Anda di halaman 1dari 83

BAB I

STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran

Istilah strategi yang pada awalnya digunakan dalam lingkungan militer,


sekarang ini dipakai dalam berbagai bidang esensi makna yang relatif sama. Istilah
strategi, menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999) berasal dari
kata strategos atau strategus (Yunani) yang mengandung makna Jenderal atau
dalam hal ini perwira negara (state officer) yang bertanggung jawab merencanakan
suatu strategi dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan. Dalam
bahasa Inggris, menurut Echols dan Hasan Shadily (2003) kata “strategy” berarti 1)
strategi, ilmu siasat (perang), 2) siasat, akal.

Secara spesifik, Shirley (1980) merumuskan pengertian strategi sebagai


keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan
untuk mencapai tujuan, sementara J. Salusu (1996) mengartikan strategi sebagai
suatu seni yang menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai
sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang
paling menguntungkan. Kedua pendapat tersebut meskipun formulasinya berbeda
tetapi kedua-duanya mengungkapkan bahwa konsep strategi terkait dengan upaya
pencapaian tujuan.

Dalam konteks pembelajaran, strategi diartikan oleh T. Raka Joni (1980)


yang mendefinisikan strategi belajar-mengajar sebagai pola umum perbuatan guru
siswa didalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar yang menunjuk kepada
karakteristik abstrak dari pada rentetan perbuatan guru-siswa tersebut. Pengertian
lain dikemukakan oleh Sudijarto (1990) yang mendefinisikan strategi belajar-
mengajar sebagai “upaya memilih, menyusun, dan memobilisasi segala cara,
sarana/prasarana dan tenaga untuk menciptakan sistem lingkungan untuk mencapai

1
2

perubahan perilaku optimal. Senada dengan Sujiarto, Moedjiono (1992/1993)


mengemukakan bahwa strategi belajar-mengajar memiliki dua dimensi yaitu
dimensi perancangan dan dimensi pelaksanaan. Strategi belajar mengajar pada
dimensi perancangan merupakan pemikiran dan pengupayaan secara strategis
untuk merumuskan, memilih dan/atau menetapkan aspek-aspek dari komponen
pembentuk sistem instruksional sehingga dapat konsisten antara aspek-aspek
tersebut… … strategi belajar mengajar pada dimensi pelaksanaan merupakan
pemikiran dan pengupayaan secara strategis dari seorang guru untuk memodifikasi
dan/atau menyelaraskan aspek-aspek pembentuk sistem instruksional (yang telah
ditentukan dalam dimensi perancangan sebelumnya) jika kondisi/suasana aktual di
kelas menghendakinya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa


konsep strategi pembelajaran mengandung makna yang multi dimensi dalam arti
dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:

1. Pada dimensi perancangan, strategi pembelajaran adalah “pemikiran dan


pengupayaan secara strategis dalam memilih, menyusun, memobilisasi, dan
mensinergikan segala cara, sarana/ prasarana, dan sumber daya untuk mencapai
tujuan pembelajaran”.
2. Pada dimensi pelaksanaan, strategi pembelajaran diartikan sebagai:
a. Keputusan bertindak secara strategis dalam memodifikasi dan menyelaraskan
komponen-komponen sistem instruksional (yang telah ditetapkan pada
dimensi perancangan) untuk lebih mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
b. Pola umum perbuatan guru siswa dalam perwujudan kegiatan belajar-
mengajar yang menunjuk pada karakteristik abstrak dari pada rentetan
perbuatan guru-siswa dalam peristiwa belajar-mengajar.

Latihan

2
3

Istilah strategi pembelajaran merupakan konsep yang multidimensi. Cobalah anda


rumuskan pengertian strategi pembelajaran Sosiologi dengan kalimat anda sendiri !

B. Klasifikasi Strategi Pembelajaran Secara Sederhana

Didalam meninjau klasifikasi strategi pembelajaran secara sederhana,


terdapat berbagai dasar klasifikasi yang dapat digunakan. Dasar klasifikasi adalah
kriteria atau titik tolak yang digunakan untuk mengelompokkan sesuatu.

Dasar-dasar klasifikasi tersebut, menurut T. Raka Joni (1984) dapat ditinjau

dari segi:

(1) pengaturan guru dan siswa,

(2) pengolahan pesan,

(3) struktur peristiwa belajar-mengajar, dan

(4) tujuan belajar.

Dari segi pengaturan guru dan siswa, klasifikasi dapat didasarkan atas

(a) pengaturan guru,

(b) hubungan guru-siswa, dan

(c) pengaturan siswa.

Dari segi pengaturan guru, dapat dibedakan atas (i) strategi pembelajaran
dengan/oleh seorang guru, dan (ii) strategi pembelajaran dengan/oleh team
teaching.

Dari segi hubungan guru-siswa, dapat dibedakan atas (i) strategi


pembelajaran tatap muka yaitu pembelajaran dimana guru dan siswa berada dalam
satu ruangan/ kelas dengan komunikasi/interaksi pembelajaran yang berlangsung
secara face-to-face communication, dan (ii) strategi pembelajaran jarak jauh yaitu
pembelajaran dimana guru dan siswa tidak berada dalam satu ruangan/kelas

3
4

sehingga komunikasi/interaksi pembelajaran berlangsung melalui penggunaan


media/teknologi pembelajaran sebagai perantara.

Selanjutnya dari segi pengaturan siswa, dapat dibedakan atas, (i) strategi
pembelajaran individual, yaitu pembelajaran yang diorganisir secara individual
dengan orientasi pemberian kesempatan kepada setiap siswa secara individual
untuk belajar sesuai kemampuan sendiri dengan tujuan untuk mengembangkan
potensi/kemampuan setiap individu secara optimal, (ii) strategi pembelajaran
kelompok kecil yaitu pembelajaran dimana siswa-siswa diorganisir dalam kelompok-
kelompok kecil, besarnya 4-7 orang untuk mendiskusikan dan/atau mengerjakan
topik/tugas-tugas yang diperhadapkan kepada siswa (besarnya sekitar 35-45 orang)
yang diasumsikan memiliki usia dan kemampuan yang relatif sama dikumpulkan
dalam satu kelas, kemudian diajar oleh seorang guru dengan menggunakan format
pembelajaran yang sama untuk seluruh murid dalam kelas.

Dari segi pengolahan pesan, klasifikasi dapat dibedakan atas (a) peranan
guru dan siswa dalam mengolah pesan, dan (b) proses pengolahan pesan. Dari segi
peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan, strategi pembelajaran dibedakan
atas (i) strategi ekspositorik dan (ii) strategi heuristic. Strategi ekspositorik
merupakan strategi pembelajaran yang lebih beriorentasi pada guru dalam arti
semua pesan pembelajaran (yang diharapkan untuk dikuasai oleh murid) telah
diolah dalam bentuk barang jadi oleh guru untuk selanjutnya disampaikan kepada
murid. Guru aktif memberi penjelasan atau informasi secara terperinci tentang
bahan pengajaran dengan tujuan utama memindahkan pengetahuan, ketrampilan,
dan nilai-nilai kepada siswa. Peran guru dalam strategi pembelajaran ekspositorik ini
adalah : penyusun program pembelajaran, pemberi informasi yang benar, penyedia
fasilitas, pembimbing siswa dalam memperoleh informasi/pesan, dan penilai
pemerolehan informasi, sementara siswa lebih berperan sebagai pencari/penerima

4
5

informasi/pesan belajar, pemakai media/sumber belajar, dan menyelesaikan tugas-


tugas yang diperhadapkan kepadanya.

Dalam hal itu, strategi heuristik merupakan strategi pembelajaran yang


menghendaki siswa untuk terlibat aktif dalam proses pengolahan pesan-pesan
belajar (tujuan pembelajaran). Strategi ini lebih berpusat pada siswa (student-
centre) dan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual, berfikir
kritis, dan memecahkan masalah dari para siswa. Dalam strategi heuristic, peranan
guru adalah: menciptakan suasana berfikir sehingga murid berani bereksplorasi
dalam penemuan dan pemecahan masalah, sebagai fasilitator dalam pembelajaran
dan penelitian, sebagai rekan diskusi siswa dalam klasifikasi dan pencarian alternatif
pemecahan masalah, dan sebagai pembimbing penelitian, pendorong keberanian
berfikir alternatif dalam pemecahan masalah, sementara peranan siswa adalah
mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah, pelaku aktif
dalam belajar melakukan penelitian. Penjelajah tentang masalah dan metode
pemecahan masalah, serta penemu pemecahan masalah.

Dari segi proses pengolahan pesan, strategi pembelajaran dibedakan


atas (i) strategi deduktif, dan strategi induktif.

Strategi deduktif adalah strategi pembelajaran dengan proses


pengolahan pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-
hal yang bersifat khusus. Pada garis besarnya, strategi pembelajaran deduktif
meliputi langkah-langkah (a) guru mengemukakan generalisasi, (b) penjelasan
konsep-konsep, dan (c) pencarian data yang dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini,
strategi induktif adalah strategi pembelajaran dengan proses pengolahan pesan
yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat khusus menuju ke hal-hal yang bersifat
umum. Langkah-langkah pembelajaran strategi induktif, pada garis besarnya terdiri
atas (a) pengajuan data/fakta atau peristiwa khusus, (b) penyusunan konsep
berdasarkan fakta-fakta, dan (c) penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-

5
6

konsep. Bila sudah ada teori yang benar pada umumnya dirumuskan hipotesis, (d)
terapan generalisasi pada data baru atau hipotesis, dan (e) penarikan kesimpulan
lanjut.

Dari segi struktur peristiwa belajar-mengajar, strategi pembelajaran


dibedakan atas (i) strategi yang bersifat tertutup, dan (ii) strategi yang bersifat
terbuka.

Pada strategi pembelajaran tertutup, semua komponen pembelajaran


seperti penentuan tujuan, materi/media/sumber-sumber belajar serta
prosedur/langkah-langkah pembelajaran yang akan ditempuh/dilaksanakan di kelas,
semuanya telah dirancang/dilakukan secara ketat oleh guru tanpa melibatkan siswa.

Dalam hal ini, pada strategi pembelajaran terbuka siswa diberi


peluang/kesempatan untuk memberikan urunan dalam merancang/menentukan
komponen-komponen pembelajaran termasuk dalam menentukan
prosedur/langkah-langkah pembelajaran sementara pembelajaran berlangsung.

Dari segi tujuan belajar, Robert Gagne (1984) mengelompokkan kondisi-


kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang
ingin dicapai. Dalam hal ini, Gagne mengemukakan adanya 5 jenis tujuan/hasil
belajar, yaitu:

(a) verbal information (informasi verbal) yaitu kemampuan untuk


menyatakan atau mengungkapkan kembali secara verbal pengetahuan ataukah
informasi yang telah dimilikinya dalam arti bahwa seseorang yang telah memiliki
pengetahuan tertentu berkemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu dalam
bentuk bahasa (baik lisan maupun tulisan yang memadai) sehingga dapat
dikomunikasikan kepada orang lain,

6
7

(b) intellectual skills (kecakapan intelektual) menunjuk kepada


kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam
bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol(huruf,
angka, kata, gambar). Cakupan dari kecakapan intelektual ini meliputi kecakapan
yang sangat sederhana sampai kepada kemampuan yang bersifat kompleks sesuai
kapasitas intelektual tang dimiliki seseorang. Kecakapan intelektual ini terdiri atas 4
sub kemampuan yang bersifat hierarkhi, yaitu: diskriminasi, konsep, kaidah, dan
prinsip.

(c) cognitive strategies (strategi kognitif) menunjuk pada kemampuan


mengatur cara/proses belajar dan mengelola/mengorganisir proses berfikir dalam
arti yang seluas-luasnya. Seseorang yang memiliki strategi kognitif yang baik akan
jauh lebih efisien dan efektif dalam mempergunakan semua konsep dan kaidah yang
dimilikinya dibandingkan dengan seseorang yang tidak berkemampuan demikian.
Strategi kognitif ini oleh Ruthkopf dinamakan “mathemagenic activities”, oleh
Skinner dinamakan “self management behavior”, dan oleh penganut teori
pemrosesan informasi dinamakan “executive control processes”,

(d) motor skills (keterampilan motorik) menunjuk kepada kemampuan


untuk melakukan rangkaian gerak-gerik jasmani yang dikemudikan oleh sistem saraf
disertai koordinasi yang memadai antara kerja otak dan proses psikologis yang
mengatur gerak itu dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara
berbagai anggota badan secara terpadu.

(e) attitudes (sikap dan nilai) menunjuk kepada kemampuan internal


yang sangat berperan dalam menentukan dan mengambil suatu tindakan lebih-lebih
bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak.

Masing-masing tujuan belajar tersebut mempersyaratkan strategi belajar


tertentu (yang oleh Gagne disebut kondisi-kondisi belajar ekstern) tertentu untuk

7
8

pencapaiannya. Sebagai contoh, untuk mencapai tujuan belajar keterampilan


motorik misalnya harus digunakan strategi pembelajaran yang relevan dengan
substansi dari belajar keterampilan motorik tersebut. Seperti latihan, sementara
untuk tujuan belajar attitudes (sikap dan nilai) memerlukan strategi belajar
pemodelan (modeling). Demikian juga dengan tujuan/hasil belajar yang lain.

