………………………………. 89
b. Toilet dan Kamar mandi………………………………………………………. 90
c. Pengolahan limbah…………………………………………………………….. 91
d. Sampah RS…………………………………………………………………….. 91
Tata laksana sanitasi lingkungan………………………………………………... 92
BAB VIII MONITORING DAN EVALUASI…………………………………………………………… 104
21. Monitoring dan evaluasi…………………………………………………………… 104
a. Keselamatan dan keamanan…………………………………………………. 104
b. B3 (bahan berbahaya dan beracun)…………………………………………. 105
c. Manajemen emergensi………………………………………………………... 105
d. Pengamanan dan kebakaran………………………………………………… 105
e. Peralatan medis………………………………………………………………... 106
f. Sistem utilitas…………………………………………………………………… 106
BAB IX PENUTUP…………………………………………………………………………………… 109
LAMPIRAN………………………………………………………………………………………………............. 109

v
PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
RUMAH SAKIT RSUD Cilincing

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG.
Sebagai institusi kesehatan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, RSUD Cilincing
wajib memenuhi ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku, oleh Kepala
RSUD Cilincing secara operasional dituangkan dalam berbagai kebijakan umum
tentang program kegiatan disetiap unit pelayanan maupun unit terkait. Sebagian dari
program kegiatan tersebut ada yang harus dilaksanakan secara terpadu yang
melibatkan berbagai unit pelayanan di lingkungan RSUD Cilincing salah satu
diantaranya adalah program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan. Di lingkungan
RSUD Cilincing sendiri selalu ada kemungkinan terjadinya kecelakaaan kerja dalam
pengoperasian peralatan kedokteran serta penunjang medik lainnya, bahkan resiko
terjadinya penyakit akibat kerja dapat pula timbul penyebabnya bisa dari fasilitas yang
dimiliki rumah sakit atau sebagian besar disebabkan faktor ketidak hati-hatian
manusianya, dipihak lain setiap sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit
berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan profesinya/pekerjaannya,
terjamin keamanan pemakaian peralatan penunjang medik dan non medik yang
terdapat di rumah sakit termasuk pasien dan pengunjung yang mendatangi RSUD
Cilincing .

diwujudkan dengan pelaksanaan keselamatan Karena itu lingkungan kerja yang sehat
dan aman bagi petugas dan pengunjung RSUD Cilincing dapat keamanan kerja di
RSUD Cilincing yang dijalankan dengan baik dan konsisten. Dengan lingkungan yang
sehat petugas dapat bekerja tanpa resiko cedera sehingga dapat melayani pasien
dengan sebaik-baiknya. Juga dapat menciptakan lingkungan aman dan bebas dari
pencemaran limbah berbahaya dan beracun.

Pada akhirnya tercipta suatu kesejahteraaan pegawai yang juga dapat menekan biaya
untuk angka kesakitan yang timbul pada petugas sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan RSUD Cilincing . Untuk itu perlu menyusun pedoman Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan sebagai panduan dalam pengelolaaan MFK.

2. TUJUAN.
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan ini adalah
sebagai dasar untuk memberikan pedoman kepada petugas RSUD Cilincing
khususnya petugas yang berhubungan dengan Fasilitas dan Keselamatan
Rumah Sakit RSUD Cilincing .

b. Tujuan Khusus
1) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja pegawai di
semua unit kerja ke tingkat setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada petugas berupa
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi
lingkungan kerjanya.
3) Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi petugas di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang membahayakan kesehatan.
4) Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

3. RUANG LINGKUP.
Ruang lingkup Manajemen Fasilitas dan Keselamatan RSUD Cilincing yaitu
merupakan kegiatan untuk menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
menunjang kebutuhan pasien, keluarga dan staf serta pengunjung. Dan yang menjadi
fokus dari Manajemen Fasilitas dan Keamanan berupa keselamatan dan keamanan
dari fasilitas gedung, bahan berbahaya, manajemen emergensi, pengamanan
kebakaran, peralatan medis dan sistim utilitas. Secara khusus manajemen fasilitas
dan keamanan berupaya untuk:
a. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
b. Mencegah kecelakaan dan cidera
c. Memelihara kondisi yang aman

4. LANDASAN HUKUM.
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 05 / Men / 1996, tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010, tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

2
e. Keputusan Menteri Kesehatan No.1204/MENKES/SK/X/2004, tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/MENKES/PER/V/1996, tentang
Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/MEN/1980, tentang Pemeriksaan
Tenaga dan Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/Men/1980, tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

3
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

5. GAMBARAN UMUM.
a. Jenis kegiatan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
Rumah Sakit berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan
suportif bagi pasien, keluarganya, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan
ini, fasilitas fisik, medis, peralatan lainnya, dan sumber daya manusianya harus
dikelola secara efektif. Secara khusus manajemen harus berusaha untuk:
1) mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2) mencegah kecelakaan dan cedera
3) memelihara kondisi yang aman.

Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan, dan pengawasan


multidisiplin sebagai berikut:
1) Pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya yang
dibutuhkan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pelayanan klinis yang
disediakan secara aman dan efektif.
2) Semua staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas, bagaimana cara
mengurangi risiko dan bagaimana cara untuk memantau dan melaporkan
situasi-situasi yang berisiko.
3) Suatu Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem
penting dan mengidentifikasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah


rencana tertulis yang meliputi enam bidang:
1) Keselamatan dan Keamanan
a) Keselamatan.
Sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah sakit tidak
menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf atau
pengunjung.
b) Keamanan.
Perlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses
atau penggunaan oleh pihak yang tidak berwenang.

2) Bahan Berbahaya.

4
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan
lainnya dikendalikan dan limbah berbahaya ditangani secara aman.

3) Manajemen Emergensi.
Respons terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan
dan dijalankan secara efektif.

4) Pengamanan Kebakaran.
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya
kebakaran dan asap.

5) Peralatan Medis.
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa
agar mengurangi risiko.

6) Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko
kegagalan dalam kegiatan kerja dapat diminimalkan.

b. Jenis kegiatan RSUD Cilincing


Jenis kegiatan rumah sakit yaitu kegiatan RSUD Cilincing yang merupakan
Rumah Sakit tipe D pendidikan.
1) Pelayanan utama
a) Rawat jalan
Pelayanan rawat jalan terdiri dari 9 Klinik dan pelayanan gawat darurat.

b) Rawat Inap
Jumlah ruangan perawatan di RSUD Cilincing sebanyak 15
ruangan yaitu:
(1) Ruangan 1 yaitu ruangan bedah
(2) Ruangan 2 yaitu ruangan anak-anak
(3) Ruangan 3/4 yaitu ruangan kandungan/persalinan
(4) Ruangan Perina yaitu ruangan Bayi
(5) Ruangan 7 yaitu ruangan Penyakit dalam 1
(6) Ruangan 8 yaitu ruangan Penyakit dalam 2 (wanita)
(7) Ruangan 9 yaitu ruangan Penyakit Paru-paru
(8) Ruangan 10 yaitu ruangan Penyakit dalam 3 (pria)
(9) Ruangan 11 yaitu ruangan Jiwa
(10) Ruangan 12 yaitu ruangan Syaraf
(11) Ruangan 13 yaitu ruangan THT, Kulit, Mata
(12) Ruangan ICU
5
2) Pelayanan Penunjang
Pelayanan penunjang terdiri dari:
a) Laboratorium
Pelayanan laboratorium terdiri dari laboratorium Klinik.
b) Radiologi
Pemeriksaan radiologi di RSUD Cilincing terdiri dari pemeriksaan
X-ray dan USG.
c) Farmasi
Guna mendukung pelayanan obat-obatan bagi pasien dari
masyarakat umum, maka pelayanan obat-obatan di RSUD
Cilincing dikelola oleh Instalasi Farmasi.
d) Kamar Operasi dan Persalinan
(1) Pelayanan kamar operasi dilaksanakan oleh Instalasi
Kamar Bedah untuk operai Mata.
(2) Kamar persalinan dipakai untuk pelaksanaan kegiatan
persalinan normal, kuret dan tindakan lain di SMF Obsgyn.
3) Sarana Penunjang Non Medik
a) Dapur/ruang gizi
b) Ruang pencucian/laundry
c) CSSD

4) Tenaga Kerja
Rumah Sakit RSUD Cilincing mempekerjakan tenaga kerja dengan latar
belakang status kepegawaian dan latar belakang pendidikan dari
berbagai disiplin ilmu serta strata pendidikan yang berbeda-beda, yaitu
terdiri dari
a) Organik PNS
b) Karyawan Harian Lepas/honorer

5) Lokasi Rumah Sakit


Lokasi RSUD Cilincing secara administratif terdafat di:
a) Kelurahan : Kali Baru
b) Kecamatan : Cilincing
c) Kota : Jakarta Utara

6
d) Provinsi : DKI JAKARTA
Lokasi RSUD Cilincing sudah sesuai peruntukannya sebagaimana yang
diatur dalam Perda DKI Jakarta, yaitu lokasi RSUD Cilincing digunakan
sebagai kawasan Penduduk serta sebagai pelayanan kesehatan.

6) Perijinan
RSUD Cilincing dari tahun ke tahun selalu melakukan penyempurnaan
pada sarana dan prasarana serta sumber daya manusia. Adapun daftar
peirijinan disajikan pada tabel berikut:

MASA
NO IZIN NO IZIN KET
BERLAKU
Izin Operasional
1.
RS
2. Izin Gangguan
Izin Penangkal
3.
petir
Pemanfaatan
4.
Tenaga Nuklir
Izin Pembuangan
5.
Limbah Cair
Izin Pengambilan
6. dan Pemanfaatan
Air Bawah tanah
Surat Keterangan
Pemeriksaan Alat
7.
Pemadam
Kebakaran
8. Izin Genset

9. Izin Incenerator

7) Sarana dan Prasarana


a) Kebutuhan air
Kebutuhan air bersih rata-rata perhari yang digunakan adalah
sebagai berikut:
(1) Instalasi Rawat Jalan : meter kubik
(2) Instalasi Rawat Inap : meter kubik
(3) Instalasi Penunjang dan staf : meter kubik

7
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih RSUD Cilincing hanya
menggunakan sumber air tanah, adapun lokasi dan kedalaman
sumur di uraikan pada tabel berikut:

NO LOKASI KEDALAMAN KAPASITAS


(m) (m3/hari)
a) Sumur Dalam
1. Belakang Ruang
14
2. Depan Kantor
SMF
3. Dekat Paviliun
Teratai
4. Ruang Perawatan
b) Sumur Dangkal
1. Ruang Perawatan
7
2. FKG Unjani
3. Ruang Perawatan
9
4. Ruang Perawatan
11
5. Ruang Perawatan
5/6
6. Ruang Perawatan
1
7. Dapur
8. PPBPAD
9. Ruang HD
c) Sumur Gali
1. OK
2. Samping ICU

b) Jenis limbah
(1) Limbah padat
Jenis limbah yang dihasilkan terbagi menjadi sampah
medis dan non medis. Untuk pemusnahan sampah medis
padat dilaksanakan di incenerator RSUD Cilincing

8
sedangkan sampah Non medis/limbah domestik diangkut
oleh dinas kebersihan kota Jakarta.

(2) Limbah cair


Limbah cair Rumah Sakit diolah di IPAL RSUD Cilincing
sedangkan limbah hasil radiologi diolah oleh pihak ketiga
yang telah berijin dari Kementerian Lingkungan Hidup.

c) Penggunaan Energi
RSUD Cilincing dalam penggunaan listriknya bergantung pada
PLN sedangkan cadangannya berupa 2 genzet yang masing-
masing kemapuannya sebesar 250 Kva.

9
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RS

6. VISI.
Mewujudkan RSU Kelas D Cilincing sebagai Rumah Sakit pemberi pelayanan terbaik
se DKI Jakarta.
7. MISI.
1.Memberikan Pelayanan kesehatan yang bermutu, ramah, dan senyum.
2. Meningkatkan Kualitas SDM yang professional
3. Meningkatkan Sarana Dan Prasarana Yang Menunjang Kualitas Pelayanan
4. Meningkatkan Disiplin dan Kinerja KAryawan
5. Menjalin Kerjasama yang baik dengan Masyarakat Dan Stake Holder

8. NILAI.
Untuk mewujudkan visi dan misi, RSUD Cilincing menganut nilai-nilai yang berpihak
kepada kepentingan Karyawan, PNS, dan keluarganya serta masyarakat umum yaitu:

a. Non diskriminatif
Tidak ada perbedaan dalam pelayanan baik Dinas maupun Umum semuanya
memiliki kesempatan yang sama kecuali kasusnya.
b. Profesional
Pelayanan diberikan sesuai bidang ilmu pengetahuan yang dimiliki.
c. Solid
Pelayanan diberikan atas dasar kerjasama dan kekompakan dengan
memperhatikan koordinasi, integritas dan berlanjut.
d. Komitmen
Pelayanan dilaksanakan dengan dilandasi komitmen yang tinggi, untuk
menjaga nama baik RSUD Cilincing.
e. Transparan dan akuntabel
Keterbukaan dan mengikuti system yang terstandarisasi merupakan pilihan
terbaik menuju good govermance.

10
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI TIM MFK

11. STUKTUR ORGANISASI TIM MFK


Organisasi MFK di RSUD Cilincing dibentuk dengan nama Tim Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan, yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Koordinator dan
Anggota.

Keanggotaan tenaga kerja dalam struktur organisasi Tim MFK diganti setiap 3 tahun
sekali. Dengan bergantinya pengurus Tim MFK, maka akan semakin banyak tenaga
kerja yang memahami MFK, sehingga dapat menjadi simpul-simpul komunikasi upaya
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Struktur Organisasi Tim MFK sebagai berikut:

Ketua

Sekretaris

Wakil Ketua

Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang


Keselamatan Bahan Manajemen Pengamanan Peralatan sistem Pendidikan Monitoring
dan Berbahaya emergensi dan Medis Utilitas dan dan
Keamanan dan Kebakaran Pelatihan Evaluasi
Beracun

Kesel
Kesela
12. SUSUNAN TIM MFK RSUD Cilincing amata
matan
a. Ketua Tim MFK n & Raudranisala
: dr. Rafael Nanda
&
b. Wakil ketua Tim MFK : dr. Maya Ramadani Ningtyas
11
Keseh
Kesehat
atan
an
Kerja
Kerja
c. Sekretaris : Zahra Rah Gangga, AMD Kep
d. Koordinator:
1) Bidang Keselamatan dan Keamanan : Mardiana Tri Cahyati, Amd. Kep
2) Bidang Bahan Berbahaya dan Beracun : Sri Herlina Amd. Kep
3) Bidang Manajemen Emergensi : Hendi setiyawati Amd. Keb
4) Bidang Pengamanan dan Kebakaran : Vina Rahayu Amd. Kep
5) Bidang Peralatan Medis : Ahmad Rawi
6) Bidang Sistem Utilitas :Hegar Laksana Putra Amd.Kep
7) Bidang Pendidikan dan Pelatihan : Ulfah Armita
8) Bidang Monitoring dan Evaluasi : Ns. Novy Nurfadilah S.Kep

12
BAB V
URAIAN JABATAN TIM MFK

13. URAIAN JABATAN TIM MFK


a. Ketua MFK:
1) Bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan program-program yang
berada di bawah tanggung jawab MFK.
2) Melakukan koordinasi dengan Bidang Keselamatan dan Keamanan
untuk pelaksanaan Disaster Program, Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran di rumah sakit.
3) Melakukan koordinasi dengan Bidang Bahan berbahaya dan beracun
(B3) dalam hal Pengelolaan B3 dan penanganan limbah B3 secara aman.
4) Melakukan koordinasi dengan Bidang Manajemen Emergensi untuk
pelaksanaan perencanaan efektif tanggap terhadap wabah, bencana dan
keadaan emergensi
5) Melakukan koordinasi dengan Bidang Pengamanan dan kebakaran
dalam hal pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kebakaran.
6) Melakukan koordinasi dengan Bidang Peralatan Medis dalam hal
pemilihan, pemeliharaan peralatan medis untuk mengurangi resiko.
7) Melakukan koordinasi dengan Bagian Radiologi dalam hal perlindungan
radiasi.
8) Melakukan koordinasi dengan Komite Keperawatan untuk program
keamanan pasien.
9) Memantau pelaksanaan setiap program dan menerima laporan evaluasi
pelaksanaan dari masing-masing bagian yang terkait.
10) Melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan bagi petugas maupun
masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.
11) Memberikan pelatihan pendukung bagi petugas yang terlibat dalam
program-program MFK.
12) Merancang dan melaksanakan pelatihan dasar pengenalan MFK untuk
seluruh karyawan baru.
13) Bersama dengan tim MFK membuat laporan kegiatan MFK pada akhir
tahun serta menyusun rencana kerja untuk periode berikutnya.
14) Menyusun buku Pedoman Penyelenggaraan MFK sebagai acuan kerja
Tim MFK.
15) Melakukan rapat koordinasi antar anggota Tim MFK secara periodik.
13
b. Wakil Ketua MFK:
1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan program-program pada bidang;
Keselamatan dan keamanan, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Manajemen
emergensi, Pengamanan kebakaran, Peralatan Medis, Sistem Utilitas,
Pendidikan dan pelatihan, Monitoring dan evaluasi.
2) Memberikan pelatihan pendukung bagi petugas yang terlibat dalam
program-program MFK bekerjasama dengan Instaldik.
3) Merancang dan melaksanakan pelatihan dasar pengenalan MFK untuk
seluruh karyawan baru bekerjasama dengan Instaldik.
4) Bersama dengan ketua tim MFK membuat laporan kegiatan MFK pada
akhir tahun serta menyusun rencana kerja untuk periode berikutnya.
5) Menghadiri rapat koordinasi antar anggota Tim MFK secara periodik.

c. Sekretaris:
1) Menerima surat-surat yang ditujukan kepada Tim MFK serta
menyimpannya dalam suatu bentuk pengarsipan.
2) Menyusun konsep isi surat dan mendistribusikan surat-surat yang
dikeluarkan oleh Tim MFK kepada bagian-bagian yang dituju.
3) Melakukan pengelolaan surat masuk dan surat keluar dalam suatu
bentuk pengarsipan yang efisien dan efektif, sehingga memudahkan pencarian
ketika dibutuhkan.
4) Menghadiri rapat Tim MFK dan membuat notulen hasil rapat tersebut.
5) Bersama dengan tim MFK menyusun laporan kegiatan MFK pada akhir
tahun serta rencana kerja untuk periode berikutnya.
6) Mengumpulkan dan menyimpan laporan-laporan dari program-program
yang terkait dengan MFK.

d. Koordinator Bidang Keselamatan dan Keamanan:


1) Bekerjasama dengan unit-unit pendukung dalam melaksanakan
pengawasan terhadap Keselamatan dan Keamanan rumah sakit.
2) Menginventarisasi dan mengawasi pelaksanaan prosedur-prosedur yang
berhubungan dengan pengolahan sanitasi dan limbah rumah sakit termasuk
limbah dapur.
3) Melaksanakaan pemantauan penyehatan ruang dan bangunan termasuk
pencahayaan, penghawaan/pengudaran dan kebisingan.
4) Berkoordinasi dengan Tim Gizi pelaksanaan kegiatan penyehatan
makanan dan minuman serta penyehatan air.

14
5) Berkoordinasi dengan Tim Gizi, Unit Pusat Sterilisasi dan laundry
tentang pengendalian penyehatan tempat pencucian.
6) Memantau pengolahan limbah, sampah medis dan non medis, serta
pengawasan pengelolaan sampah dapur.
7) Mengawasi pelaksanaan pengendalian serangga dan tikus yang
dilaksanakan oleh Urdal.
8) Bekerjasama dengan Bidang Pelatihan MFK melaksanakan penyuluhan
Keselamatan dan Keamanan rumah sakit.
9) Melakukan koordinasi dengan Kasi Tuud mengenai pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan untuk calon karyawan dan petugas yang telah bekerja.
10) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kesehatan
petugas untuk dilaporkan kepada Wakil Ketua Tim MFK.
11) Memantau pelaksanaan dan melakukan evaluasi pemeriksaan
kesehatan berkala untuk petugas dan membuat laporan pelaksanaan kepada
Wakil Ketua Tim MFK untuk kemudian diteruskan kepada Ketua Tim MFK.
12) Mengumpulkan dan membuat rekapitulasi data pelaksanaan kesehatan
petugas.
13) Melakukan koordinasi dengan Kaur Personalia dalam menetapkan dan
mengawasi pelaksanaan pengobatan petugas.
14) Memantau dan membuat evaluasi kejadian kecelakaan kerja / penyakit
akibat kerja serta melaporkan kepada Wakil Ketua Tim MFK untuk kemudian
diteruskan kepada Karumkit.
15) Bekerjasama dengan Bidang Pelatihan MFK melakukan sosialisasi
mengenai kesehatan petugas.
16) Membuat laporan kegiatan di Bidang Keselamatan dan keamanan pada
akhir tahun serta menyusun rencana kerja untuk periode berikutnya.
17) Menghadiri rapat koordinasi dalam Tim MFK secara periodik.

e. Koordinator Bidang Bahan Berbahaya dan Beracun:


1) Mengawasi kondisi gudang khusus Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
dan berkoordinasi dengan bagian pengadaan bahwa semua pemasok B3 harus
memenuhi syarat penyediaan Material Safety Data Sheet (MSDS).
2) Memantau dan melakukan evaluasi kegiatan penyimpanan, distribusi,
penggunaan B3 telah dilaksanakan dengan aman dan sesuai prosedur yang
berlaku.
3) Mengevaluasi pengendalian lingkungan kerja yang aman terhadap B3
dan mensosialisasikan prosedur penanganan kebocoran dan tumpahan, serta
melaporkannya kepada Bidang Kesehatan Lingkungan.

