Era globalisasi ini ternyata bak pedang bermata dua. Dapat membawa kita menjadi
pribadi yang lebih bermutu atau bahkan menjadi pribadi yang tidak tahu diri. Kepintaran
generasi muda dalam mengaolah teknologi tidak diimbangi dengan mental yang bermoral.
Pada akhirnya negaralah yang akan menanggung akibatnya. Anak-anak sampai orang dewasa
seakan terbiasa bahkan hafal dengan berita-berita terbaru yang disajikan di dunia maya
tersebut, tapi keaadan ini bertolak belakang dengan pengetahuan terhadap pancasila sebagai
landasan dalam bertindakyang seakan asing bahkan tidak mengenalnya.
Tampaknya arus modernisasi dan globalisasi tidak akan dapat dihindari oleh negara-
negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupannya. Menolak dan menghindari modernisasi
dan globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat internasional. Begitu
juga di Negara Indonesia dengan adanya globalisasi dan modernisasi sangat berpengaruh
terhadap budaya kita dan sangat bertentangan.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinia terakhir terdapat tujuan
bangsa serta 5 dasar negara yang tentunya dubuat dengan maksud tertentu dan proses yang
tidak mudah.Ke lima dasar tersebut menunjukkan kepribadian (jati diri) bangsa yang
membedakan Bangsa Indonesia dengan bangsa lainya.
Sebagai generasi penerus bangsa yang pada akhirnya penentu kehidupan bangsa
hendaknya dapat menghormati para pendiri bangsa dengan tetap mengisi kemerdekaan
melalui prestasi dan rasa nosionalisme yang tinggi tercinta dan tentunya tidak menghilangkan
jati diri bangsa Indoesia.
Jati diri yaitu Suatu kualitas yang menentukan suatu individu, sedemikian rupa
sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan individu yang lain. Kualitas
yang menggambarkan suatu jatidiri bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu
dimaksud. Jati diri akan mempribadi dan menjadi prinsip dalam diri individu yang akan
selalu nampak dengan konsisten dalam sikap dan perilaku individu dalam menghadapi setiap
permasalahan. Sebuah prinsip akan bersemayam dalam diri seseorang dan menjadi pola
pikirnya. Perilakunya yang terlihat secara kasat mata adalah gambaran dari sebuah gagasan
yang mengandung nilai kebenaran. Karena pada dasarnya sebuah prinsip memiliki nilai
kebenaran. Adapun prinsip yang pada akhirnya membinasakan orang bersangkutan, maka itu
bukanlah prinsip tapi kesimpulan pribadi yang menyesatkan.
Jati Diri Bangsa adalah, ciri khas atau karakteristik suatu bangsa yang
membedakannyadari bangsa yang lain. Jati diri Bangsa indonesia berarti karakteriskitik
bangsa indonesia yang membedakan bangsa indonesia dengan bangsa lainnya. Jati diri
bangsa merupakan perwujudan dari nilai nilai budaya yang berkembang dan berasal dari
himpunan beberapa suku yang ada di Indonesia.
Jati diri bangsa merupakan suatu pilihan, dan Jati Diri Bangsa Indonesia merupakan
pencerminan atau tampilan dari karakter Bangsa Indonesia. Karakter bangsa merupakan
akumulasi atau sinergi dari karakter individu anak bangsa yang mengelompok menjadi
bangsa Indonesia. Karakter bangsa akan ditampilkan sebagai nilai-nilai luhuryang digali dari
kehidupan nyata oleh founding fathers dan dirumuskan dalam suatu tata nilai yang kita kenal
sebagai pancasila. Denhan demikian Jati Diri Bangsa Indonesia adalah Pancasila.
Sesungguhnya kalau dicermati lebih dalam pada jati diri bangsa Indonesia yang bersumber
dari Pancasila, ternyata memiliki makna yang sangat luar biasa bahkan melebihi prinsip-
prinsip dasar, yang membuat bangsa bisa menjadi maju.
Dengan kata lain, apabila Bangsa Indonesia mengamalkan Jati Diri bangsanya, maka
bangsa Indonesia pun dapat maju seperti bangsa-bangsa lainnya di dunia.
Pancasila dan Jati Diri tidak boleh dipisahkan dan tidak terpisahkan. Pancasila sebagai
landasan idiil, landasan filosofis bangsa, sumber dari segala hukum di negeri Indonesia ini,
sedangkan jati diri adalah implementasi sehari-hari, sebagai perilaku insane Indonesia, seperti
dengan jelas diuraikan di bawah ini:
Sebagai wujud Jati Diri bahwa Indonesia adalah bangsa yang Agamis. Jati Diri ini jelas
bahwa Indonesia adalah bangsa yang Agamis serta jelas artinya dan jelas konsekuensinya,
jelas bentuknya. Sebagai bangsa yang Agamis, bangsa yang beragama, bangsa yang percaya
akan adanya Tuhan, bangsa yang beriman. Maka jelas bahwa Indonesia memang bukan
murni negara sekuler. Namun demikian, untuk konteks negara Muslim, Indonesia menjadi
negara yang sangat ideal dalam kerukunan antar umat beragama karena memiliki satu
falsafah hidup bernegara, yaitu Pancasila. Negara-negara Muslim lainnya tidak mempunyai
model seperti Indonesia.
Potensi dan modal yang dimiliki Indonesia dalam menciptakan kerukunan hidup
antarumat beragama harus dikelola dan dijaga dengan baik sehingga keragaman agama
menjadi nilai yang hidup di tengah masyarakat. Hasil yang dapat dipetik: umat minoritas
dapat menikmati kenyamanan ekonomi, sosial, intelektual, dan spiritual dari umat mayoritas
(Islam) tanpa lenyap sebagai minoritas.
Wujud Jati Diri dari sila kedua Pancasila bahwa bangsa Indonesia adalah Bangsa yang
menghormati Hak Azasi Manusia. Indonesia adalah negara hukum. Di dalam negara hukum
kekuasaan negara/pemerintah dilaksanakan sesuai dengan dasar dan prinsip keadilan,
sehingga terikat pada undang-undang (rule of law). Prinsip negara hukum adalah adanya
pembagian kekuasaan dan ada jaminan atas hak asasi manusia untuk rakyatnya.
Pancasila adalah ideologi bangsa dan dasar negara Indonesia, oleh karenanya merupakan
landasan idiil bagi sistem pemerintahan dan landasan etis-moral bagi kehidupan berbangsa,
bernegara serta bermasyarakat. Nilai - nilai yang terkandung secara tersirat maupun yang
tersurat tidak ada yang bertentangan dengan nilai-nilai penegakkan HAM.
3. Persatuan Indonesia
Sebagai wujud Jati Diri sila ketiga adalah Bangsa yang cinta Tanah Air. Rasa cinta
tanah air atau nasionalisme dalam tulisan ini adalah rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa
menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara
tempat ia tinggal yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan
melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai
adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan
lingkungan.
Individu yang memiliki rasa cinta pada tanah airnya akan berusaha dengan segala daya
upaya yang dimilikinya untuk melindungi, menjaga kedaulatan, kehormatan dan segala apa
yang dimiliki oleh negaranya. Rasa cinta tanah air inilah yang mendorong perilaku individu
untuk membangun negaranya dengan penuh dedikasi. Oleh karena itu, rasa cinta tanah air
perlu ditumbuhkembangkan dalam jiwa setiap individu yang menjadi warga dari sebuah
negara atau bangsa agar tujuan hidup bersama dapat tercapai.
Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air adalah dengan
menumbuhkan rasa bangga terhadap tanah airnya melalui proses pendidikan. Rasa bangga
terhadap tanah air dapat ditumbuhkan dengan memberikan pengetahuan dan dengan membagi
dan berbagi nilai-nilai budaya yang kita miliki bersama. Oleh karena itu, pendidikan berbasis
nilai-nilai budaya dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif untuk menumbuhkembangkan
rasa bangga yang akan melandasi munculnya rasa cinta tanah air.
Sebagai wujud sila keempat yaitu Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang Demokratis.
Demokrasi, sebuah kata sakti dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah kata yang setiap
Negara/ bangsa selalu mengagungkannya. Saking saktinya kata tersebut sampai memiliki
pengaruh yang luar biasa hebatnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Demokrasi adalah sistem politik yang
memungkinkan semua warga bangsa mempunyai kesempatan mewujudkan aspirasinya.
Dalam sejarah umat manusia tampak bahwa demokrasi berkembang sesuai dengan kondisi
bangsa yang bersangkutan, termasuk nilai budayanya, pandangan hidupnya serta adat-
istiadatnya. Dengan begitu tiap-tiap bangsa mempunyai caranya sendiri mewujudkan
demokrasi.
Karena Pancasila telah diakui dan terima sebagai Filsafah dan Pandangan Hidup
Bangsa serta Dasar Negara RI, maka Pancasila harus menjadi landasan pelaksanaan
demokrasi Indonesia.
Sebagai Wujud sila kelima adalah Kebersamaan, atau bangsa yang menghormati
kebersamaan. Menurut Bung Karno Keadilan Sosial adalah Jembatan emas menuju
terwujudnya kesejahteraan rakyat bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai pencetus Pancasila,
cita-cita keadilan sosial pada Sukarno amat eksplisit. Paham keadilan sosial Bung Karno
harus dimengerti sebagai paham seorang nasionalis yang dipengaruhi pemikiran Marxisme.
