Anda di halaman 1dari 46

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA

A. Hakikat Pembelajan IPA

Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau

Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat

setiap orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak

semua masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa sains

sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai

seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga alasan perlunya

memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih

banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga

karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari sains.

Mendefinisikan sains secara sederhana, singkat dan yang dapat

diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan

ilmu-ilmu lain. Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan

pengamatan dan pemahamannya. Carin mendefinisikan science sebagai

The activity of questioning and exploring the universe and finding and

expressing it’s hidden order, yaitu “Suatu kegiatan berupa pertanyaan

dan penyelidikan alam semesta dan penemuan, pengungkapan

serangkaian rahasia alam”.

Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian

jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang

1
gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis.

Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep,

prinsip, hukum dalam wujud pengetahuan deklaratif, akan tetapi belajar

sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan

teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk

kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka

dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pernyataan di atas selaras dengan

pendapat Carin yang menyatakan bahwa sains sebagai produk atau isi

mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori sains.

Secara singkat dapat dikatakan IPA merupakan usaha manusia

dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct)

dan pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true) dan

dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan

kesimpulan yang betul (truth). Jadi IPA mengandung tiga hal: proses,

prosesdur dan produk

Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris didalam sains dan

konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis

didalam sains. Sebagai proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu

yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau

metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain, mengamati,

2
mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial,

mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara

operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol

variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang sebagai

sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan

menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima

kegagalan sebagai suatu hal yang positif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah.

Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal,

namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran

dalam mempelajari rahasia gejala alam.

Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran sains yang

dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan

menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik

secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan

matematika serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan

sikap percaya diri. Melalui pelajaran fisika diharapkan para siswa

memperoleh pengalaman dalam membentuk kemampuan untuk bernalar

deduktif kuantitatif matematis berdasar pada analisis kualitatif dengan

menggunakan berbagai konsep dan prinsip fisika.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan dalam pembelajaran fisika

untuk meneliti masalah-masalah harus melalui kerja ilmiah, yang disebut

3
metode ilmiah yaitu: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

merancang dan melaksanakan ekperimen, menganalisis data pengamatan,

serta menarik simpulan. Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil

kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang

terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui

serangkaian proses ilmiah.

Hakekat Sains dan Pembelajaran Sains

Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah

dijelaskan diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences

(ilmu fisik), dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences

adalah ilmu-ilmu, astronomi, kimia, geologi, mineralogy, eteorologi, dan

fisika. sedangkan life science meliputi astronomi, fisiologi, zoology, citologi,

embriologi, mikrobiologi.

IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau

meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang

penuh dengan rahasia yang tidak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya

tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang

dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya,

yaitu tekhnologi adalah lebar.

Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit,

sehingga semboyan " Sains hari ini adalah tekhnologi hari esok" merupakan

semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan

4
teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan tekhnologi

yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya

mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya

mengandung makna teknologi (the meaning of technology).

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara

sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang

dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh

Powler bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan

gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara

teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan

eksperimen.

Secara singkat dapat dikatakan IPA merupakan usaha manusia

dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct)

dan pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true) dan

dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan

kesimpulan yang betul (truth). Jadi IPA mengandung tiga hal: proses,

prosesdur dan produk

Dari uraian di atas Sains adalah ilmu pengetahuan yang

mempunyai Obyek, menggunakan metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan

di Sekolah Dasar. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains

perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan

satu mata pelajaran itu dimasuk ke dalam kurikulum suatu sekolah. Usman

5
Samatowa mengemukakan empat alasan sains dimasukan dikurikulum

yaitu:

a. Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu

dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa

banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang

sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut

sebagai tulang punggung pembangunan.Pengetahuan dasar untuk

teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang

baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai

berbagai gejala alam.

b. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan

suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis;

misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan

sendiri". Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah;

umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian". Dapatkah

tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan

menyelidiki hal ini.

c. Bila sains diajarkan melalui percobaan -percobaan yang dilakukan

sendiri oleh anak. maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran

yang bersifat hafalan belaka.

d. Mata pelajaran ini mempunyai: nilai – nilai pendidikan yaitu

mempunyai potensi yang dapat membentuk keprbadian anak secara

keseluruhan.

6
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di

SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai

oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum

disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja

ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

B. Metode Pembelajaran MIPA

MIPA dikenal sebagai suatu bidang yang harus dipelajari di

sekolah. Memang disadari kalau MIPA sangat penting bagi kehidupan

sehari-hari. Kemajuan MIPA akan berdampak bagi kemajuan transformasi

masyarakat yang juga berhubungan dengan ekonomi dan sosial suatu

bangsa. Namun kenyataannya, belajar MIPA sebagai sesuatu yang

membosankan. Bikin pusing karena harus menghafal rumus-rumus yang

panjang sedangkan belum tahu gunanya untuk apa.

Memang, kegiatan pembelajaran MIPA beberapa daerah (bahkan

beberapa negara) hanya mengajarkan asumsi-asumsi saja yang akhirnya

melahirkan siswa yang tidak memiliki pemahaman dan pengertian tentang

manfaat MIPA bagi kehidupannya. Siswa hanya menghafal rumus, istilah-

istilah tanpa tahu guna dan aplikasinya di lingkungannya. Ruang belajar

pun menjadi sempit karena hanya pada ruang kelas saja. Sehingga perlu

ada sebuah pembelajaran MIPA berbasis budaya dimana siswa didorong

7
untuk dapat memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitarnya,

sebagai titik awal proses penciptaan makna.

Vygotsky dalam teori kontruktivismenya menjelaskan perlu

adanya peran budaya dan masyarakat sebagai pengalaman awal proses

belajar. Selanjutnya, Vygotsky juga menjelaskan penciptaan makna hanya

akan terjadi melalui negosiasi makna antara siswa dengan guru dan siswa

yang lain yang disebut dengan interaksi. Dengan demikian pembelajaran

MIPA berdasarkan budaya memerlukan interaksi aktif dari siswa dan guru

dengan berbagai sumber belajar dalam suatu komunitas budaya.

Akhirnya pembelajaran MIPA berdasarkan budaya mensyaratkan

adanya perubahan tradisi pembelajaran yang semula hanya dilakukan

dengan satu metode saja yaitu DECAFA (Dengar, Catat, Hafal) menjadi

tradisi mengeksplorasi berbagai sumber belajar dalam suatu komunitas

budaya. Bisa saja misalnya belajar MIPA sambil memasak, atau belajar

MIPA dengan menggunakan metode permainan anak-anak, atau mungkin

dengan musik. Bergantung dengan konteks dan keberagaman sumber

belajar yang ada.

Konsep penilaian hasil belajar pembelajaran MIPA berdasarkan

budaya adalah multiple representations yang berarti hasil belajar siswa

dinilai melalui beragam tekhnik dan alat ukur, siswa pun mengekspresikan

keberhasilannya dalam berbagai bentuk. Misalnya, banyak siswa yang takut

menghadapi tes, tetapi sangat baik dalam mengarang atau menulis prosa,

8
atau bahkan dalam menggambar kartun/komik. Siswa diberi kebebasan

dalam mengekspresikan hasil kegiatan belajarnya tersebut. Sebelumnya

guru memang harus mengetahui titik awal ketika belajar dan titik akhir

belajar setiap siswa per individu. Sementara itu, upaya siswa menunjukkan

keberhasilannya dalam proses penciptaan makna tersebut dapat dilakukan

dengan berbagai cara wujud media. Misalnya dengan poster, puisi, lukisan,

komik strip, catatan harian, laporan ilmiah penelitian pribadi, ukiran, patung,

dan lain-lain.

IPA sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses. Produk IPA terdiri

atas fakta (misalnya: orang menghirup udara dan mengeluarkan udara dari

hidungnya, biji kacang hijau muncul hipokotil dan epikotilnya dan akan

bertambah panjang ukurannya saat ditanam pada kapas yang disiram air),

konsep ( misalnya: udara yang dihirup ke dalam paru-paru lebih banyak

kandungan oksigennya dibandingkan udara yang dikeluarkan dari paru-

paru, logam memuai bila dipanaskan), prinsip (misalnya: kehidupan

memerlukan energi, benda tak hidup tidak mengalami pertumbuhan),

prosedur (misal, pengamatan, pengukuran, tabulasi data, analisis data)

teori, (misalnya: teori evolusi, teori asal mula kehidupan), hukum dan

postulat ( misal, hukum Boyle, Archimedes, Postulat Kock). Semua itu

merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses penemuan

ilmiah melalui metoda ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah.

Ditinjau dari segi proses, maka IPA memiliki berbagai

keterampilan IPA, misalnya:

9
a. Menegidentifikasi dan menentukan variabel tetap/bebas dan variable

berubah/tergayut,

b. Menentukan apa yang diukur dan diamati,

c. Keterampilan mengamati menggunakan sebanyak mungkin indera (tidak

hanya indera penglihat), mengumpulkan fakta yang relevan, mencari

kesamaan dan perbedaan, mengklasifikasikan,

d. Keterampilan dalam menafsirkan hasil pengamatan seperti mencatat

secara terpisah setiap jenis pengamatan, dan dapat menghubung-

hubungkan hasil pengamatan,

e. Keterampilan menemukan suatu pola dalam seri pengamatan, dan

keterampilan dalam mencari kesimpulan hasil pengamatan,

f. Keterampilan dalam meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan

hasil-hasil pengamatan, dan

g. Keterampilan menggunakan alat/bahan dan mengapa alat/bahan itu

digunakan.

Selain itu adalah keterampilan dalam menerapkan konsep, baik penerapan

konsep dalam situasi baru, menggunakan konsep dalam pengalaman baru

untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, maupun dalam menyusun

hipotesis.

Keterampilan IPA juga menyangkut keterampilan dalam

berkomunikasi seperti :

a. Keterampilan menyusun laporan secara sistematis,

10
b. Menjelaskan hasil percobaan atau pengamatan,

c. Cara mendiskusikan hasil percobaan,

d. Cara membaca grafik atau tabel, dan

e. Keterampilan mengajukan pertanyaan, baik bertanya apa, mengapa dan

bagaimana, Maupun bertanya untuk meminta penjelasan serta

keterampilan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.