15
4) Membuat evaluasi terhadap penggunaan buku panduan B3 dan
menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK serta kebutuhan terkini.
5) Membuat evaluasi dan laporan kegiatan Bidang B3 pada akhir tahun
untuk dilaporkan kepada Ketua MFK serta menyusun rencana kerja untuk
periode berikutnya.
6) Menghadiri rapat koordinasi dalam Tim MFK secara periodik.

f. Koordinator Bidang Manajemen Emergensi:


1) Melakukan pemantauan berkala terhadap peralatan deteksi dan
perlengkapan keadaan darurat di rumah sakit agar tetap dalam kondisi baik dan
siap digunakan.
2) Melakukan evaluasi masa berlaku pada seluruh peralatan yang memiliki
tanggal kadaluarsa serta melakukan penggantian alat jika diperlukan.
3) Mengambil alih komando dan melakukan analisa kebutuhan tindakan
pada saat terjadi bencana.
4) Memimpin serta melakukan koordinasi tugas dengan para komandan
ruangan, karyawan dalam kegiatan penanggulangan keadaan
darurat/kebakaran.
5) Memberikan instruksi untuk membunyikan alarm di dalam gedung bila
terjadi keadaannya darurat.
6) Berada di tempat kejadian dan memimpin seluruh tindakan sampai
kondisi kembali normal.
7) Melakukan koordinasi antara komandan ruangan, tim evakuasi dan Tim
penanggulangan bencana sampai kondisi kembali normal.
8) Mengkoordinasikan dan pemantauan penyediaan rambu-rambu tanda
khusus yang diletakan diberbagai tempat yang membutuhkan.
9) Melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai evakuasi bencana.
10) Membuat evaluasi dan laporan kegiatan Bidang Manajemen Emergensi
pada akhir tahun serta menyusun rencana kerja untuk periode berikutnya.
11) Menghadiri rapat koordinasi dalam Tim MFK secara periodik.

g. Koordinator Bidang Pengamanan dan Kebakaran:


1) Melakukan pemantauan berkala terhadap peralatan deteksi dan
perlengkapan keadaan darurat di rumah sakit agar tetap dalam kondisi baik dan
siap digunakan.
2) Melakukan evaluasi masa berlaku pada seluruh peralatan yang memiliki
tanggal kadaluarsa serta melakukan penggantian alat jika diperlukan.

16
3) Membuat evaluasi berkala mengenai alat-alat yang berhubungan
dengan kebakaran kepada Dinas Pemadam Kebakaran.
4) Mengambil alih komando dan melakukan analisa kebutuhan tindakan
pada saat terjadi bencana.
5) Memimpin serta melakukan koordinasi tugas dengan para komandan
ruangan, petugas dalam kegiatan penanggulangan keadaan darurat/kebakaran.
6) Memberikan instruksi untuk membunyikan alarm di dalam ruangan bila
terjadi keadaan darurat.
7) Berada di tempat kejadian dan memimpin seluruh tindakan sampai
kondisi kembali normal.
8) Melakukan koordinasi antara komandan ruangan, tim evakuasi dan Tim
penanggulangan bencana sampai kondisi kembali normal.
9) Mengkoordinasikan dan pemantauan penyediaan rambu-rambu tanda
khusus yang diletakan diberbagai tempat yang membutuhkan.
10) Melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai evakuasi bencana serta
penggunaan alat pemadam api ringan.
11) Membuat evaluasi dan laporan kegiatan Bidang Pengamanan dan
kebakaran pada akhir tahun serta menyusun rencana kerja untuk periode
berikutnya.
12) Menghadiri rapat koordinasi dalam Tim MFK secara periodik.

h. Koordinator Bidang Peralatan Medis:


1) Mengumpulkan dan melakukan inventarisasi data sertifikat peralatan
medis
2) Melakukan evaluasi masa berlaku sertifikat pada seluruh peralatan
medis serta mengajukan pembaharuan sertifikat jika diperlukan.
3) Menginventarisasi prosedur-prosedur yang ada dan membuat manual
peralatan untuk ditempelkan pada peralatan di area unit kerja
4) Memantau kegiatan pengamanan peralatan medis, kalibrasi peralatan,
pemeriksaan alat secara berkala agar seluruh peralatan tetap dalam keadaan
baik dan siap pakai.
5) Berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait pemeliharaan peralatan
medis dan non medis baik yang dilakukan internal rumah sakit maupun dari
pihak supllier.
6) Membuat evaluasi dan laporan kegiatan bidang Peralatan Medis pada
akhir tahun untuk dilaporkan kepada Ketua MFK serta menyusun rencana kerja
untuk periode berikutnya
7) Menghadiri rapat koordinasi dalam Tim MFK secara periodik.

17
i. Koordinator Bidang Sistem Utilitas:
1) Mengumpulkan dan melakukan inventarisasi data-data sistem Utilitas.
2) Menginventarisasi prosedur-prosedur yang ada dan membuat manual
peralatan untuk ditempelkan pada peralatan di area unit kerja.
3) Memantau kegiatan pengamanan sistem utilitas, monitoring peralatan,
pemeriksaan alat secara berkala agar seluruh peralatan tetap dalam keadaan
baik dan siap pakai.
4) Berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait pemeliharaan sistem
utilitas baik yang dilakukan internal rumah sakit maupun dari pihak luar.
5) Membuat evaluasi dan laporan kegiatan bidang sistem utilitas pada
akhir tahun untuk dilaporkan kepada Ketua MFK serta menyusun rencana kerja
untuk periode berikutnya
6) Menghadiri rapat koordinasi dalam Tim MFK secara periodik.

j. Koordinator Bidang Pendididkan dan Pelatihan:


1) Berkoordinasi dengan Kasi Tuud untuk melakukan pelatihan internal
bagi petugas Rumah Sakit RSUD Cilincing .
2) Berkoodinasi dengan Kainstaldik untuk pengiriman anggota MFK
mengikuti pelatihan yang diadakan di luar RSUD Cilincing .
3) Membuat perencanaan kegiatan pelatihan yang akan diberikan kepada
petugas RSUD Cilincing .
4) Menyusun program atau modul pelatihan bagi petugas yang akan
dilakukan oleh Tim MFK.
5) Melakukan koordinasi dengan seluruh Tim Pendukung MFK dan
memantau pelaksanaan kegiatan pelatihan yang akan diikuti oleh petugas
RSUD Cilincing .
6) Melakukan evaluasi dari setiap pelaksanaan pelatihan yang dilakukan
dan melaporkan kepada Ketua Tim MFK.
7) Menyimpan laporan hasil sosialisasi dan pelatihan dari petugas guna
dimanfaatkan untuk pengembangan MFK.
8) Bersama dengan Ketua dan Wakil Ketua Tim MFK mengembangkan
standar prosedur operasional mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kebutuhan.
9) Melakukan koordinasi dan turut melaksanakan sosialisasi prosedur atau
sistem MFK yang baru kepada semua petugas melalui berbagai media.
10) Bersama dengan ketua tim MFK membuat laporan kegiatan MFK pada
akhir tahun serta menyusun rencana kerja untuk periode berikutnya.

18
11) Menghadiri rapat koordinasi antar anggota Tim MFK secara periodik.

k. Koordinator Bidang Monitoring dan Evaluasi:


1) Memimpin, mengkoordinir, membina dan mengawasi kegiatan
monitoring dan Evaluasi MFK agar dapat berhasil guna dan berdaya guna.
2) Membuat perencanaan kegiatan Monitoring dan Evaluasi
3) Mengevaluasi hasil kegiatan MFK
4) Membuat laporan secara berkala kegiatan Monitoring dan Evaluasi
5) Bersama dengan ketua tim MFK membuat laporan kegiatan MFK pada
akhir tahun serta menyusun rencana kerja untuk periode berikutnya.
6) Menghadiri rapat koordinasi antar anggota Tim MFK secara periodik.

BAB VI
POLA KETENAGAAN TIM MFK RUMAH SAKIT RSUD Cilincing

Berdasarkan fungsi dan tugas pokok kegiatan, rumah sakit menyelenggarakan kegiatan
administrasi dan manajemen serta kegiatan pelayanan kesehatan. Pada umumnya Struktur
Organisasi di rumah sakit disusun berdasarkan kelompok kategori 2 unit kerja sebagai
berikut:
a. Unit Kerja Struktural

19
Direktur/Kepala, Wakil Direktur/Kepala, Bidang dan Bagian yang bertanggung
jawab menyelenggarakan administrasi dan manajemen rumah sakit dan
fungsional.

b. Unit Kerja Fungsional yaitu meliputi:


1) Unit Kerja Fungsional Utama
Adalah unit kerja dan sub unit kerja yang langsung terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di dalam dan di luar rumah sakit
misalnya Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat
Darurat, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi
Farmasi/Apotik, Instalasi Rehabilitasi Medik, Unit Pelayanan, Instalasi
Gizi dll.

2) Unit Kerja Fungsional Penunjang


Adalah unit dan sub unit kerja yang lingkup kegiatannya mendukung
kegiatan pelayanan kesehatan maupun administrasi dan manajemen
misalnya Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Instalasi Kamar
Cuci/Laundry dll.

Tabel
Menetapkan Unit Kerja & Kategori SDM
No Unit Kerja Sub Unit Kerja Kategori SDM
1. Bidang Keselamatan  Unit Rikkes  Dokter dan Dokter Gigi
dan Keamanan
 Unit Kecelakaan Kerja  Dokter
 D3 Keperawat
 SLTA plus

 Unit Penyakit akibat  Dokter


kerja  D3 Keperawat
 SLTA plus

 Penyehatan lingkungan  Sarjana Kesehatan


kerja Masyarakat
 D3 Kesehatan Lingkungan

 Penyehatan makanan  D3 Gizi


dan minuman

20
 Penyehatan air  Sarjana Kesehatan
Masyarakat
 D3 Kesehatan Lingkungan

 Penyehatan tempat  D3 Kesehatan Lingkungan

pencucian  SLTA plus

 Penanganan sampah  D3 Kesehatan Lingkungan

dan limbah  SLTA plus


 D3 Kesehatan Lingkungan
 Pengendalian serangga  SLTA plus
dan tikus
 D3 Keperawatan
 Sterilisasi / Desinfeksi  SLTA plus

 D3 Radiologi
 Perlindungan Radiasi
 Sarjana Kesehatan
 Upaya penyuluhan Masyarakat
kesehatan lingkungan  D3 Kesehatan Lingkungan
 SLTA plus
2. Bidang Bahan  Pengadaan-  Sarjana Kesehatan
berbahaya dan beracun pembuangan limbah B3 Masyarakat
 Sarjana Teknik Lingkungan
 SLTA plus
3. Bidang Manajemen  Disaster program  Dokter
emergensi  D3 Keperawat yang memiliki
sertifikat PPPGD
 SLTA Plus
 Tenaga non medis yang
sudah terlatih

4. Bidang Pengamanan  Keamanan  SLTA Plus


dan kebakaran  Tenaga non medis yang
sudah terlatih

21
5. Bidang Pendidikan dan  Pelatihan  Sarjana / D3 Pendidikan
Latihan
 Simulasi  SLTA Plus

Kualifikasi Pendidikan :
a. Dokter dan Dokter Gigi
b. Sarjana Kesehatan Masyarakat
c. Sarjana Tehnik Lingkungan
d. Sarjana Pendidikan
e. D3 Pendidikan
f. D3 Kesehatan Lingkungan
g. D3 Keperawatan
h. D3 Radiologi
i. SLTA Plus

BAB VII
TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

14. KESELAMATAN DAN KEAMANAN.


Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah sakit yaitu
semua lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan dan area bisnis yang

22
ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan pasien,
keluarganya, pengunjung dan petugas rumah sakit:
a. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit.
1) Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik
masyarakat rumah sakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga
siapapun yang berada di rumah sakit terhindar dari kecurian maupun
pengambilan secara paksa miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit
diidentifikasi, pengunjung dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang
menunggu/ menginap di rumah sakit diidentifikasi, gedung difasilitasi
dengan pemasangan trail sesuai kebutuhan keselamatan keamanan,
pasien dan keluarga diinfokan untuk tidak membawa barang berharga
dan uang yang berlebihan, pemasangan kamera untuk mengindentifikasi
kejadian yang mengancam keselamatan dan keamanan.

2) Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan


pengunjung di rumah sakit.
Pasien, keluarganya, dan petugas dilindungi oleh rumah sakit dari
bahaya akan kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung
maupun petugas rumah sakit sendiri. Disediakan sebuah sistem bila
petugas, pasien/ maupun keluarga mengindetifikasi kemungkinan
terjadinya kekerasan mental maupun fisik.

3) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru


ataupun renovasi gedung.
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari bahaya
karena polusi debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang
diakibatkan oleh adanya penambahan bangunan di dalam rumah sakit.
Oleh karena itu untuk setiap proses renovasi bangunan gedung baru dan
proses pemusnahan, area bangunan tersebut dilindungi dengan
menggunakan sekat triplek, dan ditulisi informasi larangan masuk,
kecuali yang berkepentingan

4) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian


yang disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit.
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan dan
keamanan pasien/ keluarga dan masyarakat rumah sakit lain dari
cedera, jatuh, pencurian, ancaman nyawa dengan melengkapi fasilitas
nurse call untuk semua pasien, trali jendela untuk keamanan dari
pencurian sesuai kebutuhan, handrail untuk pemegangan saat pasien
23
berjalan maupun duduk di ruangan perawatan termasuk kamar mandi
dan disekitar bangunan RS, pengamanan tempat tidur untuk mencegah
pasien jatuh, pemasangan smoke detector di gedung berisiko,
penandaan lantai licin dan lantai beda level untuk mencegah pasien
jatuh, pintu kamar mandi pasien yang terbuka ke luar untuk dapat segera
membantu pasien yang terkunci tanpa mencenderai saat pintu dibuka
paksa, dan fasilitas lain yang dibutuhkan.

5) Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital


ground.
a) Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang aman
dari segi fisik lingkungannya seperti semua saluran pembuangan
tertutup dan tidak bau.
b) Pembatasan jalan maupun trotoar tersedia aman tanpa lubang
maupun pecahan beton.
c) Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
d) Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan
pembungkus sehingga tidak mengancam keselamatan
e) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari
api, dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah
jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi.
f) Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak
adanya lubang, perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain,
yang dapat berisiko menyebabkan gangguan keselamatan.
g) Tempat bermain anak ditata rapi, dengan cat yang aman, tidak
ada bagian yang berkarat, berlubang maupun tajam yang dapat
menyebabkan keselamatan fisik anak terganggu.
h) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu
lintas berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang ada
di sekitarnya.
i) Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk mencegah
gangguan keselamatan pada masyarakat dan fasilitas rumah sakit.
Akses masuk ke dalam rumah sakit ada di Gerbang besuk barat, besuk
timur, piketan, IGD, Poliklinik, dapur dan Angkutan.
j) Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien diatur
2 kali dalam sehari yaitu jam 10.00-12.00 dan jam 16.00-18.00
k) Identitas pegawai dan peserta didik, seragam pegawai dan tamu.
Untuk mencegah terjadinya masalah keamanan pada masyarakat rumah
sakit maka semua petugas dan peserta didik di Rumah Sakit RSUD
24
Cilincing menggunakan label Identitas dan pakaian seragam sesuai
ketentuan rumah sakit pada setiap periode tugasnya baik pagi, siang,
maupun malam. Untuk tamu rumah sakit seperti Medical Representative
dan tamu rumah sakit diberikan identitas tamu yang dikelola oleh
petugas security.

6) Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam.


Jarum/ benda tajam ditempatkan pada container khusus sehingga tidak
mencederai staf maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang
terkena jarum, maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur
yang berlaku.

7) Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi.


a) Petugas radiologi merupakan salah satu staf yang akan terkena
dampak paparan radiasi, oleh karena itu apron yang digunakan
dilakukan perawatan dan uji secara berkala untuk memastikan apron
masih tetap aman digunakan. Perawatan terhadap apron dilakukan
setiap hari setelah digunakan oleh petugas radiologi, sedangkan uji
terhadap efektifitas apron dilakukan oleh petugas PPR setiap 1 tahun
sekali.
b) Setiap petugas di ruangan radiologi menggunakan badge radiasi
yang di uji setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk memastikan
keefektifan badge tersebut.

8) Pencegahan terjadinya penculikan bayi.


Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang yang
masuk ke ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan, keluarga pasien
memiliki ID berupa kartu ijin menunggu saat berada di ruangan
perawatan. Pintu ruangan dikunci dan dipegang oleh petugas jaga yang
dioperkan setiap shif.

9) Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.


Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien pada
tangannya, petugas security melakukan pengawasan apabila ada
seseorang dengan menggunakan gelang tersebut berada di luar
ruangan perawatan tanpa didampingi oleh petugas rumah sakit. Bila
petugas security menemukan individu seperti itu, maka petugas
melakukan identifikasi pada pasien tersebut dan melakukan kontak
dengan ruangan perawatan untuk koordinasi.
25
b. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit.
1) Pendidikan Kesehatan Akibat Kerja.
Setiap petugas atau yang terdaftar sebagai karyawan atau pemberi
pelayanan kesehatan di rumah sakit harus mengetahui dan
melaksanakan hal-hal yang berhubungan dengan pencegahan
kesehatan akibat kerja. Dalam hal ini yang dilakukan oleh unit pelayanan
kesehatan kerja adalah bekerjasama dengan bagian Diklat dan Tim-tim
dari Instalasi lain dalam memberikan pengetahuan terhadap seluruh
karyawan mengenai pencegahan kesehatan akibat kerja dengan cara:
a) Melalui orientasi karyawan baru
b) Melalui training-training di unit kerja masing-masing
c) Melalui penyuluhan-penyuluhan kepada petugas.
d) Melalui Sosialisasi terhadap karyawan baru dan lama.

2) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja di Rumah Sakit.


Adalah suatu rangkaian dari proses rekrutmen, dimana setiap calon
wajib mengikuti pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di Unit Rikkes
RSUD Cilincing . Yang bertujuan untuk mencari dan menempatkan
karyawan dengan kondisi kesehatan yang sesuai dengan jenis
pekerjaannya (sesuai dengan persyaratan jabatan).

Jenis Pemeriksaan Kesehatan yang dilakukan untuk calon karyawan


adalah sebagai berikut:
a) Wawancara
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan mental
d) Pemeriksaan penunjang
e) Pemeriksaan Tambahan.
Pemeriksaan tambahan ini dilakukan khusus bagi tenaga
Perawat, Bidan, Dokter, Analis, Asisten Apoteker, Apoteker, BME
dan Keterapian Fisik yaitu:
(1) HbsAg
(2) Anti HCV
(3) Anti HIV (dengan surat pernyataan).

3) Pemeriksaan kesehatan berkala bagi petugas rumah sakit.

26
Pemeriksaan ini diberikan bagi petugas yang telah bekerja minimal 12
bulan berturut- turut. Tujuan dari dilakukan pemeriksaan berkala adalah:
a) Memberikan perawatan atau tindakan preventif bagi petugas yang
bertugas di Unit pelayanan yang memiliki resiko tinggi sesuai dengan
standar kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku.
b) Meningkatkan produktivitas kerja dan memberikan keadaan
nyaman kepada petugas.
c) Memantau kondisi kesehatan petugas pada unit kerja tersebut
diatas.

Pemeriksaan kesehatan berkala terbagi menjadi:


a) Pemeriksaan Kesehatan berkala tahunan yaitu pemeriksaan yang
dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali bagi petugas yang bekerja di Unit
Pelayanan yang beresiko tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Laboratorium
(2) Radiologi
(3) UGD
(4) Kamar Bedah
(5) Kamar Bersalin
(6) ICU/NICU
(7) Dokter Umum
(8) Pemeliharaan Alat Medis
(9) Perawat Ruangan
(10) Perawat Diagnostik
(11) CSSD
(12) Perawat Poliklinik
(13) Laundry
(14) Farmasi

Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(1) Pemeriksaan Fisik
(2) Visus Mata
(3) Pendengaran, kalau perlu Audiometri.
(4) Laboratorium:
(a) Darah lengkap
(b) Urine Lengkap
(5) Pemeriksaan yg dilakukan apabila diperlukan:

27
(a) HBs Ag
(b) Anti HBs
(c) Anti HCV
(d) Anti HIV
(e) SGOT
(f) SGPT
(g) Gamma GT
(h) Foto Thorax
b) Pemeriksaan Kesehatan berkala 2 tahunan yaitu pemeriksaan
yang dilakukan setiap 2 tahun sekali bagi petugas yang bekerja di Unit
Pelayanan Pasien secara langsung.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Rekam Medis
(2) Gizi
(3) Administrasi Rawat Jalan
(4) Administrasi Rawat Inap
(5) Informasi
(6) Pengemudi
(7) Fisioterapi
(8) Ekspedisi
(9) Keamanan

Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(1) Pemeriksaan Fisik
(2) Visus Mata
(3) Pendengaran kalau perlu Audiometri.
(4) Laboratorium:
(a) Darah lengkap
(b) Urine Lengkap
(5) Pemeriksaan yg dilakukan apabila diperlukan:
(a) HBs Ag
(b) Anti HBs
(c) Anti HCV
(d) Anti HIV
(e) SGOT
(f) SGPT
(g) Gamma GT
(h) Foto Thorax

28
4) Pemberian Imunisasi.
Pemberian vaksin ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu, dan Vaksin yang digunakan adalah vaksin hepatitis B
rekombinan.
Pemberian vaksinasi:
a) sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat petugas
melakukan pemeriksaan berkala.
b) sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat petugas
mengalami kecelakaan kerja pada hubungan kerja.
c) Pemberian vaksinasi bagi petugas tiga kali dengan jadwal 0-1-3
(vaksin kedua berjarak 1 bulan dari vaksin pertama, dan vaksin
ketiga berjarak dua bulan dari vaksin kedua), kemudian
dilanjutkan pemeriksaan laboratorium titer Anti Hepatitis B 1
bulan setelah pemberian vaksin ketiga.

5) Penanganan kecelakaan akibat kerja.


a) Jenis Kecelakaan yang ditangani oleh Rumah Sakit terhadap
petugas:
(1) kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja
/ termasuk Penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
(2) kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan
yang biasa atau wajar dilalui.

b) Dalam melakukan penanganan terhadap petugas yang


mengalami kecelakaan kerja yang dilakukan oleh rumah sakit
adalah :
(1) Promosi Kesehatan
(a) Melakukan sosialisasi tentang keselamatan kerja
terhadap petugas sebelum melakukan pekerjaannya.
(b) Pemberian Informasi tentang pencegahan terjadinya
kecelakaan tertusuk jarum melalui pamflet
ditempatkan di tempat kerja masing-masing.
(c) Menekankan tentang Pemakaian alat pelindung diri
yang tepat terhadap petugas.

29
(2) Penanganan dan Pengobatan.
Penanganan dan pengobatan Kecelakaan Tertusuk Jarum
dan tumpahan cairan tubuh.
(a) Tercemar Hepatitis B (HBsAg Positif)
 Bila HBsAg negatif dan tidak kebal, dalam
waktu 24 jam lakukan pemberian HBIG
(Hepatitis B Imunoglobulin) dengan dosis 0.06
ml/kg. Dilanjutkan dengan pemberian
vaksinasi hepatitis B sebanyak 3 kali.
 Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs < 100
mIU/ml, diberi suntikan Hepatitis B sebanyak 1
kali.
 Jika Anti HBsAg positif dengan titer > 100
mlU/ml tidak perlu dilakukan tindakan.

(b) Tercemar Hepatitis C (HCV Positif)


 Bila Anti HCV Positif berarti petugas pernah
terinfeksi virus hepatitis C.
 Lihat catatan kesehatan petugas sebelumnya,
bila SGPT sering abnormal dalam jangka
waktu 6 bulan berarti petugas tersebut
kemungkinan menderita Hepatitis C menahun.
 Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT
selama 6 bulan, bila SGPT abnormal
kemungkinan terjadi penularan dan rujuk ke
dokter spesialis penyakit dalam.

(c) Bila Anti HCV Negatif


 Ulang pemeriksaan Anti HCV 3 bulan
kemudian, jika hasil Anti HCV tetap negatif
berarti tidak terjadi penularan.
 Jika setelah 3 bulan terjadi serokonversi yaitu
Anti HCV menjadi positif lakukan pemantauan
SGPT selama 6 bulan.
 Bila hasil SGPT tetap normal berarti telah
terjadi penularan dan “telah sembuh”

30
 Jika terjadi kenaikan SGPT secara fluktuatif
dalam jangka waktu 6 bulan, rujuk ke dokter
spesialis penyakit dalam.

(d) Tercemar HIV (HIV Positif)


 Lakukan konseling berupa informasi lengkap
mengenai resiko penularan HIV kepada
suami/istri, manfaat dan efek samping
pemberian antiretroviral sebagai pencegahan.
 Bila tusukan / irisan tidak berat / superfisial
tidak perlu diberikan pencegahan.
 Untuk luka tusukan / irisan lebih berat /
menembus kulit berikan AZT selama 4
minggu.
 Untuk luka tusukan / irisan berat / menembus
kulit lebih dalam hingga keluar darah berikan
AZT + indinavir / nelfinavir selama 4 minggu.
 Setelah pemberian antiretroviral lakukan
pemantauan hasil pemeriksaan laboratorium
setiap 3 bulan selama 1 tahun.
 Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun
tetap negatif berarti tidak tertular.

6) Penyakit Akibat Kerja


a) Rehabilitasi
b) Setiap petugas yang mengalami kecelakaan kerja tersebut terus
dipantau perkembangan status kesehatan karyawan selama periode
pemantauan dan diserahkan ke Kasi Tuud dan Tim MFK. Kasi Tuud
bersama dengan Pimpinan Rumah Sakit RSUD Cilincing akan
memutuskan pengobatan selanjutnya bila petugas tersebut positif
tertular.
c) Jika ditemukan kasus khusus akan ditindak lanjuti bersama Dokter
Spesialis.

31
7) Pencegahan dan pengendalian benda tajam serta penanganan
kecelakaan kerja akibat benda tajam/tertusuk jarum.
Pengertian:
a) Hazard ialah benda atau bahan berpotensi menimbulkan bahaya
pada keselamatan dan kesehatan saat kerja khususnya pada
pemberi pelayanan ataupun penerima pelayanan pada umumnya.
b) Yang dimaksud dengan terkena benda tajam adalah luka tusuk / iris
pada karyawan / petugas yang ditimbulkan oleh benda tajam.
c) Benda tajam adalah semua benda tajam yang berada di rumah
sakit, baik yang telah digunakan terhadap pasien yang menderita
atau diduga menderita hepatitis B / C dan atau HIV, antara lain
jarum, pisau, gunting, maupun benda lain yang berpotensi
menimbulkan luka.

Panduan Pencegahan dan Penanganan Tertusuk jarum dan sejenisnya


di peruntukkan khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan
jarum dan cairan tubuh infeksius, mencakup unit kerja keperawatan,
klinikal (Dokter, Laboratorium, Fisioterapi, Rehabilitasi Medis, Radiologi),
CS (petugas kebersihan), laundry.

Tujuan pencegahan dan penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya


adalah:
a) Mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien, keluarga,
pengunjung, dan petugas pemberi pelayanan kesehatan dari
benda/bahan infeksius dan microorganisme (Bakteri, kuman, dan Virus)
melalui cara kontak, terciprat, dan sebagainya.
b) Menjaga kesehatan dan keselamatan petugas.
c) Mencegah terjadinya cidera akibat paparan bahan/benda
berpotensi bahaya meliputi, bahan /benda potensi bahaya (cairan tubuh
infeksius) melalui cara kontak, ataupun terciprat, dsb.

Tata laksana pencegahan kecelakaan kerja akibat benda Tajam.


a) Pencegahan Kecelakaan Kerja Akibat Benda Tajam (jarum dan
sejenisnya serta cairan tubuh infeksius)
(1) Kenali Hazards/Potensi bahaya benda tajam dan
sejenisnya.

32
(2) Kenali Prosedur /Tindakan yang berakibat tertusuk jarum
atau sejenisnya

(3) Hazards lainnya


(a) Pasien anak/gelisah/agresife/uncontrol
(b) Petugas lainnya/diri sendiri
(c) Cairan tubuh infeksius (Darah, Urine, Feses, Cairan
lambung, Cairan luka/exudates dll)
(d) Mikroorganisme
 Virus
 Bakteri
 Kuman

b) Pengendalian benda tajam dan sejenisnya.


(1) Persiapan
33
(a) Pastikan benda tajam aman di tangan anda
(TAHU CARA PAKAI)
(b) Hati-hati dan jaga konsentrasi saat bekerja
(c) Sesuaikan pencahayaan
(d) Minta bantuan staf lain jika pasien gelisah, anak,
atau uncontrol.
(e) Atur alur pembuangan jarum bekas pakai mengarah
ke pelaku prosedur saat anda jadi asisten.

(2) Pengendalian saat pelaksanaan


(a) Jangan melakukan recapping/no recaping.
(b) Segera dan secepatnya buang jarum bekas pakai
langsung ke tempat pembuangan jarum bekas/Sharp
countainer.
(c) Jangan mendelegasikan ke orang lain untuk
merapikan/membuang jarum bekas pakai.
(d) Kerja sesuai SPO.
(e) Saat tindakan dilakukan oleh petugas lain
(Anasthesi (spinal/epidural), Jahit luka/CVP, suntik, insisi
luka, dll) saat jadi assisten:
 Hindari tangan asisten secara langsung di
daerah penjahitan.
 Jangan segera merapikan alat.
 Pertama saat anda akan merapikan (Pastikan
keberadaan/lokasi/letak dari benda tajam yang
digunakan).
 Amankan Benda tajam bekas pakai dengan
segera membuang ke tempatnya (Box jarum bekas).
 Setelah aman dari benda tajam segera
rapikan sesuai prosedur.

c) Pembuangan jarum ke tempatnya


(1) Hindari meletakkan jarum di tempat tidak aman, sehingga
tak terlihat mata (misal di tumpukan sampah didalam
bengkok/piala ginjal)
(2) Jaga Jarak aman tangan dengan lubang pembuangan box
jarum bekas saat buang jarum bekas pakai (Jarak Aman > 10
cm.)
34
(3) Jangan paksakan membuang jarum bekas pakai, saat isi
box jarum bekas penuh.
(4) Segera ganti box pembuangan jarum bekas jika telah
mencapai isi 2/3 bagian dari box jarum bekas.
(5) Dekatkan Lokasi/letak box jarum bekas saat tindakan.

d) Penanganan tertusuk jarum bekas dan sejenisnya


Penananganan tertusuk jarum dan sejenisnya di gambarkan pada
alur sebagai berikut dbawah ini:

Alur penanganan tertusuk jarum

Korban
1. Luka dipijit dan cuci dengan air
2. Lapor atasan atau PJ
3. Segera ke UGD dan membawa
barang bukti.
4. Mengisi formulir kejadian (bisa
ditempat kejadian atau di UGD)

Tim UGD
1. Memeriksa korban Pasien
2. Pencatatan medis pernah
3. Menyimpan barang bukti diperiksa Tidak
4. Menelusuri pasien pemilik
5. Melaporkan kejadian ke MFK dan
PPIN
Ya
Minta inform concern

35 untuk pemeriksaan
Data sumber Ada Lihat catatan
benda tajam? medis

Setuju
Tidak diperiksa

Korban diperiksa HbSag, Tidak


Anti HCV, Anti HIV
Ya
Terinfeksi
atau tidak Pasien
diperiksa

Ya Tidak
Selesai

Korban diperiksa lebih


lanjut ke dokter

Selesai

e) Prosedur penanganan korban tertusuk jarum dan sejenisnya:


(1) Lokasi Kejadian
(a) Segera isolasi benda tajam yang mengenai petugas
dan ditempatkan dalam wadah yang tahan terhadap
tusukan sebagai barang bukti.
(b) Petugas yang terkena benda tajam harus segera
melapor kepada Penanggung Jawab Ruangan (perawat) /
Dokter Jaga. Dalam waktu 1 X 24 jam harus menyerahkan
barang bukti tersebut kepada Tim Pengendali Infeksi
Nosokomial.

(c) Bila tersedia fasilitas untuk melakukan pembersihan


luka, segera lakukan pembersihan luka dengan cara luka
tersebut segera dicuci dengan sabun antiseptik dan air
mengalir selanjutnya diberi antiseptik lokal. Bila terjadi
percikan darah pada mukosa hidung dan mulut segera
dibilas dengan guyuran air, bila percikan darah mengenai
mata lakukan irigasi / pencucian mata dengan
menggunakan larutan garam fisiologis (Na Cl 0,9%) atau
air steril. Sebagai catatan daerah yang terkena benda
tajam tidak boleh dihisap dengan mulut.

36
(d) Penanggung jawab ruangan harus membuat laporan
kejadian (berita acara) yang berisi informasi kejadian, data
medis karyawan dan data medis pasien yang menjadi
sumber penularan. Bila data tidak ada, dilakukan
pemeriksaan HBsAG, anti HCV dan anti HIV.

(e) Rujuk petugas yang tertusuk benda tajam tsb


beserta ‘Laporan Kejadian’ ke UGD untuk penanganan
lebih lanjut.

(f) Laporan kejadian / berita acara ditanda tangani oleh


Penanggung jawab ruangan / dokter jaga dan petugas
yang terkena benda tajam dan kemudian
dilaporkan/diserahkan ke Kasi Tuud dalam waktu 1 x 24
jam.

(2) Staf UGD


(a) Segera cuci luka bila belum dilakukan di lokasi
kejadian.

(b) Dokter UGD akan memeriksa pasien untuk


menentukan status kesehatan petugas.
(c) Dokter UGD akan memutuskan penanganan
selanjutnya dengan mengikuti ketentuan sbb :
Tercemar Hepatitis B (HBsAg Positif)
♦ Bila HBsAg negatif dan tidak kebal, dalam
waktu 24 jam lakukan pemberian HBIG (Hepatitis B
Imunoglobulin) dengan dosis 0.06 ml/kg. Dilanjutkan
dengan pemberian vaksinasi hepatitis B sebanyak 3
kali.
♦ Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs < 100
mIU/ml, diberi booster
♦ Jika Anti HBsAg positif dengan titer > 100
mlU/ml tidak perlu dilakukan tindakan.

Tercemar Hepatitis C (HCV Positif)

37
♦ Bila Anti HCV Positif berarti petugas pernah
terinfeksi virus hepatitis C.
♦ Lihat catatan kesehatan petugas
sebelumnya, bila SGPT sering abnormal dalam
jangka waktu 6 bulan berarti petugas tersebut
kemungkinan menderita Hepatitis C menahun.
♦ Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT
selama 6 bulan, bila SGPT abnormal kemungkinan
terjadi penularan dan rujuk ke dokter spesialis
penyakit dalam.

Bila Anti HCV Negatif


♦ Ulang pemeriksaan Anti HCV 3 bulan
kemudian, jika hasil Anti HCV tetap negatif berarti
tidak terjadi penularan.
♦ Jika setelah 3 bulan terjadi serokonversi yaitu
Anti HCV menjadi positif lakukan pemantauan
SGPT selama 6 bulan.
♦ Bila hasil SGPT tetap normal berarti telah
terjadi penularan dan “telah sembuh”
♦ Jika terjadi kenaikan SGPT secara fluktuatif
dalam jangka waktu 6 bulan, rujuk ke dokter
spesialis penyakit dalam.
Tercemar HIV (HIV Positif)
♦ Lakukan konseling berupa informasi lengkap
mengenai resiko penularan HIV kepada suami/istri,
manfaat dan efek samping pemberian antiretroviral
sebagai pencegahan.
♦ Bila tusukan / irisan tidak berat / superfisial
tidak perlu diberikan pencegahan.
♦ Untuk luka tusukan / irisan lebih berat /
menembus kulit berikan AZT selama 4 minggu.
♦ Untuk luka tusukan / irisan berat / menembus
kulit lebih dalam hingga keluar darah berikan AZT +
indinavir / nelfinavir selama 4 minggu.
♦ Setelah pemberian antiretroviral lakukan
pemantauan hasil pemeriksaan laboratorium setiap
3 bulan selama 1 tahun.

38
♦ Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun
tetap negatif berarti tidak tertular.
♦ Bila anti HIV positif, petugas dirujuk ke Dokter
Spesialis Penyakit Dalam.
Dokter UGD membuat laporan perkembangan
status kesehatan karyawan yang terkena benda
tajam selama periode pemantauan dan diserahkan
ke Kasi Tuud, Tim Pengendali Infeksi Nosokomial
dan Tim K3RS. Kasi Tuud bersama dengan
pimpinan rumah sakit akan memutuskan
pengobatan selanjutnya bila petugas tersebut positif
tertular.

8) Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha
menyelaraskan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang
setinggi – tingginya.
Manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan adaptasi terhadap
lingkungan fisik, beban kerja fisik dan psikologis. Tanpa penerapan
konsep-konsep ergonomi ditempat kerja ternyata meningkatkan resiko
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ergonomi:


a) Faktor Manusia
Desain rancangan kerja berpusat pada manusia atau Human
Centered Design (HCD) yang meliputi:
Faktor dari dalam (Internal Factors)
Contohnya: - Umur
- Jenis kelamin
- Kekuatan otot
- Bentuk dan Ukuran tubuh
Faktor dari luar ( External Factors )
Contohnya: - Penyakit
- Gizi
- Lingkungan kerja
- Sosial ekonomi
- Adat istiadat

39
b) Anthropometri.
adalah ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran tubuh manusia
secara sistematis. Ketidakserasian antara ukuran tubuh manusia
dengan tempat kerja akan mempengaruhi sikap tubuh saat
bekerja sehingga dapat menyebabkan berbagai gangguan
muskuloskeletal, mulai dari nyeri sampai cedera otot dan
memperbesar resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja. Secara
teoritis semua peralatan harus di desain untuk mengakomodasi
semua individu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
Pendekatan yang umum dilakukan adalah mendesain peralatan
atau tempat kerja untuk persentil tertentu dari populasi.
Otomatisasi di tempat kerja tetap harus memperhitungkan ukuran
– ukuran tubuh manusia dalam rancangan tempat kerja.
Penggunaan data anthropometri misalnya jarak, jangkauan,
postur, kekuatan.

c) Sikap Tubuh Dalam Bekerja.


Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap
sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektifitas, keselamatan
dan produktifitas kerja, selain SPO yang terdapat pada setiap
jenis pekerjaan.

d) Keterkaitan manusia dan peralatan.


Manusia sebagai pengarah atau pengendali jalannya peralatan
dan peralatan sebagai sarana kerja manusia.

e) Pengorganisasian kerja.
Menyangkut: Waktu kerja, waktu istirahat dan kerja lembur.

f) Pengendalian Lingkungan Kerja Menyangkut:


- Faktor fisik
- Faktor kimia
- Faktor Biologis
- Faktor Psikologis

40
g) Kelelahan kerja
- Kelelahan otot
- Kelelahan umum

h) CTD ( Cumulative trauma disorder ).


Kerusakan trauma cumulative. Penyakit ini timbul karena
terkumpulnya kerusakan – kerusakan kecil akibat trauma
berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan
menimbulkan rasa sakit (rasa nyeri, kesemutan, dan
pembengkakan).

i) Kesegaran jasmani dan musik.


Kegiatan kesegaran jasmani perlu disesuaikan dengan situasi,
kondisi dan kebutuhan masing – masing perusahaan. Pengadaan
musik di tempat kerja sebaiknya dilakukan untuk jenis pekerjaan
yang monoton dan pekerjaan tangan ( manual work ) yang
berulang serta pekerjaan lain yang memerlukan aktivitas mental.

Tata laksana ergonomi:


a) Sikap tubuh yang benar saat bekerja
(1) Tidak membungkuk.
(2) Tidak jongkok.
(3) Tidak memutar tubuh.
(4) Tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi sikut.
(5) Tidak meraih obyek atau alat kerja melebihi tinggi bahu.
(6) Letak obyek pada lapang pandang (30 derajat dari masing-
masing mata – 60 derajat)

b) Sikap tubuh yang benar saat duduk


(1) Duduk sedekat mungkin dengan area pekerjaan.
(2) Duduk di kursi dengan kedua kaki menempel di lantai.
(3) Duduklah di kursi dengan sandaran punggung sesuai
bentuk tulang belakang.
(4) Pertahankan posisi duduk yang benar saat bekerja.

c) Sikap tubuh yang benar saat berdiri

41
(1) Taruh satu kaki di pijakan dengan posisi lebih tinggi 15 cm
dan bergantian saat aktifitas berdiri lama.
(2) Jaga posisi bekerja anda pada ketinggian yang sesuai.
(3) Ganti posisi secara teratur.
(4) Berdiri pada alas yang nyaman.

d) Aturan umum angkat dan angkut


(1) Pegangan harus tepat dan dengan kontak tangan penuh.
(2) Lengan harus sedekat – dekatnya pada badan dan dalam
posisi lurus.
(3) Punggung harus diluruskan.
(4) Dagu ditarik segera setelah kepala tegak dan tulang
belakang lurus.
(5) Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk
mengimbangi momentum.
(6) yang terjadi dalam posisi mengangkat.
(7) Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong
serta gaya untuk gerakan dan perimbangan.
(8) Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis
vertikal yang melalui pusat grafitasi tubuh.
(9) Semua barang atau benda yang menghalangi pandangan
mata sebaiknya disingkirkan lebih dulu.
(10) Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih
dari 35 cm.
(11) Jika beban harus diangkut dari permukaan lantai
dianjurkan menggunakan alat bantu angkat.
(12) Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin
dengan tubuh.
(13) Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap
diskus dapat di hindari.
(14) Lutut di tekuk dan punggung harus dalam posisi tetap
lurus.
(15) Beban agar sedekat mungkin pada garis vertikal gravitasi
tubuh.

Beban Angkat dan Angkut bagi laki-laki dan Wanita yang


Direkomendasikan International Labor Organisation (ILO)

42
Maksimum untuk laki-laki Maksimum untuk Wanita
Umur ( tahun )
(kg) (kg)
14-16 15 10
16-18 19 12
18-20 23 14
20-35 25 15
35-50 21 13
> 50 16 10
Sumber: Pheasant (1991 )

e) Desain Tempat Kerja


Desain peralatan Medis buatan negara - negara maju, masih
banyak ditemukan tidak sesuai dengan anthropometri pekerja
kita, sehingga tenaga kesehatan kita tidak dapat melakukan
gerakan dengan optimal, terangkatnya bahu, leher, dan lengan.
Sebaliknya peralatan yang terlalu rendah menyebabkan tulang
belakang membungkuk pada saat bekerja. Masalah tersebut
dapat diatasi dengan penyesuaian antara karakter manusia,
kapasitas, dan keterbatasanya terhadap desain pekerjaan,
peralatan, sistemnya, ruangan dan lingkungan kerja sehingga
pekerja dapat bekerja secara sehat, aman, nyaman, dan efisien.
Dalam rangka mendukung efisiensi, keyamanan, dan
keselamatan dalam menggunakan peralatan medis. Maka desain
ergonomis harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek
ergonomi dan tehnologi tepat guna seperti faktor-faktor reabilitas,
kenyamanan, lamanya waktu pemakaian, kemudahan dalam
pemakaian dan efisiensinya. Setiap peralatan yang dipakai tidak
menimbulkan beban tambahan bagi pemakai.

f) Kerja otot
Kerja otot di bagi dua yaitu:
(1) Kerja dinamis
(a) Pergantian antara kontraksi otot dan relaksasi
secara ritmis.
(b) Frekwensi pernafasan meningkatkan
(c) Denyut jantung dan tekanan darah meningkatkan
(d) Aliran darah dan oksigen meningkat ke otot yang
aktif dan berkurang ke daerah inaktif

43
(e) Beban kerja yang dianjurkan adalah 30 – 35% dari
maksimum konsumsi oksigen ( VO2 maks )

(2) Kerja statis


Kontraksi otot terjadi untuk waktu yang lama, biasanya
untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu. Di banding
kerja dinamis, maka kerja statis konsumsi energi lebih
tinggi, frekwensi jantung lebih cepat dan memerlukan
waktu istirahat yang lebih panjang. Daya tahan untuk
bekerja secara statis jauh lebih kecil dari pada kerja
dinamis, karena terjadinya hambatan pada aliran darah,
sehingga menghambat pertukaran oksigen.

g) Kerja Shift
Dalam merancang kerja shift perlu diperhatikan berbagai hal:
(1) Kemampuan pekerja untuk beradaptasi.
(2) Pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan.
(3) Pola pergantian shift.

h) Beban Mental Pergantian Shift


(1) Tuntutan pekerjaan terlalu tinggi, dibandingkan kapasitas
fisik dan intelektual bisa menyebabkan stress kerja, kelelahan
mental sampai berbagai penyakit mental maupun fisik.
(2) Tuntutan pekerjaan terlalu rendah, akan menyebabkan
kebosanan.
(3) Lingkungan pekerjaan tidak mendukung juga bisa
menyebabkan stres, misal hubungan dengan atasan kurang baik
atau antar karyawan yang tidak harmonis.

