Islam (disingkat SDI) didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905, Sarekat
Dagang Islam merupakan organisasi pertama yang lahir di Indonesia, pada
awalnya Organisasi Sarekat Islam yang dibentuk oleh Haji Samanhudi ini merupakan
perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang masuknya pedagang asing yang
ingin
menguasai
ekonomi
rakyat.
Pada tahun 1912 berkat keadaan politik dan sosial pada masa tersebut HOS Tjokroaminoto
menggagas SDI untuk mengubah nama dan bermetamorfosis menjadi organisasi pergerakan
yang hingga sekarang disebut Syarikat Islam, Hos Tjokroaminoto mengubah yuridiksi SDI
lebih luas yang dulunya hanya mencakupi permasalahan sosial dan ekonomi. kearah politik
dan Agama untuk menyumbangkan semangat perjuangan islam dalam semangat juang rakyat
terhadap kolonialisme dan imperialisme pada masa itu.
Berikut
Latar
belakang
ekonomi
berdirinya
Sarekat
Islam:
Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu
HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi
anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili Central
SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Central
Sarekat
Islam.
Namun Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia
Belanda itu dan ia keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), karena volksraad
dipandangnya sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di
Hindia ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto ketika itu
telah menyuarakan agar bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya
sendiri, yang hal ini ditolak oleh pihak Belanda.
Sarekat Islam
Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI
diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak
dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik. Tujuan SI adalah
membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan
mengembangkan perekonomian rakyat.
Partai Sarekat Islam Indonesia
Pada tahun 1927 nama Partai Sarekat Islam ditambah dengan Indonesia untuk menunjukan
perjuangan kebangsaan dan kemudian namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII). Perubahan nama itu dikaitkan dengan kedatangan dr. Sukiman dari negeri Belanda.
Namun dalam tubuh PSII terjadi perbedaan pendapat antara Tjokroaminoto yang
menekankan perjuangan kebangsaan di satu pihak, dan di pihka lain dr. Sukiman yang
menyatakan keluar dari PSII dan mendirikan Partai Islam Indonesia (PARI).
Akibat keragaman cara pandang di antara anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai
politik, di antaranya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman (PARI), PSII Kartosuwiryo,
PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya.
Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen.
Kemudian pada Pemilu 1971 pada zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar
Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan berhasil
mendudukkan wakilnya di DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang).