PENDAHULUAN
1
BAB II
LATAR BELAKANG
2
lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta
tempat dan fasilitas umum.
Rumah sakit sebagai tempat kerja harus mengupayakan
kesehatan dan keselamatan kerja pegawainya. Upaya kesehatan
kerja tersebut ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
yang diakibatkan oleh pekerjaan (UU No. 36 , pasal 164 ayat 1).
Selain itu rumah sakit sebagai tempat kerja harus dikelola
dengan baik. Oleh karena itu pengelola tempat kerja wajib menaati
standar kesehatan kerja dan menjamin lingkungan kerja yang
sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja
(UU No. 36 Tahun 2009 , pasal 164 ayat 6).
Disisi lain rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian dan
peralatan (UU No. 44 Tahun 2009, pasal 7 ayat 1). Persyaratan
lokasi harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan dan tata ruang serta sesuai dengan hasil
kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan rumah sakit
(UU No. 44 Tahun 2009, pasal 8 ayat 1).
Sedangkan persyaratan bangunan harus memenuhi : a.
Persyaratan administrasi dan persyaratan teknis bangunan gedung
pada umunya, b. Persyaratan teknis bangunan rumah sakit,
sesuai dengan fungsi, kenyaman dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang
lanjut usia.
Prasarana rumah sakit dapat meliputi : instalasi air, instalasi
gas medik, instalasi pengolahan limbah, pencegahan dan
penanggulanngan kebakaran, petunjuk, standar dan sarana
evakuasi saat terjadi keadaan darurat, ambulan. Di samping itu
prasarana rumah sakit juga harus memenuhi standar pelayanan,
kemanan serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggara
rumah sakit. Kemudian prasarana rumah sakit harus dalam
keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik. Pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana rumah sakit harus dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi di bidanngnya dan harus
3
didokumentasi serta dievaluasi secara berkala dan
berkesinambungan (UU No 44 Tahun 2009, pasal 11).
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.
Akreditasi rumah sakit dilakukan oleh lembaga independen baik
dalam maupun dari luar negeri berdasarka standar akreditasi yang
berlaku (UUNo. 44 Tahun 2009, pasal 40).
Manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) sebagai salah
satu standar yang turut dinilai dalam akreditasi rumah sakit
mempunyai kontribusi yang cukup menentukan status akreditasi.
Oleh karena itu standar manajemen fasilitas dan keselamatan
(MFK) harus diupayakan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
4
BAB III
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
A. Tujuan Umum
Tersedianya fasilitas yang aman, berfungsi dan mendukung bagi
pasien, keluarga, staf dan pengunjung.
B. Tujuan Khusus
Mengelola risiko lingkungan dimana pasien dirawat dan staf
bekerja yang meliputi :
1. Keselamatan dan Keamanan
2. Bahan Berbahaya
3. Manajemen Emergensi
4. Pengamanan Kebakaran
5. Peralatan Medis
6. Sistem Utilitas
5
BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
A. Kegiatan Pokok.
1. Mengidentifikasi risiko di lingkungan dimana pasien dirawat dan
staf bekerja
2. Memeriksa fasilitas rumah sakit
3. Memelihara fasilitas rumah sakit
B. Rincian Kegiatan:
1. Mengidentifksi risiko yang disebabkan oleh fasilitas rumah sakit
meliputi:
a. Risiko Keselamatan dan Keamanan seperti: lantai licin, langit-
langit
b. jebol, jalan rusak, bangunan rusak atau runtuh, wc mampet,
kendaraan atau transportasi macet, pompa air rusak, listrik
mati, tegangan listrik tidak stabil, kabel-kabel elektroda
putus, alat tidak dikalibrasi, distribusi air terganggu, kualitas
air bersih/minum tidak sesuai standar, air limbah tidak
memenuhi syarat, suhu ruangan terlalu panas menyebabkan
malfungsi alat.
c. Risiko Bahan Berbahaya: terkena tumpahan cairan iritan,
terhirup uap bahan berbahaya, ledakan tabung gas, tertelan
bahan beracun, terpapar bahan berbahaya dan beracun.
d. Risiko Manajemen Emergensi: kebakaran, bencana alam,
kerusuhan masal, keracunan masal, ancaman peledakan,
kerusakan bangunan dan runtuhnya gedung dan air bah
banjir.
e. Risiko Kebakaran: korsleting listrik, ledakan tabung gas LPG,
ledakan tabung gas oksigen, sambaran petir, penyimpanan
bahan mudah terbakar.
f. Risiko Peralatan Medis: salah diagnosa, tersengat aliran
listrik, luka bakar, terpapar infeksi nosokomial.
g. Risiko Sistem Utilitas (listrik, air bersih/minum, air limbah,
AC dan oksigen): kegiatan operasional pelayanan terganggu
untuk listrik di Poliklinik Rawat Jalan, Radiologi,
6
Laboratorium, Laundry, IKL, Gizi, Administrasi dan Rawat
Inap. Untuk air bersih dan air minum akan mengganggu
kegiatan operasional pelayanan utamanya di Rawat inap,
Laundry, Gizi, Poli Rawat Jalan, Gedung Administrasi. Air
limbah tidak sesuai baku mutu sehingga mencemari
lingkungan, kerusakan AC menyebabkan terganggunya fungsi
alat, tidak tersedianya oksigen dapat mengganggu kegiatan
pelayanan.
2. Jadwal pemeriksaan fasilitas rumah sakit
a. Uji fungsi alat dan fasilitas
b. Form checklist pemeriksaan
c. Laporan hasil pemeriksaan
3. Memelihara fasilitas rumah sakit
a. Jadwal pemeriksaan fasilitas rumah sakit
b. Kalibrasi alat medis dan tera APAR serta uji fungsi fasilitas
rumah sakit
c. Laporan hasil pemeliharaan fasilitas rumah sakit
4. Mengurangi resiko kebakaran :
a. Pemasangan APAR
b. Pemasangan sistim deteksi dini kebakaran
c. Pemeliharaan saran dan prasarana yang menggunakan
peralatan listrik
5. Assesmen resiko kebakaran pada saat pembangunan di tempat
atau yang berdekatan dengan fasilitas.
a. Ceklist assesmen resiko kebakaran.
6. Deteksi dini kebakaran dan asap :
a. Usulan pengadaan smoke detector
7. Meredakan kebakaran dan pengendalian asap
a. Usulan pengadaan water springkler
b. Pemeliharaan APAR
c. Uji coba penggunaan water hidran secara berkala.
8. Jalur evakuasi yang aman di lingkungan Rumah Sakit
a. Pemasangan stiker jalur evakuasi
b. Pemasangan master poin
7
9. Monitoring dan evaluasi kegiatan program MFK :
a. Membuat SK Direktur tentang penunjukan pengawas program
MFK yang bersertifikat
8
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
A. Proses identifikasi
1. Menentukan dan mengelompokkan jenis risiko yang mungkin
terjadi di lingkungan rumah sakit sesuai faktor penyebabnya.
2. Membuat denah dan pemasangan rambu-rambu meliputi area
berbahaya, tempat-tempat berisiko dan jalur evakuasi.
3. Menunjuk petugas yang kompeten dan bertanggung jawab.
9
BAB VI
SASARAN
10
BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Terlampir.
11
BAB VIII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
12
BAB IX
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
1. Pencatatan
Acuan yang dipakai dalam pencatatan kegiatan adalah:
a. Kasus di lapangan
b. Frekuensi kejadian kasus
c. Jumlah kejadian/kasus dalam periode tertentu
d. Jumlah kasus teratasi
e. Jumlah kasus tidak teratasi
f. Penyebab dan akibat kasus tidak teratasi
g. Pelimpahan kepada pihak ketiga terhadap kasus yang tidak
teratasi
2. Pelaporan
Laporan kegiatan kerja/kegiatan dibuat setiap 1 (satu) tahun
sekali dan diserahkan kepada Ketua Tim Akreditasi Rumah Sakit.
3. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan secara berkala sesuai jadwal
a. Indikator masukan (Input)
b. Indikator proses (Process)
c. Indikator Keluaran (Output)
13