9) Alat Pelindung Diri


APD adalah Alat yang digunakan untuk melindungi diri pekerja agar
terlindung dari bahaya/ Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan
untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh tenaga kerja dari sumber
bahaya yang ada ditempat kerja saat tenaga kerja melakukan
pekerjaannya.

44
a) Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pada
tenaga kerja:
(1) Analisa kebutuhan, merupakan langkah awal. Terlebih
dahulu ditentukan jenis bahaya yang terdapat dalam pekerjaan
dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta peraturan yang
berlaku.
(2) Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa
kebutuhan, dapat ditentukan jenis alat apa saja yang diperlukan.
Selain itu, dalam pemilihan APD ini sudah melalui proses
pengujian dan memenuhi standar yang berlaku.
(3) Komunikasi program. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja
mengerti dan merasa diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa
lisan atau tulisan. Perlu pula ditanamkan pengertian akan
pentingnya peranan pemakaian APD dalam mencegah cedera
atau mengurangi akibat suatu kecelakaan dan membangkitkan
minat dan akhirnya membutuhkan pemakaian APD.
(4) Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam
keadaan apa saja alat ini harus digunakan dan bagaimana cara
pemeliharaannya. Latihan ini dapat diberikan secara formal dan
informal.
(5) Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD.

b) Pemilihan APD
Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung
diri:
(1) Bentuk cukup menarik.
(2) Dapat dipakai secara fleksibel.
(3) Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
(4) Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap
bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh tenaga kerja.
(5) Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya
yang disebabkan bentuk dan bahannya tidak tepat atau salah
dalam penggunannya.

45
c) Macam-macam APD
(1) Perawatan Umum dan Gigi
(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker dipasang menutup mulut
dan lubang hidung dan kedua tali diikat ke belakang
dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi pasien
yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui
udara dan diri si petugas bila mengalami flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari
kontaminasi penyakit menular. Baju khusus (SKORT)
dipakai menutup bagian belakang dengan rapi digunakan
pada saat ada tindakan di kamar (misal: kemoterapi).
(c) Sarung tangan: untuk melindungi tangan dari alat
tajam.
(d) Khusus untuk poli gigi, tidak menggunakan
apron/baju khusus.

(2) Perawatan Khusus (Kebidanan)


(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker dipasang menutup mulut
dan lubang hidung dan kedua tali diikat ke belakang
dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi pasien
yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui
udara dan diri si petugas bila mengalami flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari
kontaminasi penyakit menular dan untuk menghindari
kontaminasi penyakit melalui kontak langsung. Baju khusus
(SKORT) dipakai menutup bagian belakang dengan rapi
digunakan pada saat ada tindakan di kamar bersalin/kamar
bayi.
(c) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung dan untuk melindungi
tangan dari alat tajam. Sarung tangan dipakai sesuai
ukuran masing – masing tangan petugas digunakan pada
saat ada tindakan di kamar bersalin/kamar bayi.
(d) Sandal: untuk melindungi kuman yang terbawa.
Sandal dipakai oleh seluruh petugas kamar bersalin/kamar
bayi selama bertugas.

46
(e) Sepatu tertutup: untuk menghindari kaki dari
percikan – percikan darah. Sepatu tertutup digunakan pada
saat menolong persalinan normal.
(f) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari
percikan – percikan darah/bahan lain. Kacamata (goggle)
digunakan pada saat menolong persalinan normal.

(3) Perawatan Khusus (Endoscopy)


(a) Apron: untuk proteksi bahaya radiasi. Apron
digunakan pada saat melakukan tindakan.
(b) Film badge: untuk mendeteksi banyaknya radiasi
yang diterima. Film badge digunakan pada saat melakukan
tindakan.
(c) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung. Sarung tangan dipakai
sesuai ukuran masing – masing tangan petugas digunakan
pada saat ada tindakan dan pada saat mensterilkan
peralatan.
(d) Masker: untuk menghindari penyakit melalui alat
pernapasan. Masker dipasang menutup mulut dan lubang
hisung dan kedua tali diikat ke belakang dengan rapi.
Digunakan pada saat menghadapi pasien yang mempunyai
kemungkinan penularan penyakit melalui udara dan si
petugas bila mengalami flu.
(e) Kacamata (goggle): untuk melindaungi mata dari
percikan air desinfektan. Kacamata (goggle) digunakan
pada saat mensterilkan peralatan.
(4) Perawatan Khusus (ICU/NICU)
(a) Baju khusus (SKORT): untuk melindungi tubuh dari
percikan air pada saat membersihkan alat dan untuk
menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung. Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian
belakang dengan rapi digunakan pada saat tindakan atau
bila sedang membersihkan bahan/alat kotor.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung. Sarung tangan dipakai
sesuai ukuran masing-masing tangan petugas digunakan
pada saat ada tindakan.

47
(c) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari
percikan darah/bahan lain. Kacamata (goggle) digunakan
pada saat membersihkan bahan/alat kotor

(5) Gizi
(a) Celemek: untuk melindungi tubuh dari percikan air
pada saat membersihkan alat dan memasak. Celemek
digunakan pada saat bekerja di dapur atau sedang
membersihkan peralatan masak.
(b) Safety shoes untuk melindungi kaki menghindari
agar tidak terpeleset pada saat bekerja di dapur. Safety
shoes digunakan pada saat bekerja di dapur.
(c) Kain lap: untuk melindungi tangan agar terhindar
dari panasnya alat. Kain lap digunakan untuk memegang
peralatan yang panas.
(d) Tutup kepala: untuk melindungi rambut. Tutup
kepala digunakan pada saat bekerja.
(e) Sarung tangan plastik: untuk melindungi tangan
agar terhindar dari kotoran. Sarung tangan plastik
digunakan pada saat meracik buah atau makanan matang

(6) Radiologi
(a) Apron: untuk proteksi bahaya radiasi. Apron
digunakan pada saat melakukan tindakan.
(b) Film badge: untuk mendeteksi banyaknya radiasi
yang diterima. Film badge dikenakan pada saat melakukan
tindakan.
(c) Kacamata Pb: untuk melindungi mata dari bahaya
radiasi. Kacamata Pb digunakan pada saat melakukan
tindakan fluoroscopy.

(7) Laboratorium
(a) Jas Lab: untuk melindungi tubuh dari percikan
reagen atau bahan lain. Jas lab digunakan pada saat
bertugas di laboratorium.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung dan untuk melindungi

48
tangan dari alat tajam. Sarung tangan digunakan pada saat
melakukan tindakan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker digunakan pada saat
bertugas di laboratorium saat karyawan sedang terkena flu.

(8) Housekeeping
(a) Sabuk pengaman: untuk melindungi diri agar tidak
terjatuh dari tempat yang tinggi. Sabuk pengaman
digunakan pada saat membersihkan daerah/gedung yang
tinggi.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung. Sarung tangan
digunakan pada saat membersihkan toilet atau bila
mencampur bahan pembersih.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker digunakan pada saat
membersihkan toilet atau bila mencampur bahan
pembersih.

(9) Laundry
(a) Baju khusus: untuk melindungi tubuh dari
kontaminasi penyakit. Baju khusus digunakan pada saat
mengambil bahan kotor (misal : laken kotor).
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung. Sarung tangan
digunakan pada saat memisahkan bahan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker digunakan pada saat
memisahkan atau mengambil bahan kotor (misal : laken
kotor).

(10) Maintenance
(a) Earmuff: untuk melindungi telinga dari kebisingan.
Earmuff digunakan pada saat di daerah bising.
(b) Kedok: untuk melindungi mata dari percikan api las.
Kedok digunakan pada saat mengelas.

49
(c) Masker: untuk melindungi tersedotnya debu atau
partikel kecil ke saluran pernapasan. Masker digunakan
pada saat membersihkan daerah berbau atau menggergaji
sesuatu.
(d) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari
kotoran. Sabuk pengaman digunakan pada saat
memperbaiki di daerah yang tinggi.
(e) Sabuk pengaman: untuk melindungi agar tidak
terjatuh dari tempat tinggi. Sarung tangan digunakan pada
saat memperbaiki daerah yang kotor

(11) Rekam Medis


Masker: untuk melindungi terhisapnya debu ke saluran
pernapasan. Masker digunakan pada saat mengambil dan
menyusun berkas.

(12) Farmasi
(a) Masker: untuk melindungi terhisapnya serbuk obat
ke saluran pernapasan. Masker digunakan pada saat
meracik obat
(b) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari
obat. Sarung tangan karet digunakan pada saat meracik
obat.

c. Perlengkapan keamanan pasien


Upaya penyembuhan pasien tidak semata-mata dilihat dari sisi medis saja,
namun hal-hal lain terkait dengan faktor-faktor non medis juga memiliki peran
yang cukup signifikan, diantaranya sistem pengamanan pasien yang sangat
diperlukan untuk menunjang keselamatan mereka menjalani perawatan di
rumah sakit. Dengan demikian pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman
yang pada akhirnya secara psikis akan memberikan motivasi kepada pasien
untuk sembuh/pulih.

Ada beberapa jenis alat perlengkapan keamanan pasien antara lain:


1) Pegangan sepanjang tangga
Pegangan sepanjang tangga diadakan dengan tujuan agar pasien
termasuk pengunjung dan petugas dapat berpegangan saat menurun
atau menaiki tangga. Syarat pegangan tangga yang aman:

50
a) Terbuat dari bahan yang tidak licin
b) Permukaan pegangan tidak kasar
c) Mudah dibersihkan
d) Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
e) Kokoh / tidak goyah
f) Pegangan setinggi pinggang orang dewasa
g) Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang

2) Toilet yang dilengkapi pegangan dan bel


Pegangan dan bel di toilet bertujuan untuk menjaga pasien agar
memudahkan pasien saat berada dalam toilet dan bila terjadi suatu hal /
keadaan emergency bel dapat digunakan pasien untuk memanggil
pertolongan. Kelayakan sarana pegangan dan bel ini harus dikontrol
agar kondisinya tetap terjaga dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

3) Pintu dapat dibuka dari luar


Pintu yang dimaksud adalah pintu ruangan, baik ruang rawat inap,
kamar mandi (toilet) dan lainnya agar keadaan emergency dapat dengan
mudah dibuka dari luar oleh petugas, dimana cara membuka pintu
tersebut digerakkan/ dibuka mengarah keluar ruangan bukan kearah
dalam.

4) Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya


Penahan tempat tidur selayaknya digunakan setiap tempat tidur, dengan
tujuan menghindari terjatuhnya pasien dari tempat tidur. Penahan tempat
tidur ini hendaknya dengan mudah dapat dinaikan atau diturunkan.

5) Sumber listrik mempunyai penutup / penahan


Sumber listrik / stop kontak dengan penutup dipasang di seluruh
ruangan, terutama ruang anak-anak. Hal ini bertujuan agar dapat
menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan

6) Supply oksigen yang cukup


Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai
merupakan hal yang vital terutama bagi pasien jantung karena
kekurangan supply oksigen dapat mengakibatkan kematian. oleh karena
itu supply oksigen harus benar-benar terpenuhi, baik secara sentral

51
maupun portable di seluruh unit / ruangan perawatan, baik Rawat Jalan,
Rawat Intensif, Semi Intensif, Emergency dan Rawat Inap. Untuk
menjamin kelangsungan supply oksigen maka perlu dilakukan
pemeliharaan terhadap seluruh jenis peralatan gas medis yang ada di
RS sebagai berikut:
a) Tangki liquid oxygen
b) Tabung oksigen
c) oxygen portable

Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi ke tiga jenis sarana di atas


yaitu:
a) Tangki liquid oxygen
Lakukan pengecekan setiap hari dan setiap penerimaan gas
medis oleh petugas jaga dengan memperhatikan kondisi
manometer, katup gas buang, kondisi tangki gas medis, volume
gas medis dan pipa tangki gas medis.
b) Tabung oksigen dan oxygen portable
Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer,
kondisi tabung dan oxygen portable dan volume gas medis dan
lakukan tera ulang tabung gas medis secara rutin setiap satu
tahun sekali untuk menghindari ledakan.

7) Tersedia emergency suction


Emergency suction disediakan di setiap Ruang Perawatan agar dapat
dengan mudah dipergunakan pada saat dibutuhkan. Untuk ruang intensif
dan semi intensif agar disediakan di setiap tempat tidur sedang ruang
rawat biasa minimal disediakan 1 unit emergency suction dalam kondisi
siap pakai.

8) Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital


Jaminan ketersediaan supply listrik cadangan sangat dibutuhkan saat
aliran listrik dari PLN terputus, terutama di ruang-ruang dan pada
peralatan medis yang vital, dimana supply listrik tidak boleh terputus.
Tenaga listrik pengganti berupa Genset, di mana ketersediaannya harus
memiliki persyaratan:
a) Memiliki kapasitas (KVA) yang memadai sesuai dengan
kebutuhan ruangan/ alat.

52
b) Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin
atau berkala.
Jenis ruangan yang harus memiliki tenaga listrik pengganti tersebut
adalah:
a) R. ICU
b) R. UGD
c) R. Bedah
d) R. Emergency
e) R. Laboratorium
f) R. Radiologi (daerah tertentu seperti: alat yang menggunakan
system computer untuk penyimpan data )
g) R. Sentral Komputer

15. B3 (BAHAN BERBAHAYA dan BERACUN)


Beberapa peraturan mengatur pengelolaan bahan berbahaya dan beracun untuk
mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan
manusia, dan makhluk hidup lainnya. Ketentuan umum yang berkaitan dengan bahan
berbahaya dan beracun penting untuk dipahami bersama. Berikut adalah ketentuan
umum menurut:
Undang Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
a. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
b. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3,
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
c. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau
penimbunan.
d. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.

Bahan Berbahaya dan Beracun dapat diklarifikasikan sebagai berikut:


a. mudah meledak (explosive);
b. pengoksidasi (oxidizing);

53
c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
d. sangat mudah menyala (highly flammable);
e. mudah menyala (flammable);
f. amat sangat beracun (extremely toxic);
g. sangat beracun (highly toxic);
h. beracun (toxic);
i. berbahaya (harmful);
j. korosif (corrosive);
k. bersifat iritasi (irritant);
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
m. karsinogenik (carcinogenic);
n. teratogenik (teratogenic);
o. mutagenik (mutagenic).

Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) meliputi:


a. Pengadaan/Perencanaan B3
b. Penyimpanan B3
c. Distribusi B3
d. Penggunaan B3
e. Pengelolaan Limbah B3
f. Paparan / Kecelakaan B3

Panduan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko


dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Pengelolaan B3 yang tidak termasuk dalam panduan ini adalah pengelolaan
bahan radioaktif, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetik, bahan sediaan
farmasi, narkotika, psikotropika dan prekursornya serta zat adiktif lainnya.

Tata laksana B3 di Rumah Sakit:


a. Pengadaan/Perencanaan B3
1) Perencanaan barang B3 dilakukan dengan cara membuat perkiraan
kebutuhan barang B3 untuk waktu tertentu.
2) Perkiraan kebutuhan barang B3 didasarkan kepada data historis
penggunaan ( consumption) barang B3.
3) Dari historical consumption akan ditentukan titik pemesanan kembali
(reorder point) B3.

54
4) Ketika stock B3 sudah berada dibawah titik pemesanan kembali, maka
pemesanan B3 dibuat.
5) Waktu pemesanan B3 rata-rata tiga hari.
6) Dalam situasi normal Jumlah pesanan B3 dihitung untuk mencukupi
kebutuhan dua minggu.
7) Dalam kondisi tertentu, pesanan B3 dapat disesuaikan dengan melihat
kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi supply barang B3 ke RSUD
Cilincing .

b. Penyimpanan B3
1) Penyimpanan B3 berada di gudang dan berada di bawah koordinator
pengadaan RSUD Cilincing .
2) Masing-masing unit atau bagian yang memerlukan B3 menyimpan di
masing-masing ruangan di gudang antara dan penanganan bahan kimia
berbahaya di ruangan-ruangan yang memiliki B3 agar terjamin keamanannya
dan tidak terjadi kontaminasi.
3) Pengawasan audit bahan kimia berbahaya sehubungan dengan
penggunaan alat-alat pelindung diri ( APD ) oleh semua Kepala Bagian dan
Kepala Unit yang mempunyai gudang antara yang berisi B3 di ruangannya.
4) Pengendalian Lingkungan Kerja yang aman terhadap bahan-bahan B3
dengan cara sosialisasi prosedur penanganan kebocoran dan tumpahan serta
penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan faktor kimia dan cara
pencegahannya pada waktu sosialisasi.
5) Penyimpanan B3 utama diserahkan kepada bagian logistik.
6) Penyimpanan di gudang utama B3 ini berlaku untuk bahan-bahan yang
bersifat korosif, eksplosif dan flammable.
7) Masing-masing unit kerja yang mempunyai B3 harus mempunyai gudang
antara yang berfungsi untuk menyimpan B3 dalam jumlah kecil.
8) Prosedur permintaan dari unit kerja ke bagian pengadaan ditentukan
oleh bagian pengadaan.

c. Distribusi B3
1) Jadwal pengambilan untuk masing-masing bagian atau unit yang
mempunyai B3 ditentukan oleh bagian logistik.
2) Permintaan dari masing-masing unit atau bagian hanya diperbolehkan 1
minggu sekali kecuali untuk kondisi luar biasa.

55
3) Khusus untuk kondisi luar biasa, maka penanggung jawab dari masing-
masing unit harus memberitahukannya terlebih dahulu kepada Kabag
pengadaan sebelum proses permintaan terjadi.
4) Pengambilan B3 yang diminta dilakukan oleh masing-masing bagian/unit
yang membutuhkan.

d. Penggunaan B3
Unit / ruangan yang memerlukan, menyimpan, menggunakan B3, memiliki
bahan kimia B3 di ruangannya masing-masing, mempunyai tanggungjawab
sebagai pengguna B3 adalah:
1) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan:
jadwal permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan dan MSDS
barang B3.
2) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
3) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan
B3 akibat kerja.
4) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-masing.

e. Pengelolaan Limbah B3
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau
dapat membahayakan kesehatan manusia. Limbah B3 dari rumah sakit
merupakan salah satu aspek yang sangat penting di dalam menunjang citra
pelayanan rumah sakit dan melindungi, memelihara dan meningkatkan
kesehatan tidak saja pasien, petugas kesehatan, tetapi juga masyarakat sekitar
rumah sakit.

f. Pembuangan Limbah B3 di unit Laboratorium.


1) Cara Penanganan Limbah Laboratorium.
Pengertian Limbah Laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam
pekerjaan di laboratorium yang dapat berupa limbah cair dan padat.
a) Limbah cair adalah semua limbah cair yang berasal dari kegiatan
laboratorium yang kemungkinan mengandung mikroorganisme dan
bahan kimia. Limbah cair dapat berasal dari pelarut organik, bahan kimia

56
(untuk pengujian), air bekas pencucian alat, sisa spesimen (darah, urin,
dan cairan tubuh). Sedangkan limbah padat di laboratorium dibagi
menjadi : sampah infeksius misalnya peralatan habis pakai seperti jarum
suntik/lancet, sarung tangan, kapas, botol spesimen, kemasan reagen,
sisa spesimen, media perbenihan bekas pakai, kapas lidi ,plastik
spesimen dan sampah umum (domestik) yang tidak infeksius : berupa
kertas, karton/dus, kantong makanan, plastik. Sumber limbah
laboratorium berasal dari: bahan baku yang digunakan untuk proses
kegiatan Lab (reagensia, bahan kimia), bahan habis pakai (media
perbenihan mikrobiologi), produk proses didalam lab (spesimen yang
digunakan untuk pemeriksaan lab).

b) Penanganan Limbah cair di laboratorium RSUD Cilincing (yang


tidak mengandung mikroorganisme) dapat dibuang ke lubang
pembuangan (tempat cuci) yang telah disediakan oleh Rumah Sakit.
Limbah tersebut akan ditampung ditempat penampungan limbah cair
untuk diproses lebih lanjut ke IPAL. Limbah cair yang mengandung
mikroorganisme, diberi Na.Hipoklorit 0.78% atau Chlorin 0.5% direndam
beberapa jam, dibuang ke tempat cuci. Limbah cair yang mengandung
organisme (dalam botol / tabung) disterilisasi dengan menggunakan
autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit. Untuk limbah disinfektan
dan B3 murni, tidak boleh dibuang ke IPAL rumah sakit. Masukkan
limbah tersebut ke wadah khusus. Beri wadah tersebut ke petugas
kebersihan untuk ditangani lebih lanjut (dibawa ke tempat penampungan
sementara). Jika limbah B3 dan disinfektan akan dibuang ke IPAL rumah
sakit, lakukan pengenceran terlebih dahulu dengan air sebelum dibuang
ke IPAL rumah sakit.

