Anda di halaman 1dari 5

Hakekat dan tujuan pembelajaran fisika

Wednesday, May 8, 2013 2:03:19 AM


A. Tujuan Fisika
Secara sederhana tujuan kita belajar fisika adalah :
Untuk memahami ilmu fisika sesuai kedalaman mata pelajaran
atau mata kuliah.
Untuk bisa berkarya dan berinovasi bagi ilmu fisika seperti
melakukan penelitian.
Untuk bisa menerapkan fisika dan mengimplementasikan ke
bidang lain.
Untuk menjadi guru fisika atau dosen fisika.
1.) Untuk memahami ilmu fisika sesuai kedalaman mata
pelajaran atau mata kuliah.
Sebagai pelajar yang mempelajari fisika tentu agar bisa
memahami kompetensi yang dimuat dalam standar isi
sehingga jika menghadapi ulangan dan ujian akhir mendapat
nilai tinggi. Bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah fisika
atau yang terkait dengan fisika tentu agar bisa memahami
materi yang termuat dalam sistem kredit semester sehingga
setelah ujian semester mendapat nilai A atau B.
2.) Untuk bisa berkarya dan berinovasi bagi ilmu fisika seperti
melakukan penelitian.
Ilmu fisika yang kita pelajari merupa-kan hasil kerja sama para
pengembangnya di seluruh dunia. Siapa saja, di mana saja, dan
kapan saja, seorang pecinta fisika boleh menyumbangkan
sesuatu bagi ilmu ini. Ada yang menyumbang dalam bentuk
penemuan gejala atau peri laku alam baru, ada yang
menyumbang gagasan untuk lebih mema-hami keterkaitan
antara rangkaian gelaja dan atau perilaku alam yang sudah
diketahui, bahkan ada pula yang berspekulasi meramal-kan
gejala atau perilaku alam yang baru berdasarkan penalaran
lebih lanjut dari gaga-san yang telah teruji kebenarannya.
Berkarya untuk ilmu fisika menuntut kita untuk selalu
mengetahui apa saja yang sampai kini sudah disumbangkan
oleh para pengembang fisika lainnya, yang berdomisili terserak
di seluruh penjuru dunia. Kita harus punya saluran komunikasi
yang dapat memberikan informasi mutakhir. Komu-nikasi
terbaik tentunya terjadi kalau kita sendiri dapat berada

bersama dengan tokoh-tokoh pegembang utama, yang


lazimnya bermukim di pusat-pusat pengembangan yang sudah
membuktikan keunggulan prestasinya. Komunikasi langsung
dengan pengembang fisika memungkinkan kita untuk
berdiskusi timbal balik, medengar dari tangan pertama suka
duka pergumulan dalam menjelajahi penelitian fisika. Jangan
lupa, apa yang muncul di jurnal fisika adalah himpunan sejarah
sukses (success story), tidak memuat informasi tentang jalurjalur penelitian yang sudah cukup lama digarap tetapi tetap
buntu.
Kekayaan ilmu fisika saat ini sudah begitu besarnya, sehingga
rasanya mustahil bagi seseorang untuk dapat menampung
seluruh ilmu itu di dalam benaknya. Seorang pengembang
cukup puas dengan hanya mengikuti satu atau beberapa jalur
perkembangan fisika. Pada dasarnya, fisika adalah ilmu yang
kebenarannya dihakimi oleh pengamatan. Suasana berkarya
akan menjadi semarak apabila peralatan yang sanggup
mengungkap aspek-aspek fisika yang digarap itu terdapat
ditempat yang sama. Dengan kata lain, diperlukan fasilitas dan
tenaga yang memudahkan interaksi antara eksperimen dan
teori yang dapat digarap ditempat yang sama.
3.) Untuk bisa menerapkan fisika dan mengimplementasikan ke
bidang lain.
Pengetahuan tentang gejala dan perilaku alam yang dihimpun
dalam ilmu fisika telah banyak digunakan untuk mem-bantu
profesi lain, seperti profesi di bidang rekayasa, pertanian, dan
kedokteran. Fisika sering dimasukkan dalam katagori ilmu
dasar. Maksudnya, untuk dapat menjadi dokter, insinyur
diperlukan sejumlah penge-tahuan fisika sebagai basis
pemahaman ilmu yang berkaitan dengan profesinya. Ilmu yang
berkaitan dengan profesi tersebut berkem-bang tarus.
Misalnya, ilmu kedokteran telah menerapkan cara pengobatan
dengan radiasi, berkas laser digunakan untuk pembedahan.
Pengetahuan fisika yang diperlukan untuk menangani hal ini
jelas bukan lagi apa yang dulu disebut fisika dasar. Artinya
diperlukan tenaga-tenaga yang sudah jauh belajar tentang
fisika ilmu fisika. Keakraban ilmu fisika dengan profesi di bidang
rekayasa tentunya jauh lebih dalam lagi. Tengok saja apa yang
terjadi setelah prinsip laser ditemukan oleh ilmu fisika
beberapa tahun beselang. Produk-produk teknologi baru yang