Dengan demikian ditinjau dari segi tujuan belajar, strategi pembelajaran


dapat dibedakan atas strategi pembelajaran untuk pencapaian tujuan/hasil belajar
(a0 informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) ketrampilan
motorik, dan (e) sikap dan nilai.

Latihan

1. Kemukakan klasifikasi strategi pembelajaran ditinjau dari segi pengaturan


guru dan siswa disertai dengan penjelasan singkatnya masing-masing!
2. Bandingkan antara strategi pembelajaran deduktif dengan strategi
pembelajaran induktif dilihat dari sisi:
2.1. Proses pengolahan pesan,
2.2. Langkah-langkah/ tahap-tahap kegiatannya.
3. Jika anda sebagai guru ingin mengembangkan kemampuan siswa-siswa anda
untuk memecahkan masalah dan berfikir kritis, strategi pembelajaran apakah
yang seyogyanya anda gunakan? Jelaskan jawaban anda!

8
9

BAB II

METODE PEMBELAJARAN

A. Metode Pembelajaran yang Lebih Berpusat Pada Guru

1. Metode Ceramah

a. Pengertian dan tujuan metode ceramah

Menurut Sumantri dan Permana (1998/1999) metode ceramah adalah cara


mengajar yang paling populer dan banyak dilakukan oleh guru. Hal ini dikarenakan
metode ceramah mudah disajikan dan tidak banyak memerlukan media. Metode
ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan
secara lisan kepada siswa. Penggunaan metode ceramah sangat tergantung pada
kemampuan guru. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kemampuan
berbahasa, intonasi suara, penggunaan media dan variasi gaya mengajar lainnya
sangat menentukan keberhasilan metode ini.

Tujuan metode ceramah adalah menyampaikan materi pelajaran yang


bersifat informasi, yaitu konsep, pengertian, prinsip-prinsip yang banyak dan luas
serta hasil-hasil penemuan-penemuan baru yang belum terpublikasikan secara
meluas.

Secara lebih khusus tujuan metode ceramah adalah:

1. Menciptakan landasan pemikiran siswa agar dapat belajar melalui bahan


tertulis hasil ceramah guru.
2. Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan penting.
3. Merangsang siswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu
melalui pengayaan belajar.
4. Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara
gamblang teori dan prakteknya.

9
10

5. Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan
prosedur yang harus ditempuh siswa. Misalnya sebelum eksperimen siswa
diberi penjelasan tentang apa-apa yang harus dilakukan oleh siswa.
b. Alasan Penggunaan Metode Ceramah
1. Siswa benar-benar memerlukan penjelasan guru karena bahan baru atau
langkanya sumber pustaka, dan untuk menghindari kesalahpahaman.
2. Karena tidak ada buku sumber pelajaran yang tersedia.
3. Menghadapi siswa yang banyak jumlahnya, dan bila menggunakan metode
lain sukar diterapkan.
4. Menghemat waktu, biaya dan peralatan.
c. Kekuatan Metode Ceramah
1. Murah dalam arti efisien dilihat dari segi waktu, biaya dan tersedianya guru.
2. Mudah dalam arti materi dapat disesuaikan dengan terbatasnya waktu.
3. Meningkatkan daya dengar dan menumbuhkan minat belajar dari sumber
lain.
4. Memperoleh pengaturan, dalam arti guru memperoleh penghargaan,
kepuasan dan sikap percaya diri dari siswa yang diajar jika siswa
memperhatikannya dan kelihatan senang karena mengajarnya guru baik.
5. Ceramah dapat memberikan wawasan yang luas karena guru dapat
menambah dan mengkaitkan dengan sumber dan materi lain dalam
kehidupan sehari-hari.

d. Kelemahan Metode Ceramah

1. Siswa dapat menjadi jenuh terutama kalau guru tidak pandai menjelaskan.
2. Dapat menimbulkan verbalisme pada siswa.
3. Materi ceramah terbatas pada yang diingat guru.
4. Bagi siswa yang ketetrampilan mendengarkannya kurang akan dirugikan.
5. Siswa dijejali dengan konsep yang belum tentu dapat diingat terus.

10
11

6. Informasi tang disampaikan mudah usang dan ketinggalan zaman.


7. Tidak merangsang berkembangnya kreatifitas siswa.
8. Terjadi interaksi satu arah yaitu dari guru kepada siswa.

e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Ceramah


1. Selang-selinglah ceramah dengan pertanyaan.
2. Gunakan alat peraga baik langsung maupun tiruan, serta lakukan
demonstrasi untuk meragakan konsep yang anda kemukakan.
3. Ciptakan interaksi yang bervariasi antara guru-siswa, siswa-guru, siswa-
siswa.
4. Lakukan gaya mengajar yang bervariasi supaya siswa tidak bosan.

d. Langkah- Langkah Pelaksanaan Metode Ceramah

Kegiatan Persiapan

1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.


2. Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
3. Mempersiapkan alat bantu. Alat bantu ini dapat mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Disamping itu alat bantu
juga dapat membantu meningkatkan kualitas ceramah.

Kegiatan Pelaksanaan

1. Kegiatan Pembukaan.
a. Apersepsi yaitu menanyakan kembali pelajaran yang lalu.
b. Motivasi yaitu suatu anekdot yang berusaha mengaitkan peristiwa dalam
kehidupan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.
c. Menyampaikan tujuan atau pokok-pokok materi yang akan diajarkan.
2. Kegiatan Inti Pelajaran, Yaitu kegiatan penyampaian materi pembelajaran
melalui informasi lisan. Agar ceramah guru berkualitas maka guru harus

11
12

dapat menarik perhatian siswa agar tetap terarah pada materi yang sedang
disampaikan. Untuk menjaga perhatian siswa, guru perlu melakukan hal-hal
berikut:
a. Menjaga kontak pandang dengan siswa secara terus menerus.
b. Gunakan bahasa yang komunikatif agar mudah dimengerti siswa.
c. Sajikan materi secara sistematis.
d. Tanggapi respon siswa dengan segera dan secara antusias.
e. Jagalah suasana kelas agar tetap kondusif dan menggairahkan untuk
belajar.
f. Selang-selinglah ceramah anda dengan pertanyaan-pertanyaan/tanya
jawab.

Kegiatan Mengakhiri Kelas

1. Membimbing siswa membuat rangkuman materi.


2. Melakukan evaluasi formatif.
3. Melakukan tindak lanjut.

Latihan 1

Jelaskan cara mengatasi kelemahan metode ceramah sehingga metode itu tidak
membosankan dan tidak menimbulkan verbalisme pada peserta!

2. Metode Tanya Jawab

a. Pengertian dan Tujuan.

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui


interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar
diperoleh jawaban keputusan materi melalui jawaban lisan guru atau siswa. Dalam
metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif. Siswa dituntut untuk aktif
agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru. Rasa ingin tahu siswa harus

12
13

ditumbuh-suburkan agar ia menjadi manusia yang kreatif. Untuk itu guru harus
menguasai ketrampilan bertanya dan juga harus mempunyai semangat yang tinggi
didalam menciptakan situasi yang kondusif bagi terlaksananya tanya jawab yang
mendidik. Adapun tujuan metode tanya jawab adalah:

1. Untuk mengetahui siswa terhadap materi pelajaran.


2. Mendorong siswa berani mengajukan pertanyaan kepada guru tentang
masalah yang belum dipahami.
3. Menimbulkan kompetisi belajar yang sehat, dimana siswa yang aktif dan
dapat menjawab pertanyaan guru atau siswa lain dengan baik akan lebih
percaya diri dan akan terus berusaha untuk lebih baik lagi, dan siswa yang
belum aktif atau tidak dapat menjawab pertanyaan guru atau siswa lainnya
dapat mempersiapkan diri lebih baik lagi dalam kesempatan lain.
4. Melatih siswa untuk berfikir dan berbicara secara sistematis dan sistemik
berdasarkan pemikiran yang orisinal.
5. Dengan metode tanya jawab siswa diarahkan agar mengerti, memahami dan
berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan dapat dicapai
dengan baik.
b. Alasan Menggunakan Metode Tanya Jawab
1. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap permasalahan yang sedang
dibicarakan sehingga timbul partisipasi aktif dan aktifitas mental yang tinggi.
2. Menimbulkan pola fikir reflektif, sistematis, kreatif dan kritis.
3. Mewujudkan cara belajar siswa aktif.
4. Melatih dan memberanikan siswa untuk belajar mengekspresikan
kemampuan lisan.
5. Memberi kesempatan siswa menggunakan pengetahuan yang telah
dimilikinya.
c. Kekuatan Metode Tanya Jawab
1. Dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.

13
14

2. Mengetahui kedudukan atau kualitas siswa dalam belajar di kelas.


3. Dapat merangsang siswa menggunakan daya fikir dan nalarnya.
4. Menimbulkan keberanian dalam mengemukakan jawaban.

d. Keterbatasan Metode Tanya Jawab

1. Pada kelas yang jumlah siswanya besar pertanyaan dapat disebarkan ke


seluruh siswa sehingga siswa tidak memiliki kesempatan yang sama untuk
menjawab ataupun bertanya.
2. Siswa yang tidak aktif tidak memperhatikan, bahkan tidak terlibat secara
mental.
3. Sering guru tidak memiliki ketrampilan bertanya yang memadai sehingga
tujuan pelajaran tidak tercapai.
4. Menimbulkan rasa rendah diri pada siswa yang tidak memiliki keberanian
menjawab atau bertanya.
5. Dapat membuang-buang waktu bila siswa tidak responsif terhadap
pertanyaan.
d. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Tanya Jawab
1. Jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh lebih dari 40 orang siswa, agar
pertanyaan guru dapat dijawab oleh sebagian besar siswa.
2. Siswa yang tidak aktif harus diminta mengulangi jawaban siswa yang benar,
jika siswa dapat mengulangi jawaban temannya tadi dengan benar, maka dia
harus diberi penguatan positif agar ia tertarik dan ikut aktif.
3. Guru harus terampil dalam mengemukakan pertanyaan.
4. Pertanyaan-pertanyaan harus disusun mulai dari yang mudah sampai
dengan yang sukar agar siswa yang kurang pintar dapat pula menjawab
pertanyaan.
e. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Tanya Jawab

Kegiatan Persiapan

14
15

1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah pembelajaran


berakhir.
2. Siapkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
3. Siapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan.

Kegiatan Pelaksanaan

1. Kegiatan pembukaan

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memotivasi siswa.

b. Mengajukan tujuan: pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Kegiatan Inti Pelajaran

Kegiatan ini dilakukan melalui metode tanya jawab


dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi pelajaran seperti


yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Gunakan ketrampilan-ketrampilan bertanya dasar dan lanjut seperti
memberi acuan, pemusatan, menggilir, menyebarkan, memberi
waktu berfikir, memberi tuntunan, mengajukan pertanyaan
melacak dan sebagainya.
c. Jangan lupa memberi penguatan yang dapat menjawab pertanyaan
uru dan menghindari pemberian penguatan negatif bagi siswa yang
tidak dapat menjawab pertanyaan atau yang jawabannya salah.
d. Beri tuntunan siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan guru
atau bagi siswa yang jawabannya salah. Jika siswa tidak dapat
menjawab pertanyaan alihkan ke beberapa siswa lain sampai
diperoleh jawaban yang benar. Siswa yang menjawab salah diminta
mengulangi jawaban yang benar dan diberi penguatan yang benar.

15
16

Jika tidak ada satupun siswa yang menjawab dengan benar, maka
guru harus menjawab dan memberi penjelasan.
e. Jika ada siswa yang bertanya lemparkan pertanyaan itu pada siswa
lain untuk menjawabnya, jangan terburu-buru guru sendiri yang
menjawab pertanyaan itu.
f. Pertanyaan guru yang shahih (analisis, sintesis dan evaluasi) beri
kesempatan siswa mendiskusikan dengan teman sebangkunya
untuk memperoleh jawaban yang benar.
g. Setiap pokok bahasan yang selesai dipertanyankan guru meminta
siswa untuk membuat kesimpulannya.
Kegiatan Mengakhiri Tanya Jawab
a. Guru membimbing siswa membuat rangkuman melalui tuntunan
atau pertanyaan-pertanyaan pelacak.
b. Guru melakukan evaluasi.
c. Guru memberi tugas untuk mempelajari materi pelajaran di rumah
untuk makin menguasai materi tersebut.

Latihan 2

Jelaskan keunggulan dan kelemahan dari metode tanya-jawab!

3. Metode Demonstrasi

a. Pengertian dan Tujuan

Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan


bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu
yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan
yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik
bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode Demonstrasi biasanya berkenaan

16
17

dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya: proses


mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara
dengan cara lain, atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu. Metode
demonstrasi digunakan dengan tujuan:

1. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.
2. Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
3. Mengembangkan kemampuan pengamatan para siswa secara bersama-
sama.
b. Alasan Penggunaan metode Demonstrasi
Guru menggunakan metode demonstrasi apabila:
1. Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan konkrit.
2. Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan
peragaan berupa demonstrasi.
3. Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah
dalam auditif dan motorik, ataupun sebaliknya.
4. Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja.
5. Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase
operasional konkrit.
c. Kekuatan Metode Demonstrasi
1. Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi
verbalisme.
2. Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang
didemonstrasikan itu.

3. Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya


mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

4. Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri.

17
18

d. Kelemahan Metode Demonstrasi


1. Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik.
2. Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, situasi
yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.
3. Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan
metode ceramah dan tanya jawab.
4. Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang
matang.
e. Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Demonstrasi
1. Guru harus terampil melakukan demonstrasi.
2. Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk
demonstrasi.
3. Mengatur waktu sebaik mungkin.
4. Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi

Kegiatan Persiapan

1.Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.


2.Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
3.Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan
untuk mempermudah penguasaan materi yang telah disiapkan.
4.Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan peralatan
yang diperlukan.
Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi
Kegiatan Pembukaan
1. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat
memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru.

18
19

2. Tanyakan pelajaran sebelumnya.


3. Timbulkan motivasi siswa dengan mengemukakan anekdot atau kasus di
masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas.
4. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga tugas-tugas
apa yang harus dilakukan disamping dalam demonstrasi nanti.
Kegiatan Inti Pembelajaran
1. Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan.
2. Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus dikuasai dari
demonstrasi sehingga siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan
sebaik-baiknya.
3. Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang menegangkan.
4. Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti proses
demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan komentar-
komentar.
Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran
1. Meminta siswa merangkum pokok-pokok atau langkah-langkah kegiatan
demonstrasi.
2. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang
belum dipahami.
3. Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi bersama
tentang jalannya proses demonstrasi.
4. Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugas-tugas
mendalami materi yang baru diajarkan.

Latihan 3.

Jelaskan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran metode demonstrasi!

19
20

4. Metode Diskusi

a. Pengertian dan tujuan.

Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan


bahwa metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan
pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan
alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dalam
percakapan itu para pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan
yaitu masalah yang ingin dicarikan alternatif pemecahannya. Dalam diskusi ini guru
berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat mendelegasikan tugas sebagai
pemimpin itu kepada siswa, walaupun demikian guru masih harus mengawasi
pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh siswa itu. Pengdelegasian itu terjadi kalau
siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi. Pemimpin diskusi
harus mengorganisir kelompok yang dipimpinnya agar setiap anggota diskusi dapat
berpartisipasi secara aktif.

Adapun tujuan metode Diskusi ini adalah:

1. Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematik


yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan.
2. Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat.
3. Mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda.
4. Melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, ketrampilan
berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan menyimpulkan
pendapat.
5. Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.

b. Alasan Penggunaan Metode Diskusi

1. Topik bahasan bersifat problematic.

20
21

2. Merangsang peserta untuk terlibat secara aktif dalam perdebatan ilmiah.

3. Melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan terbuka.

4. Mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta berjiwa besar.

5. Peserta didik memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah yang


dijadikan topik diskusi.

6. Peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat-pendapat tentang


masalah yang akan didiskusikan.
7. Masalah yang didiskusikan akan berhubungan dengan persoalan-persoalan
yang lain pula.

b. Kelebihan Metode Diskusi


1. Siswa dapat menguasai materi pelajaran secara bersama-sama.
2. Merangsang siswa untuk lebih kreatif menyumbangkan gagasan dan ide-
ide.
3. Melatih siswa membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan.
4. Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.
c. Kelemahan Metode Diskusi
1. Sering diskusi dikuasai oleh dua atau tiga orang siswa yang pandai bicara.
2. Pembahasan dalam diskusi cenderung meluas, sehingga hasilnya kabur.
3. Diskusi memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga tidak sesuai
dengan jadwal pelajaran yang ada.
4. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional
sehingga menimbulkan ketersinggungan antar siswa yang menyebabkan
terganggunya iklim pembelajaran.
5. Kadang-kadang guru tidak menguasai cara menyelenggarakan diskusi
sehingga diskusi cenderung menjadi tanya jawab.

21
22

d. Cara Mengatasi Kelemahan Diskusi


1. Masalah yang didiskusikan harus cukup sulit dan menarik perhatian siswa
karena berkaitan dengan kehidupan mereka.
2. Guru harus menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi. Ia harus
membagi-bagi pertanyaan dan memberi petunjuk tentang jalannya
diskusi.
3. Tempat duduk harus diatur melingkar atau berbentuk tapal kuda supaya
peserta diskusi dapat saling berhadapan sehingga terjadi komunikasi yang
lancar.
4. Setiap siswa peserta diskusi harus memahami masalah yang harus
didiskusikan, untuk itu guru sebagai pemimpin diskusi harus terlebih
dahulu menjelaskan masalah yang akan didiskusikan dan garis besar arah
dan tujuan yang ingin dicapai.

e. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Diskusi


1) Kegiatan Persiapan
a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi.
b. Mengidentifikasi masalah yang cukup sulit yang berupa problematik
sehingga memerlukan diskusi untuk memecahkannya.
c. Memilih jenis diskusi yang cocok apakah itu diskusi kelas, diskusi
kelompok kecil, symposium, atau diskusi panel tergantung pada tujuan
yang ingin dicapai misalnya: apabila tujuan diskusi suatu persoalan, aka
dipilih jenis diskusi kelompok kecil, sedang jika tujuannya untuk
mengembangkan gagasan siswa maka symposium dianggap sebagai
jenis diskusi yang tepat.

2) Kegiatan Pelaksanaan Metode Diskusi

Kegiatan Pembukaan

22
23

a. Menanyakan materi pelajaran yang pernah diajarkan (apersepsi).


b. Mengemukakan permasalahan yang ada di masyarakat yang ad
kaitannya dengan masalah yang akan didiskusikan.
c. Mengemukakan tujuan diskusi serta tata cara yang harus dalam diskusi.

Kegiatan Inti Pembelajaran

a. Guru mengemukakan materi pelajaran hakekat permasalahan tersebut.


b. Guru berusaha memusatkan perhatian peserta diskusi dengan cara
antara lain: mengingatkan arah diskusi yang sebenarnya, mengakui
kebenaran gagasan siswa dengan menggalang bagian penting yang
telah diucapkan siswa, merangkum hasil pembicaraan pada tahap
tertentu sebelum berpindah pada masalah berikutnya.
c. Memperjelas uraian pendapat siswa karena ide yang disampaikan
kurang jelas sehingga sukar dimengerti oleh anggota diskusi.
d. Menganalisis pandangan siswa karena terjadi perbedaan pendapat
antar anggota diskusi dengan jalan meneliti apakah alasan siswa
tersebut mempunyai dasar yang kuat, memperjelas hal-hal yang
disepakati.
e. Meningkatkan uraian pendapat siswa dengan jalan mengajukan
pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berfikir, memberi
komentar positif terhadap pendapat siswa, mendengarkan dengan
penuh perhatian, dan sikap yang bersahabat.
f. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi agar pembicaraan tidak
didominasi oleh beberapa orang siswa yang enggan berpartisipasi,
memberi giliran pada siswa yang pendiam, meminta siswa
mengomentari pendapat temannya, dan menengahi pendapat yang
sama kuat.

Kegiatan Penutup

23
24

a. Meminta siswa atau wakil kelompok melaporkan hasil diskusi.


b. Meminta siswa/kelompok lain mengomentari dan melengkapi rumusan
hasil diskusi.
c. Memberi tugas untuk memperdalam hasil diskusi.

Latihan 4

Jelaskan bagaimana peranan guru dalam memimpin diskusi!

5. Metode Simulasi

a. Pengertian dan tujuan Metode Simulasi.

Abimanyu dan Purwanto (1980), Sumantri dan Permana (1998/1999)


menyatakan bahwa metode pembelajaran digunakan untuk menirukan keadaan
sebenarnya kedalam situasi buatan, misalnya seorang guru mensimulasikan
bagaimana cara melompat tinggi dengan gaya panggung atau bagaimana seorang
penatar P4 mensimulasikan kehidupan masyarakat Pancasila, dimana setiap peserta
penataran ada yang berperan sebagai lurah/RW/RT dan anggota masyarakat yang
kesemuanya berperan secara sungguh-sungguh seperti yang dialami dalam
kehidupan sosial di kelurahan itu.

Dengan demikian simulasi adalah suatu usaha pembelajaran untuk


memperoleh pemahaman akan hakekat suatu konsep atau prinsip, atau sesuatu
ketrampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan.
Melalui simulasi itu siswa akan mampu menghadapi kenyataan yang mungkin terjadi
secara lebih efektif dan efisien.

Tujuan digunakan metode simulasi adalah sebagai berikut:

Tujuan langsung

24
25

1. Untuk melatih ketrampilan tertentu baik yang bersifat profesional maupun


kehidupan sehari-hari.
2. Untuk memperoleh pemahaman tentang konsep atau prinsip.
3. Untuk latihan memecahkan masalah.
Tujuan tidak langsung
1. Untuk meningkatkan aktifitas belajar dengan melibatkan siswa dalam
mempelajari situasi yang hampir sama dengan kejadian sebenarnya.
2. Untuk meningkatkan motivasi belajar, karena simulasi sangat menarik dan
menyenangkan siswa.
3. Melatih siswa bekerja sama dalam kelompok.
4. Mengembangkan daya kreatif siswa.
5. Melatih siswa untuk memahami dan menghargai pendapat orang lain.

b. Alasan Penggunaan Metode Simulasi


1. Simulasi dapat menunjang pelaksanaan dalam melatih ketrampilan dalam
mengajar yang sangat diperlukan bagi terbentuknya guru-guru yang
profesional.
2. Simulasi merupakan salah satu metode yang memungkinkan siswa aktif
belajar menghayati, memahami dan memperoleh keterampilan tertentu
tanpa memerlukan obyek atau situasi yang sebenarnya yang umumnya
susah didapatkan.
3. Metode simulasi memungkinkan terpadunya teori dan praktek, konten dan
metode, sebab dengan simulasi teori atau konten yang baru diajarkan dapat
segera dipraktekkan, sehingga konsep yang diperoleh dan ketrampilan yang
dimiliki menjadi sangat kuat tertanam dalam diri siswa.
4. Melalui metode simulasi memungkinkan siswa belajar dengan pemahaman
bukan belajar secara mekanis.

25
26

5. Dengan metode simulasi dimungkinkan pelibatan alat-alat indra siswa


secara optimal, sehingga pencapaian tujuan pelajaran akan lebih efektif dan
bermakna.

c. Kekuatan Metode Simulasi


1. Menciptakan kegairahan siswa untuk belajar.
2. Mengembangkan daya cipta siswa.
3. Siswa dapat menguasai keterampilan atau konsep-konsep tertentu melalui
simulasi.
4. Mengembangkan rasa percaya diri dan perasaan positif.
5. Melalui simulasi kegiatan pembelajaran dapat berlangsung walaupun tidak
dalam situasi dan obyek yang sebenarnya.
6. Melalui simulasi siswa dibantu memahami hal-hal yang abstrak melalui
kegiatan nyata, walaupun dalam bentuk tiruan.

d. Kelemahan Metode Simulasi


1. Pengetahuan dan keterampilan yang disimulasikan tidak selalu sepenuhnya
sama dengan kenyataan di lapangan.
2. Simulasi memerlukan kreatifitas yang tinggi dari guru dan siswa yang
kadang-kadang sukar dipenuhi.
3. Perlu pemahaman siswa tentang materi dan peranannya serta fasilitas
pendukung yang tidak selalu mudah terpenuhi.
4. Simulasi sebagai metode pembelajaran dapat melenceng tujuannya menjadi
alat hiburan.
5. Rasa malu, ragu-ragu dan tidak menguasai materi akan menyebabkan
simulasi tidak mencapai tujuan.
6. Sering guru tidak melakukan diskusi balikan setelah selesai pelaksanaan
simulasi, sehingga kurang bermanfaat bagi siswa lainnya.

26
27

e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Simulasi


1. Perlu pengkajian yang cermat tentang pengetahuan dan ketrampilan yang
akan disimulasikan agar sesuai dengan kenyataan lapangan.
2. Guru perlu menyiapkan materi dan scenario simulasi sebelum simulasi
dilaksanakan.
3. Guru perlu menjelaskan kepada siswa bahwa simulasi ini adalah latihan
keterampilan tertentu bukan suatu hiburan karena siswa dalam tahap
evaluasi mereka akan ditanya pengetahuan dan ketrampilan yang
disimulasikan itu.
4. Setelah simulasi berakhir harus dilakukan diskusi balikan yang melibatkan
semua siswa agar siswa yang tidak melakukan simulasi ikut memahami hasil
simulasi itu.
5. Siswa yang akan memegang peranan dalam simulasi perlu latihan yang
memadai sebelum melakukan simulasi agar tidak terjadi keragu-raguan, rasa
malu dan tidak menguasai materi.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Simulasi

Kegiatan Persiapan

1. Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa.


2. Memilih materi dan topik yang akan disimulasikan.
3. Menyiapkan garis besar scenario pelaksanaan simulasi.
4. Guru memberi penjelasan kepada siswa tentang garis besar materi, tujuan
dan situasi yang akan disimulasikan.
5. Guru mengorganisasikan pembentukan kelompok, peranan-peranan yang
akan ada, pengaturan ruangan, pengaturan materi, pengaturan alat yang
akan digunakan dan sebagainya.
6. Menawarkan kepada siswa tentang siapa yang akan memegang peran dalam
simulasi.

27
28

7. Guru memberi penjelasan kepada siswa dan para pemegang peran tentang
hal-hal yang harus dilakukan.
8. Guru memberi kesempatan bertanya.
9. Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok dan para pemegang peran
untuk menyiapkan diri.
10. Guru menetapkan alokasi waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
simulasi.

Kegiatan Pelaksanaan

1. Kegiatan Pembukaan
a. Menanyakan materi pelajaran yang lalu.
b. Membuat cerita anecdote yang ada kaitannya dengan pelajaran yang
akan diajarkan.
c. Menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dilakukan dengan simulasi.
2. Kegiatan Inti
Setelah segala sesuatunya siap, maka simulasi dimulai:
a. Siswa yang tidak memainkan peran akan bertindak selaku
pengamat/observer. Mereka dibekali panduan observasi untuk
merekam peranan yang dimainkan oleh para pelaku simulasi.
b. Para pemegang peran melakukan simulasi sesuai dengan scenario atau
pedoman umum yang telah dibuat oleh guru atau yang telah disiapkan
oleh para pemegang peran.
c. Guru membantu mensupervisi, dan memberi sugesti demi kelancaran
pelaksanaan simulasi.
d. Memberi kesempatan pada para pengamat untuk menyampaikan kritik,
dan laporan hasil pengamatannya.
e. Memberi kesempatan kepada para pemegang peran untuk memberikan
klarifikasi.

28
29

3. Kegiatan Menutup Simulasi


a. Guru meminta siswa membuat kesimpulan-kesimpulan dan
rangkuman.
b. Guru melakukan evaluasi.
c. Jika berdasarkan hasil evaluasi ternyata simulasi yang dilakukan tidak
mencapai tujuan, maka para pemegang peran diminta mengulang lagi
simulasi dengan memperhatikan masukan dari para observer, atau
guru dapat menunjuk siswa lain untuk melaksanakan simulasi ulang
tersebut.

Latihan 5

Jelaskan mengapa simulasi digunakan sebagai metode pembelajaran di sekolah?

6. Metode Pemberian Tugas

a. Pengertian dan tujuan.

Sagala (2006) mengemukakan bahwa metode pemberian tugas adalah cara


penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas itu ilaporkan
kepada guru.

Tujuan penggunaan metode pemberian tugas adalah:

1. Untuk memperdalam bahan ajar yang ada.


2. Untuk mengecek penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari.
3. Untuk membuat siswa aktif belajar, baik secara individu maupun kelompok.

b. Alasan Penggunaan Metode Pemberian Tugas


1. Siswa diaktifkan baik secara mental maupun fisik dalam menguasai materi
pelajaran.

29
30

2. Siswa akan lebih mudah menguasai materi pelajaran dan siswa diperluas
pengetahuannya tentang materi pelajaran tersebut.
3. Siswa dibiasakan tidak cepat puas dengan apa yang dipelajari dari materi
ajar yang telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap ingin tahu dan haus
ilmu pengetahuan.
4. Siswa akan termotivasi belajar dan dilatih problem solving.

c. Kekuatan Metode Pemberian Tugas


1. Pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, dan lebih otentik.
2. Melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan
berdiri sendiri.
3. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya atau
memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari.
4. Siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri.
5. Metode ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan siswa
belajar.
d. Kelemahan Metode Pemberian Tugas
1. Bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau mereka hanya
meniru pekerjaan orang lain.
2. Ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak
memperoleh hasil belajar apa-apa.
3. Jika tugas yang diberikan siswa terlalu berat dapat menimbulkan stress pada
siswa.
4. Ada kalanya guru memberi tugas tanpa menyebutkan sumbernya, akibatnya
siswa sulit untuk menyelesaikannya.
e. Langkah-langkah Penggunaan Metode Pemberian Tugas.
Kegiatan Persiapan
a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

30
31

b. Menyiapkan pokok-pokok materi pembelajaran untuk mencapai tujuan


pembelajaran yang telah ditetapkan.
c. Menyiapkan tugas-tugas kegiatan yang akan diberikan kepada siswa.

Kegiatan Pelaksanaan

Kegiatan Pembukaan

a. Mengajukan pertanyaan Apersepsi.


b. Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita yang ada di masyarakat
yang ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan.
c. Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan Inti Pelajaran

a. Guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan


diajarkan.
b. Guru menjelaskan rincian tugas dan cara mengerjakannya.
c. Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk penyelesaian tugas,
antaranya adalah menggunakan lembar kegiatan siswa.
d. Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan selama jam pelajaran yang
ada, maka guru meminta siswa melaporkan hasil penyelesaian tugasnya.
e. Guru memeriksa hasil penyelesaian tugas siswa.
f. Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan di rumah, maka siswa
diberi tahu kapan hasil tugas itu harus diserahkan pada guru untuk
diperiksa oleh guru.

Latihan 6

Jika anda mengajar dengan menggunakan metode pemberian tugas kegiatan inti
pelajaran, apa saja yang harus anda lakukan?

31
32

B. Metode Pembelajaran yang Lebih Berpusat Kepada Siswa.

1. Metode Kerja Kelompok

Sagala (2006) mengatakan bahwa metode kerja kelompok adalah cara


pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok, dimana
setiap kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari
materi pelajaran yang harus dikerjakan secara bersama-sama.

Pada umumnya materi pelajaran yang harus dikerjakan secara bersama-sama


dalam kelompok itu diberikan atau disiapkan oleh guru. Materi itu harus cukup
kompleks isinya dan cukup luas ruang lingkupnya sehingga dapat dibagi-bagi
menjadi bagian yang cukup memadai bagi setiap kelompok. Materi hendaknya
membutuhkan bahan dan informasi dari berbagai sumber untuk pemecahannya.
Masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan membaca satu sumber saja tentu
tidak cocok untuk ditangani melalui kerja kelompok. Kelompok dapat dibentuk
berdasarkan perbedaan individual dalam kemampuan belajar, perbedaan bakat dan
minat belajar, jenis kegiatan, materi pelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan tugas yang harus diselesaikan, siswa dapat dibagi atas kelompok paralel
yaitu setiap kelompok menyelesaikan tugas yang sama, dan kelompok
komplementer dimana setiap kelompok berbeda-beda tugas yang harus
diselesaikan. Metode belajar kelompok yang digunakan dalam suatu strategi
pembelajaran bertujuan untuk:

1. Memecahkan masalah pembelajaran melalui proses kelompok.


2. Mengembangkan kemampuan bekerja sama di dalam kelompok.
a. Alasan Penggunaan Metode Kerja Kelompok
1. Kerja kelompok dapat mengembangkan perilaku gotong royong dan
demokratis.
2. Kerja kelompok dapat memacu siswa aktif belajar.

32
33

3. Kerja kelompok tidak membosankan siswa melakukan kegiatan belajar


diluar kelas bahkan diluar sekolah yang bervariasi, seperti observasi,
wawancara, cari buku di perpustakaan umum dan sebagainya.
b. Kekuatan Metode Kerja Kelompok
1. Membiasakan siswa bekerja sama, musyawarah dan bertanggung jawab.
2. Menimbulkan kompetisi yang sehat antar kelompok, sehingga
membangkitkan kemauan belajar yang sungguh-sungguh.
3. Guru dipermudah tugasnya karena tugas kerja kelompok cukup
disampaikan kepada para ketua kelompok.
4. Ketua kelompok dilatih menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, dan
anggotanya dibiasakan patuh pada aturan yang ada.

c. Kelemahan Metode Kerja Kelompok


1. Sulit membentuk kelompok yang homogen baik segi minat, bakat, prestasi
maupun Intelegensi.
2. Pemimpin kelompok sering sukar untuk memberikan pengertian kepada
anggota, menjelaskan, dan pembagian kerja.
3. Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan
pemimpin kelompok.
4. Dalam menyelesaikan tugas, sering menyimpang dari rencana karena
kurang kontrol dari pemimpin kelompok atau guru.
5. Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja
kelompok yang komplementer.
d. Cara Mengatasi Kelemahan Metode kerja Kelompok
1. Mengkaji lebih dulu materi pelajaran dengan cermat, lalu buat garis besar
rincian tugasnya untuk setiap kelompok agar bobot tugas tersebut sama
beratnya.

33
34

2. Adakan tes sosiometri dan hasilnya digunakan untuk pembentukan


kelompok yang mereka kehendaki.
3. Bimbingan dan pengawasan kepada setiap kelompok harus dilakukan terus
menerus.
4. Jumlah anggota dalam satu kelompok jangan terlalu banyak.
5. Motivasi yang diberikan jangan sampai menimbulkan persaingan antar
kelompok yang kurang sehat.
e. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Kerja Kelompok

Kegiatan Persiapan.

1. Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.


2. Menyiapkan materi pembelajaran an menjabarkan materi tersebut kedalam
tugas-tugas kelompok.
3. Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadi dasar kegiatan kerja
kelompok.
4. Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat memulai dan
mengakhiri, dan tata tertib lainnya.
Kegiatan Pelaksanaan
Kegiatan Membuka Pelajaran
a. Melaksanakan Apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran
sebelumnya.
b. Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada kaitannya
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
c. Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan
dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

Kegiatan Inti Pelajaran

a. Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari.

34
35

b. Membentuk kelompok.
c. Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok atau
langsung kepada semua siswa.
d. Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan
mengakhiri kegiatan kerja kelompok.
e. Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama siswa
melakukan kerja kelompok.
f. Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok, pemberian
balikan dari kelompok lain atau dari guru.

Kegiatan Mengakhiri Pelajaran

a. Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui kerja
kelompok.
b. Melakukan evaluasi hasil dan proses.
c. Melaksanakan tindak lanjut baik berupa mengajari ulang materi yang
belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi siswa yang
telah menguasai materi tersebut.

Latihan 1

Karena alasan apa anda memilih metode kerja kelompok dalam pembelajaran?

2. Metode Karya Wisata

a. Pengertian dan Tujuan

Sagala (2006) menyatakan bahwa karya wisata atau studi wisata sebagai
metode pembelajaran adalah siswa dibawah bimbingan guru mengunjungi tempat-
tempat tertentu dengan maksud untuk mempelajari obyek belajar yang ada di
tempat itu.

35
36

Lalu, apa perbedaannya dengan tamasya? Tamasya berbeda dengan karya


wisata dalam hal bahwa bepergian orang ke suatu tempat itu dengan maksud untuk
mencari hiburan.

Rusyan (dalam Sagala, 2006) menyatakan walaupun karya wisata banyak


unsur non akademisnya, tetapi tujuan pendidikan dapat pula tercapai terutama
mengenai wawasan dan pengalaman tentang dunia luar seperti tempat yang
memiliki situs bersejarah, musium, peternakan, atau pertanian (argo wisata), dan
sebagainya. Tetapi kalau karya wisata itu sengaja disiapkan sebagai metode
pembelajaran maka unsur akademiknya harus menonjol. Tujuan pembelajaran harus
dirumuskan secara jelas, materi pembelajaran yang akan dipelajari harus ditulis
berupa tugas yang harus diperoleh melalui observasi atau wawancara dengan nara
sumber yang ada ditempat wisata itu, dan ketika akan kembali atau setelah sampai
di sekolah guru harus mengevaluasi hasil belajar yang baru mereka kerjakan melalui
karya wisata itu. Dengan demikian tujuan karya wisata sebagai metode
pembelajaran adalah untuk:

1. Mengkaji materi pembelajaran tertentu sebagaimana direncanakan dalam


kurikulum/silabus. Misalnya untuk mempelajari cara beternak sapi perah
dan pengolahan susunya, maka siswa diajak berkarya wisata e peternakan
sapi perah.
2. Melengkapi materi pelajaran yang tertulis di buku tanah, ai, dan
penghargaan terhadap pahlawan serta pemimpin yang berjasa dimasa
silam.
3. Memupuk rasa cinta lingkungan, daerah, tanah air, dan penghargaan
terhadap pahlawan serta pemimpin yang berjasa dimasa lalu.
b. Alasan Penggunaan Metode karya Wisata
1. Memvariasikan penggunaan metode pembelajaran agar siswa termotivasi
belajar.

36
37

2. Dengan karya wisata siswa berkembang rasa kebersamaannya, tanggung


jawabnya, kerja samanya dan toleransinya.
3. Penguasaan materi yang dipelajari akan lebih cepat dikuasai dan lama
diingat.
4. Karena keunggulan dan tujuan karya wisata sebagai metode pembelajaran
sebagaimana dikemukakan alam naskah ini.
c. Keunggulan Metode Karya Wisata
1. siswa dapat belajar langsung di lapangan sehingga pengetahuan yang
diperoleh nyata, hidup, bermakna dan komprehensif.
2. Siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan
tentang materi yang dipelajari dengan melihat, mendengar, mencoba dan
membuktikan sendiri secara langsung.
3. Motivasi dan minat belajar siswa tinggi. Siswa senang belajar melalui karya
wisata.
4. Guru diperingan tugasnya dalam menyampaikan materi pelajaran, karena
materi disampaikan oleh nara sumber atau observasi langsung oleh siswa
sendiri.
5. Siswa aktif belajar melalui observasi, wawancara, percobaan, menggolong-
golongkan dan sebagainya.
d. Kelemahan
1. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
2. Memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi kalau dilaksanakan terlalu
sering dan jauh dari sekolah, sehingga dapat mengganggu jadwal pelajaran.
3. Memerlukan biaya yang relatif tinggi.
4. Memerlukan pengawasan yang ketat agar siswa fokus kepada tugasnya.
5. Laporan hasil karya wisata biasanya diserahkan tidak tepat waktu.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Karya Wisata
1. Rumuskan tujuan secara jelas dan konkrit.

37
38

2. Tentukan secara jelas tugas-tugas yang harus dilakukan sewaktu karya


wisata dan sesudah karya wisata.
3. Bentuk panitia pelaksanaan karya wisata yang bertugas menyiapkan semua
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan karya wisata.
4. Pilih waktu libur untuk pelaksanaan karya wisata.
5. Rencanakan pembiayaan jauh sebelum karya wisata itu dilaksanakan. Bila
mungkin masukkan rencana pembiayaan itu dalam DUK (Daftar Usulan
Kegiatan) anggaran sekolah.
6. Buat tat tertib pelaksanaan karya wisata secara jelas dan dikomunikasikan
secepatnya kepada siswa.
f. Langkah- langkah Pelaksanaan Metode Karya Wisata
Kegiatan Persiapan
1. Merumuskan tujuan pembelajaran.
2. Menyiapkan materi pelajaran yang sesuai silabus/kurikulum yang ada.
3. Melakukan studi awal ke lokasi sasaran karya wisata.
4. Menyiapkan scenario pelaksanaan karya wisata.
5. Menyiapkan tat tertib pelaksanaan karya wisata.

Kegiatan Pelaksanaan Karya Wisata

Kegiatan Pembukaan

Kegiatan pembukaan ini dilaksanakan disekolah sebelum berangkat ke lokasi


karya wisata sebelum turun ke lapangan. Kegiatan pembukaan ini meliputi:

a. Meningkatnya kembali pelajaran yang pernah diberikan melalui Apersepsi.


b. Memotivasi siswa dengan membuat kaitan materi pelajaran yang akan
dipelajari dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat atau
melalui pertanyaan-pertanyaan.

38
39

c. Mengemukakan tujuan pelajaran yang akan dipelajari dan kegiatan-


kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pelajaran tersebut
selama karya wisata.
d. Mengemukakan tata tertib selama karya wisata.
Kegiatan Inti

Kegiatan inti pelajaran ini dilakukan selama karya wisata:

a. Melakukan observasi terhadap obyek sasaran belajar, lalu


mendiskripsikannya dalam
bentuk kalimat, mengambil gambarnya, dan sebagainya.
b. Mewawancarai nara sumber dan mencatat informasi yang disampaikan
secara lisan oleh nara sumber.
c. Mengumpulkan leaflet atau booklet yang ada.
d. Sesuai dengan scenario yang disiapkan guru, dapat diselenggarakan
seminar atau diskusi dengan nara sumber, penguasa/pejabat yang relevan.
Kegiatan Penutup

Kegiatan mengakhiri karya wisata ini dapat dilakukan ketika masih berada di
lokasi wisata atau setelah kembali ke sekolah, kegiatannya meliputi:

a. Menyuruh siswa melaporkan hasil karya wisata dan membuat rangkuman.


b. Melakukan evaluasi proses dan hasil karya wisata.
c. Melakukan tindak lanjut berupa tugas yang sifatnya memperkaya hasil
karya wisata.

Latihan 2

Buatlah persiapan mengajar dengan menggunakan karya wisata sebagai metode


pembelajarannya.

39
40

3. Metode Penemuan (Discovery)

a. Pengertian dan Tujuan

Apa yang dimaksud dengan metode penemuan (discovery)? Sebelum


menjawab pertanyaan tersebut perlu dipahami dengan jelas istilah yang saling
dipertukarkan. Penemuan (discovery) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan
penyelidikan (inquiry).

Sund (dalam Kartawisastra, 1980) berpendapat bahwa penemuan adalah


proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.
Sedangkan inquiry (inkuiri) menurut Sund meliputi juga penemuan. Dengan kata
lain, inkuiri adalah perluasan proses penemuan yang digunakan lebih mendalam.
Artinya proses inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya,
misalnya: merumuskan masalah, merancang eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Akhirnya Sund
berpendapat bahwa penggunaan metode penemuan bak untuk siswa kelas rendah,
sedangkan inkuiri baik untuk kelas tinggi.

Dengan demikian penemuan diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang


mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi obyek, melakukan
percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode penemuan
mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA) berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.

Tujuan penggunaan metode penemuan antara lain:

1. Untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan


tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Untuk mengaktifkan siswa belajar (CBSA) sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajaran.

40
41

3. Untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak


bosan.
4. Agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan memecahkan
sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya setia dan tahan lama
dalam ingatan, dan tidak mudah dilupakan.

b. Alasan Penggunaan Metode Penemuan.

1. Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.

2. Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betul-


betul dikuasai, dan mudah digunakan/ditransfer dalam situasi lain

4. Siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna
dalam kehidupannya.
5. Siswa dibiasakan berfikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang
akan distransfer dalam kehidupan masyarakat.
c. Kebaikan Metode Penemuan
1. Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh.
3. Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
4. Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
5. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya
sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
6. Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau
fasilitator.
d. Kelemahan
1. Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang
pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan frustasi.

41
42

2. Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru
untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.
3. Dalam pelajaran tertentu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk
mencoba ide-ide mungkin terbatas.
4. Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian,
sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
5. Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berfikir kreatif kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru,
begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Penemuan
1. Bentuklah kelompok-kelompok kecil, yang anggotanya terdiri dari siswa
pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa yang pandai bisa membimbing
siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan kelas besar dalam
penggunaan metode ini dapat diatasi.
2. Metode penemuan untuk IPA dapat pula dilakukan di luar kelas sehingga
tidak memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal.
3. Mulailah dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah terbiasa
dengan metode ini maka gunakanlah metode penemuan bebas, agar siswa
benar-benar dapat berkembang berfikir relatifnya.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan
Kegiatan Persiapan
a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa (need assessment).
b. Merumuskan tujuan pembelajaran.
c. Menyiapkan problem (materi pelajaran yang akan dipecahkan).
d. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Kegiatan Pelaksanaan
Kegiatan Pembukaan
a. Melakukan Apersepsi.

42
43

b. Memotivasi siswa dengan cerita situasi dilingkungan sekitarnya yang


ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.
c. Mengemukakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

Kegiatan Inti

a. Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan


penemuan.
b. Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan/pemecahan
problema yang telah ditetapkan.
c. Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan untuk
menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.
d. Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa.
e. Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika diperlukan.
f. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
g. Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan.
h. Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya.

Kegiatan Penutup

a. Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya.


b. Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.
c. Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan
ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan
tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan
baik.

Latihan

Jelaskan pengertian dan kelebihan metode penemuan!

43
44

4. Metode Pembelajaran Unit

a. Pengertian dan Tujuan.

Taredja, dkk. (1980), dan Sumantri dan Permana (2006) menyatakan bahwa
metode pengajaran unit adalah suatu cara pembelajaran dimana siswa dan guru
mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang dipelajari
melalui berbagai segi yang berhubungan, sehingga pemecahannya secara
keseluruhan dan bermakna. Pengajaran unit ini sekarang dinamakan pembelajaran
terpadu.

Menurut Sumantri dan Permana (1998/1999) terdapat beberapa jenis


keterpaduan dalam pembelajaran terpadu: (1) keterpaduan antara dua atau lebih
masalah, konsep, keterampilan, tugas, atau ide-ide lain dalam satu bidang studi, (2)
keterpaduan beberapa topik atau sub tema dalam berbagai bidang studi (model
jaring laba-laba/webbed model) dan (3) lintas bidang studi yaitu pemecahan
masalah yang melibatkan adanya prioritas kurikuler dan menemukan pengetahuan
atau konsep, keterampilan dan sikap yang tumpang tindih dari beberapa bidang
studi. Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan tujuan metode
pembelajaran unit sebagai berikut:

1. Melatih siswa berfikir komprehensif dengan cara mengkaji dan


memecahkan masalah dari berbagai disiplin ilmu atau aspek.
2. Melatih siswa menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah
dalam pemecahan masalah.
3. Membentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu dan
menghargai pendapat orang lain.
4. Melatih siswa agar memiliki kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan dan memimpin suatu kegiatan.
5. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi.

44
45

b. Alasan Penggunaan Metode Pembelajaran Unit


1. Dalam kurikulum terdapat keterkaitan antara satu topik lain, atau antara
bidang studi satu dengan bidang studi lainnya dalam suatu pemecahan
masalah, sehingga perlu ada satu metode yang dapat menciptakan
kesatuannya.
2. Dapat memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari
berbagai disiplin ilmu.
3. Dapat melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Kekuatan Metode Pembelajaran Unit
1. Siswa dapat belajar secara keseluruhan (utuh). Semua atau beberapa mata
pelajaran dipadu jadi satu dalam satu masalah. Dengan demikian ilmu-ilmu
yang ada dihayati secara utuh.
2. Pelajaran menjadi lebih berarti. Kalau pada pelajaran tradisional semua
siswa harus melakukan apa yang diajarkan seperti apa adanya, maka dalam
pembelajaran terpadu, siswa belajar sesuai minat, bakat dan tingkat
perkembangannya. Karena itu siswa belajar lebih bermakna.
3. Situasi kelas lebih demokratis. Hal ini dimungkinkan karena prinsip dari
pembelajaran terpadu adalah perencanaan bersama, dilaksanakan oleh
siswa, guru hanya sebagai pembimbing. Karena itu suasana belajar menjadi
lebih demokratis.
4. Digunakannya asas-asas didaktik secara lebih wajar. Asas-asas didaktik
seperti peragaan, minat, kerja kelompok, kerjasama, kerja sendiri, dan
sebagainya benar-benar dimanfaatkan.
5. Digunakannya prinsip-prinsip psikologi belajar modern, seperti minat anak
berhubungan pengalamannya, anak mempersepsi lingkungannya secara
keseluruhan tidak terpisah-pisah, anak yang sehat selalu aktif bergerak
melakukan sesuatu, dan siswa SD perkembangan kognitifnya masih ada

45
46

pada phase operasional konkrit. Dalam pembelajaran terpadu ini semua


diakomodasikan.
d. Kelemahan
1. Memilih pokok masalah yang akan dijadikan unit bukan suatu pekerjaan
yang mudah.
2. Melaksanakan pembelajaran unit menuntut kecakapan tersendiri,
sedangkan guru belum semuanya mampu menyelenggarakannya.
3. Memerlukan ketekunan, pekerjaan dan waktu yang lebih banyak.
4. Karena melibatkan banyak siswa maka dimungkinkan memerlukan biaya
yang lebih banyak.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1. Kesulitan dalam memilih pokok masalah dapat diatasi dengan cara
membentuk tim atau panitia. Melalui rapat tim atau panitia yang terdiri
dari beberapa guru dapat dirumuskan masalah yang hangat dan relevan
dengan kurikulum dan tingkat perkembangan siswa.
2. Kesulitan guru karena dalam pembelajaran unit diperlukan banyak waktu
yang luang dan dilaksanakan secara block waktu (tak ada kegiatan lain
selain pembelajaran unit).
3. Masalah biaya dapat diatasi dengan memasukkan biaya pembelajaran unit
ke DUK sekolah atau sumber lain yang halal.
4. Masalah kedangkalan pelajaran dapat diatasi dengan perencanaan yang
matang jangan asal-asalan saja.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Unit
Kegiatan Persiapan
a. Menjelaskan kepada siswa cara melaksanakan pembelajaran dengan
metode unit.
b. Guru bersama siswa menetapkan pokok masalah yang akan dijadikan
unit. Pokok masalah itu hendaknya sesuai dengan minat dan latar

46
47

belakang siswa, sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa, dan


sesuai dengan ketersediaan sumber baik buku, para ahli maupun
instansi.
c. Guru dan siswa menetapkan aspek-aspek pokok masalah dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang ikut serta pada pemecahan pokok
masalah tersebut.
d. Guru bersama siswa menetapkan tujuan yang akan dicapai.
e. Guru dan siswa menetapkan kelompok-kelompok kerja dan tugas-
tugasnya. Biasanya jumlah kelompok disesuaikan dengan banyaknya
aspek masalah/unit.
f. Guru dan siswa menetapkan organisasi kelas: ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan sebagainya. Organisasi ini yang
akan mengelola penyelesaian kegiatan unit.
g. Guru dan siswa menetapkan jadwal kegiatan, sasaran, target dan tata
tertib yang harus dipatuhi selama pembelajaran unit ini.
kegiatan Pelaksanaan
kegiatan Persiapan
a. guru menanyakan materi pelajaran sebelumnya.
b. Guru berceritera tentang kehidupan di masyarakat yang berkaitan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan melalui pembelajaran
unit.
c. Guru mengingatkan kembali tentang TIK yang telah dirumuskan dan
bagaimana penyelesaiannya oleh kelompok.
Kegiatan Inti
a. Para siswa mengatur tempat mereka belajar/bekerja, apakah tempat
belajar itu didalam kelas maupun di luar kelas.
b. Mempelajari sesuatu sesuai dengan tugas masing-masing, misalnya:
melakukan percobaan-percobaan, mengerjakan soal-soal, menggambar,

47
48

mempelajari nyanyian, mengunjungi tempat-tempat yang telah


direncanakan, mengikuti ceramah dari nara sumber, dan sebagainya.
c. Dalam rangka penyelesaian tugas, siswa mengadakan diskusi, mengatur
bahan, dan berkomunikasi dengan kelompok lain.
d. Menyiapkan laporan kelompok untuk disajikan pada laporan kelompok
sewaktu diadakan Pleno.
e. Laporan kelompok yaitu laporan lisan dan tertulis yang dilakukan oleh
setiap kelompok dalam sidang Pleno, sehingga semua siswa dapat
belajar dari kelompok lain.
f. Pameran. Setelah laporan kelompok selesai, kegiatan berikutnya adalah
melakukan pameran. Yang dipamerkan adalah semua yang telah
dihasilkan oleh kelompok.

Kegiatan Penutup
a. Guru meminta siswa merangkum hasil belajar melalui kegiatan dalam
metode pembelajaran unit.
b. Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pelaksanaan
pembelajaran melalui metode pembelajaran unit.
c. Tindak lanjut, yaitu menjelaskan kembali materi pelajaran yang belum
dikuasai siswa dan menugasi untuk memperdalam penguasaan materi
pelajaran melalui penugasan rumah (PR).

5. Metode Pengajaran dengan Modul

a. Pengertian dan Tujuan.

Russel (dalam Mainuddin dan Gunawan, 1980) menyatakan bahwa modul


adalah suatu paket pembelajaran yang membicarakan satu satuan konsep tunggal
mata pelajaran. Hal ini dalam usaha untuk mengindividualisasikan belajar dengan

48
49

memberi kemampuan siswa menguasai satu unit isi sebelum pindah ke unit yang
lain. Metode pembelajaran dengan modul merupakan salah satu bentuk dari bentu-
bentuk belajar mandiri. Russel (dalam Mainuddin dan Gunawan, 1980)
mengemukakan 8 karakteristik umum modul, yaitu:

1. Self contained, atau self instructional packages. Modul itu merupakan


satuan paket bahan pelajaran yang lengkap untuk belajar sendiri.
2. Memperhitungkan perbedaan individu. Siswa bebas menentukan sendiri
proses belajarnya.
3. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara eksplisit dan spesifik dalam
perumusan tingkah laku yang bisa diukur.
4. Adanya asosiasi, struktur dan urutan yang disajikan. Ide-ide dasar disajikan
lebih dulu.
5. Pemakaian bermacam-macam media.
6. Partisipasi aktif siswa. Siswa belajar sendiri dari modul.
7. Reinforcement langsung. Dalam modul, reinforcement segera didapat
setelah siswa menunjukkan respon yang disetujui.

Metode pembelajaran dengan modul bertujuan:


1. Agar siswa aktif belajar mandiri.
2. Agar siswa terbiasa mengontrol kecepatan dan mengevaluasi belajarnya
sendiri.
3. Memberi reinforcement secepatnya setelah siswa selesai mengerjakan
materi modul dengan memperbolehkan pindah ke modul berikutnya.
Penguatan ini memotivasi siswa untuk mengulang kembali perbuatan
belajarnya yang baik itu.
4. Melatih disiplin, taat peraturan dan petunjuk yang ada, serta melatih
kebiasaan mengoreksi diri sendiri dan kejujuran.
b. Alasan Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Modul

49
50

1. Siswa dapat belajar lebih aktif dan mandiri (CBSA).


2. Siswa dapat menyesuaikan diri dengan keunikan cara belajarnya masing-
masing.
3. Siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan perbedaan
kemampuan, potensi dan kecepatan belajar masing-masing.
4. Dimungkinkan untuk mendukung modul digunakan multi media, seperti:
audio visual, internet, web, dan sebagainya sehingga perbedaan-
perbedaan dan keunikan individu dapat diakomodasi.
5. Dengan metode pembelajaran dengan modul mutu proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.
6. Dapat mengatasi kekurangan guru, dan mengatasi persoalan jauhnya
tempat tinggal siswa dari kampus.
c. Kekuatan Metode Pembelajaran dengan Modul
1. Ratio guru dan siswa dapat ditingkatkan menjadi sekitar 1 : 200, padahal
dengan sistem biasa ratio tersebut adalah 1 : 40.
2. Siswa aktif belajar secara mandiri.
3. Meningkatkan kualitas hasil belajar, karena siswa yang belum mencapai
mastery learning 80% harus mengkaji ulang materi modul dan tes.
4. Siswa termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh untuk segera
menyelesaikan modul yang ditargetkan.
d. kelemahan
1. Ikatan kelas renggang, belajar bersama berkurang, padahal motivasi belajar
dipengaruhi pula oleh kebersamaan.
2. Aspek estetis dan etis kurang diperhatikan.
3. Kesulitan dalam menulis modul. Modul yang baik menuntut keahlian,
keterampilan dan pengalaman.

50
51

4. Pembelajaran dengan modul umumnya kurang memperhatikan aspek


perasaan. Manusia dianggap sebagai mesin yang reaktif terhadap stimulus
(modul) yang disajikan padanya.
5. Cenderung untuk membuat materi yang banyak dalam modul, sehingga
memberatkan siswa.
6. Modul menuntut siswa pintar membaca dengan pemahaman, hal ini
menjadi hambatan bagi siswa yang kurang terampil membaca.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1. Perlu dibuat modul yang penguasaanya dilakukan melalui diskusi atau kerja
kelompok.
2. Modul harus disusun oleh orang yang selain ahli dibidang mata kuliah juga
berpengalaman dalam menulis modul.
3. Materi harus disusun berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai yang telah
dirumuskan dalam silabus mata kuliah.
4. Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa baku, yaitu Bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Di samping itu tingkat kesukaran bahasa perlu
disesuaikan dengan umur dan pengetahuan siswa.
f. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Modul
Kegiatan Persiapan
a. Guru menyiapkan modul yang akan dipelajari oleh siswa dan berbagai
media pendukungnya.
b. Guru membaca modul yang akan diajarkan agar isi modul dikuasai
sehingga kalau nanti ada siswa bertanya dapat memberi penjelasan.
Disamping itu guru juga perlu menyiapkan pertanyaan Apersepsi.
Kegiatan Pelaksanaan
Kegiatan Pembukaan
a. Guru menanyakan isi materi modul yang telah diselesaikan (Apersepsi).
b. Membangkitkan motivasi belajar siswa.

51
52

c. Membacakan tujuan pembelajaran yang ada dalam modul, begitu pula


halnya dengan petunjuk cara pengerjaan modul.
Kegiatan Inti
a. Guru meminta siswa menyiapkan dan mempelajari modul.
b. Guru mengawasi kegiatan belajar siswa.
c. Guru sebagai fasilitator membantu siswa memecahkan kesulitan belajar,
pengarah diskusi (jika diperlukan), dan sebagainya.
d. Menentukan langkah selanjutnya setelah siswa menyelesaikan modulnya,
misalnya memberi modul pengayaan bagi siswa yang telah mencapai
belajar tuntas 80%, dan mem
e. inta siswa mempelajari lagi modul jika hasil tes formatif kurang dari 80%.
Kegiatan Penutup
a. Siswa membuat rangkuman pokok-pokok materi yang dipelajari dari
modul.
b. Evaluasi telah dilaksanakan sewaktu mempelajari modul. Karena itu guru
tidak melakukan evaluasi lagi.
c. Tindak lanjut, berupa PR atau membuat rangkuman dari buku yang
dibacanya.

52
53

BAB III

PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN

A. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL)

1. Pengertian

CTL adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa
memahami makna yang ada pada bahan ajar yang mereka pelajari dengan
menghubungkan pelajaran dalam konteks kehidupan sehari-harinya dengan konteks
kehidupan pribadi, sosial dan kultural. Untuk mencapai tujuan ini, sistem ini
mencakup 8 komponen: membuat hubungan yang bermakna, melahirkan kegiatan
yang signifikan, belajar sendiri dengan teratur, kolaborasi, berfikir kritis dan kreatif,
mencapai standar tinggi, dan menggunakan penilaian otentik (Johnson, 2003).

Contextual Teaching and Learning adalah suatu konsep mengajar dan belajar
yang membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya
dengan situasi nyata yang dapat memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan
pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sebagai anggota
keluarga bahkan sebagai anggota masyarakat dimana dia hidup (US Department of
Education, 2001).

Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang situasi an isinya


khusus dan memberi kesempatan siswa dapat melakukan pemecahan masalah,
latihan dan tugas secara riil dan otentik. (Universitas Negeri Malang).

2. Penerapan Dalam Pembelajaran

Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna


yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran

53
54

guru. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual


menekankan pada hal-hal sebagaiberikut:

a. Belajar berbasis masalah (Problem-Based Learning), yaitu suatu pendekatan


pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks
bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari
materi pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk
pemecahan masalah yang mengintegrasikan ketrampilan dan konsep dari
berbagai isi materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan
informasi yang berkaitan dengan pertanyaan, mensintesa, dan
mempresentasikan penemuannya kepada orang lain. (Moffat, 2001 dalam
Depdiknas, 2002).
b. Pengajaran autentik (Authentic Instruction), yaitu pendekatan pengajran
yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Ia
mengembangkan ketrampilan berfikir dan pemecahan masalah yang penting
di dalam konteks kehidupan nyata.
c. Belajar berbasis inquiri (Inquiry-Based Learning), yang membutuhkan strategi
pengajaran yang mengikuti metodologi sains yang menyediakan kesempatan
untuk pembelajaran bermakna.
d. Belajr berbasis proyek/tugas terstruktur (Project-Based Learning). Yang
membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif dimana
lingkungan belajar siswa (kelas) desain agar siswa melakukan penyelidikan
terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik
mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini
memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk
(membentuk) pembelajarannya, dan mengkulminasikannya dalam produk
nyata (Buck Institute for Education, 2001 dalam Depdiknas, 2002).

54
55

e. Belajar berbasis kerja (Work-Based Learning) yang memerlukan suatu


pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks
tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan
bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di dalam tempat kerja.
Jadi dalam hal ini tempat kerja atau sejenisnya dan berbagai aktivitas
dipadukan dengan materi pelajran untuk kepentingan siswa.
f. Belajar jasa-layanan (Service Learning), yang memerlukan penggunaan
metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa-layanan masyarakat
dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan
tersebut. Dengan demikian pendekatan ini menekankan hubungan antara
pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain
pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru
yang diperlukan dan berbagi ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan di
dalam masyarakat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya
(Mc. Pherson, 2001 dalam Depdiknas, 2002).
g. Belajar kooperatif (Cooperatif Learning), yang memerlukan pendekatan
pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama
dalam memaksimalkan kondisi belajr dalam mencapai tujuan belajar.

Penilaian otentik
Kontruktivis

Refleksi Bertanya
CTL

Pemodelan Inkuiri
Komunitas Belajar

55
56

2. Ciri-ciri Contextual Teaching and Learning (CTL)

 Bermakna
 Hubungan kelas dengan dunia nyata
 Berfikir tingkat tinggi, pengembangan
 Kritis, kreatif
 Inkuiri, bertanya
 Komunikasi, kolaborasi
 Penilaian otentik
 Refleksi
 Model
 Masyarakat belajar

2. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Afektif dan Menyenangkan (PAKEM)

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Afektif dan Menyenangkan (PAKEM/joyful Learning)


meliputi:

1. Multi Metode, Multi Media


2. Praktek dan Bekerja dalam Tim
3. Memanfaatkan Lingkungan Sekitar
4. Di Dalam dan di Luar Kelas
5. Multi Aspek (logika, praktika, etika).

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Afektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah model


pembelajaran yang beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif
membangun makna/pemahaman dari informasi dan pengalaman si pembelajar.
Menurut Siswono (2004), PAKEM bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan
belajar yang lebih melengkapi peserta didik dengan keterampilan-keterampilan,

56
57

pengetahuan dan sikap bagi kehidupan kelak. PAKEM dapat ditinjau dari segi guru
maupun siswa.

Aktif diartikan siswa maupun guru berinteraksi untuk menunjang pembelajaran.


Guru mampu menciptakan suasana yang meningkatkan keaktifan siswa untuk
bertanya, memberikan tanggapan, mengungkapkan ide, atau mendemonstrasikan
gagasan/idenya. Guru aktif memantau kegiatan belajar peserta didik, memberi
umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan mempertanyakan
gagasan siswa. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif akan mendorong
kreativitas siswa bak dalam belajar maupun memecahkan masalah.

Kreatif diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar dan
membuat alat bantu belajar. Guru dapat menciptakan teknik-teknik mengajar
tertentu sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi pembelajaran.
Siswa akan kreatif bila diberi kesempatan merancang/membuat sesuatu, menuliskan
ide atau gagasan.

Efektif yang diartikan ketercapaian suatu tujuan (kompetensi) merupakan


pijakan utama suatu rancangan pembelajaran. Pembelajaran yang tampaknya aktif
dan menyenangkan tetapi tidak efektif akan tampak hanya sekedar permainan
belaka.

Menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar mengajar yang “hidup”,


semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, ekspresif, dan mendorong pemusatan
perhatian siswa terhadap belajar. Agar dapat menyenangkan maka diperlukan
afirmasi (penguatan/penegasan), memberi pengakuan dan merayakan kerja keras
siswa. Perayaan dapat diwujudkan dalam bentuk tepuk tangan, poster umum,
catatan pribadi atau saling menghargai. Kegiatan belajar yang aktif, kreatif dan
menyenangkan harus tetap bersandar pada tujuan atau kompetensi yang akan
dicapai.

57
58

Komponen Utama dalam PAKEM :

Kurikulum Dan
Perangkatnya

Sarana dan Standarisasi


Prasarana Pakem mutu
Pembelajaran yang pendidikan
mengarah pas secara
Penilaian berkelanjutan
SDM berkelanjutan menghadapi
tuntutan lokal,
nasional dan
internasional
Manajemen

C. Model pembelajaran.

Model pembelajaran trdiri atas dua macam yakni: model pembelajaran


langsung (direct instruction) dan model pembelajaran kooperatif (cooferative
learning).

1. Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)


a. Pengertian pembelajaran langsung

Model pengajaran langsung dirancang agar siswa dapat mempelajari


pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural secara terstruktur dan
bertahap. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu.

Pengajaran langsung merupakan model yang berpusat pada guru yang


menekankan (menggunakan) penjelasan guru dan pemodelan yang dikombinasikan
dengan praktek (latihan) dan umpan balik untuk mengajarkan konsep-konsep dan
keterampilan-keterampilan.

58
59

b. Langkah- langkah Pengajaran Langsung


1. Pengajaran beriorentasi pada guru
2. Ceramah
3. Pertanyaan-pertanyaan
4. Praktek/latihan
5. Demonstrasi, dll.

c. Fase-fase Direct Instruction

1. Menyampaikan tujuan
2. Menyampaikan informasi/ Demonstrasi
3. Menyediakan latihan
4. Mengevaluasi/ Refleksi
5. Latihan mandiri
2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
 Positive Interdependence
 Face to face interaction
 Individual accountability
 Collaborative skill/ Social skill
 Group processing
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Slavin (1997:284) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan


pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk bekerja sama dalam suatu
kelompok kecil. Siswa saling membantu dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Sedangkan Johnson (1994:4) menyatakan bahwa kooperatif berarti bekerja


sama untuk mencapai suatu tujuan. Dalam situasi belajar kooperatif terdapat saling
ketergantungan positif diantara siswa. Siswa mempunyai tanggung jawab terhadap

59
60

pencapaian tujuan berupa penguasaan materi baik untuk dirinya sendiri maupun
untuk teman dalam kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif menekankan interaksi dan kerja sama tim. Tidak


hanya satu orang anggota kelompok yang dianggap pandai saja yang menyelesaikan
tugas sementara anggota lain diam menunggu, atau siswa duduk secara
berkelompok tetapi masing-masing mengerjakan tugas secara individu. Seringkali
siswa akan lebih muda menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
apabila didiskusikan dengan teman mereka.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk mendengarkan


pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat-pendapat tersebut dalam
bentuk tulisan. Tugas-tugas kelompok akan memacu siswa untuk bekerja sama,
saling membantu dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki. Untuk lebih jelas perhatikan gambar di bawah ini.

60
61

b. Beberapa Tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Ada berbagai tipe model pembelajaran kooperatif, antara lain: Student Teams
Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournaments (TGT), Think-Pair
Share (TPS), Numbered Heads Together (NHT).

a. Student Teams Achievement Division (STAD)tim siswa kelompok prestasi.


Model pembelajaran kooperatif, Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD), dikembangkan oleh Robert Slavin (1995).

Langkah-langkah Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD):

1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen


(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Kesimpulan.

b. Jigsaw (Model Tim Ahli)

Langkah-langkah pembelajaran tipe jigsaw:

1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim.


2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

61
62

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab
yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab
yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
sungguh-sungguh.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7. Guru memberi evaluasi.
8. Penutup.

c. Think Pair Share

Tipe ini digunakan untuk mengajarkan pengetahuan akademik dan memeriksa


pemahaman siswa tentang pengetahuan tersebut. Tipe ini dirancang untuk memberi
kesempatan kepada siswa berfikir sejenak tentang suatu topik atau pertanyaan yang
diajukan oleh guru.

Langkah-langkah pembelajaran tipe think pair share

1. Guru menyampaikan inti materi.


2. Teman berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi
/permasalahan yang disampaikan guru.
3. Guru memimpin Pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
4. Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/
permasalahan yang belum diungkapkan siswa.
5. Kesimpulan.

d. Teams-Games-Tournaments (TGT)

62
63

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournaments (TGT)


guru menyajikan materi, kemudian siswa belajar bersama/berkelompok.

Langkah-langkah pembelajaran teams-games-tournaments (TGT) yaitu:

1. Penyajian materi oleh guru.


2. Membentuk kelompok 4/5 mendalami materi.
3. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan pada kartu yang bernomor. Siswa
yang menjawab benar akan mendapat skor dan dikumpul untuk turnamen
mingguan.
4.
5. Turnamen dilakukan setiap minggu/unit.
6. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan skor diperoleh.

f. Number Head Together (NHT) Kepala bernomor

Tipe model pembelajaran ini dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak


siswa dalam mengemukakan pendapat mengenai materi pelajaran dan memeriksa
pemahaman siswa.

Langkah-langkah pembelajaran ini meliputi:

1. Siswa membentuk kelompok 4/5 dan diberi nomor.


2. Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban dan memastikan setiap anggota
kelompok mengerjakan jawabannya.
4. Guru memanggil nomor dari setiap tim untuk melaporkan hasil diskusinya.
5. Murid akan menulis jawaban pertanyaan.
6. Tanggapan dari siswa lain, kemudianguru menunjuk nomor yang lain.
7. Kesimpulan.

63
64

BAB IV

MEDIA PEMBELAJARAN

A. Pengertian media Pembelajaran

Ditinjau dari pengertian komunikasi maka proses pembelajaran sebenarnya


juga proses komunikasi. Dalam proses pembelajaran juga mengandung 5 unsur
komunikasi yaitu: Guru/ pembelajar (komunikator), bahan pembelajaran (isi pesan),
alat untuk menyampaikan bahan pelajaran (media), siswa/ pembelajar (komunikan),
efek (tujuan pembelajaran). Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Contoh media pembelajaran antara
lain gambar bagan, model, film, media, video, komputer, dan sebagainya.

B. Posisi Media Pembelajaran

Berdasarkan wawasan bahwa proses pembelajaran adalah proses komunikasi


demikian pula bahwa proses pembelajaran adalah suatu sistem, maka posisi media
pembelajaran adalah sebagai komponen sistem pembelajaran. Tanpa media,

komunikasi tidak akan terjadi, dan demikian pula tanpa media pembelajaran proses
pembelajaran, juga tidak akan berlangsung. Media pembelajaran adalah komponen
integral dari sistem pembelajaran.

C. Fungsi Media Pembelajaran

Ditinjau dari proses pembelajaran sebagai proses komunikasi, maka fungsi


media adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) ke penerima (siswa).
Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan
mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.

64
65

Fungsi media pembelajaran dapat diperjelas dengan bagan berikut:

MEDIA
GURU PESAN SISWA

METODE

Ditinjau dari proses pembelajaran sebagai kegiatan interaksi antara siswa


dan lingkungannya, maka fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya
kelebihan media dan hambatan komunikasi yang mungkin timbul dalam proses
pembelajaran sebagai berikut:

Kelebihan Kemampuan Media (S. Gerlach dan P. Ely) yaitu:

1. kemampuan fiksatif, artinya memiliki kemampuan untuk menangkap,


menyimpan dan kemudian menampilkan kembali suatu objek atau
kejadian. Dengan kemampuan ini suatu objek atau kejadian dapat
digambar, direkam, kemudian disimpan dan pada saat diperlukan dapat
ditunjukkan kembali seperti kejadian aslinya.
2. Kemampuan manipulatif, artinya medi dapat menampilkan kembali obyek
atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan, misalnya dirubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta
dapat juga diulang-ulang penyajiannya.
3. Kemampuan Distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang
besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak. Misalnya
siaran TV atau Radio.

65
66

Hambatan Komunikasi Dalam Proses Pembelajaran


1. verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak
mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar
hanya dengan memberi penjelasan secara lisan (ceramah), siswa
cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru.
2. Salah Tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan
berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya
menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media
pembelajaran yang lain misalnya gambar, bagan, model dan
sebagainya.
3. Perhatian tidak terpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal
antara lain; karena gangguan fisik (siswa sakit), ada hal lain yang lebih
menarik perhatian siswa daripada pelajaran, siswa melamun, cara
mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa
variasi (monoton), kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru.
4. Tidak terjadi pembentukan tanggapan atau pemahaman yang utuh dan
berarti, kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang
diamati atau dilihat, dialami atau dilihat, dialami secar terpisah. Tidak
terjadi proses berfikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbunya
konsep.
Berdasarkan kelebihan atau keistimewaan yang dimiliki media serta
terjadinya hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran antara
lain; menghindari terjadinya verbalisme, membangkitkan
minat/motivasi, menarik perhatian siswa, mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan ukuran, mengaktifkan siswa, mengefektifkan
pemberian rangsangan untuk belajar.
Secara rinci fungsi media dalam proses pembelajaran antara lain
memungkinkan siswa:

66
67

1. menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada


masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film,
video, atau media yang lain siswa dapat memperoleh gambar yang
nyata tentang benda/peristiwa bersejarah.
2. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena
jarak jauh, berbahaya atau terlarang. Misalnya video tentang
kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan dipusat
reaktor nuklir dan sebaginya memperoleh gambaran yang jelas
tentang benda/ hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena
ukurannya yang tidak memuingkinkan, baik karena terlalu besar
atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan maket siswa dapat
memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan
komplek pembangkit listrik, dengan slide atau film siswa
memperoleh gambaran tentang bakteri, amoeba dan sebagainya.
3. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara
langsung. Misalnya merekam suara denyut jantung dan
sebagainya.
4. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati
secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar,
potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai
macam serangga, burung hantu, kelelawar dan sebagainya.
5. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau yang
berbahaya didekati. Dengan slide, film atau video dapat mengamati
pelangi, gunung meletus, pertempuran dan sebagainya.
6. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar
diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat
memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh

67
68

manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan dan


sebagainya.
7. Dengan mudah memperbandingkan sesuatu. Dengan bantuan
gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah
memperbandingkan dua benda yang berbeda sifat, ukuran, warna
dan sebagainya.
8. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara
lambat. Dengan video proses perkembangan katak dari telur
sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa
menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung
beberapa hari, dengan bantuan film yang diamati hanya dalam
beberapa detik.
9. Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung
secara cepat. Dengan bantuan film atau video siswa dapat
mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah,
yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
10. Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang suklar diamati secara
langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa
mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak dan sebagainya.
11. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu alat. Dengan
diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian-bagian
mesin yang sukar diamati secar langsung.
12. Melihat ringkasan suatu rangkaian pengamatan yang
panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu di
pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses
penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau
video (memantapkan hasil pengamatan).

68
69

13. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati


suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi
ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang
disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.
14. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat dan temponya
masing-masing. Dengan modul atau pengajran berprogram siswa
dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan
kecepatan masing-masing.

D. Jenis Media Pembelajaran

Ada 3 jenis media pembelajaran yang perlu dipahami oleh para guru, yaitu:
media visual, media audio dan media audiovisual. Dari masing-masing jenis media
tersebut terdapat berbagai bentuk media yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah dasar.

1. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan
indra penglihatan terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected
visual) dan media yang tidak dapat diproyekskan (non projected visual).
2. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para
siswa untuk mempelajari bahan ajar dan sejenisnya, seperti program kaset
suara (audio cassette), CD audio dan program radio.
3. Media audiovisual adalah kombinasi audio dan visual atau biasa disebut
media pandang dengar.

E. Pemilihan, Penggunaan dan Perawatan Media Pembelajaran

Setiap media memiliki karakteristik (kelebihan dan keterbatasan), oleh karena


itu tidak ada media yang dapat digunakan untuk semua situasi atau tujuan. Media

69
70

mana yang akan digunakan tergantung kepada kompetensi/tujuan yang ingin


dicapai, sifat bahan ajar, ketersediaan media tersebut dan kemampuan guru dalam
menggunakannya.

Media pembelajaran sederhana adalah jenis-jenis media pembelajaran yang


relatif muda dibuat, bahannya mudah diperoleh, mudah digunakan, serta harganya
lebih murah. Namun demikian, sederhana tidaknya suatu media tersebut
sebenarnya tergantung pada kondisi suatu sekolah.

Pemilihan media pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses


pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru untuk menentukan jenis media
mana yang lebih tepat digunakan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, sifat
materi yang akan disampaikan, strategi yang digunakan, serta evaluasinya. Adanya
pemilihan media ini disebabkan sangat banyak dan bervariasinya jenis media dengan
karakteristik yang berbeda-beda.

Penggunaan media pembelajaran sederhana perlu memperhatikan tujuan


yang ingin dicapai, sifat dari bahan ajar, karakteristik sasaran belajar (siswa), dan
kondisi tempat/ruangan. Yang menjadi pertimbangan antara lain: kesederhanaan,
menarik perhatian, adanya penonjolan/penekanan (misalnya dengan warna),
direncanakan dengan baik serta memungkinkan siswa lebih aktif belajar.

Untuk pemeliharaan media pembelajaran agar awet dan dapat digunakan


lebih lama perlu diupayakan berbagai cara, baik secara teknis misalnya dengan
memberi bingkai pada media grafis (mounting frame), maupun yang lebih ideal,
yaitu menyediakan tempat atau ruangan yang secara khusus diset untuk
penyimpanan berbagai jenis media pembelajaran.

70
71

BAB V

PERANGKAT PEMBELAJARAN

Perangkat pembelajaran antara lain adalah:

1. silabus pembelajaran,
2. rencana pelaksanaan pembelajaran,
3. Materi pembelajaran,
4. lembar kerja siswa (LKS), kunci/model jawaban LKS,
5. dan instrumen penilaian.

A. Silabus Pembelajaran

Komponen silabus

A. Indikator

Dianjurkan memisahkan

Kognitif;

Kognitif Proses

Contoh: a. menjelaskan pengertian perubahan sosial budaya.

b. menyebutkan bentuk-bentuk perubahan sosial budaya.

c. menguraikan faktor penyebab terjadinya perubahan.

Kognitif Produk

Contoh: menjelaskan dengan contoh penyebab perubahan sosial budaya.

Afektif

71
72

Karakter

Cont

oh: menghargai pendapat teman di dalammelakukan diskusi.

Sosial

Contoh: saling menghargai pendapat di dalamberdiskusi.

Psikomotorik

Contoh: terampil memilah-milah bentuk perubahan kecil, besar,


perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan, perubahan
lambat dan cepat yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

B. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran menunjukkan aktivitas siswa (bisa juga ditambah
aktivitas guru) dalam rangka mencapai kompetensi yang sudah dirumuskan.

C. Alokasi Waktu

Dinyatakan dalam (X * 35).

D. Penilaian

Tuliskan jenis dan berikan satu contoh.

E. Sumber Belajar.

Perlu dijelaskan buku-buku yang digunakan, media/alat, dan barang-barang


lain yang relevan.

Format Silabus Pembelajaran

72
73

…………

73
74

B. FORMAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan pendidikan :

Mata Pelajaran :

Kelas/Semester :

alokasiWaktu :

A. Standar Kompetensi:

(disalin sesuai dengan silabus)

B. Kompetensi Dasar:
(disalin dari silabus)
C. Indikator
(disalin dari silabus)
D. Tujuan Pembelajaran
Diturunkan dari rumusan indikator. Rumusan dianjurkan menggunakan pola
“ABCD”.
Contoh: “Siswa (A) dapat mengidentifikasi barang-barang produksi Indonesia
yang diekspor ke luar negeri (B) dengan membaca artikel-artikel yang telah
disiapkan oleh guru (C) denganbenar (D)”.
E. Materi Pembelajaran
Rumusan cukup ringkas, rumusan lengkap dapat diberikan dalam bahan ajar
siswa yang terpisah.
F. Model dan Metode Pembelajaran
Contoh:
Model Pembelajaran: Pembelajaran Kooperatif.
Metode Pembelajaran:
1. Kerja kelompok

74
75

2. Tanya jawab
3. Ceramah
4. Diskusi.
G. KegiatanPembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Orientasi
c. Motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
b. Elaborasi
c. Konfirmasi
3. Kegiatan Akhir
a. Merangkum
b. Menilai
c. Merefleksi

Catatan: Utamakan menuliskan kegiatan siswa. Bisa dilengkapi dengan


kegiatan guru. Jangan sebaliknya kegiatan guru yang dituliskan, tetapi
kegiatan siswa tidakada.

H. Penilaian
Perlu dijelaskan secara singkat, instrumen selengkapnya dilampirkan.
I. Sumber Belajar dan Media
Tuliskan sumber belajar dan media pembelajaran yang digunakan.

75
76

C. Lembar Kerja Siswa

1. lembar yang memfasilitasi aktivitas belajar siswa yang berisi petunjuk


teknis dan format kerja siswa.
2. Format menyesuaikan dengan aktivitas siswa.
3. Perlu dilengkapi dengan kunci jawaban atau jawaban model.

Catatan: Lembar Kerja Siswa tidak digunakan untuk menilai siswa, tetapi
untuk membantu siswa belajar. Bdakan LKS dengan instrument penilaian.

D. Instrumen Penilaian
1. Penilaian berangkat dari rumusan indikator.

2. Semua instrumen penilaian yang akan digunakan ditulis secara lengkap.

3. Perlu diberi contoh jawaban model.

76
77

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

1. Pengertian Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Di dalam literatur dijumpai sejumlah konsep (istilah) yang berkaitan
dengan perancangan pembelajaran. Sebagian diantara konsep (istilah-istilah)
tersebut, seperti perancangan pembelajaran, perencanaan pembelajaran,
pengembangan program pembelajaran, pengembangan sistem pembelajaran,
yang menunjuk kepada “aktivitas (kegiatan)”, sementara konsep (istilah-istilah)
yang lain, seperti rancangan pembelajaran, rencana pembelajaran, program
pembelajaran, persiapan guru, persiapan mengajar, satuan pelajaran, program
caturwulan/semester, sillabi, handout, kontrak pembelajaran, paket belajar dan
modul, menunjuk kepada hasil (kegiatan) yang disebutkan di atas.
Secara harfiah, konsep penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran menunjuk kepada aktivitas merancang dan mempersiapkan segala
sesuatu berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam hal itu,
ditinjau dari subtansinya, konsep Penyusunan Pelaksanaan Pembelajaran
diartikan sebagai “aktivitas mengembangkan dan mengorganisir komponen-
komponen sistem pembelajaran secara sistemik dan sistematik”. Pengertian

77
78

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dimaksud, mengandung


tiga unsur pokok, yaitu:
1. Aktivitas mengembangkan dan mengorganisir komponen sistem
pembelajaran. Aktivitas ini meliputi aktivitas mengembangkan indikator dan
merumuskan tujuan pembelajaran mengembangkan prosedur evaluasi,
mengembangkan mater/bahan pembelajaran, memilih metode dan
menstrukturkan kegiatan pembelajaran, serta memilih dan mengembangkan
media/sumber/alat/bahan yang diperlukan dalam pembelajaran;
2. Secara sistematik mengandung makna bahwa di dalam mengembangkan dan
mengorganisir komponen-komponen sistem pembelajaran tersebut
bertumpu pada kerangka berfikir yang menghendaki terjadinya interaksi dan
kaitan fungsional antar komponen dari sistem pembelajaran tersebut.
Refleksi dari kerangka berfikir sistem tersebut, tergambar melalui rangkaian
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
a. Apakah tujuan yang hendak dicapai oleh murid dalam kegiatan belajar?
b. Bahan pelajaran apakah yang sesuai digunakan untuk menyajikan bahan
pelajaran dalam mencapai tujuan?
c. Metode apakah yang sesuai digunakan untuk menyajikan bahan
pelajaran dalam mencapai tujuan?
d. Media/sumber/alat/bahan apakah yang diperlukan guna menunjang cara
penyajian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan?
e. Jenis/teknik penilaian apakah yang sesuai digunakan untuk mengukur
pencapaian indikator/tujuan pembelajaran?
3. Secara sistematik mengandung makna bahwa di dalam upaya
mengembangkan dan mengorganisir komponen-komponen sistem
pembelajaran tersebut harus dilakukan sesuai prosedur atau dengan
mengikuti urutan langkah-langkah tertentu.

78
79

Aktivitas mengembangkan dan mengorganisir komponen-komponen


sistem pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas diarahkan kepada
“terhasilkannya” suatu rencana pelaksanaan pembelajaran, mulai dari yang
sifatnya umum, seperti program caturwulan/semester, sillabi, dsb, atau yang
sifatnya lebih khusus, seperti hand-out dan satuan pelajaran sampai kepada yang
sifatnya sangat khusus/terstruktur, seperti modul, paket belajar, dan
pembelajaran berprogram.

2. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Dengan menggunakan konsep pendekatan sistem sebagai acuan,
sejumlah ahli telah mencoba menyusun dan mengembangkan “langkah-langkah
pengembangan sistem pembelajaran (langkah-langkah perancangan
pembelajaran)”. Usaha memperjelas proses pengembangan sistem
pembelajaran tersebut tidak hanya terbatas pada penjabaran langkah-
langkahnya tetapi sekaligus dengan membuatkan model-model pengembangan
sistem instruksional, yaitu dalam bentuk “diagram yang menggambarkan secara
visual komponen-komponen sistem pembelajaran serta langkah-langkah
pengembangan dari komponen-komponen tersebut secara sistemik dan
sistematik.
Kita mengenal puluhan model pengembangan sistem pembelajaran,
diantaranya ialah model Glaser, model Gerlach & Ely, model J.E. Kemp, model
Van Gelder, model Amstrong, model B. Banathy, model Russel & Hunter, model
IDI (Instructional Development Institute), dan model PPSI (Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional). Semua model pengembangan sistem
pembelajaran tersebut berbeda satu sama lain dalam pengungkapan langkah-
langkah kecilnya, tetapi semua model selalu mengandung langkah-langkah:
- Perumusan masalah; dan penetapan tujuan,
- Pengembangan strategi pemecahan masalah dan pencapaian tujuan; dan

79
80

- Penilaian sebagai dasar perbaikan.


Kecuali itu, setiap model menekankan prinsip keterpaduan yaitu hubungan
saling menunjang dan saling menguatkan antara masing-masing langkah
untuk menimbulkan efek sinergistik (keterpaduan).
Dari berbagai model pengembangan sistem pembelajaran yang dikemukakan
di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya model Penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terdiri atas komponen-komponen:
1. Topik satuan bahasan yang akan diajarkan;
2. Situasi permulaan (entering behavior);
3. Tujuan pembelajaran;
4. Evaluasi;
5. Materi (bahan) pembelajaran;
6. Kegiatan pembelajaran;
7. Media pembelajaran.

3. Penyusunan/Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Setelah setiap komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disiapkan,
keseluruhan komponen itu dihimpun dalam satu format Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Format persiapan mengajar tersebut bervariasi tergantung pada
Model Disaiu Instruksional yang dipilih, dan atau format tertentu yang secara
resmi dipakai pada suatu satuan pendidikan. Meskipun format itu bervariasi,
namun prinsip penyusunannya sama yakni semua komponen telah dirancang
sesuai dengan kriteria untuk komponen yang bersangkutan, serta semua
komponen saling terkait secara fungsional untuk mencapai tujuan
pembelajaran/indikator/kompetensi yang telah ditetapkan.

Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

80
81

Sekolah :
Kelas :
Mata Pelajaran :
Alokasi Waktu :

A. Standar Kompetensi :
B. Kompetensi Dasar :
C. Indikator :
D. Tujuan Pembelajaran :
E. Materi Pembelajaran :
F. Metode Pembelajaran :
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
1. Pertemuan I : - Kegiatan Awal :
- Kegiatan Inti :
- Kegiatan Akhir :
2. Pertemuan II : dst.
H. Media/Sumber/Alat/Bahan Pembelajaran :
I. Penilaian :

DAFTAR PUSTAKA

81
82

Arief S. Sadiman. 1990. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatannya, Jakarta: Pustekom Dikbud dan CV Rajawali.

Mappasono S. 2006. Perencanaan Pengajaran. Makassar FIP UNM.

Muktiyani. 2003. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Sekolah


Menengah Umum Sidoarjo. Makalah PPS Unesa Surabaya.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 1998-1999. Strategi Belajar Mengajar,


Jakarta: Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dirjen Dikti Depdikbud.

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV, Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media.

T. Raka Joni. 1984. Strategi Belajar-Mengajar, Suatu Tinjauan Pengantar, Jakarta:

P2LPTK Depdikbud.

DAFTAR ISI

82
83

BAB I. STRATEGI PEMBELAJARAN HAL. 1

BAB II. METODE PEMBELAJARAN HAL. 9

BAB III. PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN HAL. 53

BAB IV. MEDIA PEMBELAJARAN HAL. 64

BAB V. PERANGKAT PEMBELAJARAN HAL. 71

DAFTAR PUSTAKA

83

Anda mungkin juga menyukai