Isi keadilan sosial yang dicita-citakan, dan cara merealisasikannya sebenarnya tidak
bias dipisah, dan bagi Sukarno hal itu terangkum dalam satu pengertian atau konsep yaitu
Marhaenisme. Dalam Marhaenisme terkandung dua asas: sosio-nasionalisme dan sosio-
demokrasi.
Lima prinsip dasar dalam Pancasila sebagaimana tercermin dalam sila-sila Pancasila
merupakan dasar filosofis sekaligus ideologis untuk mewujudkan empat tujuan atau cita-cita
ideal bernegara seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu
i. Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
ii. Meningkatkan kesejahteraan umum;
iii. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
iv. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian yang abadi, dan
keadilan sosial.
Tentu saja globalisasi dapat mempengaruhi bahkan dapat merubah kepribadian suatu
bangsa. Bagaimana tidak, globalisasi mempengaruhi segalanya dengan cakupan yang luas
yaitu mendunia yang menyebabkan perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan.
Globalisasi juga dapat mempengaruhi jati diri bangsa indonesia. Tidak dapat dipungkiri
masyarakat indonesia telah banyak mengadopsi budaya barat sebagai gaya kehidupan
mereka. Budaya barat sudah menjadi gaya (trend) bagi kehidupan mereka, karena itu
kebudayaan kebudayaan Indonesia mulai terkikis secara pelahan. Westernisasi merupakan
hasil (produk) dari adanya globaliasi. Westernisasi adalah gaya hidup kebarat baratan.
Westernisasi sudah mewabah khususnya di kalangan remaja Indonesia. Hal ini sangat
membahayakan bagi keutuhan jati diri bangsa ini. Kalangan remaja yang masih rentan dan
masih mencari jati diri mereka, telah terkontaminasi dengan budaya westernisasi. Contohnya
saja dari gaya berpakaian mereka yang terbuka, gaya/ tingkah laku mereka yang lebih bersifat
hendonisme dan sekularisme, dan itu sangat tidak sesuai dengan adat ketimuran kita yang
masih menjunjung tinggi nilai dan norma sopan santun. Sehingga norma norma yang telah
dibangun begitu sulit dengan mudah dipatahkan begitu saja. Akibatnya secara tidak langsung
rasa nasionalisme kita terhadap negara telah memudar.
Sebenarnya apa yang salah dengan budaya yang kita miliki? Apakah budaya kita
terlalu “kampungan” untuk bersaing dengan bangsa lain sehingga generasi muda tidak mau
untuk mengamalkan dalam kehidupan mereka ?
Jika ditanya “apakah bangsa indonesia memiliki identitas nasional?” Dengan lantang
kita menjawab “ya kami memiliki identitas nasional apa lagi kami merupakan bangsa yang
majemuk banyak suku ras agama dsb” namun jika ditanya lagi “apakah kalian (bangsa
indonesia) telah menerapkannya dalam kehidpan sehari hari? ” pertanyaan yang sangat
menjebak sepertinya. Kenyataannya kita telah mengalami krisis identitas yang dapat
menyebabkan disintergasi. bagaimanapun juga karakteristik pada suatu bangsa sangat
diperlukan karena jika tidak maka nasib suatu bangsa akan terombang ambing dan tidak
memiliki pendirian yang kuat.
Mengetahui budaya dari luar memang tidak dilarang karena kita mendapatkan manfaat
yaitu menambah wawasan dan ilmu yang kita miliki. Namun kita juga harus memfilter
semua budaya yang berasal dari luar karena belum tentu budaya luar dapat memberikan
manfaat bagi kehidupan kita. Karena telah jelas terlihat bahwa budaya kita tidak sesuai
dengan budaya barat. Globalisasi hanya merupakan salah satu dari sekian banyak yang
menyebabkan krisis jati diri bangsa (identitas nasional). Yang terpenting adalah kita sebagai
generasi muda bagaimana cara memerangi pengikisan krisis identitas nasional? Yaitu dengan
cara memupuk sifat sifat dan menanamkannya ke dalam pribadi manusia itu agar timbul
pemahaman identitas nasional suatu bangsa.
Dari sekian banyak persoalan yang terjadi di Indonesia, terdapat tiga permasalahan pokok
yang dapat mengancam jati diri dan kesatuan bangsa sebagai dampak dari pudarnya jati diri
bangsa yaitu :
2. Menggunakan Pancasila sebagai Filter Budaya Asing dan Kemajuan Iptek
Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sekaligus merupakan pandangan hidup bangsa.