Jika aspek-aspek proses ilmiah tersebut disusun dalam suatu

urutan tertentu dan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan

yang dihadapi, maka rangkaian proses ilmiah itu menurut Towle menjadi

suatu metode ilmiah.

Rezba dkk. Mendeskripsikan keterampilan proses IPA yang harus

dikembangkan pada diri peserta didik mencakup kemampuan yang paling

sederhana yaitu mengamati, mengukur sampai dengan kemampuan

tertinggi yaitu kemampuan bereksperimen.

Menurut Bryce dkk. keterampilan proses IPA mencakup

keterampilan dasar (basic skill) sebagai kemampuan yang terendah,

kemudian diikuti dengan keterampilan proses (process skill). Sebagai

keterampilan tertinggi adalah keterampilan investigasi (investigation skill).

Keterampilan dasar mencakup:

a. Melakukan pengamatan (observational skill),

b. Mencatat data (recording skill),

11
c. Melakukan pengukuran (measurement skill),

d. Mengimplementasikan prosedur (procedural skill), dan

e. Mengikuti instruksi (following instructions).

Keterampilan proses meliputi:

a. Menginferensi (skill of inference) dan

b. Menyeleksi berbagai cara/prosedur (selection of procedures).

Keterampilan investigasi berupa keterampilan merencanakan dan

melaksanakan serta melaporkan hasil investigasi. Keterampilan tersebut

juga harus didasari oleh sikap ilmiah seperti sikap antusias, ketekunan,

kejujuran, dan sebagainya.

Mengingat dari perkembangan mental peserta didik SMP/MTs

menurut Piaget,Carin dan Sund, sebagian besar pada taraf transisi dari fase

konkrit ke fase operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk

mulai mampu berpikir abstrak. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP

terutama di kelas III hendaknya sudah mengenalkan peserta didik kepada

kemampuan untuk mulai melakukan investigasi/ penyelidikan walaupun

sifatnya masih sangat sederhana.Setidaknya, peserta didik sudah mulai

dilatih untuk merencanakan pengamatan/percobaan sederhana,

mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis berdasar pustaka bukan

sekedar menurut dugaan yang rasional berdasar logika, mampu melakukan

dan melaporkan percobaan/pengamatan baik secara tertulis maupun lisan.

12
Jika hal seperti itu dibiasakan maka hasil belajar yang dapat

dicapai benar-benar akan memuat unsur kognitif, afektif dan psikomotor.

Untuk peserta didik sekolah menengah dalam konteks melakukan

penyelidikan/investigasi sederhana, peserta didik seharusnya sudah dilatih

bagaimana ia harus mengorganisasi data untuk menjawab pertanyaan, atau

bagaimana ia dapat mengorganisasi kejadian-kejadian untuk dijadikan

alasan pembenar yang paling kuat. Selain itu, proses IPA juga mencakup

kemampuan untuk mengkomunikasikan baik secara tertulis berupa

pembuatan tulisan/karangan, pemberian label, menggambar, melengkapi

peta konsep,mengembangkan/ melengkapi petunjuk kerja, membuat grafik

dan mengkomunikasikan secara lisan kepada orang lain.

Menurut DES (Cavendish, at all) proses IPA untuk sekolah

menengah sudah berbeda dengan sekolah dasar, yaitu meliputi: kegiatan

melakukan observasi,

a. Memilih kegiatan observasi yang relevan dengan

investigasi/penyelidikannya untuk dipelajari lebih lanjut,

b. Menemukan dan mengidentifikasi pola-pola baru dan

menghubungkannya dengan pola-pola yang sudah ada,

c. Menyarankan dan menilai penjelasan-penjelasan dari pola-

pola yang ada,

d. Mendesain dan melaksanakan percobaan, termasuk

melakukan berbagai pengukuran untuk menguji pola-pola

13
yang ada, mengkomunikasikan (baik secara verbal, dalam

bentuk matematika, atau grafik) dan menginterpretasi tulisan-

tulisan dan bahan ajar lainnya,

e. memakai peralatan dengan efektif dan hati-hati,

f. menggunakan pengetahuan untuk melaksanakan investigasi,

g. menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan problem-

problem yang berkait dengan teknologi.

Mengingat demikian luasnya kawasan kajian keilmuan IPA

berdasar ragam obyek, ragam tingkat organisasi, dan ragam tema

persoalannya, maka dalam membelajarkan peserta didik untuk menguasai

IPA bukan pada banyaknya konsep yang harus dihafal, tetapi lebih kepada

bagaimana agar peserta didik berlatih menemukan konsep-konsep IPA

melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah, dan peserta didik dapat melakukan

kerja ilmiah, termasuk dalam hal meningkatkan kreativitas dan

mengapresisasi nilai-nilai. Karakteristik Peserta Didik

Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka

mempunyai perasaandan pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka

mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (pangan, sandang,

papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan

pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi dirinya

sendiri sesuai dengan potensinya).

14
Dalam tahap perkembangannya, peserta didik SMP berada pada

tahap periode perkembangan yang sangat pesat, dari segala aspek. Berikut

ini disajikan perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan

pembelajaran, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif

1. Perkembangan Aspek Kognitif

Menurut Piaget, periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu

yang lebih kurang sama dengan usia peserta didik SMP, merupakan ‘period

of formal operation’. Pada usia ini, yang berkembang pada peserta didik

adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu

secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkrit atau

bahkan objek yang visual.

Peserta didik telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif.

Implikasinya dalam pembelajaran IPA bahwa belajar akan bermakna kalau

input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat peserta didik .

Pembelajaran IPA akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu

menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta

karakteristik peserta didik sehingga motivasi belajar mereka berada pada

tingkat maksimal. Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh

kecerdasan dalam Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner

(1993), yaitu:

1. Kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang

fungsional),

15
2. Kecerdasan logis-matematis (kemampuan berfikir runtut),

3. kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan

menciptakan pola nada dan irama),

4. Kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental

tentang realitas),

5. Kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan

gerakan motorik yang halus),

6. Kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri

sendiri dan

Mengembangkan rasa jati diri),

7. Kecerdasan antarpribadi (kemampuan memahami orang lain).

Di antara ketujuh macam kecerdasan ini sesuai dengan

karakteristik keilmuan IPA akan dapat berkembang pesat dan bila dapat

dimanfaatkan oleh guru IPA untuk berlatih mengeksplorasi gejala alam, baik

gejala kebendaan maupun gejala kejadian/peristiwa guna membangun

konsep IPA.

16
2. Perkembangan Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting

untuk diketahui oleh guru.Perkembangan aspek psikomotor juga melalui

beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain

a. Tahap Kognitif

Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan

lambat. Ini terjadi karena peserta didik masih dalam taraf belajar untuk

mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum

melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini peserta didik sering membuat

kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi

b. Tahap Asosiatif

Pada tahap ini, seorang peserta didik membutuhkan waktu yang lebih

pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat

mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan

yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam

perkembangan psikomotor. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada tahap

ini belum merupakan gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis. Pada

tahap ini, seorang peserta didik masih menggunakan pikirannya untuk

melakukan suatu gerakan tetapi waktu yang diperlukan untuk berpikir

lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Dan

17
karena waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih pendek, gerakan-

gerakannya sudah mulai tidak kaku.

c. Tahap Otonomi

Pada tahap ini, seorang peserta didik telah mencapai tingkat autonomi

yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap

dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini

disebut tahap autonomi karena peserta didik sudah tidak memerlukan

kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap ini,

gerakangerakan telah dilakukan secara spontan dan oleh karenanya

gerakan-gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajar

untuk memikirkan

3. Perkembangan Aspek Afektif

Keberhasilan proses pembelajaran IPA juga ditentukan oleh

pemahaman tentang perkembangan aspek afektif peserta didik . Ranah

afektif tersebut mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap

peserta didik. Bloom memberikan definisi tentang ranah afektif yang terbagi

atas lima tataran afektif yang implikasinya dalam peserta didik SMP lebih

kurang sebagai berikut:

a. Sadar akan situasi, fenomena, masyarakat, dan objek di sekitar

b. Responsif terhadap stimulus-stimulus yang ada di lingkungan

mereka

c. Bisa menilai

18
d. Sudah mulai bisa mengorganisir nilai-nilai dalam suatu sistem,

dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai yang ada

e. Sudah mulai memiliki karakteristik dan mengetahui karakteristik

tersebut dalam bentuk sistem nilai.

Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan direspon, dan

apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal yang sangat

penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing.

Faktor pribadi yang lebih spesifik dalam tingkah laku peserta didik yang

sangat penting dalam penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang

meliputi:

a. Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang

kepada dirinya sendiri.

b. Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi

ego.

c. Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir,

tegang, dan sebagainya.

d. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.

e. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.

f. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu

pada perasaan orang lain.

Dengan demikian, selain harus mempertimbangkan miskonsepsi

yang dimiliki oleh setiap siswa sebelum mendapatkan pembelajaran, guru

19
juga harus mempertimbangkan penalaran formal yamg berbeda-beda yang

dimilki oleh siswa. Hal ini dapat dilaksanakan dengan baik bila informasi

tentang penalaran formal siswa sudah dimiliki oleh guru. Piaget menyatakan

bahwa anak-anak dianggap siap mengmbangkan konsep khusus jika

memperoleh skemata yang diperlukan.

C. Keterkaitan Mipa Dalam Tekhnologi Dan Masyarakat

Tanpa mengesampingkan ilmu pengetahuan sosial, Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) merupakan basis bagi pengembangan

tekhnologi dan industri. Oleh karena itupendidikan yang globally competitive

tentunya berlandaskan pada konsep broad based dalam pengertian

sebagaimana telah diungkapkan di atas sehingga selain mempunyai

keterampilan bekerja (siap kerja) lulusan peserta didik akan memiliki

kemampuan yang cukup untuk mengembangkan karir akademiknya.