menggunakan laser bermunculan, seperti: alat pemotong baja,


pengarah dalam pemetaan, kaset vidio dan audio, printers, dst.
4.) Untuk menjadi guru fisika atau dosen fisika.
Guru merupakan penyambung untuk mewariskan ilmu dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Ia memang bukan pembuat
ilmu, tetapi ia dituntut untuk tahu benar tentang ilmu yang
ingin dipindah tangankan ke generasi muda. Sebab jika tidak,
kita khawatir bahwa yang diwariskan adalah hal-hal yang keliru
sehingga arti pewarisan itu menjadi tidak bermakna. Di
samping memiliki pengetahuan yang benar tentang ilmu fisika,
iapun perlu memperlajari teknik komunikasi. Sebaiknya teknik
komu-nikasi tidak hanya satu corak, sebab yang belajar fisika
adalah orang-orang yang bermacam-macam pembawaannya.
Pengem-bangan alternatif teknik komunikasi maru-pakan
bagian dari kehidupan profesinya sebagai guru fisika.
B. Hakikat Fisika dan Pembelajarannya
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk
mengembangkan kemampuan memahami konsep, prinsip
maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam proses
pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau
metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran
fisika di sekolah menengah pertama merupakan salah satu
mata pelajaran IPA yang dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dalam
pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan pemahaman
produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan sangat
berarti dalam membentuk konsep siswa. Hal ini juga sesuai
dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang masih
berada pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan sangat
memudahkan siswa jika pembelajaran Sains mengajak anak
untuk belajar merumuskan konsep secara induktif berdasar
fakta-fakta empiris di lapangan.
Dalam pembelajaran akan ada komunikasi antara guru dengan
siswa. Seperti yang dikemukakan Latuheru (1988: 1) bahwa
segala sesuatu yang menyangkut pembelajaran merupakan
proses komunikasi. Komunikasi dalam pembelajaran
merupakan komunikasi timbal balik (interaksi edukatif) yang
terjadi tidak dengan sendirinya tetapi harus diciptakan oleh
guru dan siswa.

Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa sains pada


hakekatnya merupakan sebuah kumpulan pengetahuan (a
body of knowledge), cara atau jalan berpikir (a way of
thinking), dan cara untuk penyelidikan (a way of
investigating). Dengan mengacu kepada pernyataan ini
ternyata bahwa, pandangan kebanyakan orang, pandangan
para ilmuwan, dan pandangan para ahli filsafat yang
dikemukakan di atas tidaklah salah, melainkan masing-masing
hanya merupakan salah satu dari tiga hakikat IPA dalam
pernyataan itu.
Istilah lain yang juga digunakan untuk menyatakan hakekat IPA
adalah IPA sebagai produk untuk pengganti pernyataan IPA
sebagai sebuah kumpulan pengetahuan (a body of
knowledge), IPA sebagai sikap untuk pengganti pernyataan IPA
sebagai cara atau jalan berpikir (a way of thinking), dan IPA
sebagai proses untuk pengganti pernyataan IPA sebagai cara
untuk penyelidikan (a way of investigating). Karena fisika
merupakan bagian dari IPA atau sains, maka sampai pada
tahap ini kita dapat menyamakan persepsi bahwa hakekat
fisika adalah sama dengan hakekat IPA atau sains, hakekat
fisika adalah sebagai produk (a body of knowledge), fisika
sebagai sikap (a way of thinking), dan fisika sebagai proses
(a way of investigating). Berikut ini akan dikemukakan lebih
rinci mengenai hakekat fisika itu.
1. Fisika Sebagai Produk
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi
antara manusia dengan alam lingkungannya. Interaksi itu
memberikan pembelajaran kepada manusia sehinga
menemukan pengalaman yang semakin menambah
pengetahuan dan kemampuannya serta berubah perilakunya.
Dalam wacan ilmiah, hasil-hasil penemuan dari berbagai
kegiatan penyelidikan yang kreatif dari pada ilmuwan
dinventarisir, dikumpulkan dan disusun secara sistematik
menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemudian
disebut sebagai produk atau a body of knowledge.
Pengelompokkan hasil-hasil penemuan itu menurut bidang
kajian yang sejenis menghasilkan ilmu pengetahuan yang
kemudian disebut sebagai fisika, kimia dan biologi. Untuk fisika,
kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip,

hukum, rumus, teori dan model.


2. Fisika Sebagai Proses
IPA sebagai proses atau juga disebut sebagai a way of
investigating memberikan gambaran mengenai bagaimana
para ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan, jadi
IPA sebagai proses memberikan gambaran mengenai
pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan.
Dari uraian di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa
pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan
kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran,
penyelidikan, dan publikasi. Pembelajaran yang merupakan
tugas guru termasuk ke dalam bagian mempublikasikan itu.
Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai proses
hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sain
pada diri siswa.
3. Fisika Sebagai Sikap
Dari penjelasan mengenai hakikat fisika sebagai produk dan
hakekat fisika sebagai proses di atas, tampak terlihat bahwa
penyusunan pengetahuan fisika diawali dengan kegiatankegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan
penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu
memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dan
pemikiran. Jadi dengan pemikirannya orang bertindak dan
bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatankegiatan ilmiah itu. Pemikiran-pemikiran para ilmuwan yang
bergerak dalam bidang fisika itu menggambarkan, rasa ingin
tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi dengan
rasa percaya, sikap objektif, jujur dan terbuka serta mau
mendengarkan pendapat orang lain. Sikap-sikap itulan yang
kemudian memaknai hakikat fisika sebagai sikap atau a way of
thinking.

Anda mungkin juga menyukai