2) Penanganan Limbah padat di Laboratorium RSUD Cilincing :


a) Jarum suntik / lancet, limbah bahan tajam (kaca objek, kaca
penutup): dimasukkan kedalam wadah yang tahan tusuk, tutup rapat.
Wadah tersebut akan dibawa oleh petugas kebersihan untuk
ditindaklanjuti untuk dibakar di ruangan incenerator Rumah Sakit Tk. II
03.5.01 Dustira.
b) Sarung tangan, kapas alkohol bekas pakai, sisa spesimen, kapas
lidi, kemasan reagen, botol penampungan spesimen dari cairan tubuh,
masukkan ke kantong plastik warna kuning (katagori infeksius). Pada
saat pembuangan isi kantong plastik tersebut tidak boleh dipilah-pilah

57
tetapi langsung dibawa oleh petugas kebersihan untuk ditindaklanjuti
(dibakar di ruangan incenerator). Untuk reagen dalam kemasan besar,
tutup rapat mulut reagen, berikan ke petugas kebersihan untuk
ditindaklanjuti.
c) Limbah Mikrobiologi: media perbenihan bekas pakai ke autoklaf.
Disterilisasi basah dengan menggunakan uap panas pada tekanan
1210C selama 15 menit. Setelah dilakukan sterilisasi buang ke tempat
sampah dengan kantong plastik warna kuning (infeksius). Lempeng petri
kaca, tabung kaca, botol kultur, pipet kaca di sterilisasi basah dengan
menggunakan uap panas pada tekanan 1210C selama 15 menit, cuci,
lakukan sterilisasi kering menggunakan oven dengan suhu 150 0C
selama 2 jam.
d) Vacutainer (tabung penampungan spesimen darah): tutup
vacutainer dengan rapat, kumpulkan menjadi satu bagian, masukkan ke
kantong plastik warna kuning, ikat. Masukkan kantong plastik tersebut
kedalam wadah khusus, beri label infeksius, berikan ke petugas
kebersihan untuk dibawa ke penampungan sementara untuk diproses
lebih lanjut dibawa ke ruangan incenerator RSUD Cilincing .
e) Tips: rendam tip-tip bekas pakai pada suatu wadah yang telah
diberi larutan Na.Hipoklorit 0.78% atau Chlorin 0.5% , biarkan beberapa
lama. Buka kran air, biarkan air mengalir, buang bekas larutan tersebut
ke tempat pencucian, sedangkan untuk tip bekasnya buang ke kantong
plastik warna kuning.

3) Daftar Reagen B3 yang dimiliki Lab. RSUD Cilincing :


Reagensia laboratorium yang bersifat berbahaya dan beracun disimpan
di gudang Utama di unit pengadaan rumah sakit, pada saat reagensia
tersebut dibutuhkan untuk pemakaian di laboratorium, pihak
laboaratorium meminta ke unit pegadaan, reagensia tersebut disimpan
dalam lemari khusus (lemari besi) dan pada saat pengambilan /
pemakaian reagensia petugas Lab harus menggunakan alat pelindung
diri (pakai pipet dengan Buld/pompa pengisap, sarung tangan dan
masker). Setiap reagensia B3 dilengkapi dengan MSDS.

Daftar Reagen B3 yang dimiliki RSUD Cilincing :


Mudah
NO Nama Reagen Toksik Korosif Harmful
terbakar

58
1 Acetic Aid X
2 Hydrogen Choride X
3 Formaldehyde X
4 Chlorine
5 HCl 37% X
6 Sulfuric acid X
7 Metanol X X
8 Etanol X
9 Barium Klorida X
10 NaOH X
11 H2SO4 X
12 KOH 10% X
13 H2O2 3% X

g. Pembuangan Limbah B3 di unit farmasi dilakukan dengan cara:


1) Cairan-cairan B3 yang di stok oleh Farmasi di gunakan oleh unit lain
selain Farmasi yang membutuhkan cairan B3. Oleh karena itu farmasi tidak
mengelola limbah cairan B3.
2) Unit Farmasi mengolah penghancuran obat-obat B3 yang sudah
kadaluarsa /expired dengan cara:
a) Persiapan pemusnahan obat:
(1) Staf gudang mengeluarkan obat yang akan dimusnahkan.
(2) Nama dan jumlah obat yang akan dimusnahkan serta
alasan pemusnahan dicatat sebagai lampiran.
b) Proses pemusnahan obat:
(1) Staf Gudang yang telah ditunjuk mengeluarkan obat-obat
tersebut dari kemasan primer.
(2) Kemudian isinya dibuang ke tempat pembuangan yang
telah ditentukan oleh Kepala Bagian Farmasi.
(3) Kemasan primer seperti blister, botol sirup dibersihkan
kemudian dibuang ke tempat sampah.
(4) Proses pemusnahan ini disaksikan oleh Kepala Bagian
Farmasi dan wakil dari bagian keuangan dan menandatangani
berita acara pemusnahan.

h. Paparan / Kecelakaan B3

59
Pengertian Paparan Kontaminasi dengan bahan B3 adalah kecelakaan kerja
pada saat petugas sedang menangani bahan B3 saat bekerja secara tidak di
sengaja. Bahan B3 tersebut tumpah, terciprat atau mengkontaminasi kontak
langsung pada kulit, kulit luka/mata, terhirup, tertelan atau tidak sengaja
termakan/terminum bahan B3 di lingkungan kerjanya.

1) Tujuan panduan penanggulangan Paparan B3 adalah:


a) Menentukan penanganan yang baik dan benar
b) Mengurangi resiko bahaya yang lebih besar bila terjadi
kontaminasi
c) Mencegah terjadinya kontaminasi lanjutan atau efek samping
cairan.

2) Kebijakan penanganan paparan B3 adalah:


a) Penanganan bila terjadi kontak langsung harus dilakukan
sesegera mungkin.
b) Penanganan bila terjadi kontak langsung sesuai dengan Lembar
Data Pengaman
c) Setiap unit kerja yang mempunyai B3 harus membuat prosedur
penanganan akibat kontaminasi.
d) Pedoman pembuatan prosedur penanganan akibat kontaminasi
B3 dapat dilihat pada MSDS masing-masing zat.
e) Petugas yang bekerja dengan menggunakan B3 harus memakai
alat pelindung diri yang telah ditetapkan.
f) Kontaminasi akibat kerja dengan menggunakan B3 harus
dilaporkan kepada Tim MFK.
g) Penanganan akhir untuk setiap kontaminasi yang terjadi harus
ditangani di UGD dan dilaporkan kepada Tim MFK.

3) Prosedur penanganan kontak langsung paparan B3 pada kulit atau kulit


luka akibat gelas atau objek tajam:
a) Tanggalkan sarung tangan
b) Bilas kulit yang terkena paparan B3 langsung di bawah air
mengalir
c) Bersihkan kulit dari sisa bahan B3 dengan menggunakan sabun
cair antiseptik
d) Bilas kulit dengan menggunakan air mengalir

60
e) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi
larutan chlorin 5% dan bilas dengan air hangat. Jika kulit sobek, pakai
H2O2 3%
f) Keringkan kulit dengan kertas tissue
g) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
h) Catat jenis bahan B3 yang terpapar dan kemungkinan disiapkan
antidot khusus (lihat MSDS)
i) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
j) Lengkapi format kecelakaan yang disediakan UGD

4) Penanganan terhadap kulit yang tertusuk jarum bekas B3:


a) Bila tertusuk jarum yang mengandung obat kemoterapi atau telah
terkontaminasi, jangan segera mengangkat jarum
b) Tarik plunger kembali untuk menghisap obat-obat yang mungkin
telah terinjeksi. Jangan menghisap langsung dengan mulut
c) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian dibuang
d) Tanggalkan sarung tangan
e) Keluarkan darah tempat tersuntik dengan pijitan keras di bawah
air mengalir
f) Jika perlu, gunakan syringe dan jarum baru untuk mengambil obat
dari jaringan
g) Bilas kulit dengan air mengalir
h) Bersihkan kulit dengan cairan sabun dan bilas lagi dengan air
mengalir
i) Tanggalkan semua pakaian pelindung
j) Catat jenis obat dan perkiraan jumlah obat yang terinjeksi
k) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
l) Suntikkan antidote yang spesifik jika perlu (sesuai MSDS)
m) Lengkapi format kecelakaan

5) Penanganan terhadap tumpahan obat pada mata :


a) Minta pertolongan
b) Tanggalkan sarung tangan
c) Segera bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit
d) Cuci mata terbuka dengan 500 ml NaCl 0,9%
e) Aliri mata dengan 25 ml aquades steril
f) Tanggalkan semua pakaian pelindung
g) Catat jenis obat

61
h) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
i) Lengkapi format kecelakaan

6) Prinsip Penanggulangan Paparan / Kecelakaan B3:


a) Terkena mata : cuci mata dengan banyak air
b) Terkena kulit : aliri dengan air mengalir, singkirkan bahan pakaian
yang terkontaminasi.
c) Terhirup : segera keluar mencari udara segar, istirahat
d) Tertelan : cuci mulut dengan banyak air.

j. Pengadaan B3
Perlu diperhatikan sebelum menggunakan bahan kimia :
 Perhatikan label nama kimia
 Baca isi / bahan aktif bahan kimia
 Baca aturan pakainya
 Bila ada, pelajari MSDS nya
 Gunakan APD (Alat Pelindung Diri)
 Tutup rapat botol / wadah
 Simpan di tempat yang aman, hindari api.

1) Laporan Pengadaan B3:


Masing-masing ruangan atau unit yang menyimpan, mamakai, meminta
barang B3 wajib melaporkan :
a) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing
ruangan: jadwal permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang
pengadaan dan MSDS barang B3.
b) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan
tidak menggunakan APD.
c) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi
paparan B3 akibat kerja.
d) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-
masing.

2) Laporan Pemakaian B3:


Masing-masing ruangan atau unit yang menyimpan, memakai barang B3
wajib melaporkan:
a) Jumlah kuantitas barang B3 di gudang antara dan pemakaian
hariannya

62
b) Melakukan stock opname di ruangan masing-masing sesuai
dengan jumlah kebutuhan pemakaian
c) Mencatat, memperhatikan, menilai kualitas barang B3 mengenai
tanggal kadaluwarsa, cara pemakaian barang B3 agar terjamin
keamanan dan keselamatan kerja bagi pemakai barang B3, dimana
semua petugas yang memiliki, menyimpan, memakai barang B3 wajib
bertanggungjawab di masing-masing ruangannya.

3) Laporan Kecelakaan akibat kontaminasi B3


Pelaporan harus dilakukan oleh tiap Kepala Bagian yang menyimpan B3
di ruangannya kepada Ketua Tim K3 melalui alur berobat ke UGD RSUD
Cilincing dengan mengisi formulir kecelakaan akibat kerja yang telah
diketahui, ditandatangani Kepala bagian masing-masing ruangan yang
menyimpan, memakai barang B3.
Aspek yang di evaluasi adalah:
a) Jumlah petugas/staf ruangan yang lalai dan tidak menggunakan
APD
b) Jumlah petugas yang terkontaminasi B3 akibat kerja.

4) Petunjuk pengisian formulir evaluasi dan pelaporan B3:


a) Formulir Evaluasi B3 yang telah dibagikan kepada masing-masing
ruangan yang menyimpan, mamakai B3 wajib di isi oleh
penanggungjawab ruangan masing-masing secara berkala setiap
6 bulan sekali yang dilaporkan kepada ketua MFK RSUD Cilincing
.
b) Isilah pada kolom-kolom yang telah disediakan dengan
memberikan tanda cek ( ) pada kolom yang dianggap sebagai
pilihan jawaban “ya” dari pertanyaan yang diajukan.
c) Berikan keterangan pada kolom yang disediakan apabila ada hal-
hal penting yang perlu di tuliskan berhubungan dengan
pengelolaan B3, penanganan paparan B3.
d) Formulir evaluasi ini di kumpulkan setiap bulan Juni dan
Desember kepada Ketua MFK RSUD Cilincing .

k. Spill kit
1) Spill kit adalah perlengkapan yang digunakan untuk menangani
tumpahan :

63
DAFTAR ISI
a
KOTAK TUMPAHAN BAHAN INFEKSIUS
)

B
3

B
ahan berbahaya dan Beracun (Cairan kimia berbahaya yang
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif, dapat
mengganggu kesehatan dan mencemarkan lingkungan)
b) Bahan infeksius (Cairan yang dihasilkan dari tubuh pasien seperti
darah, tinja, urin, sputum,muntahan dll).

2) Prosedur
a) Siapa yang melaporkan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan / non kesehatan (petugas RSUD
Cilincing kontraktor) yang pertama kali menemukan
tumpahan.
(2) Pasien, pengunjung / keluarga pasien yang datang ke
RSUD Cilincing .
b) Siapa yang melakukan penanganan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan (petugas RSUD Cilincing ) yang
pertama kali menemukan tumpahan.
(2) Tenaga non kesehatan ( kontraktor )

3) Isi Spill

64
NO ISI KOTAK SPIL KIT JUMLAH KETERANGAN
1 4) Kantong
P kuning 2 buah Sekali pakai
2 e Masker hijau 2 buah Sekali pakai
3 n Sarung tangan medis 2 pasang Sekali pakai
4 a Gaun / apron plastik 2 buah Sekali pakai
5 n Tutup kepala 2 buah Sekali pakai
6 g Sepatu
7 a Air bersih 1 botol Sekali pakai
8 n Larutan detergen 1 botol Sekali pakai
9 a Larutan Klorin 1 botol Sekali pakai
10 n Tisu towel / kain lap 1 boks Sekali pakai
11 Tanda peringatan 1 sign board
t
12 Sapu dan pengki 1 set
u
13 Formulir laporan kejadian 1 lembar
m
14 Wadah botol untuk pecahan kaca 1 botol Sekali pakai
p
15 Penjapit / pinset 1 buah
a
h
an:
a) Amankan area tumpahan dengan tanda/kursi.
b) Buka spill kit, pasang tanda peringatan di area tumpahan.
c) Gunakan APD (masker, sarung tangan, gaun, tutup kepala,
sepatu, kacamata google)
d) Batasi penyebaran tumpahan dengan tisu/kain lap sekali pakai:
(1) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk cairan, serap dengan
tisu/kain lap sekali pakai untuk menutupi tumpahan lalu
masukan kedalam kantong ungu.
(2) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk serbuk, basahi tisu/kain
lap sekali pakai dengan air untuk menutupi tumpahan
serbuk lalu sapu dan masukan kedalam kantong ungu.

e) Bersihkan area tumpahan dengan cara:


(1) bersihkan material tumpahan dengan menggunakan skop
atau sapu dan pengki kecil sampai benar-benar bersih.
(2) Buang bahan penyerap bahan tumpahan tadi dengan
kantong ungu.

65
(3) dekontaminasi area tumpahan dengan detergen sebanyak 3
kali lalu semprotkan disinfektan, biarkan selama 2 menit
kemudian keringkan dengan tisu/kain lap sekali pakai lalu
buang ke kantong ungu.
(4) Lakukan hal di atas 3 kali berturut-turut sampai benar-benar
bersih.
(5) Lepaskan APD dan masukan kedalam kantong ungu.
(6) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
(7) Laporkan kebagian Urdal rumah sakit untuk pembersihan
lebih lanjut.

5) Pengisian Formulir Laporan Kejadian Tumpahan B3


a) Isi identitas petugas yang menemukan tumpahan pertama kali
atau yang dilaporkan pasien atau pengunjung.
b) Isi waktu kejadian.
c) Ceritakan kronologis kejadian dan lokasinya.
d) Identifikasi tipe insiden yang meliputi KNC (Kejadian Nyaris
Cedera), KTC (Kejadian Tidak Cedera), KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan).
e) Isi formulir, berikan kepada kepala ruangan, Tim K3, Tim PPI

16. MANAJEMEN EMERGENSI


a. Pengertian
1) Keadaan darurat/bencana adalah setiap kejadian yang dapat
menimbulkan gangguan terhadap kelancaran operasional/kegiatan di
lingkungan RSUD Cilincing : Kebakaran, Gangguan tenaga, Gangguan
Keamanan (huru-hara), Bencana alam (Gempa Bumi), Bencana massal,
dll.
2) Tanggap darurat adalah penanganan keadaan darurat/bencana secara
darurat setiap terjadi kejadian, yang terjadi di rumah sakit, antara lain:
kejadian kebakaran, kecelakaan, peledakan, gangguan.
b. Tujuan
1) Membentuk peningkatan suatu kesadaran dan kewaspadaan bencana
serta langkah tindak petugas RSUD Cilincing para penyewa ruangan
dan kontraktor jika terjadi keadaan darurat Kebakaran, bencana dan
evakuasi.

66
NO SEBUTAN TUGAS
JABATAN STRUKTURAL
3) S. JABATAN POKOK

e1. Komandan Kepala Rumah Sakit RSUD Pimpinan tertinggi dalam

b Cilincing operasi Penanggulangan

a Keadaan Darurat.

g
a2. Wakil. Wakil Kepala RSUD Cilincing Membantu/mewakili tugas-

i Komandan tugas Komandan

p3. Komandan Pj. Ruangan (Lab), Pj. Menanggulangi keadaan

e Ruangan Ruangan (Radiologi), Pj. darurat pada tingkat awal,

d Ruangan (Rekam Medis), Pj. mengatur pelaksanaan

o Ruangan Rawat Jalan evakuasi/ penyelamatan

m (Poliklinik), Pj. Ruangan ruangan ybs.

a Rawat Inap, Pj. Ruangan

n Dapur, Pj Ruangan Laundry.

a4. Tim Security RSUD Cilincing Melaksanakan operasi

g Pemadam Pj. Masing-masing ruangan, pemadaman dan

a Api penyelamatan jiwa / harta

r benda.

t5. Tim Pj. Masing-masing ruangan. Mengatur pelaksanaan

u Evakuasi evakuasi di ruangan ybs.

g
a6. Tim Medis Pj. Dokter UGD/Tim Kode Biru Mengatur mekanisme

s Pj. Perawat UGD sistem perawatan /

- pertolongan terhadap

t pasien / korban.

u7. Tim Pj. teleponis Melaksanakan komunikasi

g Komunikasi Pj. Humas intern dan ekstern.

a
s8. Tim Pj Piket Mengamankan evakuasi
Pengamana dan arus lalu lintas

T n kendaraan.

4) i9. Bagian Memastikan system listrik

m Engineering Bagian Tehnik berjalan dg baik.

67
Penanggulangan Kebakaran/Bencana (TPB) RSUD Cilincing dapat terlaksana
sesuai dengan Pedoman dan standar prosedur operasional yang ada.
3) Sebagai pedoman atau petunjuk bagi pejabat MFK atau yang tercantum
dalam Organisasi tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana, sehingga
mekanisme penanggulangannya dapat berjalan dengan lancar, efektif
dan efesien dibawah satu komando.

c. Pengaturan jaga
Dilakukan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi dalam 3 Shif dan masing-
masing Shif dipimpin seorang Komandan Regu atau Penanggung jawab
ruangan.

d. Denah Ruangan
Denah ruangan yang didalamnya termuat jalur evakuasi, tempat APAR,
ruangan beresiko, dimana denah tersebut berada disetiap ruangan maupun
ruangan perawatan serta ruangan area publik.

e. Fasilitas keselamatan
Fasilitas keselamatan yang berada di RSUD Cilincing yaitu: Jalur Evakuasi,
APAR,Tandu Evakuasi, Helm, Lampu sorot, Masker Asap, tempat berkumpul
evakuasi, Rambu, dll.

f. Sandi Penanggulangan Kebakaran/Bencana :


Untuk Penanggulangan kebakaran telah ditetapkan sandi kebakaran berupa
instrument lonceng/kentongan yaitu:
1) Pukulan lonceng/kentongan: 0000…0000…0000…0000…0000 dsb
(terus menerus sampai bahaya teratasi)
(a) Jika lonceng/kentongan ada gangguan, maka petugas yang
bertugas langsung menggunakan panggilan darurat ke ext 41.
(b) Jika paging ada gangguan maka operator yang bertugas
langsung menggunakan telepon.
(c) Jika telepon ada gangguan maka operator yang bertugas
komunikasi akan dilakukan melalui Handy Talky ( HT) oleh pihak
Keamanan.

2) Penanggulangan bencana “Massal”

68
Untuk mempermudah penanganan korban musibah massal, dibuat
keadaan siaga bencana yang dikaitkan dengan jumlah tenaga
operasional yang ada serta estimasi jumlah korban dikelompokkan
sebagai berikut:
(a) SIAGA I : jumlah penderita 20 – 50 orang.
(b) SIAGA 2 : jumlah penderita 51 –100 orang.
(c) SIAGA 3 : jumlah penderita 101 – 200 orang

Jika pasien UGD telah mencapai jumlah > 200 orang, maka mulai dipersiapkan
rujukan ke rumah sakit terdekat. Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana
sbb:

g. Uraian tugas Tim


1) Komandan:
a) Memimpin & mengkoordinir tugas para petugas dalam kegiatan
penanggulangan keadaan bencana.
b) Memberikan instruksi tanda siaga kepada Operator
c) Memutuskan untuk minta bantuan unit dari luar (kepolisian,
pemadam kebakaran, ambulan dll).
d) Memutuskan untuk mematikan aliran listrik secara total (baik PLN
maupun Genset).
e) Memutuskan untuk mengevakuasi seluruh penghuni ruangan, bila
keadaan sudah sangat darurat.

2) Wakil Komandan:
a) Memimpin dan mengkoordinir area tiap ruangan melaksanakan
tugas.
b) Mengambil alih tugas Komandan bila tidak hadir atau
berhalangan.

3) Tim Pemadam Api:


a) Memimpin & mengkoordinir regu pemadam kebakaran (anggota
satpam, Pj. Masing-masing ruangan, Urdal, Urpam) regu pemadam
ruangan agar mereka bekerja dengan tenang tetapi efektif).
b) Selalu berkomunikasi dengan tim regu pemadam lain untuk
memberikan laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima
instruksi dari Komandan.
c) Berikan laporan-laporan singkat dan jelas tentang situasi terakhir

69
4) Tim Evakuasi:
a) Memimpin & mengkoordinir regu evakuasi tiap-tiap ruangan jika
diperlukan, agar evakuasi ini dapat berlangsung dengan tenang & tertib.
b) Selalu berkomunikasi dengan komandan untuk memberikan
laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari
komandan dengan jelas dan pasti.
c) Membantu petugas P3K untuk memberikan pertolongan bila
terjadi kecelakaan.
d) Melakukan pencatatan data-data evakuasi yang diperlukan.

5) Tim Medis:
a) Bekerjasama dengan Komandan dalam memutuskan untuk
meminta bantuan ambulance.
b) Bekerjasama dengan bagian evakuasi untuk memberikan bantuan
jika terjadi kecelakaan pada saat evakuasi.
c) Memberikan pertolongan pertama, jika terjadi kecelakaan pada
saat evakuasi.
d) Menentukan prioritas pasien yang akan di evakuasi terlebih
dahulu dan mendampingi evakuasi pasien dengan kondisi buruk.

6) Tim Komunikasi:
a) Memimpin para operator telepon untuk berkomunikasi dengan
pemakai ruangan maupun para tamu dan menjaga agar mereka tetap
tenang serta mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada.
b) Selalu siap untuk menghubungi unit luar (Ambulance, Pemadam
kebakaran, Kepolisian) atas permintaan Komandan.
c) Menjaga agar selalu ada komunikasi dengan Komandan
sehingga selalu siap untuk hal-hal yang diperlukan.

7) Tim Pengamanan:
a) Memimpin dan mengkoordinir regu pengaman, baik diluar gedung
maupun didalam gedung agar situasi dapat dikuasai & dijaga agar selalu
tertib aman terkendali.
b) Selalu berkomunikasi dengan Komandan untuk memberikan
laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari
Komandan.

70
c) Mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk tugas-
tugas pengamanan.
d) Mengatur lalu lintas agar mobil ambulance, pemadam kebakaran
serta polisi dengan mudah dapat masuk kedalam areal gedung.
e) Menjaga agar tidak terjadi kehilangan/pencurian barang baik milik
ruangan sendiri maupun milik para pemakai serta tamu lainnya.

8) Bagian Engineering:
a) Memastikan semua sistem listrik & yg berkaitan dgn pekerjaan
teknik berjalan dgn baik.
- Generator.
- Lampu penerangan
- Komunikasi dll.
b) Selalu berkomunikasi dgn Komandan untuk memberikan laporan
tentang situasi terakhir yang terkait dgn tugas bagian engineering.

h. Evakuasi dan Penyelamatan


1) Evakuasi
Pelaksanaan evakuasi petugas/pasien di ruangan-ruangan,
dilaksanakan atas perintah dari Komandan, melalui Komandan-
komandan ruangan yang bersangkutan.
a) Evakuasi Kebakaran di ruangan.
Pelaksanaan evakuasi dikoordinir oleh Komandan ruangan
dilaksanakan oleh Evakuasi dengan urutan sebagai berikut:
(1) Mengevakuasikan pasien di ruangan Z.

(2) Selanjutnya mengevakuasikan pasien ruangan yang


terbakar (Z).

(3) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu melaksanakan


evakuasi:

(a) Berjalan dengan cepat tetapi jangan lari.

(b) Jangan membawa atau memakai barang-barang


yang dapat menyulitkan pelaksanaan evakuasi. Berikan
prioritas kepada orang yang paling lemah fisiknya.

(c) Apabila hendak membuka pintu, rabalah dan


rasakan terlebih dahulu pintunya, untuk menyakinkan
bahwa di balik pintu tidak ada api.

71
(d) Menuruni tangga dengan cara berjajar dan berturut-
turut sesuai lebar/kapasitas tangga.

(e) Bila memungkinkan, tutuplah semua pintu dan


jendela untuk menghambat rambatan api.

(f) Apabila terperangkap asap, bernafaslah dengan


pendek-pendek melalui hidung, bergeraklah dengan cara
merangkak karena asap cenderung berada di bagian atas.
Apabila terpaksa harus menerobos asap, tahanlah nafas,
kalau perlu pakai masker yang berada di Kotak
Perlengkapan Pemadam. Keluar menuju halaman dan
berkumpul di tempat yang cukup aman serta melapor
kepada Komandan Regu Evakuasi/Komandan ruangan
masing-masing.

2) Penyelamatan.
Pelaksanaan penyelamatan di tiap ruangan, dikoordinir oleh Komandan
ruangan masing-masing, dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
evakuasi personil, material dan dokumen yang perlu diamankan:
a) Penyelamatan/pengamanan personil:
(1) Bila memungkinkan, berikan pertolongan pertama ditempat
kepada korban.
(2) Korban segera dibawa ke tempat yang aman dengan
melalui jalur evakuasi untuk selanjutnya diserahkan kepada Team
Medis.
(3) Mengamankan petugas maupun pengunjung dari lokasi
kebakaran agar tidak terjadi korban jiwa.
(4) Mengamankan pasien-pasien, terutama yang memerlukan
perawatan khusus yang lebih aman dari kebakaran.

b) Pengamanan material:
(1) Amankan material sesuai prioritas yang ditentukan oleh
masing-masing bagian.
(2) Siapkan tempat atau wadah yang siap pakai untuk material
yang perlu diselamatkan pada setiap bagian (troly barang) tempat
pengungsian material dialokasikan ditempat yang tidak mudah
terjangkau oleh api.

72
c) Pengamanan dokumen:
(1) Jika memungkinkan seleksi/pilih dokumen-dokumen yang
penting untuk diselamatkan, dokumen tidak penting tidak perlu
dibawa karena akan menyulitkan dalam pelaksanaan
penyelamatan.
(2) Membawa dokumen yang perlu disesuaikan dengan batas
kemampuan (jangan melebihi batas kemampuan).
(3) Berjalan dengan cepat tetapi tidak lari, melalui jalur
evakuasi yang ada (koridor, tangga).
(4) Himpun semua dokumen yang berhasil diselamatkan pada
tempat berkumpul.

3) Evakuasi Bencana Alam atau Gempa Bumi:


a) Lakukan prosedur evakuasi secara umum/sesuai petunjuk dan
prosedur.
b) Berikan prioritas pada korban yang paling lemah fisiknya.
c) Turun melalui tangga dengan tertib.
d) Menuju dan berkumpul di titik kumpul.
e) Permintaan atau pemanggilan kode bencana.
f) Komandan menghubungi kepolisian setempat & Tim Rescue SAR
Kota Malang.
g) Evakuasi Pasien Pada Waktu Bencana sbb:
(1) Komandan ruangan berkoordinasi dengan komandan dan
tim medis (dokter jaga dan perawat) untuk mempersiapkan
evakuasi pasien dari ruang perawatan yang mengalami bencana
termasuk meminta bantuan dari staff rumah sakit lainnya.
(2) Tim medis (dokter jaga dan perawat) mengatur evakuasi
pasien berdasarkan prioritas. Prioritas pasien yang dievakusi
ditetapkan berdasarkan kondisi pasien pada saat itu, dan prioritas
ditetapkan sebagai berikut
(a) Prioritas pertama adalah pasien pasien yang secara
medis dapat mobilisasi diri sendiri tanpa bantuan orang.
(b) kedua adalah pasien yang secara medis
membutuhkan bantuan orang lain pada waktu mobilisasi.
(c) Prioritas ketiga adalah pasien yang secara medis
tidak dapat mobilisasi sendiri dan membutuhkan
pertolongan sepenuhnya dari perawat dan penolong
lainnya.

73
(3) Evakuasi pasien prioritas pertama dan kedua dilaksanakan
melalui sisi terjauh dari lokasi bencana dan dikoordinasikan
dengan komandan atau komandan ruangan.
(4) Evakuasi pasien prioritas ketiga dilaksanakan dengan tandu
dan melewati sisi terdekat dari lokasi bencana dan dikoordinasikan
dengan komandan atau komandan ruangan.
(5) Tim medis (dokter jaga dan perawat) harus mengawasi
jalannya evakuasi pasien sampai evakuasi seluruh pasien di lokasi
tersebut selesai.
(6) Pasien yang dievakuasi dari ruangan yang mengalami
bencana dan diserah terimakan kepada dokter UGD.

i. Penanggulangan bencana
1) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan Bencana
a) Jika keadaan darurat/bencana terjadi didalam rumah sakit maka:
b) Hubungi ke Posko Keamanan/Piket Ext. 41, untuk
menginformasikan kejadian tersebut (Apa yang terjadi dan lokasi/tempat
kejadiannya)
c) Pa Piket Lapor/Hubungi ke Komandan.
d) Komandan:
(1) Segera ke Posko Keamanan (stand by) dan ambil alih
komando penanggulangan bencana.
(2) Lakukan langkah pencegahan atau penangananya atas
kejadian tersebut sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).

2) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan bencana


massal.
a) Jika korban massal yang berlangsung dibawa ke RSUD Cilincing
maka:
(1) Penanggulangan Bencana “Massal” diambil alih
komandonya oleh Komandan UGD (dokter jaga UGD).
(2) Komandan UGD akan memerintahkan operator untuk
paging kode bencana.
(3) Seluruh speaker didalam rumah sakit akan berbunyi dan
terdengar di semua ruangan.
(4) Seluruh anggota Tim melakukan penanganan sesuai
Prosedur tugas & tanggung jawabnya masing-masing sesuai
komando dari Komandan UGD.

74
(5) Jika pasien melebihi 200 orang, maka Dokter jaga atau
penanggung jawab UGD saat itu, akan melapor dan meminta
persetujuan kepada Kasub Instal Gadar, bahwa pasien
berikutnya akan dialihkan ke rumah sakit lain yang terdekat.
(6) Tim penanggulangan Bencana Massal di UGD sbb:
SEBUTAN JAB.
NO TUGAS POKOK
JABATAN STRUKTURAL
1. Komandan Dokter Jaga a. Menetapkan Keadaan Siaga ( Kode bencana
UGD UGD )
b. Melakukan Triage bersama dengan petugas
Triage
c. Mengatur mekanisme sistem perawatan/
pertolongan terhadap pasien/korban.
d. Melaporkan keadaan siaga kepada Kasub
Instal Gadar.
e. Bertindak sebagai Komandan UGD, bila
dokter jaga yang lain sudah datang.
f. Menetapkan petugas yang menangani
masing-masing korban
g. Memantau pelaksanaan penanganan korban.
h. Memastikan keterlibatan unit pendukung
dalam penanganan pada korban.
i. Memantau status siaga dan menetapkan
tingkat siaga berikutnya bila perlu.
j. Meminta kepada Kasub Instal Gadar untuk
menutup UGD bila jumlah korban mencapai
200 orang.

2. Wakil Pj. Perawat a. Menjadi petugas Triage bersama dokter jaga


komandan UGD UGD.
UGD b. Menkoordinasi petugas perawat bantuan yang
sudah datang di UGD.
c. Mengatur alur penanganan korban

3. Perawat Perawat a. Memastikan terlaksananya mobilisasi tenaga


Pengganti Pengganti bantuan dan ketersediaan tenaga.
( DO ) b. Memastikan ketersediaan kamar perawatan.

75
c. Memastikan ketersediaan obat-obatan dan
logistik.
d. Memastikan kesiapan kamar operasi dan ICU.
e. Menjadi penghubung pasien yang sudah
ditangani dan perawat ruang perawatan.

4. Tim Medis Dokter Umum Melakukan pemeriksaan dan pertolongan korban


dan Spesialis sesuai prioritas

5. Pj. Ruang Pj. Ruang Mengatur pasien yang memerlukan tindakan


Bedah. Bedah bedah berdasarkan ketersediaan tempat

6. Pj. Ruang Pj. Ruang ICU Mengatur pasien yang memerlukan perawatan
ICU ICU berdasarkan ketersediaan tempat

7. Tim Humas. a. Mengkoordinasi pemberian informasi kepada


Komunikasi Operator keluarga, Kepolisian dan Media masa.
b. Melaksanakan komunikasi intern dan ekstern.
c. Menjamin tersedianya cadangan komunikasi
d. Membantu menghubungi RS rujukan.

8. Pj. Logistik Pj. Logistik Menjamin tersedianya peralatan dan yang


dibutuhkan dalam penanganan pasien dan
evakuasi.

9. Pj. Farmasi Pj. Farmasi Menjamin tersedianya obat-obatan yang


dibutuhkan dalam penanganan pasien dan
evakuasi.

10. Tim Pj. Radiologi Menjamin kelancaran Pemeriksaan bid.Radiologi.


76
Radiologi

11. Tim Pj. Menjamin kelancaran pengambilan pemeriksaan


Laboratorium Laboratorium sampling darah dan pengiriman hasil.

12. Tim Pj.Administrasi a. Mencatat identitas pasien


Administrasi b. Koordinasi ketersediaan tempat untuk korban
yang perlu rawat inap dengan perawat ruang
perawatan

13. Tim Piket, Urpam, a. Mengamankan Evakuasi dan arus lalulintas


Keamanan Satpam kendaraan.
b. Mengamankan barang-barang milik pasien.
c. Menjaga ketertiban didalam ruang UGD.

14. Tim Tehnik Bag. Tehnik a. Menjamin hal-hal yang berhubungan dengan
tehnik dapat berjalan baik.
b. Mengantisipasi gangguan listrik dan
komunikasi, serta menyiapkan cadangannya.
c. Mengamankan bahan-bahan / peralatan yang
berbahaya.

15. Tim Pj. Menyiapkan ambulance, kendaraan operasional


transportasi Transportasi lain dan penderita yang akan dirujuk ke rumah
sakit lain.

Mobilisasi Tenaga Kesehatan di UGD dalam keadaan tanggap darurat/bencana sbb:


77
TINGKAT PETUGAS YG HARUS PEJABAT YG KEBUTUHAN
SIAGA DINAS DIHUBUNGI TENAGA

Siaga 1 a. Semua dokter jaga a. Penanggung a. 3 dokter umum


yang bertugas jawab UGD b. 8 perawat
20 – 50 b. Dokter Spesialis b. Kepala perawat c. 2 Pekarya
Korban bidang terkait UGD d. 1 petugas
c. Perawat tambahan c. Kasub Instal Laboratorium
dari unit lain Gadar e. 1 petugas Farmasi
d. Perawat pengganti d. Manajer f. 1 petugas Radiologi
e. Petugas Humas Keperawatan g. 2 petugas
f. Petugas Kamar e. Koordinator Administrasi
Bedah bila ada Kelompok Staf h. 1 petugas
kasus yang perlu Medis Lain Transportasi
tindakan operasi i. 1 petugas Logistik
j. 1 petugas Operator

Siaga 2 a. Sesuai Siaga 1 Sesuai Siaga 1 a. 5 dokter umum


+dokter jaga Rumah b. 10 perawat
51 – 100 Sakit RSUD c. 2 pekarya
korban Cilincing yang tidak d. 2 petugas
bertugas,dengan Laboratorium
domisili terdekat e. 2 petugas Farmasi
b. Perawat UGD f. 2 petugas Radiologi
tambahan dari g. 2 petugas
asrama Administrasi
h. 2 petugas
Transportasi
i. 2 petugas Logistik
j. 1 petugas Operator

78
Siaga 3 a. Sesuai Siaga 2 + Sesuai Siaga 1 + a. 7 dokter umum
semua dokter jaga Direksi b. 12 perawat
101 – 200 RSUD Cilincing c. 3 pekarya
korban yang tidak bertugas d. 2 petugas
b. Perawat tambahan Laboratorium
dari asrama dan e. 3 petugas Farmasi
dengan domisili f. 2 petugas Radiologi
terdekat g. 3 petugas
c. Pekarya tambahan Administrasi
dari unit lain h. 2 petugas
Transportasi
i. 2 petugas Logistik
j. 1 petugas Operator
Jika mobilisasi tenaga tsb diatas ternyata masih kurang, karena sesuatu hal, maka tenaga
kesehatan/medis maupun non kesehatan/medis yang seharusnya lepas tugas, akan
diperpanjang jam tugasnya.

b) Pedoman jika terjadi bencana alam ( Gempa Bumi )


Tindakan yang harus dilakukan setiap petugas adalah sbb:
(1) Tetap tenang jangan panik dan berusahalah menenangkan
orang disekeliling anda.
(2) Berlindung/melindungi tubuh, BUKAN LANGSUNG
EVAKUASI.
(3) Komandan ruangan menenangkan pasien ruangannya
masing-masing.
(4) Jika Gempa belum berhenti:
(a) Komandan ruangan tenangkan pasien/pengunjung.
(b) Hubungi Piket/Posko Keamanan ext 41
(c) Piket segera melaporkan kepada Komandan
(d) Komandan mengambil alih Komando
(e) Selanjutnya penanganannya sesuai SPO

c) Pedoman jika terjadi Banjir


(1) Komandan ruangan tenangkan pasien/pengunjung
(2) Hubungi piket/ posko keamanan ext 41
(3) Piket segera melaporkan kepada komandan
(4) komandan mengambil alih komando

79
(5) selanjutnya penanganannya sesuai SPO

d) Pedoman jika terjadi kecelakaan di RSUD Cilincing


Apabila terjadi suatu kecelakaan di areal RSUD Cilincing yang dilakukan
adalah:
(1) Penemu Pertama segera menghubungi Operator Ext. 10
atau piket 41 dengan menyebutkan lokasi kejadian, nama
pelapor/bagian.
(2) Operator: Lakukan paging pemanggilan Tim Kode Biru.
(3) Sementara menunggu Tim Kode Biru datang, lakukanlah
tindakan pertolongan pertama (P3K) kepada korban.
(4) Tim kode biru yang datang segera melakukan resusitasi
BHD (Bantuan Hidup Dasar)/BHL (Bantuan Hidup Lanjut).
(5) Bila pasien telah stabil, bawa ke UGD.

e) Pedoman jika terjadi gangguan tenaga


Apabila terjadi gangguan tenaga, seperti terputusnya aliran listrik,
segera laporkan kepada Urdal. Sambil menunggu perbaikan atau
menghidupkan GENSET, seluruh petugas agar mengikuti
petunjuk-petunjuk sebagai berikut: Tetaplah tenang dan usahakan
membuka gorden agar cahaya/sinar alam dapat masuk. Tunggu
instruksi dari Komandan ruangan yang akan selalu berhubungan
dengan Bagian Urdal /Komandan.

f) Pedoman jika terjadi gangguan Keamanan (huru-hara)


Komandan /Kepala Seksi Keamanan RSUD Cilincing :
(1) Cari tahu sebab-sebab terjadinya huru hara.
(2) Selalu koordinasi perkembangan situasi dengan
Keamanan terkait.
(3) Melapor kepada Kasi Tuud setiap adanya perubahan
situasi.
(4) Meminta persetujuan dari Pimpinan sebelum
mendatangkan bantuan dari Polri / TNI.

80
g) Pedoman jika menerima ancaman Bom & ditemukan Bom.
Apabila terjadi gangguan keamanan berupa ancaman bom, maka
petugas yang mengetahui ancaman bom tersebut, lakukanlah
tindakan sebagai berikut:
(1) Ajak penelpon untuk bicara selama mungkin (jangan
diputuskan)
(2) Dapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai bom &
lokasinya.
(3) Perhatikan baik-baik suara latar belakang, logat dan aksen
bicara, dll yang mungkin bisa memberi petunjuk mengenai umur,
jenis kelamin dan lokasi penelpon.
(4) Selanjutnya lakukan sesuai SPO

j. Sarana-sarana penanggulangan
1) Sarana penyelamatan diri sbb :
a) Kode Bangunan.
b) Jalur Evakuasi.
c) Dilingkungan RSUD Cilincing telah tersedia jalur-jalur evakuasi
berupa lorong/gang, baik yang menuju ke keluar ruangan atau menuju
tempat berkumpul evakuasi di lahan tanah kosong.

2) Sumber listrik darurat sbb:


a) Genset.
b) Security Sistem (kamera CCTV + petugas keamanan 24 jam).

3) Sarana Komunikasi sbb:


a) Pesawat telpon (dapat dilihat pada buku daftar Telpon RSUD
Cilincing ).
b) Sound System/Paging System (menjangkau semua ruangan di
lingkungan RSUD Cilincing ).
c) Handy Talky.
Alat komunikasi yang dipegang oleh pihak keamanan RSUD Cilincing .

4) Sarana proteksi penanggulangan Kebakaran


a) Heat Detector
b) smoke Detector
c) Alat Pemadam Api Ringan
d) Sumber listrik darurat: Genset.

81
e) Security Sistem (kamera CCTV + petugas keamanan 24 jam).

5) Denah RSUD Cilincing


Denah Rumah Sakit tiap ruangan, yang mencantumkan:
a) Jalur Evakuasi dan tempat berkumpul evakuasi
b) Lokasi tangga darurat, Daerah beresiko dan tempat perawatan
khusus.
c) Tempat/lokasi Apar

17. PENGAMANAN dan KEBAKARAN.


a. Tujuan
Pencegahan terjadinya kebakaran di rumah sakit dan memastikan
penghuni rumah sakit selamat dan aman dari resiko adanya cedera maupun
kemungkinan kehilangan nyawa saat terjadinya kebakaran.

b. Penatalaksanaan Pengamanan dan Kebakaran


1) Tindakan pencegahan kebakaran
Tindakan berikut yang harus dilakukan oleh seluruh petugas sbb:
a) Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan
pada area yang aman dari api/ panas, dengan penempatan yang diatur
sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah jatuhnya
tabung, serta akses masuk dibatasi (pintu masuk terkunci).

b) Jika meninggalkan ruangan, periksalah bahwa seluruh peralatan


listrik diruang kerja sudah dimatikan.

c) Jangan bebani titik listrik terlalu melebihi beban yaitu melebihi dari
kapasitas yg ada.

d) Larang orang memasak di dalam ruangan tanpa izin dari Kasi


Jangwat.

e) Perhatikan dan ingat-ingat lokasi tanda bahaya kebakaran, letak


tabung pemadam kebakaran, jalan keluar.
f) Lakukan patroli secara rutin didaerah tempat gas dapur Elpiji dari
kemungkinan orang merokok serta daerah yang rawan terhadap
kebakaran.

