Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Organisasi Serikat Islam pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-
pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh R.M. Tirtoadisuryo pada tahun 1909
dengan tujuan untuk melindungi hak-hak pedagang pribumi Muslim dari monopoli
dagang yang dilakukan untuk pedagang-pedagang besar Tionghoa.
Kemudian tahun 1911 di kota Solo oleh Haji Samanhudi didirikan organisasi
dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI). Tujuan perkumpulan ini adalah untuk
menghimpun para pedagang Islam agar dapat bersaing dengan para pedagang asing
seperti pedagang Tionghoa, India dan Arab. Mengapa demikian? Karena pada saat itu
pedagang-pedagang tersebut lebih maju usahanya daripada pedagang Indonesia dan
keadaan itu sengaja diciptakan oleh Belanda. Adanya perubahan sosial menimbulkan
kesadaran kaum pribumi. Sebagai ikatan solidaritas dan lambang kelompok, perlu ada
ideologi gerakan.
Tujuan SI mencapai kemajuan rakyat yang nyata dengan jalan persaudaraan,
persahabatan dan tolong-menolong diantara muslim. Tujuan utama SI 1913 adalah
engembangkan perekonomian. Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan. SI
berkembang pesat, pada waktu diajukan sebagai Badan Hukum, Gubernur Jendral
Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Dengan perubahan
waktu akhirnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret
tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah
menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. SI
akhirnya mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan Budi Utomo dan
mulai disusupi aliran Revolusioner Sosialis, mengapa begitu? Karena SI tidak
membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Sarekat Islam ?
2. Apa saja faktor-faktor pendorong berdirinya Sarekat Islam ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam Sarekat Islam ?

1
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui sejarah berdirinya Sarekat Islam.
2. Memahami faktor-faktor pendorong berdirinya Sarekat Islam
3. Mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam Sarekat islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sarekat Islam
Tiga tahun setelah berdirinya Budi Utomo,maka pada tahun 1911 didirikanlah
perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang awalnya diberinama Sarekat Dagang
Islam (SDI) di kota Solo oleh Haji Samanhudi. Haji Samanhudi sendiri adalah seorang
pengusaha batik di Kampung Lawean (Solo) yang mempunyai banyak pekerja.
Perkumpulan ini semakin berkembang pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk
pimpinan dan mengubah nama perkumpulan itu menjadi Sarekat Islam.Kata “Dagang”
dalam Serikat Dagang Islam dihilangkan dengan maksud agar ruang geraknya lebih
luas tidak dalam bidang dagang saja. Sarekat Islam pada awalnya adalah perkumpulan
pedagang-pedagang Islam yang diberi nama Sarekat Dagang Islam (SDI).
Perkumpulan ini didirikan oleh Haji Samanhudi tahun 1911 di kota Solo. Perkumpulan
ini semakin berkembang pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk pimpinan dan
mengubah nama perkumpulan menjadi Sarekat Islam. Sarekat Islam (SI) dapat
dipandang sebagai salah satu gerakan yang paling menonjol sebelum Perang Dunia II.
Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto,
nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan agar organisasi tidak
hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik. Jika
ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan jiwa dagang.
2. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat
rakyat.
4. Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
5. Hidup menurut perintah agama.
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan
Madurasaja. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-
menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.
Adapun susunan pengurusan Sarekat Dagang Islam pada saat berdiri
diantaranya :
- Presiden : Sjech Achmad bin Abdoelrachman Badjenet
- Wakil Presiden : Dr. Mohamad Dagrim
3
- Komisaris : 1. Sjech Achmad bin Abdoelrachman Badjenet
2. Sjech Galib bin Said Tebe
3. Sjech Mohamad bin Badjenet
4. Mas Railoes
5. Haji Mohamad Arsad
- Kasir : Sjech Achmad bin Abdoelrachman Badjenet
- Secretaris – Adviseur : R.M. Tirto Adhi Soerjo. ( Van Der Wal, 1969 : 96)

Dalam waktu yang tidak lama keluarga Badjenet, menarik diri dari keanggotaan
SDI. Akhirnya Tirto Adhi Soerjo memimpin sendiri organisasi tersebut. Adapun
penarikan ini disebabkan perbedaan pandangan arah dan tujuan organisasi. Keluarga
Badjenet menghendaki bahwa organisasi tetap bertujuan untuk”organisasi dagang”
yang titik beratnya pada bidang perekonomian. Sedangkan Torto Adhi Soerjo
menghendaki bahwa organisasi akan diarahkan kepada suatu “pergerakan dalam
bidang politik”.
Setelah keluarga badjenet keluar dari keanggotaan SDI,maka arah dan tujuan
SDI diwarnai gerakan dalam bidang politik. Maka di Solo berdiri Sarekat Dagang
Islam yang diketuai oleh Samanhoedi. Bersamaan dengan penyusunan dasar Sarekat
Islam pada tanggal 9 November 1911. Maka kata “Dagang” pada sarekat Dagang
Islam itu dihilangkan. Sehingga hanya menjadi Sarekat Islam saja. Sejak itulah
sebenarnya organisasi itu, mulai mengubah langkah pergerakannya,yaitu dari bidang
ekonomi kearah bidang politik. Dengan demikian jelas bahwa SI merupakan
perkembangan dari SDI yang pernah didirikan di Bogor pada tanggal 27 Maret 1909
oleh Tirto Adhi Soerjo bersama-sama keluarga Badjenet.
Tirto Adhi Soerjo tercatat sebagai tokoh yang ulet dalam SDI dan juga sebagai
pendiri pers nasional,yaitu”Medan Prijaji”. Dari tulisan-tulisan Tirto Adhi Soerjo
yang dimuat dalam Medan Prijaji, pihak pemerintah sudah menaruh kekhawatiran
tentang pengaruhnya dikalangan luas. Oleh karena itu,Tirto Adhi Soerjo sering
ditangkap dan dibuang keluar jawa. Antara lain pernah dibuang ke
Telukbetung,Lampung.
Sejak Tirto Adhi Soerjo dalam pembuangan, maka kegiatan SDI diteruskan
oleh Haji Samanhudi. Kepemimpinan Haji Samanhoedi ini pun mendapat persetujuan
dari pihak pemerintah kolonial Belanda. Namun setelah terjadi perselisihan antara
pedagang batik dari golongan Islam dengan pihak pedagang batik Tionghoa,maka
4
pemerintah Hindia-Belanda ikut campur dan membatasi ruang gerak SDI. Sejak
itulah,gerak SDI mulai mengarahkan perlawananya terhadap pemerintah Hindia-
Belanda.
Kegiatan SDI telah berubah dari bidang ekonomi ke arah bidang politik
semakin sulit untuk bergerak di daerah Solo. Di antara daerah yang paling tepat dan
mendapat sambutan dari tokoh masyarakat setempat adalah pada saat pergerakan SDI
di daerah Surabaya. Dengan demikian, Surabayalah yang dapat diandalkan untuk
pusat pergerakan SDI. Oleh karena itu pada tahun 1915 di Surabaya didirkan “Central
Sarekat Islam”,dengan ketua terpilih Haji Samanhoedi dan wakil ketua H.O.S
Cokroaminoto.
Dengan menonjolnya Cokraminoto, maka kepemimpinan Haji samanhoedi
tidak tampak, sehingga selama 5(lima) tahun Haji Samanhoedi telah berhasil
meneruskan cita-cita SDI,tetapi sebagai penerus dlam bidang politik adalah
Cokroaminoto. Sebenarnya kepemimpinan haji Samanhoedi itu mulai berkurang sejak
tahun 1913,karena hampir segala persoalan organisasi diserahkan kepada
Cokroaminoto. Oleh karena itu, Cokroaminoto dalam tahun itu juga diangkat sebagai
ketua SI, namun dalam pembentukan Central Sarekat Islam (CSI) tahun 1915 Haji
Samanhoedi masih didudukkan sebagai ketua dan Cokroaminoto sebagai wakil ketua.