Di dalam sila-sila Pancasila terdapat kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia
yang sudah berurat akar. Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai itu merupakan jati diri bangsa
yang menjadi cita-cita moral yang perlu diwujudkan.
Dengan adanya tantangan globalisasi yang semakin menggila ini, Pancasila dapat
dimanfaatkan sebagai filter atau penyaring berbagai pengaruh yang ditimbulkan oleh
globalisasi. Tentunya, kita harus bersikap bijaksana dan mau membuka diri terhadap
globalisasi dan kemajuan iptek. Namun, diperlukan juga sikap waspada terhadap pengaruh
yang ditimbulkannya. Apakah pengaruh itu sesuai dengan Pancasila atau tidak? Kalau sesuai,
dapat diambil dan sebaliknya kalau tidak sesuai dapat ditolak. Dengan begitu, kita dapat
mencontoh atau meniru pengaruh baiknya dan tentunya dapat menghindarkan diri dari
pengaruh buruk yang ditimbulkannya. Dalam hal itu, Pancasila dapat dijadikan ukuran atau
filter dalam penerimaan dan penolakan pengaruh globalisasi yang dapat memudarkan jati diri
bangsa Indonesia.
Yoshua Michael Maranatha, wakil Indonesia dalam The 2nd International Junior Science
Olympiade (IJSO) yang diselenggarakan pada tanggal 4–12 Desember 2005 di Kota
Yogyakarta. Dalam ajang prestasi itu, tidak tanggung-tanggung dia mengantongi dua gelar
sekaligus, yaitu sebagai Absolute Winner dan The Best Theory. Tidak hanya Yoshua. Masih
banyak lagi putra putri Indonesia yang berprestasi, baik itu di bidang ilmu pengetahuan,
olahraga, seni, ataupun bidang-bidang yang lain. Misalnya, Taufik Hidayat di bidang bulu
tangkis yang pada tanggal 22 Agustus 2005 berhasil menjuarai turnamen piala dunia yang
diselenggarakan di Anaheim, Amerika Serikat. Kamu pun dapat menunjukkan prestasimu di
bidang yang kamu minati. Nah, dengan menggambarkan dan menunjukkan berbagai prestasi
putra putri bangsa Indonesia, tentunya akan dapat menimbulkan suatu kebanggaan tersendiri.
Ternyata, prestasi putra putri Indonesia diakui oleh internasional.
Globalisasi yang sedang melanda dunia ini tentunya menimbulkan berbagai dampak.
Dampak-dampak itu merupakan masalah atau tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh
bangsa Indonesia. Dengan mengetahui tantangan-tantangan itu dan menggambarkan
bagaimana bentuk-bentuknya, maka kita akan lebih mudah untuk menghadapi dan mencari
cara untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut.
Perubahan belum tentu buruk. Nah, kamu harus dapat memilah mana perubahan yang baik
dan mana yang buruk. Setelah itu, kamu juga harus pandai-pandai menyikapi perubahan-
perubahan tersebut. Dengan sikap kritis dan bijak, kamu dapat mengambil keuntungan dari
sikap perubahan-perubahan yang ada tanpa terjerumus atau terpengaruh oleh dampak negatif
yang ditimbulkannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jati diri merupakan prinsip yang membedakan setiap individu sesuai karakteristik yang
dimiliki Pancasila merupakan salah satu dasar negara yang menjadi dasar dalam bertindak
sesuai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perwujudan pancasila dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sesui hak dan
kewajiban setiap orang yang mencerminkan Bangsa Indonesia.
Pengaruh globalisasi memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya misalnya
kita bisa meniru budaya asing dengan disiplin yang tinggi serta kemajuan ipteknya, namun
banyak anak muda yang salah mengartikan dan meniru budaya asing sehingga bernampak
negatif terhadap generasi muda kita yang membuat pergeseran nilai kebudayaan kita dan
pudarnya jati diri bangsa.
B. Saran
Bertolak dari pentingnya pengamalan pancasila dalam mengabil keputusan agar sesaui
dengan jati diri bangsa, penyusun memberikan saran sebagai berikut:
1. Peningkatan kesadaran mengenai wawasan kebangsaan bagi peserta didik misalnya pelajaran
wawasan kebangsaan
2. Penanaman rasa cinta tanah air dan nasionalisme sejak dini pada generasi penerus melaui
pengenalan tokoh-tokoh maupun cerita kepahlawanan
3. Penanam rasa cinta tanah air pada generasi muda melalui sarana informal,misalnya film
mengeanai kemerdekaan,desain baju pancasialis bagi para pemuda dan sarana menghibur
pada umunya.