82
g) Jangan menyimpan sembarangan benda-benda yang mudah
terbakar.

h) Larang atau tidak diberikan ijin/ingatkan setiap pekerja yang


pekerjaanya menimbulkan api, tetapi ia tidak melengkapi alat
keselamatan dan keamanan kebakaran.

i) Larangan merokok di areal rumah sakit. Kebijakan larangan


merokok di seluruh area rumah sakit kepada staf, pasien/ keluarganya
dan pengunjung, dan di tiap akses masuk ke rumah sakit dipasang
poster larangan merokok sebagai informasi pada staf, pasien dan
pengunjung rumah sakit.

Jika kedapatan orang merokok dilingkungan RSUD Cilincing maka:


(1) Petugas Kemanan yang terdekat menegur. jika ingin
meneruskan rokoknya arahkan keluar areal RSUD Cilincing jika
perokok tidak mau keluar dari areal RSUD Cilincing maka
perintahkan rokoknya dimatikan.
(2) Petugas Piket akan melakukan patroli diareal RSUD
Cilincing dengan dilengkapi Atribut dibaju sragamnya.
(3) Petugas Piket setiap melakukan patroli membawa buku
yang telah disediakan, untuk mencatat hasil temuan orang yang
merokok di lingkungan RSUD Cilincing .
(4) Tindak lanjut hasil temuan akan disampaikan ke pimpinan
masing-masing Devisi atau Departemennya untuk diberikan
arahan agar tidak mengulangi hal yang sama.
(5) Hasil temuan Petugas Piket disampaikan ke Urpam dan
Urpam mencatat kedalam form yang telah disediakan.
(6) Posko pengaduan larangan merokok dimasing-masing pos
telah disiapkan formulir pengaduan, bagi siapapun jika ingin
mengadukan bisa mengisi form tersebut dan pihak Keamanan
akan menindak lanjuti berupa peneguran. jika pelakunya
karyawan dan berulang kali diperingatkan oleh Urpam tetapi tidak
ada perubahan, maka kasusnya akan disampaikan kepada Kasi
Tuud.
(7) Guna menghindari kesalafahaman maka pola yang
dilakukan oleh Petugas Piket adalah pendekatan/persuasif.

83
2) Pengaturan kontruksi Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di
rumah sakit menggunakan bahan yang dominan tidak menyebabkan
kebakaran seperti penggunaan bahan dinding dari kayu tidak
dianjurkan. Bangunan tambahan untuk unit bisnis di dalam lingkungan
rumah sakit merupakan bangunan permanen yang tidak terbuat dari
papan/ triplek.

3) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran


a) Seluruh pintu keluar dari dalam unit pelayanan diberi tanda
‘EXIT’, dimana pintu darurat tersedia di semua unit pelayanan dan
perkantoran untuk keadaan darurat.
b) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas
yang tidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang meubel
dan fasilitas lain.
c) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada area
strategis yang menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat dari
semua area keluar dari tiap unit pelayanan maupun perkantoran
d) Area berkumpul di Area BARAT yaitu lapangan upacara, Area
TIMUR yaitu lapangan parkir dekat paviliun, Area DEPAN yaitu
Lapangan Apel, Area BELAKANG yaitu Lapangan Parkir dekat
Ruangan 4.

4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini.


Sistem deteksi dini dilakukan dengan pemasangan smoke detector
pada bangunan. Gedung yang belum memiliki smoke detector akan
dilakukan patroli kebakaran oleh petugas keamanan rumah sakit setiap
harinya dengan berkeliling rumah sakit untuk mengidentifikasi risiko
kebakaran.

Jika tercium bau asap, gas elpiji atau benda yang terbakar, tindakan
yang harus dilakukan oleh seluruh petugas adalah sbb:

a) Lapor ke Pj ruangan / Posko Keamanan / Piket Ext. 41


b) Piket / Pihak Keamanan lapor ke Komandan.
c) Komandan perintahkan tim Keamanan dan Urpam untuk:
(1) Cari sampai ketemu sumber bau gas elpiji atau benda yang
terbakar dan atau asap berasal.
(2) Koordinasi dengan pengguna ruangan atau PJ ruangan
untuk mencari hal tersebut sampai ditemukan
84
(3) Jangan menunggu alat Proteksi kebakaran berbunyi tim
baru berkerja.

5) Penanggulangan Kebakaran
a) Kebakaran dalam jam kerja pukul 07.00 s/d 15.30 wib.
(1) Bila terjadi kebakaran pada saat jam kerja yang
bertanggung jawab sebagai komandan adalah Kepala Rumah
Sakit.
(2) Kepala Rumah Sakit berkoordinasi dengan Ketua Tim
Penanggulangan Bencana.
(3) ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang ada di RSUD Cilincing .
(4) Bila diperlukan Ketua TPB melakukan koordinasi dengan
Polisi, PMI, Dinas Damkar, Kodim dan Dinkes Pemkot DKI
Jakarta.

b) Kebakaran di luar jam kerja pukul 15.30 – 07.00 wib.


(1) Bila terjadi kebakaran pada saat di luar jam kerja yang
bertanggung jawab sebagai komandan adalah PNS Pengawas
Rumah Sakit.
(2) Petugas Pengawas berkoordinasi dengan Ketua TPB
kemudian melaporkan kejadian bencana kepada Kepala Rumah
Sakit.
(3) Ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang ada di RSUD Cilincing .

c) Meredakan api kebakaran dan pengendalian asap.


Tindakan berikut ini yang harus dilakukan oleh seluruh petugas
RSUD Cillincing atau Tim Penanggulangan Bencana (TPB) RSUD
Cilincing untuk meredakan kebakaran dan pengendalian asap:
(1) Lakukan terus pemadaman sesuai prosedur.
(2) Lakukan evakuasi setempat baik benda maupun orang.
(3) Singkirkan dari lokasi kejadian benda yang mudah
terbakar.
(4) Tutup pintu daerah yang terbakar setelah penghuni
terevakuasi.

85
(5) Jika api telah padam, hidupkan Exhaust Fan pembuang
udara kotor atau asap keluar ruangan, bila masih berfungsi dan
atau buka jendela agar asap keluar dari gedung

d) Paska Kebakaran
Untuk mengadakan evaluasi sampai sejauh mana akibat yang
ditimbulkan setelah kebakaran dapat dipadamkan, maka
Komandan segera memanggil/mengumpulkan Tim
Penanggulangan Bencana untuk melaksanakan fungsi-fungsi
yang terkait guna mengambil langkah-langkah Sebagai berikut:
(2) Pengamanan atas bangunan yang terbakar
(3) Penyelidikan mengenai sebab-sebab terjadinya kebakaran
untuk menentukan usaha-usaha agar kejadian yang serupa tidak
terulang kembali.
(4) Mengadakan survey untuk menilai kerugian yang timbul.
(5) Mengadakan penelitian/pemeriksaan teknis sehubungan
dengan kondisi bangunan dan penggunaan kembali.
(6) Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha
pembenahan dan rehabilitasi bangunan.
(7) Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan
perawatan pasien.

18. PERALATAN MEDIS.


a. Tujuan
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam keadaan
aman, selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat dijangkau.

b. Penatalaksanaan Peralatan Medis


Penatalaksanaan peralatan medis di rumah sakit berkaitan dengan kebijakan
dan prosedur mulai dari pengadaan, inspeksi, dan pemeliharaan.
1) Inventarisasi alat Medis (mengacu pada daftar inventaris alat medis
Jangmed)
2) Rumah sakit melakukan inspeksi setiap bulan untuk mengetahui
perkembangan kondisi peralatan tersebut. Hasil inspeksi berupa data yang
akan digunakan untuk perencanaan perbaikan dan juga perencanaan
kebutuhan rumah sakit
3) Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru selanjutnya
disesuaikan dengan aturan pabrik atau perencanaan rumah sakit, yang

86
dilengkapi dengan data hasil inspeksi dan pengujian serta dibuatkan
rekomendasinya.
4) Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut sebagai tindakan
pencegahan terhadap peralatan tersebut dari kerusakan ataupun masalah kecil
yang berdampak pada ketidakamanan alat saat digunakan pada pasien.
Jadwal pemeliharaan selalu ditepati oleh petugas. Semua bukti
pemeliharaan alat tercatat dan di buatkan rekomendasi untuk peralatan
tersebut selalu aman dan siap pakai. Untuk alat yang rusak namun tidak
mungkin diperbaiki, rumah sakit menarik alattersebut dari penggunaannya
untuk selanjutnya dilakukan suatu proses sesuai ketentuan yang berlaku untuk
pemusnahan maupun pengeluaran alat tersebut dari rumah sakit.
5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.
Rumah sakit mengeluarkan suat edaran untuk informasi bila ada alat yang
ditarik oleh pabrik/ pemasok ke seluruh unit pelayanan pasien dan informasi
pemberhentian pemakaian pada alat tersebut. Selanjutnya Kasi Jangmed
akan melaporkan kepada Karumkit untuk penarikan alat tsb dari unit
pelayanan. Alat - alat yang sudah ditarik akan dilaporkan oleh karumkit ke
Pabrik/ pemasok untuk dilakukan tindakan selanjutnya.

19. SISTEM UTILITAS


a. Tujuan.
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung,
dan staf, dan mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan
mapunKeselamatan mereka:
1) Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas dengan menggunakan
kemampuan terbaik rumah sakit.
2) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas
secara efisien dan pengelolaan lifecycle dari alat-alat tersebut.
3) Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan pelatihan
mengenai sistem utilitas yang efektif.
4) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan
rumah sakit yang aman.

b. Penatalaksanaan Sistem Utilitas


1) Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang dipastikan
ketersediaanya yang tersedia di rumah sakit. Kualitas air dipantau setiap 6
bulan sekali disertai hasil yang didokumentasi untuk memastikan keamanan air
yang digunakan oleh rumah sakit. Dilakukan uji terhadap kesiapan air

87
alternative sebagai pengganti sumber air regular sekali dalam setahun oleh
petugas yang bertanggung jawab. Akses Ground waterthank dilindungi
dengan trail terkunci untuk mencegah terjadinya bahaya yang ditimbulkan oleh
faktor kesengajaan, seperti di masukkan bahan beracun.

2) Air yang ditreatment di instalasi hemodialisa dilakukan pemantauan


secara periodik untuk memastikan kualitas air yang digunakan untuk dialysis
ginjal oleh provider/ pemasok alat.

3) Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan ketersediaannya baik


melalui sumber listrik negara maupun sumber listrik alternative yang
disediakan rumah sakit (genzet). Seluruh genzet yang ada di pastikan
kesiapannya dengan melakukan uji sekali dalam setahun.

4) Bila terjadi kegagalan pada sisitem utilitas, maka staf


bersangkutan di unit pelayanan segera melaporkan via telephone ke Urdal
untuk dilakukan perbaikan maupun tindakan lain dalam rangka
meningkatkan proses pelayanan.

5) Area penyiapan makanan dilakukan pengujian untuk mencegah adanya


kemungkinan kontaminasi pada sistem utilitas (dari sistem utilitas saluran air
kotor)

6) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk
mencegah jatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk dibatasi.

7) Jalur listrik dalam keadaan aman dibungkus sehingga meminimalkan


kemungkinan terkoyak.

c. Inventarisasi sistem utilitas


N SISTEM AREA
JENIS ALAT LOKASI
O UTILITAS SUPLAY

1. Listrik PLN Seluruh area RS Seluruh area


rumah sakit

88
Genzet central Induk (dekat Seluruh RS
(250 ruang K3RS dan
KVA) 2 buah – no INOS)
breaksystem-
otomatis.

2. Air Sumur Bor/ air - Dekat Ruang 14 Untuk seluruh


pump (Artesis) rumah sakit
- Dekat Poliklinik

- Dekat Paviliun

3. Pendingin AC Kamar Operasi,


perkantoran
Seluruh kamar

operasi
Seluruh kamar
Positeve Exhause fan
operasi
presure Air

4. Saluran air Dari seluruh


kotor ruangan RS
disalurkan ke Ipal
kecuali limbah
radiologi
diserahkan ke
pihak ketiga

Gudang Medis,
5. Gas Medis Tabung gas Seluruh unit
seluruh ruangan
cylinder pelayanan
Rawat Inap, IGD,
ICU, Kamar
bedah.
Seluruh unit
pelayanan
O2 liquid Tank

89
Rawat Inap
6. Nurse Call Nurse call

Seluruh area RS
7. Komputer Komputer

Area perkantoran
8. Telephone Telephone direct Area
dan pelayanan
dan extention perkantoran
dan
pelayanan

20. SANITASI RUMAH SAKIT


a. Penyediaan Air Bersih
Pemilihan sistem pengolahan air bersih tergantung dari karakteristik air baku,
kualitas produk yang diharapkan, metode pengolahan, kendala yang ada (dana,
bahan bangunan, peralatan instalasi dan bahan kimia untuk pengolahan).
Untuk mendapatkan air bersih sesuai standar yang telah ditetapkan, perlu
kiranya dibuat prosedur baku agar tercapai hasil yang diinginkan dengan
langkah-langkah inspeksi berikut :
1) Siapkan jalur distribusi air bersih di seluruh ruangan.
2) Tentukan titik rawan pencemaran air bersih dan lakukan pengamatan
pada jaringan distribusi.
3) Tentukan frekuensi pemantauan.
4) Tentukan kran terpilih untuk pengambilan sample.

Syarat Fasilitas penyediaan air ;


1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
2) Tersedia air bersih minimal 500 lt/tt/hari.
3) Air minum dan air bersih tersedia secara terus menerus di setiap tempat
unit yang membutuhkan.
4) Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan harus
menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif. Yang

90
dimaksud dengan tekanan positif adalah tekanan yang mengalir dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah.

Pemantauan dilakukan secara ;


1) Harian, yaitu Pemeriksaan lapangan.
2) Bulanan, yaitu Pemeriksaan bakteriologik pada air bersih
3) Semester, yaitu Seluruh parameter Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416 tahun 1990.

b. Toilet dan Kamar Mandi


1) Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
2) Lantai kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3) Setiap unit ruangan harus tersedia toilet dengan fasilitas jamban,
paturasan dan wastafel tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar-
kamar tertentu harus tersedia kamar mandi.
4) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau.
5) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan
dapur, Ruang Operasi dan ruang khusus lainnya.
6) Lubang hawa harus berhubungan langsung dengan udara luar.
7) Toilet dan kamar mandi pria dan wanita harus terpisah.
8) Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan petugas harus terpisah.
9) Toilet dan kamar mandi karyawan dan pengunjung terpisah.
10) Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan
ada penunjuk arah.
11) Harus dilengkapi dengan peringatan untuk memelihara kebersihan.
12) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk.
13) Tersedia toilet untuk pengunjung dengan perbandingan :
a) 1 toilet untuk 1-40 pengunjung wanita
b) 1 toilet untuk 1-60 pengunjung pria

14) Perbandingan Jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan
jumlah kamar mandi :

91
NO JML TEMPAT TIDUR JUMLAH JUMLAH KAMAR
TOILET MANDI
1 1 s.d. 15 1 1
2 16 s.d. 30 2 2
3 31 s.d. 50 3 3
4 51 s.d. 75 4 4
5 Setiap penambahan 25 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. mandi

15) Perbandingan Jumlah petugas dengan jumlah toilet dan jumlah kamar
mandi
No Jml Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 1 s.d. 20 1 1
2 21 s.d. 40 2 2
3 41 s.d. 70 3 3
4 71 s.d. 100 4 4
5 Setiap penambahan 40 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. Mandi

c. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di RS yaitu dengan menggunakan Sistem Aerobik. Limbah
cair yang dihasilkan dari seluruh ruangan di tampung pada spric tank yang
berada di titik-titk tertentu. Kemudian limbah tersebut disaring dan
dihomogenkan dengan proses aerasi. Setelah dilakukan aerasi maka limbah
akan diuraikan dengan menggunakan bahan kimia yaitu kaporit, PAC, Soda Api
dan akan ditampung di bak pembuangan akhir untuk dilakukan pemeriksaan
kualitas kimia.
Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan 1 x dalam sebulan dengan jenis
pemeriksaan Kimiawi.

d. Sampah RS
Salah satu penyebab aspek yang ada dan sangat penting dalam menunjang
terhadap pelayanan rumah sakit adalah:
1) Sampah yang di hasilkan dari rumah sakit harus di kelola secara baik
dan benar sehingga tidak menimbukan ganguan kesehatan terhadap
lingkungan yang ada di sekitarnya.
2) Gangguan hama serangga dan tikus juga harus di tangani secara baik
dan benar sehingga tidak ada gangguan di lingkungan rumah sakit.

92
3) Pembersihan ruangan yang ada di rumah sakit harus di lakukan setiap
hari.
4) Perawatan Taman baik dalam dan luar gedung harus dilakukan dengan
baik.

Landasan Hukum Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004


tentang Persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.

Tata laksana Sanitasi Lingkungan


a. Penanganan limbah padat di bagi menjadi dua kategori di antaranya :
1) Penanganan limbah padat non medis (Sampah) terdiri dari :
Limbah Padat Non Medis adalah limbah yang berasal dari kegiatan
administrasi kantor, dapur, kamar rawat inap, poliklinik dan lain – lain.
Limbah tersebut oleh penghasil limbah harus dibuang ke dalam tempat
sampah yang dilapisi kantong plastik berwarna hitam dan
dikumpulkan oleh petugas kebersihan untuk dimasukkan ke dalam
kantong plastik berwarna hitam untuk dibuang kedalam tempat
pembuangan sampah sementara (TPS) di halaman belakang RSUD
Cilincing .
Dalam 3 hari sampah – sampah non medis tersebut oleh Dinas
Kebersihan kota Malang sampah akan diambil untuk dibuang ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) di luar kawasan RSUD Cilincing .

2) Penanganan Limbah Padat Medis (Sampah) terdiri dari :


Jaringan tubuh manusia, alat suntik habis pakai, kasa, akibat kegiatan
kamar bedah, perawatan pasien dan kegiatan – kegiatan medis
lainnya.
Limbah padat medis tersebut oleh penghasil limbah harus dibuang ke
dalam tempat sampah yang dilapisi kantong plastik berwarna kuning.
Khusus bekas jarum suntik & alat-alat tajam lainnya dimasukkan ke
dalam box limbah infeksius.

b. Pembuangan limbah padat (sampah) medis dan non medis :


Semua buangan sampah dari seluruh ruangan dikumpulkan didalam kantong
plastik besar; sampah non medis (plastik hitam) ditampung di TPS sampah non
medis, sampah medis (plastik kuning) untuk kemudian disimpan di ruang
penampungan sampah medis di Ruang Incenerator (pembakaran).

93
Sekali dalam sehari, oleh kontraktor yang ditunjuk RS. Pantai Indah Kapuk
sampah medis tersebut akan diambil untuk dimusnahkan / dibakar di
incenerator pihak luar.

c. Penangan hama dan serangga.


Penanganan hama dan serangga dilakukan untuk mengurangi resiko adanya
gangguan serangga misalnya : nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan lain-lain cara
penanganannya :
1) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan.
2) Cek peralatan/mesin (ULV, B & G, botol semprot dan raket elektrik) dan
cek ketersediaan bahan kimia.
3) Kontrol area/lokasi pekerjaan pada tempat yang rawan gangguan untuk
mengetahui jenis gangguan serangga yang ditemukan (misal : celah-celah
dinding, saluran drainase maupun lokasi yang lembab).
4) Lakukan penyemprotan sesuai dengan jenis dan populasi serangga yaitu
:
a) Serangga merayap (misal : semut gunakan botol semprot dan
mesin B & G, untuk kecoa gunakan cara biting).
b) Serangga terbang (misal : lalat dan nyamuk gunakan mesin ULV
dan raket elektrik).
c) Lakukan penyemprotan di ruangan/lokasi dalam keadaan kosong
(tidak ada orang) dengan menggunakan mesin ULV.
d) Catatan : Bahan kimia aktif ± 15 menit. Setelah waktu tersebut
ruangan/lokasi bisa dipergunakan kembali.
Lakukan penyemprotan di luar gedung menggunakan mesin fogging
pada waktu siang atau malam hari.
Lakukan pencucian terhadap semua peralatan dan bersihkan dengan
lap/majun setelah di pakai kemudian simpan peralatan di tempat yang
aman dan telah disediakan.
5) Pengendalian tikus :
a) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan.
b) Lakukan inspeksi secara detail dengan melihat adanya tanda-
tanda keberadaan Tikus dengan melihat kotoran yang ada.
c) Setelah didapat hasil inspeksi, lakukan tindakan pencegahan
sebagai berikut :
(1) Dalam ruangan (indoor):
(a) Rekatkan lem dan masukan racun tikus diatas
perangkap Tikus.

94
(b) Letakkan perangkap tikus tersebut didaerah yang
sering dilewati tikus.
(c) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala. Jika
mendapatkan tikus langsung di buang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).

(2) Luar ruangan (outdoor)


(a) Masukan racun tikus dan letakkan ketempat umpan
diarea Luar rumah sakit yang sering di lalui tikus.
(b) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala jika
mendapat tikus langsung dibuang ketempat pembuangan
akhir (TPA).

d. Ruangan infeksius
Ruangan Infeksius adalah ruangan yang di dalamnya berisi pasien yang
mempunyai penyakit infeksius dan dapat menyebarkan bakteri atau kuman di
dalam ruangan dan juga kepasien lainnya jika ruangan tidak di bersihkan
secara baik dan benar.
1) Pembersihan ruangan infeksius harian :
a) Koordinasi dengan perawat bahwa ruangan akan dibersihkan.
b) Siapkan peralatan dan cairan pembasmi kuman (desinfektan).
c) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan
masker.
d) Kosongkan tempat sampah dan ganti plastiknya dengan yang
baru (plastik kuning).
e) Lap seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan lap
khusus (warna kuning) yang telah diberikan cairan desinfektan.
f) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan
dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
g) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan lantai
benar-benar kering.
h) Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukan dalam satu kantong plastik kuning dan
ikat rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk dilakukan
pencucian peralatan dengan cairan desinfektan.
i) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.

95
2) Pembersihan ruangan infeksius periodikal:
a) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembasmi kuman
(desinfektan).
b) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan
masker.
c) Kosongkan tempat sampah dan cuci serta ganti plastiknya
dengan yang baru.
d) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, dan gril AC)
dengan kain lap kuning dengan cairan desinfektan.
e) Bersihkan dinding dengan lap kuning yang di campur dengan
cairan desinfektan.
f) Bersihkan seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan
lap kuning yang telah diberikan cairan desinfektan.
g) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan
dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
h) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan lantai
benar-benar kering.
i) Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukan dalam satu kantong plastik kuning dan
ikat rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk dilakukan
pencucian peralatan dengan cairan desinfektan.
j) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.

e. Ruangan tidak terinfeksius


pembersihan ruangan tidak terinfeksius adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh petugas kebersihan terhadap ruangan yang ada di lingkungan rumah sakit
agar ruangan tersebut bersih dan bebas dari debu dan sampah.
Ruangan tidak terinfeksius adalah ruangan yang didalamnya tidak
terdapat/terdapat pasien/orang yang tidak berpenyakit infeksius.
1) Pembersihan harian:
a) Pembersihan ruangan:
(1) Siapkan peralatan dan cairan pembersih sebelum
pekerjaan dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan
masker).
(3) Ganti plastik sampah dengan kantong plastik yang baru
sesuai dengan kebutuhannya (warna hitam).

96
(4) Lap seluruh perlengkapan yang ada di dalam ruangan
dengan kain lap dan cairan pembersih sesuai penggunaannya.
(5) Lap kaca yang ada di ruangan dengan wiper dan
pembersih kaca.
(6) Sapu lantai dari sampah dan debu sampai ke sudut
ruangan dengan pengumpul debu dan sampah.
(7) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut-sudut atau pinggiran secara
merata dengan kain pel
(8) Pastikan lantai benar-benar kering.

b) Pembersihan toilet:
(1) Angkat kantong plastik sampah lama dan ganti dengan
kantong plastik sampah yang baru sesuai kebutuhannya (warna
hitam).
(2) Lap seluruh perlengakapan toilet : wastafel, kaca, closed.
Shower,dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan cairan
pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(3) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke
depan pintu toilet secara merata dengan kain pel.
(4) Pastikan toilet dalam keadaan bersih dan kering sebelum
meninggalkan ruangan.
(5) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan
peralatan ke dalam troli lalu di bawa ke tempat cuci untuk
dibersihkan.
(6) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.

2) Pembersihan mingguan.
a) Pembersihan ruangan mingguan :
(1) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembersih sebelum
pekerjaan dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan
masker).
(3) Angkat kantong plastik sampah lama dan cuci tempat
sampah kemudian ganti kantong plastik sampah dengan yang
baru (plastik hitam).

97
(4) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, gril AC,
dan Exhaust) dengan kain lap yang telah di beri cairan pembersih.
(5) Bersihkan dinding dengan kain lap yang telah diberi cairan
pembersih dinding dan kaca jendela dengan kanebo yang telah
diberi pembersih kaca.
(6) Bersihkan seluruh perlengkapan kamar ; meja, matras, TV,
telephone, lukisan, kursi, panel lampu, jendela, pintu dan tempat
tidur dan lain-lain dengan menggunakan kain lap yang telah
diberikan cairan pembersih sesuai dengan fungsinya.
(7) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut
ruangan dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
(8) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan pembersih lantai secara merata.

b) Pembersihan toilet mingguan:


(1) Angkat kantong plastik sampah dan cuci tempat sampah
kemudian ganti plastiknya dengan yang baru (plastik hitam)
(2) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, dan
Exhaust) dengan kain lap yang telah di beri dengan cairan
pembersih.
(3) Lap seluruh perlengkapan toilet: wastafel, kaca, closet,
shower dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan cairan
pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(4) Sikat dinding secara merata dengan cairan pembersih lalu
bilas dengan air bersih.
(5) Sikat lantai secara merata dengan cairan pembersih lantai.
(6) Keringkan lantai dengan kain pel.
(7) Pasang tisu yang baru dan lipat yang rapih.
(8) Pastikan sebelum meninggalkan ruangan kondisi ruangan
harus dalam keadaan benar-benar bersih dan jangan ada
peralatan kebersihan yang tertinggal di dalam.
(9) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan
peralatan ke dalam troli, dan lalu di bawa ke tempat cuci untuk
dibersihkan.
(10) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.

f. Pembersihan ruang laundry

98
Proses pembersihan ruangan laundry dilakukan oleh pelaksana kebersihan
yang di tunjuk.
1) Tata cara pelaksanaan pembersihan ruangan binatu:
a) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker.
b) Siapkan peralatan kebersihan dan bahan kimia yang digunakan
kedalam troli.
c) Angkat semua sampah dan ganti plastiknya dengan yang baru.
d) Lap semua perlengkapan yang ada di ruangan sampai bersih dari
debu dan kotoran, kemudian dirapihkan kembali seperti semula.
e) Sapu lantai secara merata sampai ke sudut ruangan yang paling
pojok/dalam.
f) Lakukan pengepelan lantai secara merata sampai ke setiap sudut
ruangan dengan menggunakan cairan pembersih lantai.
g) Setelah selesai pastikan lantai benar-benar kering dan pastikan
peralatan tidak ada yang tertinggal di dalam ruangan.
h) Lakukan general cleaning pada saat-saat tertentu sesuai dengan
jadwal yang telah di buat.

2) Tata cara pelaksanaan pembersihan Toilet:


a) Gunakan alat pelindung diri (APD).
b) Angkat semua sampah dan ganti kantong plastik sampah dengan
yang baru.
c) Lap wastafel dan sikat closet secara merata dan menyeluruh
dengan menggunakan cairan pembersih toilet.
d) Gosok dinding toilet secara merata dengan menggunakan cairan
pembersih toilet.
e) Sikat lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke depan pintu
toilet secara merata dengan menggunakan cairan pembersih toilet.
f) Keringkan lantai sebelum meninggalkan toilet dan pastikan toilet
dalam keadaan kering dan bersih.
g) Pel lantai secara merata sampai ke setiap sudut toilet dengan
menggunakan cairan pembersih toilet.
h) Sebelum meninggalkan toilet pastikan lantai toilet bersih dan
kering.
i) Bersihkan dan cuci peralatan yang telah digunakan.
j) Simpan kembali peralatan yang telah digunakan ke dalam troli.

g. Perawatan dan pemeliharaan taman:

99
1) Perawatan taman dengan cara : penyiraman setiap hari seluruh area
taman, pemberian pupuk, pemangkasan, penggemburan tanah, pemotongan
rumput, penyemprotan insektisida.
2) Prosedur perawatan taman:
Lakukan penyiraman taman dengan menggunakan selang karet dan
lakukan setiap hari ke seluruh area taman.
a) Cabut tanaman liar/benalu yang tumbuh diantara celah tanaman
dengan menggunakan kafe.
b) Lakukan pemangkasan tanaman bila kelihatan sudah terlalu
rimbun dengan menggunakan gunting tanaman atau pisau.
c) Lakukan penggemburan tanaman jika terlihat tanah sudah mulai
keras dengan menggunakan kape agar air mudah diserap.
d) Lakukan pemotongan rumput bila sudah tinggi dengan
menggunakan mesin potong rumput atau gunting tanaman.
Lakukan penyemprotan insektisida sebulan sekali.
e) Lakukan pemupukan sebulan sekali.
Pelaksana perawatan taman dilakukan oleh kontraktor yang di tunjuk
dan pengawasan di lakukan oleh bagian Urdal.

h. Penanganan tumpahan cairan.


Tata Cara Pelaksanaan :
1) Pembersihan tumpahan obat kemoterapi dan tumpahan cairan B3 :
a) Siapkan peralatan kerja dan cairan pembersih yang akan di
gunakan.
b) Pakai alat pelindung diri (APD) masker, apron, kaca mata,
penutup kepala, sepatu but dan sarung tangan rangkap dua.
c) Pasang tanda peringatan di dekat lokasi yang akan dibersihkan.
d) Serap tumpahan cairan obat atau cairan B3 dengan kertas tisu
atau lap majun sampai benar-benar kering.
e) Masukan kertas tisu atau lap majun bekas kedalam kantong
plastik ungu untuk tumpahan obat kemoterapi dan plastik kuning untuk
tumpahan cairan B3.
f) Lepas sarung tangan karet lapis terluar dan buang kedalam
kantong plastik ungu atau kuning dan pakai kembali sarung tangan karet
yang baru.
g) Lap lantai dengan menggunakan kain lap yang telah dicampur
cairan pembersih lantai dan Masukan kain lap bekas kedalam kantong
plastik ungu atau kuning.

100
h) Keringkan dengan menggunakan kain lap, selanjutnya masukan
kain lap bekas kedalam kantong plastik ungu atau kuning.
i) Selanjutnya lakukan pengepelan dengan memakai air yang telah
dicampur larutan desinfektan
j) Pastikan lantai harus benar- benar kering.
k) Setelah selesai, lepas sarung tangan karet lapis terluar dan buang
kedalam kantong plastik ungu atau kuning Kemudian lepas masker dan
apron lalu masukan ke kantong plastik ungu atau kuning Lepas sarung
tangan karet lapis terakhir dan buang kedalam kantong plastik ungu atau
kuning.
l) Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci kemudian bersihkan
dengan cairan desinfektan.
m) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan cairan
desinfektan.

2) Pembersihan tumpahan dari tubuh pasien (darah,urin dan tinja):


a) Siapkan peralatan kerja dan cairan pembersih yang akan di
gunakan.
b) Pakai alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker.
c) Pasang tanda peringatan di dekat lokasi yang akan di bersihkan.
d) Serap cairan darah,urin dan tinja dengan kertas tisu atau lap
sampai benar-benar kering kemudian masukan kertas tisu atau lap
bekas kedalam kantong plastik warna kuning.
e) Lap meja,kursi dan tempat tidur dengan menggunakan kain lap
yang telah di campur dengan cairan disinfektan.
f) Pel lantai dengan air yang telah di campur cairan desinfektan
secara merata sampai benar-benar kering.
g) Setelah selesai lepas alat pelindung diri (masker dan sarung
tangan) yang telah selesai di gunakan lalu buang ke dalam kantong
plastik warna kuning.
h) Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci lalu bersihkan dengan
cairan desinfektan.
i) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan sabun
antiseptik.
3) Pelaksana pembersihan tumpahan cairan dilakukan oleh kontraktor yang
di tunjuk dan dikerjakan jika terjadi tumpahan cairan.
4) Pengawasan dilakukan oleh unit Urdal.
5) Peralatan dan bahan kimia yang digunakan.

101
i. Logistik.
Kebutuhan logistik di bagian Urdal di antara lain:
1) tissue
2) Cairan pembersih ruangan
3) Cairan Disinfektan
4) Hands soap
5) Cairan pembasmi hama dan serangga
6) Pupuk tanaman
7) Dll.

j. Keselamatan pasien
Dalam melakukan penanganan sanitasi lingkungan bagian Urdal memastikan
bahwa setiap kegiatan harus menggunakan APD (alat pelindung diri) dan
papan tanda peringatan misalkan :
1) Setiap kali melakukan proses pengepelan tidak boleh ada lantai yang
licin dan harus pasang tanda peringatan.
2) Di dalam melakukan penyemprotan hama dan serangga di pastikan
ruangan harus dalam keadaan kosong sehingga tidak menggangu pasien,
petugas, dan pengunjung lainnya.

k. Pengolahan Air Limbah.


Akibat kegiatan operasional Rumah Sakit, akan timbul sampah/ limbah. Limbah
-limbah tersebut dibedakan atas : Limbah Cair dan Limbah Padat (Medis dan
Non Medis).
Limbah Cair di RSUD Cilincing berasal dari air buangan kamar mandi, wastafel,
toilet, buangan kegiatan Laboratorium, Kamar Bedah, laundry dan Dapur.
Semua limbah cair tersebut akan dialirkan langsung ke tangki IPAL untuk
diproses secara Fisika.
Limbah cair yang berasal dari laundry akan ditampung dahulu di dalam sumur
penampung untuk kemudian dipompa ke tangki IPAL, sedangkan limbah cair
yang berasal dari dapur akan dialirkan dahulu ke bak perangkap lemak (grease
trap) untuk menangkap lemak – lemak yang terbawa.
Air limbah dapur yang telah dipisahkan dari lemak akan dipompa juga ke tanki
IPAL. Setelah semua limbah cair menjalani proses pengolahan di tangki –
tangki IPAL, maka hasil olahannya bisa dipergunakan untuk penyiraman

102
tanaman di halaman Rumah Sakit dan dialirkan ke saluran pembuangan air
kotor kawasan Rumah Sakit RSUD Cilincing .
Kualitas air limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
persyaratan baku mutu air limbah sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Test air limbah dilakukan setiap satu bulan sekali.


Standar Baku Mutu (Test Air Limbah) yang dikeluarkan oleh Kepmen
lingkungan Hidup adalah :
No. Parameter Satuan Baku Mutu
1. pH 6–9
2. COD mg/L 80
3. BOD5 mg/L 30
4. TSS mg/L 30
5. NH3 Bebas mg/L 0,1
6. PO4 mg/L 2

l. Penanganan Sampah.
Tata cara pelaksanaan :
1) Tempat pengumpul sampah di RS memiliki syarat sbb :
a) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air dan
permukaan halus bagian dalamnya.
b) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan.
Terdapat min. 1 (satu) buah untuk setiap kamar dan setiap radius 20 m
di Ruang Tunggu terbuka (public area).
c) Sampah dari setiap ruangan harus dipisahkan sesuai dengan
katagori atau jenis sampah ke dalam tempat sampah yang sudah diberi
kantong plastik dengan ketentuan :
(1) Tong sampah dengan kantong plastik warna hitam untuk
sampah non medis.
(2) Tong sampah dengan kantong plastik warna kuning untuk
sampah medis.
(3) Box khusus untuk limbah infeksius berupa benda tajam
(spuit, cartridge dll).

2) Setelah sampah terisi dengan 3/4 bagian diangkut dan dikumpulkan


sampah sementara (TPS) dengan menggunakan trolley oleh petugas

103
kebersihan yang telah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung
tangan, masker dan sepatu yang telah ditentukan.

3) Untuk sampah non medis diangkut oleh trolley ke penampungan sampah


dan kemudian setiap 3 hari diangkut dengan truk oleh Dinas Kebersihan keluar
Rumah Sakit untuk dimusnahkan sedangkan sampah medis dibakar di ruang
incenerator RSUD Cilincing .

4) Trolley dan tempat sampah dikosongkan dan dibersihkan minimal


seminggu sekali dan disemprot dengan desinfektan.

Tata laksana sanitasi penyehatan makanan dan minuman:


a. Penyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minuman adalah upaya pengendalian yang
mempengaruhi kualitas makanan dan minuman, meliputi :
1) Bahan makanan.
2) Penjamah makanan.
3) Tempat penyajian.
4) Perlengkapan.

b. Tata cara pelaksanaan:


1) Bahan makanan yang dikirimkan oleh supplier diterima di ruangan
penerimaan barang dengan memperhatikan syarat jumlah (proses
penimbangan) dan kondisi bahan makanan (busuk, berulat, bertanah, expired
date, kaleng rusak dll).
2) Penyimpanan bahan makanan kering disimpan dalam gudang khusus
bahan makanan dengan kondisi bersih, terlindung debu, aliran ventilasi terjaga
dan terlindung dari serangga.
3) Untuk makanan yang mudah membusuk (daging, ikan, udang dll)
disimpan dalam suhu dingin < 4 C sedangkan untuk makanan segar (sayur,
buah dll) disimpan suhu 5 - 10 C.
4) Pengambilan Bahan makanan pada gudang dengan memperhatikan
prinsip First In First Out (Pertama bahan masuk yang digunakan pertama).
5) Tempat pengolahan (ruang produksi) dibersihkan pada saat sebelum
dan sesudah kegiatan dan general cleaning dilakukan minimal seminggu sekali.
6) Penjamah makanan harus dalam kondisi sehat (tidak mempunyai
penyakit menular) dan diwajibkan menggunakan perlengkapan (celemek,

104
penutup rambut dan mulut serta sepatu) yang layak dan bersih. Perlengkapan
tersebut tidak boleh digunakan di luar lokasi ruang produksi.
7) Penjamah makanan dilarang merokok, makan, menggunakan perhiasan
berlebih selama kegiatan pengolahan makanan.
8) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan
makanan .
9) Selama melakukan kegiatan pengolahan makanan, gunakan alat
pelindung diri dan perlengkapan masak yang baik dan aman seperti sarung
tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya.
10) Penyajian makanan jadi dan minuman ke pasien dengan menggunakan
trolley dan melalui jalur distribusi tertentu untuk menghindari terjadinya
pencemaran.
11) Trolley sebagai tempat transportasi dibersihkan secara rutin setiap hari
sekali dan didesinfeksi minimal seminggu sekali.
12) Peralatan agar segera dicuci sesudah digunakan dan disimpan pada
tempat bersih dan terlindung dari pencemaran.
13) Makanan dan minuman jadi, diambil sample dari ruang produksi,
disimpan di chiller selama 1 x 24 jam

105
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI

21. MONITORING dan EVALUASI


a. Keselamatan dan keamanan
1) Menyusun Program inspeksi, setiap bulan melakukan inspeksi keseluruh
bangunan dan lingkungan rumah sakit berkaitan dengan pelaksanaan program
keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
2) Program inspeksi ini menjadi satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan Keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil inspeksi dan melakukan updating
pada perencanaan setiap kali dilakukan inspeksi.
4) Menyusun laporan hasil inspeksi, menyusun perencanaan dan
pencapaian dari perencanaan yang dibuat secara rutin setiap 3 bulan sekali
kepada Karumkit.
5) Manajemen Keselamatan dan keamanan Rumah sakit ini di evaluasi
setiap 2 tahun sekali oleh koordinator dan Tim MFK.

b. B3 (Bahan berbahaya dan beracun)


1) menyusun program monitoring terhadap pengelolaan B3 dan limbah
berbahaya rumah sakit.
2) Program monitoring menjadi satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil monitoring
4) Menyusun laporan perkembangan dari hasil monitoring dengan analisis
dan rekomendasi untuk peningkatan pengelolaan B3 dan limbah yang aman
bagi lingkungan dan staf serta pasien dan pengunjung. Laporan yang dibuat
secara rutin setiap 6 bulan sekali kepada Karumkit.
5) Pengelolaaan B3 dan limbah berbahaya Rumah sakit ini dievaluasi
setiap 2 tahun sekali oleh koordinator tim MFK

c. Manajemen Emergensi
1) Koordinator kebakaran pada tim MFK dan Bidang pelayanan
medis melakukan pengujian/ simulasi terhadap disaster plan setiap tahun baik
untuk penanganan bencana internal maupun external.

106
2) Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya dan
dilakukan debriefing, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari pengujian
tahunan yang dilakukan.

d. Pengamanan dan kebakaran


1) Koordinator membuat program inspeksi ketersediaan dan kesiapan alat
deteksi dini dan fasilitas pemadaman api, yang dilakukan setiap bulan yang
dibuktikan dengan dokumentasi hasil inspeksi.
2) Disusunnya program untuk memastikan penghuni rumah sakit
aman saat terjadinya kebakaran, program disusun dari hasil inspeksi
termasuk program pemeliharaan alat penanganan kebakaran.
3) Dilakukan pengujian/ simulasi prosedur penanganan kebakaran
setahun sekali yang diikuti oleh seluruh staf rumah sakit, termasuk pengujian
pada prosedur evakuasi pasien.

e. Peralatan medis
1) Kasi jangmed menyusun rencana inspeksi yang selanjutnya membuat
dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun laporan dengan rekomendasinya
2) Anggota Jangmed melakukan inspeksi regular setiap bulan dan
melakukan pengelolaan resiko untuk setiap alat yang ada
3) Dari hasil inspeksi, Kasi Jangmed menyusun rencana pemeliharaan alat.
4) Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6 bulan
yang juga digunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan peralatan medis
rumah sakit.
5) Evaluasi pendidikan dan ujian staf pengguna alat dikoordinasikan oleh
Kepala instalasi kepada Ka Instaldik yang dilakukan setiap 2 tahun.

f. Sistem utilitas
1) Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhadap sisitem
utilitas yang ada.
2) Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang menjadi
bahan untuk membuat program pemeliharaan maupun pengembangan sisitem
utilitas rumah sakit
3) Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan untuk
menyusun laporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit setiap 6 bulan
4) Pengujian terhadap sistem utilitas, seperti back up listrik (genzet) dan
air (sumur BOR) setiap tahun. Pengujian terhadap sumur BOR untuk memantau

107
kualitas air, proses pengujian didokumetasikan untuk memastikan
perkembangan system tsb.
5) Pemantauan kualitas air di water treatment ruang hemodialisa
didokumentasi sesuai jadwal dan dilakukan setiap sebulan sekali untuk
pengecekan bakteriologi. Untuk pengecekan kimia dilakukan minimal setahun
sekali.

108
BAB IX
PENUTUP

Demikian Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan RSUD Cilincing dibuat sebagai
acuan dalam melaksanakan program MFK di Rumah Sakit RSUD Cilincing .

Jakarta, 2 JANUARI 2017


Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing

dr. Netty Siahaan

109

Anda mungkin juga menyukai