Matematika adalah ilmu yang mempelajari logika dari kuantitas,

bentuk dan susunan (pola). Ilmu matematika dapat dikelompokkan atas

empat kelompok bidang fundamental yang saling terkait, yaitu aljabar,

foundation of mathematics (logika), analisis, dan geometri. Di luar itu

terdapat bidang statistic (dan peluang) yang memiliki banyak aplikasi di

berbagai cabang ilmu. Matematika seringkali dipandang sebagai bahasa

ilmu pengetahuan/sains (khususnya sains alam), yaitu pengetahuan

manusia tentang perilaku alam.

20
Perilaku umum tersebut diungkapkan dalam sains sebagai

hukum-hukum dasar sains. Ada sejumlah karakteristik umum yang dijumpai,

baik pada alam hayati maupun non-hayati, yaitu universalitas,

keberagaman, evolusi/perubahan terhadap waktu, keberlangsungan, dan

interaksi.

D. Permasalahan Pendidikan MIPA

Penguasaan Iptek merupakan kunci penting dalam abad 21 ini.

Oleh karena itu, peserta didik perlu dipersiapkan untuk mengenal,

memahami, dan menguasai Iptek dalam rangka meningkatkan kualitas

hidupnya. Upaya untuk mempersiapkan hal itu memang sudah dilakukan

melalui pendidikan formal, sesuai dengan Undang-undang No. 2 tahun

1989.

Pengantar Sains dan Teknologi pun sudah diajarkan sejak

pendidikan dasar. Persiapan sedini mungkin sangat dibutuhkan untuk

menghadapi tantangan dimasa depan yang secara kualitatif cenderung

meningkat. Berbagai tantangan muncul, antara lain menyangkut

peningkatan kualitas hidup, pemerataan hasil pembangunan, partisipasi

masyarakat, dan kemampuan untuk mengembangkan sumber daya

manusia. Pendidikan IPA sebagai bagian dari pendidikan umumnya

memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di

dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang

21
mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu

dimasyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan

tekhnologi.

Dewasa ini, pembelajaran IPA masih didominasi oleh

penggunaan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru.

Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan

mencatat hal-hal yang dianggap penting. Guru menjelaskan IPA hanya

sebatas produk dan sedikit proses. Salah satu penyebabnya adalah

padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan

kurikulum yang berlaku. Padahal, dalam membahas IPA tidak cukup hanya

menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk

membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Oleh karena itu,

alat peraga/praktikum sebagai alat media pendidikan untuk menjelaskan.

IPA sangat diperlukan.

Pembelajaran IPA dengan menggunakan alat peraga sangat

efektif untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai limiah pada siswa serta rasa mencintai dan

menghargai kebesaran Tuhan YME. Tujuan IPA secara umum adalah agar

siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-

hari,memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan

pengetahuan tentang proses alam sekitar, mampu menerapkan berbagai

konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan mampu menggunakan

22
teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam

kehidupan seharihari.

Salah satu cara untuk dapat menciptakan sumber daya manusia

berkualitas, guru dalam mengajar dapat menggunakan beberapa metode

dan pendekatan. Dalam hal ini, pendekatan yang paling sesuai dengan

perkembangan Iptek adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat ( STM

), karena pendekatan ini memungkinkan siswa berperan aktif dalam

pembelajaran dan dapat menampilkan peranan Sains dan Teknologi

didalam kehidupan masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan STM

dalam pembelajaran IPA, guru dapat memulai dengan isu yang

dikemukakan oleh siswa yang ada dimasyarakat. Dengan menggunakan

pendekatan STM dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya sekedar

menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai

motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar dapat memberikan

saran-saran berdasarkan hasil pengamatannya dimasyarakat.

Penguasaan konsep merupakan penguasaan terhadap abstraksi

yang memiliki satu kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan yang

mempunyai atribut yang sama. Menurut Piaget pertumbuhan intelektual

manusia terjadi karena adanya proses kontinyu yang menunjukkan

equilibrium-disequilibrium, sehingga akan tercapai tingkat perkembangan

intelektual yang lebih tinggi.

Belajar akan menjadi efektif apabila kegiatan belajar sesuai

dengan perkembangan intelektual anak. Selain itu, guru di dalam kelas

23
perlu mengenal anak didik dan bakat khusus yang mereka milki agar dapat

memberikan pengalaman pendidikan yang dibutuhkan oleh masing-masing

siswa untuk dapat mengembangkan bakat mereka secara optimal sesuai

dengan tujuan pendidikan. Sikap yang terbentuk pada diri siswa terhadap

mata pelajaran tentunya tergantung pada sikap gurunya terhadap mata

pelajaran itu, dan bagaimana cara guru menyampaikan mata pelajaran itu.

Apabila setiap mengajar guru bersikap positif dan baik, maka

lambat laun siswa berada dalam kondisi belajar yang berkesan baik dan

mendalam, sehingga terbentuk sikap positif terhadap mata pelajaran itu.

Jika mata pelajaran tersebut adalah IPA maka akan terbentuklah sikap yang

positif terhadap IPA. Karena belajar bukan sekedar untuk memahami

tentang sesuatu fakta tertentu melainkan bagaimana menginteprestasikan

fakta-fakta tersebut kedalam konteks kehidupan pribadi. Seperti yang

dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :

a. Suharsimi Arikunto, bahwa sebenarnya sikap merupakan bagian dari

tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang

memancar keluar.

b. Menurut Wynne Harlen dalam Hendro Darmodjo dan Yenny Kaligis, ada

9 aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD yaitu

1. Sikap ingin tahu (curiousity);

2. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)

3. Sikap kerja sama (cooperation),

4. Sikap tidak putus asa (perseverense),

24
5. Sikap tidak berprasangka (open mendidness),

6. Sikap mawas diri (self criticism),

7. Sikap bertanggung jawab (responsibility),

8. Sikap berpikir bebas (independence in thinking), dan

9. Sikap kedisiplinan diri (self discipline)..

Pendidikan sains dengan menggunakan pendekatan STM adalah

suatu bentuk pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan

konsep-konsep sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains dan

teknologi di dalam berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa

tanggung jawab sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi di

masyarakat. Dalam hal ini, Hidayat dan Poedjiadi berpendapat sama bahwa

belajar IPA melalui isu-isu sosial di masyarakat yang ada kaitannya dengan

IPA dan Teknologi dirasakan lebih dekat, dan belajar IPA melalui isu-isu

sosial di masyarkat yang ada kaitannya dengan IPA dan teknologi

dirasakan lebih punya arti bila dibandingkan dengan konsepkonsep dan

teori IPA itu sendiri.

Pembelajaran dengan menggunakan pedekatan STM memiliki ciri

yang paling utama, yang dilakukan dengan memunculkan isu sosial di awal

pembelajaran dan guru sebelumnya sudah memiliki isu yang sesuai dengan

konsep yang akan diajarkan. Adalah suatu kekeliruan apabila seorang guru

mengajarkan IPA dengan cara mentransfer saja apa–apa yang disebut di

dalam buku teks kepada anak-anak didiknya. Hal ini disebabkan apa yang

25
tersurat di dalam buku teks itu baru merupakan satu sisi atau satu dimensi

saja dari IPA yaitu dimensi produk.

Dengan mengikuti kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam

pembelajaran dengan pendekatan STM, siswa menyadari adanya suatu

masalah dan mempunyai keinginan untuk memecahkan masalah, serta

kemudian menyimpulkan fakta-fakta yang ada hubungannya dengan

masalah yang terjadi melalui pengamatan. Untuk melatih siswa agar

memiliki kreativitas yang tinggi dalam pendekatan STM di dalam semua

kegiatan perlu dilakukan aktivitas yang optimal dari semua siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM dapat

meningkatkan sikap siswa yang semula kurang baik menjadi lebih baik dan

dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap kegiatan masyarakat

sehari-hari seperti: (a) Tukang minuman yang sedang membuka tutup botol,

(b) Ayah yang sedang mencabut paku di dinding, (c) Tukang minyak tanah

yang sedang memindahkan drum besar dari bawah ka atas truk, dan (d)

Paman yang sedang memindahkan lemari yang besar dari ruang tamu ke

dalam kamar

KESIMPULAN

• Pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk,

proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan

pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan

kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari

rahasia gejala alam.

26
• Pembelajaran IPA masih didominasi oleh penggunaan metode

ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru. Aktivitas siswa

dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat

hal-hal yang dianggap penting

• Pembelajaran MIPA berdasarkan budaya adalah multiple

representations yang berarti hasil belajar siswa dinilai melalui

beragam tekhnik dan alat ukur, siswa pun mengekspresikan

keberhasilannya dalam berbagai bentuk.

• Pendidikan MIPA sangat berperan dalam kehidupan kita sehari hari,

baik itu dalam bidang tekhnologi maupun pada bidang yang lainnya

PENDIDIKAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat.

Filosofi pendidikan

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan
berlangsung seumur hidup.

Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan
oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi

27
dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka
sebelum kelahiran.

Bagi sebagian orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti


daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah
membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam --


sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun
pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan)


tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah.

Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan


dasar. EERER

Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah


yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Jalur pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk


mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan

Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-


sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang
pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
sampai pendidikan tinggi.

Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta


pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang

28
banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di
semua gereja.

Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan
belajar dan sebagainya. Program - program PNF yaitu Keaksaraan
fungsional (KF); Pendidikan Kesetaraan A, B, C; Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD); Magang; dan sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB,
BPPNFI, dan lain sebagainya.

Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan


berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan
bertanggung jawab.

Jenis pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan


tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Pendidikan umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang


mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya:
sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah
menengah atas (SMA).

Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang


mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah sekolah menengah kejuruan
(SMK)

Pendidikan akademik

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan


pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu.

Pendidikan profesi

29
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana
yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau
menjadi seorang professional

Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan


peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu
maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata
1)

Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan


tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan
yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran
agama dan /atau menjadi ahli ilmu agama.

Pendidikan khusus

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta


didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar
biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah
biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan
dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB)

Tingkatan pendidikan di Indonesia

Usia Kelas Lembaga pendidikan


3 KB
4 A Taman Kanak-kanak
5 B
6 1
7 2
8 3
Sekolah dasar
9 4
10 5
11 6
12 7
13 8 Sekolah menengah pertama
14 9

30
15 10
16 11 Sekolah menengah atas/Sekolah kejuruan
17 12
18
19
Akademi/Institut/Politeknik/Sekolah tinggi/Universitas
20
21

A. Konsep Dasar Pendidikan

Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing


anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 )
pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak,
sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan
yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah
segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani
yaitu ” pais ” yang artinya anak, dan ” again ” yang artinya membimbing.
Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan pedagogik
mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2)
ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar,
membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.

Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut


pembimbing atau ” pedagog”, dalam perkembangannya, istilah pendidikan
( pedagogy ) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada
anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam
dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup ( life
31
long education ), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu
pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada
pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan
pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang
dikemukan para ahli yaitu :

(1) Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991
).

(2) Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses
perbuatan untuk memperoleh pengetahuan ( McLeod, 1989 ).

(3) Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam


segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan
sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal ( Mudyahardjo, 2001:6 )

(4) Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai
dengan kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 )

(5) Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti


sekolah dan madrasah ) yang dipergunakan untuk menyempurnakan
perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan,
sikap, dan sebagainya ( Dictionary of Psychology, 1972 ).

(6) Dalam arti luas pendidikan melipuyi semua perbuatan dan usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya,
kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai

32
usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik
jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara
sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si
anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan
tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan
Harahap, 1981 ).

(7) Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan


kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau
daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan
kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.

(8) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara ( UUSPN No. 20 Tahun 2003 ).

1. Hakekat dan Teori Pendidikan

Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa sebuah teori berisi


konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai :

a. asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran


sebuah teori

b. definisi konotatif atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan


makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori.

Asumsi pokok pendidikan adalah :

33
a. pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-
kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan belajarnya;

b. pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai


hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dam

c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya


pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi
aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu
yang diharapkan.

Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti :

a. Sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu


mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke
generasi.

b. Antrophologik memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses


pemindahan budaya dari generasi ke generasi.

c. Psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu,


yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas
individu secar optimal. Psikologi menurut Woodward dan Maquis
( 1955 : 3 ) adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku
individu dalam keseluruhan ruang hidupnya.

d. Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman


modal insani ( human capital ) yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

e. Politik yang melihat pendidikan adalah proses menjadi warga negara


yang diharapkan ( civilisasi ) sebagai usaha pembinaan kader
bangsa yang tangguh.

34
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori
pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana
soyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah
tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan
disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari
praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif
memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada
hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik.

2. Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran

Pada dasarnya ”mengajar” adalah membantu ( mencoba


membantu ) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang
dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap
pendidikan orang yang belajar. Artinya mengajar pada hakekatnya suatu
proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada
disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa
belajar.Hal ini akan dapat terwujud jika dilakukan melalui proses
pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui :

1. Bimbingan yaitu pemberian bantuan,arahan,motivasi,nasihat dan


penyuluhan agar siswa mampu mengatasi,memecahkan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.

2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi


dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan
dengan peserta didik.

3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk


mengembangkan keterampilan tertentu.

35
Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang relevan bukanlah
antara pengajaran dengan pendidikan tetapi antara pengajaran sebagai
suatu profesi dengan pendidikan.

3. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber


penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan
menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.

B. Konsep dan Makna Belajar

1. Konsep Belajar.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan


dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit
maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar,
maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada
ranah-ranah :

a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan,


penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan


reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari
kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan
pembentukan pola hidup.

36
c. Sikomotorik yaitu kemepuan yang mengutamakan keterampilan
jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan
kreativitas.

Belajar Menurut Pandangan Skiner.

Belajar menurut pandanag B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses


adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif. Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal berikut :

1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,

2. Respon si belajar,

3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut,baik


konsekwensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.

Skinner menbagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni :

1. respondents response yaitu respon yang terjadi karena stimuli


khusus, perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului
respons yang ditimbulkannya.

2. operants conditioning dalam clasical condotioning menggambarkan


suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat
reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena situasi
random.

Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya adalah rangkaian


dari penguatan yang terdiri dari suatu peristiwa dimana prilaku terjadi,
perilaku itu sendiri, dan akibat perilaku.

37
Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne

Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang


kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas
disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif
yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri dari tiga komponen penting
yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar,
kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses
kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal,
keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.

Robert M. Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang


membentuk suatu hirarki dari paling sederhana sampai paling kompleks
yakni :

1. belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning) yang menimbulkan


perasaan tertentu, mengambil sikap tertentu,yang dapat
menimbulkan perasaan sedih atau senang.

2.belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-


Learning)dimana respon bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.

3. belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning)


mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan
keterampilan motorik.

4. belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association)


bersifat asosiatif tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah yang
menentukan.

5. belajar mebedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang


menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala.

38
6. belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang
menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat
tertentu pula pada berbagai objek.

7. belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara


mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian dalam
macam-macam aturan.

8. belajar memecahkan masalah (Problem Solving) menggunakan


aturan-aturan yang ada disertai proses analysis dan penyimpulan.

Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi dan proses untuk


mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang
menghasilkan suatu hasil belajar.

Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget
yaitu :

1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan pisik,


tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak.

2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon
yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau masalah yang
dihadapinya.

3. Fungsi, yaitu cara yanag digunakan organisme untuk membuat


kemajuan intelektual.

Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar dalam hal


ini dapat mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling
melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun
kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.

39
Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers

Menurut pendapat Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi) praktek


pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukuan pada siswa
yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan
dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.

Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang perlu


dilakukan oleh guru menurut Rogers adalah meliputi : guru memberi
kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur,
guru dan siswa membuat kontrak belajar, guru menggunakan metode
inquiri atau belajar menemukan (discovery learning), guru menggunakan
metode simulasi, guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa
mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain,
guru bertindak sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya guru
menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa
untuk timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono,
1999:17).

Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah


untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan,
mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan
tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai
hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi
anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya
sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.

Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom

Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau


taksonomi menurut Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga kawasan
(dominan) yaitu : domain kognitif mencakup kemampuan intelektual

40
mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang
disusun secara hirarki dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis
dan penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan
emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi
lima macam kemampuan emosional disusun secara hirarki yaitu
kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan
karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan
motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari :
gerakan repleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan
jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.

Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan


kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk
meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.

Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner

Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan


dalam tiga fase yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.Bruner
mengemukan empat tema pendidikan, tema pertama mengemukan
pentingnya arti struktur pengetahuan, tema kedua ialah tentang
kesiapan (readines) untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai intuisi
dalam proses pendidikan, tema keempat ialah tentang motivasi atau
keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru
untuk merangsang motivasi itu.

Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar


persoalan teknik pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan teori

41
belajar dokelas atau menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat
pada mata pelajaran.

2. Teori Belajar

Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar
menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori
behaviorisme dan teori cognitive gestalt-filed.

a. Teori Disiplin Mental

Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini


berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini
menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau
dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental
ialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan
berkembang secara alamiah.

Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan


pengembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan
suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis
fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun
yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori
apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-
gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.

b. Teori Behaviorisme

Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu : mengutamakan unsur-


unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau

42
respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang
mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang mengemukan tiga
prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil apabila
individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut,
belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar
akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang
baik.

Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan


oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses
belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara
aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit
kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan
suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik
secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui
apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan
penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat
positif atau negatif.

c. Teori Cognitive Gestalt-Filed

Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan


problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan
metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar
dengan pengertian bukan hafalan akademis.

Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah


tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak
terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu
situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

43
teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau
bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.

Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung


seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial,
sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti.
Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu
pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang
dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang
dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.

d. Makna dan Ciri Belajar

Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai proses orang


memperoleh berbagai kecakaapn, keterampilan dan sikap. Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang


spesifik antara lain : belajar menyebabkan perubahan pada aspek-
aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, belajar hanya
terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan
kegiatan yang bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar
menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan selusuh
tingkah laku secara integral, belajar adalah proses interaksi dan
belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang
kompleks.

e. Prinsip-prinsip Belajar

Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh para ahli


psikologi pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan

44
maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang
mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama
pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law
of exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat
dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil
belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.

Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran


sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara
yaitu : motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses
belajar mengajar, feedback, response, trial and error , transfer dalam
belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang
bersifat individual.

f. Syarat Agar Peserta Didik Berhasil Belajar

Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan


persyaratan sebagai berikut : kemampuan berpikir yang tinggi bagi
para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran,
bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang
diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu
bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan
ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan
diluar sekolah.

g. Cara Belajar yang Baik

Cara belajar baik secara umum yaitu : belajar secara efisien,


mampu membuat berbagai catatan, mampu membaca, siap belajar,
keterampilan belajar, memahami perbedaan belajar pada tingkatan
sekolah seperti SD, SMP, dan SMU, dukungan orang tua yang
paham akan perbedaan, status harga diri lebih kurang.

45
Menurut Rusyam cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar
adalah : menetapkan target belajar, menghindari saran dan kritik
yang negatif, menciptakan situasi belajar, menyelenggarakan
remedial program, dan memberi kesempatan agar peserta didik
memperoleh pengalaman yang sukses.

h. Strategi Mempelajari Buku Teks

Salah satu hal yang penting dalam belajar adalah membaca


buku teks yang berisi materi pelajaran.Kiat untuk memahami buku
teks disebut metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan
Review).Survey yaitu menjelajahi seluruh buku yang tersedia di
perpustakaan dan tempat lain yang berhubungan dengan mata
pelajaran. Dilanjutkan dengan question yaitu bertanya dalam
mengarahkan membaca kritis, kemudian membaca ialah melihat
tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis.
Kemudian dilakukan recite yaitu mengulang isi buku pelajaran yang
telah dipelajari (berkaitan dengan ide, pengertian, dan analysis)
sehingga mendapatkan ide-ide pokok dari buku tersebut. Sedangkan
review yaitu meninjau kembali seluruh bahan pelajaran yang telah
dipelajari secara menyeluruh. Dengan menggunakan metode SQ3R
dapat diharapkan lebih memuaskan dan dapat lebih memberikan
pemahaman yang luas tentang materi pelajaran yang terdapat dalam
buku tes tersebut.

46

Anda mungkin juga menyukai