Hal ini tampaknya untuk menghragai Haji Samanhoedi, karena telah ikut merintis
perjuangan SDI sejak tahun 1911, yang seterusnya sampai SDI menjadi pergerakan
nasional untuk mencapai cita-cita pembentuka suatu bangsa, seperti yang diucapkan
oleh Cokroaminoto tersebut.
Dengan kepemimpinan Cokroaminoto dalam SI yang tegas itu, maka pihak
pemerintah Hindia-Belanda semakin curiga terhadap organisasi tersebut. Terlebih lagi
setelah Cokroaminoto sebagai ketua Si dan Abdul Muis sebagai wakil ketuanya,
gerakan SI lebih tebuka, yakni mengajukan mosi tanggal 25 November 1916, yang
selanjutnya lebih dikenal dengan “Mosi Cokroaminoto”, yang isinya sebagai berikut.
1. Perlu dibentuk Parlemen yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat dengan hak
penuh menentukan hukum(undang-undang).
2. Dibentuk suatu pemerintahan yang bertanggung jawab kepada Parlemen.
Semua kegiatan Cokroaminoto sebagai ketua SI,dinilai oleh pemerintah Hindia-
Belanda sangat merugikan, sehingga dicurigai. Namun mengingat Gubernur jendral
Hindia-belanda pada saat itu tidak kejam,maka mosi Cokroaminoto itu dijadikan
pertimbangan untuk kebijakan dalam membentuk semacam Dewan Rakyat(Volksraad).
5
Gubernur Jendral Van Limburg Stirum pada tanggal 18 Mei 1917 meresmikan
pembentukan Volksraad, dimana SI mewakilkan Cokroaminoto dan Abdul Muis
menjadi anggota.
Cara yang dipergunakan oleh Pemerintah Hindia-Belanda untuk memecah
organisasi islam itu adalah dengan mengadakan penyusupan ke dalam organisasi
tersebut. Beberapa orang Belanda yang berpaham sosialis demokrasi didatangkan
Hindia-Belanda. Mereka itu antara lain: HJFM.Sneevlit,JA.Bransteder,HW.Dekker,
danBergsma. Diantara mereka ini yang paling terkenal adalah Sneevliet. Oleh karena
itu,ia diberi tugas untuk memimpin infiltrasi(penyusupan) ke dalam tubuh organisasi
islam yang dianggap berbahaya itu.
Dengan kedok ingin memperbaiki nasib rakyat, maka Sneevliet dan kawan-
kawan mudah bergaul dengan orang-orang SI. Melalui pergaulan inilah paham sosialis
demokrasi dimasukkan. Bahkan tidak sedikit ajaran marxis masuk ke dalam tubuh SI
itu. Akibatnya banyak orang-orang SI yang tertarik dengan ajaran tersebut. Oleh karena
itu dalam waktu yang tidak terallu lama, yaitu sejak kedatanga orang-orang Belanda
yang berpaham sosialis demokrasi pada tahun 1913,sehingga pada bulan Mei 1914 di
Semarang didirikan Indische Social Demokratische Vereniging(ISDV).Keanggotaan
awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu
SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang
aktif di Hindia Belanda. Namun ISDV dirasa lambat berkembang karena tidak
mengakar pada rakyat Indonesia. Oleh karena itu ISDV menganggap bersekutu dengan
organisasi local lebih efektif. Langkah pertama bergabung denganInsilinde, satu
organisasi yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara, namun hasilnya tidak memuaskan.
SI yang sedang mangalami perkembangan pesat dipandang efektif sebagai jembatan
penghubung kepada rakyat Indonesia. ISDV akhirnya berhasil melakukan penyusupan
(infiltrasi) ke dalam cabang SI. Kondisi kepartaian pada saat itu memungkinkan
seseorang menjadi anggota lebih dari satu partai. Di sini ISDV memberi kesempatan
anggota SI menjadi anggota ISDV dan sebaliknya. ISDV mampu dengan mudah
menyusup ke tubuh SI karena pada waktu itu Central Sarekat Islam (CSI) sebagai
badan koordinasi pusat SI masih lemah, sehingga cabang SI bertindak sendiri secara
bebas. Selain itu tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang
kapitalisme namun dengan cara yang berbeda merupakan daya tarik tersendiri. Dalam
waktu satu tahun, Sneevliet telah memiliki pengaruh yang kuat di tubuh SI. hal tersebut

6
didukung keadaan harga yang membubung tinggi dan rendahnya upah buruh akibat
Perang Dunia I.
Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI
antar lain:
1. Centraal Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat memiliki kekuasaan
yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri.
Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang kuat untuk menentukan nasib
cabangnya, dalam hal ini Semaoen adalah ketua SI Semarang.
2. Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan multipartai,
mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI merupakan
organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV (PKI) dan berhasil
meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916 menjadi 20.000 orang
pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua SI Semarang.
3. Akibat dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek mengakibatkan
membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan perkebunan untuk
mengimbangi kas pemerintah kolonial mengakibatkan dengan mudahnya rakyat
memihak pada ISDV.
4. Akibat kemiskinan yang semakin diderita rakyat semenjak Politik Pintu Terbuka
(sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak tahun 1870 dan wabah
pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.
Banyak orang-orang SI masuk ke dalam ISDV itu, yang berarti mempunyai
keanggotaan rangkap. Sedangkan ISDV dibentuk oleh orang-orang Belanda(Sneevliet)
itu memang bertujuan untuk memecah belah organisai yang memiliki anggota yang
sangat besar itu.
Orang-orang SI yang masuk ke dalam ISDV,antar lain ialah Semaun,
Dharsono,Alimin,Tan Malaka, dan lain-lain. Perbedaan pandangan antara orang-orang
SI yang terpengaruh paham sosialis demokrasi dengen tidak terpengaruh tampak
semakin tajam, yakni saat pembentukan Sarekat Buruh pada tahun 1919. Sarekat Buruh
yang dibentuk dengan nama”Persatuan Pergerakan Kaum Buruh”(PPKB). Dan
langsung dibawah SI yang berarti mempunyai garis hubungan vertikal kepada Central
Sarekat Islam (CSI), Sarekat Buruh ini juga dipimpin oleh
Cokroaminoto,Suryoprano,Sosrokardono, dan lain-lain. Sedangkan Semaun dkk. Dari
ISDV menghendaki Sarekat Buruh dengan nama Revolutionair Socialistiche Vak

7
Centrale. Dengan demikian Semaun memimpin dua organisasi buruh, yakni seperti
tersebut diatas dan yang satu lagi bernama Vereniging van Spoor en
Tramwegpersoneel(VTSP).
Memperhatikan permasalahan tersebut diatas, maka dalam tubuh SI ada
perbedaan pandangan yang sangat mendasar. Yakni dalam hal paham (ideologi) dan
Sarekat Buruh. Salah satu pihak memandang dari segi Islam (kelompok Cokroaminoto
dkk) dan pihak lain memandang dari segi non-Islam, yaitu sosialis demokrasi yang
berbau marxis. Dalam keadaan yang demikian, kelompok Cokroaminoto dan kawan-
kawan mengusulkan kepada CSI, agar orang-orang yang memiliki keanggotaan
rangkap diberi suatu ketegasan untuk memilih satu organisasi saja. Hal ini berarti
apakah memilih masuk SI atau ISDV. Karena kedua organisasi ini mempunyal
landasan dan tujuan yang berbeda
Sehingga pada tahun 1920, terjadi perpecahan dalam tubuh SI. Salah satu pihak
mengikuti kelompok Semaun dan kawan-kawan, yang menganut paham sosialis berbau
marxis dan yang satu pihak lagi mengikuti kelompok Cokroaminoto dan kawan-kawan
yang tetap untuk meneruskan program lama, yaitu: kebebasan ekonomi rakyat, berjiwa
Islam, guna kekuatan dan persatuan. Selanjutnnya kelompok Semaun,Darsono, Tan
Malaka, dan Alimin disebut SI merah dan kelompok Cokroaminoto, Agus Salim dan
Abdul Muis dan kawan-kawan disebut SI putih.
SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo) berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah
(Semaoen, Alimin, Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang.
SedangkanHOS Tjokroaminoto pada mulanya adalah penengah di antara kedua kubu
tersebut.
Jurang antara SI Merah dan SI Putih semakin melebar saat keluarnya
pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-
Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil
Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-
Islamismetidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis karena keduanya
memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang
mendukungPKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan
mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang
juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh karena itu,
Tjokroaminoto lebih condong ke SI haluan kanan (SI Putih).
8
Atas dorongan Semaun dan kawan-kawan,maka dalam Kongres ASDV ke-7
tanggal 23 Mei 1920, nama ISDV diubah menjadi “Perserekatan Komunis Hindia”
dan tidak lama kemudian pada tahun itu juga Perserekatan Komunis Hindia itu diubah
namanya menjadi”Partai Komunis Indonesia”. Sedangkan SI putih dari kelompok
Cokroaminoto dan kawan-kawan menilai, bahwa Semaun dan kawan-kawan telah
membelokkan haluan Islam dari SI ke haluan komunis. Untuk menghadapi masalah
tersebut, SI putih mengusulkan rapat kepada CSI untuk membahas penyatuan Sarekat
Buruh. CSI menyetujui dan rapat kepada CSI diadakan pada bulan April 1923. Dalam
rapat tersebut diputuskan sebagai berikut:
1. Dibentuk organisasi penyatuan Sarekat Buruh dengan nama “Persatuan Vakbond
Hindia”(PVH)
2. Apabila ada seseorang pemimpin buruh ditangkap, kaum buruh akan mengadakan
pemogokan.
Berhubung Semaun dan kawan-kawan,sangat memaksakan untuk
pemogokan,sehingga kelompok Cokroaminoto menyatakan keluar dari PVH dan
sekaligus juga mengubah sikapnya dari kooperatif ke non-kooperatif. Pada Kongres
Sarekat Islam Ketujuh tahun 1923 di Madiun diputuskan bahwa Central Sarekat Islam
digantikan menjadi Partai Sarekat Islam (PSI)Dalam hal ini, berarti SI keluar
dariVolksraad. Namun sikap non kooperatif PSI tidak sekeras sikap PKI. Hal ini
dibuktikan bahwa PKI pada tanggal 13 November 1926 sudah berani mengadakan
pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Pada periode antara tahun 1911-1923 Sarekat Islam menempuh garis
perjuangan parlementer dan evolusioner. Artinya, Sarekat Islam mengadakan politik
kerja sama dengan pemerintah kolonial. Namun setelah tahun 1923, Sarekat Islam
menempuh garis perjuangan nonkooperatif. Artinya, organisasi tidak mau bekerja sama
dengan pemerintah kolonial, atas nama dirinya sendiri. Kongres Partai Sarekat Islam
tahun 1927 menegaskan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan
nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk mencapai
kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri dengan
Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Pada tahun 1927 nama Partai Sarekat Islam ditambah dengan “Indonesia” untuk
menunjukan perjuangan kebangsaan dan kemudian namanya menjadi Partai Sarekat
Islam Indonesia (PSII). Perubahan nama itu dikaitkan dengan kedatangan dr. Sukiman
dari negeri Belanda. Namun dalam tubuh PSII terjadi perbedaan pendapat antara
9
Tjokroaminoto yang menekankan perjuangan kebangsaan di satu pihak, dan di pihka
lain dr. Sukiman yang menyatakan keluar dari PSII dan mendirikan Partai Islam
Indonesia (PARI). Perpecahan ini melemahkan PSII. Akhirnya PSII pecah menjadi
PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, PSII, dan PARI dr. Sukiman.
Sejarah perjalan serikat Dagang Islam mengalami pasang surut,didalam
percaturan politik tanah air,sejak jaman penjajahan belanda sampai saat ini, Namun
yang harus kita ambil pelajaran bahwa cita-cita dari organisasi Seikat Dagang Islam
dalam melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan, itulah yang harus menjadi
insvirator dan motivator bagi kita generasi muda hari ini untuk terus berjuang
memajukan bangsa dan negara

B. Tokoh-tokoh sarekat islam :


1. Kiai Haji Samanhudi
Kiai Haji Samanhudi nama kecilnya ialah Sudarno Nadi.(Laweyan,
Surakarta, Jawa Tengah, 1868–Klaten, Jawa Tengah28 Desember 1956) adalah
pendiri Sarekat Dagang Islamiyah, sebuah organisasi massa di Indonesia yang
awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta.
Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan
oleh penguasa penjajahan Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas
beragama Islam dengan pedagang Cina pada tahun 1911. Oleh sebab itu
Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai organisasi sendiri untuk
membela kepentingan mereka. Pada tahun 1911, ia mendirikan Sarekat Dagang
Islam untuk mewujudkan cita-citanya.Ia dimakamkan di Banaran, Grogol,
Sukoharjo.Sesudah itu,Serikat Islam dipimpin oleh Haji Oemar Said Cokroaminito.
2. H.O.S. Cokro Aminoto
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 6
Agustus 1882 – meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun)
adalah seorang pemimpin organisasi Sarekat Islam (SI) di Indonesia.
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama
R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya,
R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupati Ponorogo.
Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai tiga murid yang
selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Musso
yang sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis.
10
Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat
Islam. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis
mengikuti Kongres SI di Banjarmasin. Salah satu kata mutiara darinya yang
masyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.
Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan
tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan.
3. Semaun
Semaun (lahir di Curahmalang, kecamatan Sumobito, termasuk dalam
kawedanan Mojoagung, kabupaten Jombang, Jawa Timur sekitar tahun 1899 dan
wafat pada tahun 1971) adalah Ketua Umum Pertama Partai Komunis Indonesia
(PKI). Kemunculannya di panggung politik pergerakan dimulai di usia belia, 14
tahun. Saat itu, tahun 1914, ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) afdeeling
Surabaya. Setahun kemudian, 1915, bertemu dengan Sneevliet dan diajak masuk ke
Indische Sociaal-Democratische Vereeniging, organisasi sosial demokrat Hindia
Belanda (ISDV) afdeeling Surabaya yang didirikan Sneevliet dan Vereeniging voor
Spoor-en Tramwegpersoneel, serikat buruh kereta api dan trem (VSTP) afdeeling
Surabaya. Pekerjaan di Staatsspoor akhirnya ditinggalkannya pada tahun 1916
sejalan dengan kepindahannya ke Semarang karena diangkat menjadi propagandis
VSTP yang digaji. Penguasaan bahasa Belanda yang baik, terutama dalam
membaca dan mendengarkan, minatnya untuk terus memperluas pengetahuan
dengan belajar sendiri, hubungan yang cukup dekat dengan Sneevliet, merupakan
faktor-faktor penting mengapa Semaoen dapat menempati posisi penting di kedua
organisasi Belanda itu.
Di Semarang, ia juga menjadi redaktur surat kabar VSTP berbahasa
Melayu, dan Sinar Djawa-Sinar Hindia, koran Sarekat Islam Semarang. Semaoen
adalah figur termuda dalam organisasi. Di tahun belasan itu, ia dikenal sebagai
jurnalis yang andal dan cerdas. Ia juga memiliki kejelian yang sering dipakai
sebagai senjata ampuh dalam menyerang kebijakan-kebijakan kolonial.
Pada tahun 1918 dia juga menjadi anggota dewan pimpinan di Sarekat
Islam (SI). Sebagai Ketua SI Semarang, Semaoen banyak terlibat dengan
pemogokan buruh. Pemogokan terbesar dan sangat berhasil di awal tahun 1918
dilancarkan 300 pekerja industri furnitur. Pada tahun 1920, terjadi lagi pemogokan
besar-besaran di kalangan buruh industri cetak yang melibatkan SI Semarang.

11
Pemogokan ini berhasil memaksa majikan untuk menaikkan upah buruh sebesar 20
persen dan uang makan 10 persen.
Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaoen mewujudkan cita-cita
Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia
Belanda. Sikap dan prinsip komunisme yang dianut Semaoen membuat renggang
hubungannya dengan anggota SI lainnya. Pada 23 Mei 1920, Semaoen mengganti
ISDV menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah
menjadi Partai Komunis Indonesia dan Semaoen sebagai ketuanya. PKI pada
awalnya adalah bagian dari Sarekat Islam, tapi akibat perbedaan paham akhirnya
membuat kedua kekuatan besar di SI ini berpisah pada bulan Oktober 1921. Pada
akhir tahun itu juga dia meninggalkan Indonesia untuk pergi ke Moskow, dan Tan
Malaka menggantikannya sebagai Ketua Umum. Setelah kembali ke Indonesia
pada bulan Mei 1922, dia mendapatkan kembali posisi Ketua Umum dan mencoba
untuk meraih pengaruhnya kembali di SI tetapi kurang berhasil.
4. Abdul Muis
Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli
1883 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun)
adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah
di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah menjadi anggota
Volksraad pada tahun 1918 mewakili Centraal Sarekat Islam.[1] Ia dimakamkan di
TMP Cikutra - Bandung dan dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang pertama
oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959 (Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 218 Tahun 1959, tanggal 30 Agustus 1959)

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah Islam datang ke Indonesia banyak perubahan-perubahan yang terjadi
terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak
tertindas lagi karena Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat
memiliki derajat yang sama.Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang
politik, ekonomi dan agama. Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat
Indonesia untuk melawan dan memgusir para penjajah. Organisasi Serikat Islam pada
awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis
oleh R.M. Tirtoadisuryo pada tahun 1909 dengan tujuan untuk melindungi hak-hak
pedagang pribumi Muslim dari monopoli dagang yang dilakukan untuk pedagang-
pedagang besar Tionghoa.
Kemudian tahun 1911 di kota Solo oleh Haji Samanhudi didirikan organisasi
dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI). Tujuan perkumpulan ini adalah untuk
menghimpun para pedagang Islam agar dapat bersaing dengan para pedagang asing
seperti pedagang Tionghoa, India dan Arab. Mengapa demikian? Karena pada saat itu
pedagang-pedagang tersebut lebih maju usahanya daripada pedagang Indonesia dan
keadaan itu sengaja diciptakan oleh Belanda. Adanya perubahan sosial menimbulkan
kesadaran kaum pribumi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sudiyo.2004.Pergerakan Nasional Mencapai Dan Mempertahankan


Kemerdekaan.Jakarta: Rineka Cipta
S.J.Rutgers.2012.Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia.Yogyakarta.:Ombak
Wikipedia.2014.Sarekat Islam.(online).(http://id.wikipedia.org/wiki/Sarekat_Islam diakses
pada 8 Oktober 2014 jam 14.00 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai