Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu Strategos yang artinya suatu
usaha agar mencapai kemenangan padasuatu pertempuran, sedangkan
(Harvey F. Silver, 2012, p. 1) dari dua kata dasar Yunani kuno, stratos yang
berarti “jumlah besar” atau “yang terbesar” dan again yang berarti “memimpin”
atau “mengumpulkan”. Strategi mulanya digunakan padalingkungan militer,
namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki
esensi yang relatifsama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaranyang
dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.
b. Pendekatan pembelajaran
Istilah pendekatan berasal dari bahasa inggris “approach” yang
memiliki beberapa arti, diantaranya diartikan dengan “pendekatan”.
Menurut Gladene Robertson dan Hellmut Lang pendekatanpembelajaran
dapat dimaknai menjadi dua pengertianyaitu yaitu pendekatan pembelajaran
sebagaidokumen tetap, dan pendekatan pembelajaransebagai bahan kajian
yang terus berkembamg.Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen
tetapdimaknai sebagai suatu kerangka umum dalampraktek profesional
guru, yaitu serangkaian dokumenyang dikembangkan untuk mendukung
pencapaiankurikulum. Hal tersebut berguna untuk:
1) mendukung kelancaran guru dalam prosepembelajaran;
2) membantu para guru menjabarkankurikulum dalam praktik
pembelajaran dikelas;
3) sebagai panduan bagi guru dalam menghadapiperubahan kurikulum;
4) sebagai bahan masukan bagipara penyusun kurikulum untuk
mendesainkurikulum dan pembelajaran yang terintegrasi.
c. Metode pembelajaran
Untuk melaksanakan suatu strategi, digunakanseperangkat pengajaran
tertentu. Dalam pengertiandemikian maka metode pengajaran menjadi salah
satuunsure dalam strategi pembelajaran. Unsur seperti sumber belajar,
kemampuan guru dan siswa, mediapendidikan, materi pengajaran,
organisasi, waktutersedia, kondisi kelas, dan lingkungan merupakan unsur-
unsur yang mendukung strategi pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapatdigunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran di antaranya: ceramah, demontrasi, diskusi, simulasi,
laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, dan symposium.
d. Teknik pembelajaran
Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknikdan gaya
pembelajaran. Dengan demikian, teknikpembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yangdilakukan seseorang dalam mengimplementasikansuatu
metode secara spesifik.
e. Taktik pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorangdalam melaksankan
metode atau teknik pembelajarantertentu yang sifatnya individual. (Haudi,
S.Pd., .M.M., 2021, pp. 5–9)
b. Murabby
Mengisyaratkan bahwa guru harus memiliki jiwa Rabbani atau
keutuhan. Maksudnya, guru PAI sebagai murabby memiliki peran merawat,
menjaga, mengarahkan, membimbing, mengatasi masalah, dan mengayomi
anak didiknya sebagaimana Tuhan mengayomi semua makhluknya.
c. Muaddib
Mengandung arti bahwa guru adalah orang terdidik, yang beradab,
dan berbudaya sehingga memiliki power dan daya dorong untuk
memperbaiki akhlak masyarakat. Guru sebagai muaddib berperan
menanamkan, mengembangkan, membentuk, dan memperbaiki moral anak
didiknya menjadi generasi yang berakhlak dan beradab (Nata, 2010).
d. Mursyid
Dalam Islam, istilah mursyid digunakan untuk guru pembimbing
spiritual. Sebagai Mursyid, guru PAI berperan membimbing peserta didik
untuk mengenal Allah SWT melalui aktivitas pembersihan hati dan jiwa.
Menurut Muhaimin (2009) Mursyid harus menjadi sentra identifikasi diri
atau pusat panutan. Guru PAI harus menjadi orang terdepan yang dijadikan
panutan oleh peserta didik. Sebab, guru PAI menguasai ilmu agama
melebihi guru lain, sehingga perilakunya akan selalu dinilai apakah sesuai
ajaran agama atau tidak. Oleh karena itu, KH. Hasyim Asy'ari dalam
kitabnya adab al-'alim wa-muta'allim mengatakan bahwa seorang guru
agama harus berupaya mentaati ajaran agama dan menjaga akhlaknya
Karena dia adalah panutan bagi peserta didiknya (Asy'ari. n.d.). (Rohman,
2021, pp. 39–40)
e. Al-ustadz
Al-ustadz atau guru merupakan jabatan atau profesi yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus mendidik secara profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, mengasuh
bagi ustadz dan ustadzah, menilai dan mengevaluasi peserta didik
(Khoiriyah, 2012, p. 140)
Maka dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa guru
merupakan seseorang yang berprofesi sebagai pendidik yang bertanggung
jawab untuk mengajarkan ilmu pengetahuan dan menanamkan nilai kepada
peserta didik dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mencetak generasi yang berakhlak mulia. Serta guru merupakan salah satu
komponen terpenting dalam dunia pendidikan, sebab ia merupakan tokoh
yang akan ditiru dan diteladani oleh peserta didik dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik. Bahkan ia mau dan rela memecahkan berbagai
masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang berhubungan dengan
proses belajar mengajar.
Jadi dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi
ahli ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga berfungsi untuk
menanamkan nilai (value) serta membangun karakter (character building)
peserta didik secara berkelanjutan dan berkesinambungan. (Maunah, Binti,
2016, p. 150)
Seorang guru tidak hanya mengajarkan materi pelajaran sebagai bekal
ilmu pengetahuan saja, melainkan guru juga menyampaikan, mencotohkan
dan menanamkan nilai-nilai norma guna mencetak generasi yang tidak
hanya berpengetahuan tetapi juga bertaqwa dan berakhlakul karimah.
2) Edukatif
Edukatif artinya segala ucapan, sikap, dan perbuatan guru baik
di dalam kelas maupun di lingkungan masyarakat luas, hendaknya
mengandung nilai pendidikan atau bersifat mendidik.
3) Normatif
Guru professional hendaknya bersikap normatif artinya segala
ucapan, sikap dan perbuatannya tidak melanggar nilai-nilai moral,
etika, norma agama, aturan negara.
4) Dedikatif
Indikasi guru professional yang lainnya adalah dalam
melaksanakan tugasnya selalu semangat penuh gairah, tidak tampak
lelah dan tidak suka keluh kesah.
5) Ilmiah
Ilmiah adalah sifat dan karakter guru professional. Segala
ucapan dan tindakannya guru professional dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Prinsip yang dipegang teguh
oleh guru professional adalah “berilmu dan beramal ilmiah”
6) Demokratis
Guru professional dalam menyampaikan materi pelajara tidak
bersikap oteriter dan dikritinitas, yaitu siswa hanya di tuntut untuk
mengikuti kata-katannya
7) Inovatif
Seorang guru professional tidak bersikap jumud atau kaku,
hanya mempertahankan konsep atau teori yang telah di miliki.
8) Kreatif
Ciri lain dari guru professional adalah bersikap kreatif artinya
selalu banyak ide alias banyak akal untuk mengatasi sesuatu yang
dianggap kurang atau tidak ada. (Rohmalia Wahab, 2015, pp. 81-82)
b. Kriteria guru yang baik
Menurut Petter G. Beider (dalam buku Kompri, 2015, p. 165)
menjelaskan criteria guru yang baik, diantaranya sebagai berikut:
1) Seorang guru yang baik harus benar-benar berkeinginan untuk
menjadi guru yang baik. Guru yang baik harus mencoba dan
terus mencoba dan biarkan siswa-siswi tahu bahwa dia sedang
mencoba bahkan dia juga sangat menghargai siswa-siswi nya
yang senantiasa melakukan percobaan-percobaan walaupun
mereka tidak pernah sukses dalam melakukan apa yang mereka
kerjakan. Dengan demikian, para akan menghargai guru
walaupun guru tidak sebaik yang diinginkan, namun guru akan
terus membantu siswa yang ingin sukses.
2) Seorang guru yang baik berani mengambil resiko, merka berani
menyusun tujuan yang sangat muluk, lalu mereka berjuanguntuk
mencapainya. Jika apa yang mereka inginkan itu tidak
terjangkau, mereka biasanya suka dengan uji coba berisiko
tersebut.
3) Seorang guru yang baik memiliki sikap positif. Tidak baik bagi
seorang guru untuk mempermasalahkan profesi keguruannya
dengan mengaitkan pada indeks gaji yang tidak memadai. Kalau
tidak suka dengan indeks gaji seperti itu, ambil keputusan segera
dan cari alternative yang lebih baik. Tidak boleh profesi
keguruannya terhina oleh guru sendiri hanya karena indeks
gajinya tidak memadai.
4) Guru yang baik berpikir bahwa mengajar adalah sebuah tugas
menjadi orangtua siswa, yakni bahwa guru punya tanggung
jawab terhadap siswa sama dengan tanggung jawab orangtua
terhadap putra-putrinya sendiri dalam batas-batas kompetensi
keguruan, yakni guru punya oteritas untuk mengarahkan siswa
sesuai basis kemampuannya.
5) Guru yang baik selalu mencoba memotivasi siswa-siswinya
untuk hidup mandiri, lebih independent khususnya sekolah-
sekolah menengah atau collage, mereka harus sudah mulai
dimotivasi untuk mandiri dan independent
c. Hak Guru
Guru sebagai professional memiliki hak-hak tertentu. Hak-hak guru
diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, pasal 14 sebagai
beriku:
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
1) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial;
2) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja;
3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak
atas kekayaan intelektual;
4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
5) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan;
6) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada
peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru,
dan peraturan perundang-undangan;
7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas;
8) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan;
10) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
11) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya. (Ruhlam Ahmadi, 2018, p. 64)
d. Kewajiban Guru
Kewajiban guru diatur dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen, bagian kedua (hak dan kewajiban), pasal 20 sebagai berikut:
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban.
1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan prosese
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran;
2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
komponen dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik
tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran;
4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan
kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
5) Memelihara dan menumpuk peraturan dan kesatuan bangsa.
(Ruhlam Ahmadi, 2018, p. 66)
3. Kompetensi Guru
Pada dasarnya, terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan
oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini
sangat berkaitan dengan empat kompetensi tersebut. Pada hakikatnya guru
merupakan profesi, yang mana profesi itu sendiri merupakan pekerjaan yang
didasarkan pada pendidikan intelektual khusus, yang bertujuan memberi
pelayanan dengan terampil kepada orang lain dengan mendapat imbalan
tertentu. Sedangkan profesional sering diartikan sebagai suatu keterampilan
teknis yang berkualitas tinggi yang dimiliki oleh seseorang (Iskandar, 2009).
Kompetensi bisa diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan
suatu tugas atau pekerjaan yang dilandasi atas pengetahuan dan
keterampilan serta didukung oleh sikap kerja sesuai dengan tuntunan
pekerjaan tersebut (Wibowo, 2013). Dengan demikian kompetensi adalah
kemampuan dan keahlian dalam bidang tertentu yang menjadi ciri atau
karakteristik bidang tersebut. Sebagai sebuah jabatan profesional, guru juga
harus memiliki kompetensi tertentu sebagaimana diatur dalam peraturan
menteri Pendidikan Nasional republik Indonesia nomor 16 tahun 2007
tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional ( menteri Pendidikan Nasional, 2007)
a. Kompetensi pedagogik
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural,
emosional dan intelektual;
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran;
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau
bidang pengembangan yang diampu;
4) Menyelenggarakan pembelajaran atau mengembangkan yang
mendidik;
5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran atau pengembangan
pendidikan;
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimiliki;
7) Berkomunikasi secara aktif, empati, dan santun dengan peserta didik;
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar;
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran;
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
b. Kompetensi kepribadian
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia;
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang sabar, tekun, mantap, stabil,
dewasa, Arif, dan berwibawa;
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri;
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi sosial
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi;
2) Berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun dengan sama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat;
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya;
4) Berkomunikasi dengan komunikasi profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
d. Kompetensi profesional
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan landasan keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu;
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
atau bidang pengembangan yang diampu;
3) Mengembangkan materi pelajaran yang di ampuh secara kreatif;
4) Mengembangkan ke profesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif;
5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan. (Rohman, 2021, pp. 34–37)
4. Tugas Guru
Di lingkungan sekolah, seorang guru Agama Islam, terutama guru
Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang cukup besar dalam
menanamkan nilai-nilai Islami dalam diri peserta didik. Tugas terpenting
seorang guru terhadap anak didiknya dalam menuntut ilmu adalah harus
senantiasa menasihati dan membina akhlaknya, serta memberikan
bimbingan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Tugas guru yang utama adalah mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik dan mendidik
murid dikelas dan diluar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang
memerlukan pengetahuan, keterampilan dan sikap utama untuk menghadapi
hidupnya dimasa depan.(Ismail, 2015, p. 706)
Guru memiliki tugas, baik yang terikat dengan dinas maupun diluar
dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan ada tiga
jenis tugas guru, yakni : pertama, Tugas dalam bidang Profesi. Kedua,
Tugas kemanusian. Ketiga, Tugas dalam bidang Kemasyarakatan.
a. Tugas dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-
nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti
mengembangkan ke terampilan –keterampilan pada siswa.
b. Tugas guru dalam bidang kemanusian di sekolah harus menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua, ia harus mampu menarik simpati
sehingga ia menjadi idola para siswanya.
c. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, masyarakat
menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di
lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju Indonesia seutuhnya yang berdasarkan
pancasila.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 1 dan 2 dinyatakan
bahwa :
a. Tenaga Pendidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
b. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta penelitian dan
pengabdian pada masyrakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
ْۗم ِة َوالْ َم ْو ِعظَِة احْلَ َسنَ ِة َو َج ِادهْلُ ْم بِالَّيِت ْ ِه َي اَ ْح َس ُن ِ ِ َ ِّاُْدع اِىٰل سبِي ِل رب
َ ك باحْل ك َ َْ ُ
ض َّل َع ْن َسبِْيلِهٖ َو ُه َو اَ ْعلَ ُم بِالْ ُم ْهتَ ِديْ َن ِ
َ ك ُه َو اَ ْعلَ ُم مِب َ ْن
َ َّا َّن َرب
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui
siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
siapa yang mendapat petunjuk.”. (Q.S. Al-Nahl ayat 125)
َّات ُقوا ال ٰلّهَ َح َّق ُت ٰقىتِه َواَل مَتُْوتُ َّن اِاَّل َواَْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن2ٰياَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُوا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kau mati kecuali dalam keadaan
Muslim”.
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang
mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur,
bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna tercapainya
kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan Pendidikan Agama Islam tidak
hanya menyangkut masalah keakhiratan akan tetapi juga masalah-masalah
yang berkaitan dengan keduniawian. Dengan adanya keterpaduan ini, pada
akhirnya dapat membentuk manusia sempurna (insan kamil) yang mampu
melaksanakan tugasnya baik sebagai seorang Abdullah maupun
Khalifatullah. Yaitu manusia yang menguasai ilmu mengurus diri dan
mengurus sistem. (Rohmadi, 2012, pp. 148–149)
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, orang yang pertama kali
mengeluarkan ide tentang konsep kecerdasan spiritual, mendefinisikan
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai. Kecerdasan yang memberi makna, yang
melakukan kontektualisasi, dan bersifat transformatif. Mereka mengatakan
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya. Dan kecerdasan itu untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan
yang lain.
Danah Zohar juga mengatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam individu yang berhubungan
dengan kearifan di luar ego, atau jiwa sadar. Inilah kecerdasan yang
manusia gunakan hanya untuk mengetahui nilainilai yang ada, melainkan
juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Sementara menurut Kalil Khawari, kecerdasan spiritual merupakan
fakultas dari dimensi nonmaterial kita-ruh manusia. Inilah intan yang belum
terasah yang kita semua memilikinya. Kita semua harus mengenalinya
seperti apa adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekat yang
besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi. Seperti
dua bentuk kecerdasan lainnya (intelektual dan emosi), kecerdasan spiritual
dapat ditingkatkan dan diturunkan. Akan tetapi, kemampuannya untuk
ditingkatkan tampaknya tidak terbatas. (Elihami, 2020, p. 5)
Kecerdasan spiritual (SQ) itu menurut penelitian-penelitian di bidang
neurology, punya tempat yang khusus dalam otak. Ada bagian dari otak kita
yang memiliki kemampuan untuk mengalami pengalaman-pengalaman 6
spiritual, misalnya untuk memahami Tuhan, memahami sifat- sifat Tuhan.
Maksudnya adalah menyadari kehadiran Tuhan di sekitar kita dan untuk
memberi makna dalam kehidupan. Orang yang cerdas secara spiritual
diantaranya bisa dilihat ciri-cirinya antara lain yaitu, bisa memberi makna
dalam kehidupannya, senang berbuat baik, senang menolong orang lain,
telah menemukan tujuan hidupnya, dia merasa memikul misi yang mulia,
dia merasa dilihat oleh Tuhannya.(Elihami, 2020, p. 6)
Maka Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan
ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan memiliki tingkat kesadaran yang
tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil
pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup
sesuai dengan visi dan misi mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal,
mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna
hidupnya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia
dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap
kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa
sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat
menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan,
kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki.
Berbeda dari 4 buku di atas, pada buku yang diteliti ini terdapat
keistimewaan. Ary Ginanjar agustian dengan bukunya, (rahasia sukses
membangun kecerdasan emosional dan spiritual ESQ melalui enam rukun
iman dan lima rukun Islam) dijelaskan bahwa aspek fundamental Islam
melalui rukun iman dan rukun Islam selama ini hanya sebatas hafalan saja,
tetapi belum mendapatkan maknanya yang mendalam dalam bentuk praktis
dan penghayatan.
Berlatar belakang fenomena tersebut Ari Ginanjar agustian melakukan
terobosan membangun kecerdasan spiritual dengan dasar enam rukun iman
dan lima rukun Islam. Dengan demikian dapat memerlukan aktualisasi
praktis melalui pembiasaan, pelatihan dan pembelajaran yang terus-
menerus, sehingga mengantarkan manusia mencapai pengalaman spiritual
dan kecerdasan spiritual. (SQ)
a Shiddiq
Salah satu dimensi kecerdasan ruhaniah terletak pada nilai kejujuran
yang merupakan mahkota kepribadian orang-orang mulia yang telah
dijanjikan Allah akan memperoleh limpahan nikmat dari-nya. Seseorang
yang cerdas secara rohaniah, senantiasa memotivasi dirinya dan berada
dalam lingkungan orang-orang yang memberikan makna kejujuran, sebagai
mana Firman nya dalam surat at-taubah : 119.
نيِ ِ َّ َّات ُقوا اللَّه و ُكونُوا مع2يا َأيُّها الَّ ِذين آمنوا
َ الصادق ََ ََ َُ َ َ َ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan
bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar." (RI, 1992, p.
415)
Siddiq adalah orang benar dalam semua kata, perbuatan, dan keadaan
batinnya. Hati Nuraini nya menjadi bagian dari kekuatan dirinya karena dia
sadar bahwa segala hal yang akan mengganggu ketentraman jiwanya
merupakan dosa. Dengan demikian, kejujuran bukan datang dari luar tetapi
ia adalah bisikan dari qalbu yang secara terus-menerus mengetuk-ngetuk
dan memberikan percikkan cahaya ilahi. Iya merupakan bisikan moral luhur
yang didorong dari hati menuju kepada ilahi (mahabbah lillah). Kejujuran
bukan sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah panggilan dari dalam (calling
from withim) dan sebuah keterkaitan (commitment, aqad, I'tiqad)
Perilaku yang jujur adalah perilaku yang diikuti dengan sikap
tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya, karena dia tidak pernah
berpikir untuk melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, sebab sikap
tidak bertanggung jawab merupakan pelecehan paling azasi terhadap orang
lain, peserta sekaligus penghinaan terhadap dirinya sendiri. Kejujuran dan
rasa tanggung jawab yang memancar dari qalbu, merupakan sikap terjadi
manusia yang bersifat universal, sehingga harus menjadi keyakinan dan jati
diri serta sikapnya yang paling otentik, asli, dan tidak bermuatan
kepentingan lain, kecuali ingin memberikan keluhuran makna hidup. Dalam
usaha untuk mencapai spritual sifat Siddiq seseorang harus melalui beberapa
hal, diantaranya adalah :
4) Menyebarkan salam
Salam tidak hanya memberikan pengertian selamat, tetapi mempunyai
kandungan bebas dari segala ketergantungan dan tekanan, sehingga
hidupnya terasa damai tentram dan selamat karena itu setiap muslim akan
mengucapkan salam setelah akhir sholat, seakan-akan mereka ingin
membuktikan bahwa hasil audiensi nya dengan Allah SWT akan dicatat
dengan nyata dan actual dalam kehidupannya yaitu ikut berpartisipasi dari
dirinya sendiri merupakan bagian dari salam tersebut.
Dengan demikian makna salam merupakan benang merah dan
identitas paling monumental yang menjadi misi dan hiasan kepribadian serta
sikap dan perilaku seorang muslim
b Istiqomah
Istiqomah diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang
melahirkan sikap konsisten (taat azas) dan teguh pendirian untuk
menegakkan dan membentuk sesuatu menuju pada kesempurnaan atau
kondisi yang lebih baik, sebagaimana kata taqwin merujuk pulau pada
bentuk yang sempurna (qiwam).
Abu Ali Ad-Daqqaq (Tasmara, 2001, p. 189) berkata ada 3 derajat
pengertian Istiqomah, yaitu menegakkan atau membantu sesuatu (taqwim),
menyehatkan dan menyeluruskan (Iqamah). Dan berlaku lurus (Istiqamah),
takwim menyangkut disiplin jiwa, iqamah berkaitan dengan
penyempurnaan, dan istiqomah berhubungan dengan tindakan pendekatan
diri kepada Allah. Sikap Istiqamah menunjukkan kekuatan iman yang
merasuki seluruh jiwanya, sehingga dia tidak mudah goncang atau cepat
menyerah pada tantangan atau tekanan, mereka yang memiliki jiwa
Istiqomah itu adalah tipe manusia yang merasakan ketenangan luar biasa
(iman, aman, Muthmainah) walau penampakannya di luar bagai yang
gelisah. Dia merasa tentram karena apa yang dia lakukan merupakan
rangkaian ibadah sebagai bukti "yakin" kepada Allah SWT dan rasul nya.
Sikap Istiqamah ini dapat terlihat pada orang-orang yang:
1) Mempunyai tujuan
Sikap Istiqamah nya mungkin merasuki jiwa seseorang bila mereka
mempunyai tujuan atau ada sesuatu yang ingin dicapai. Mereka mempunyai
visi yang jelas dan dihayatinya sebagai penuh kebermaknaan, mereka pun
sadar bahwa panca spritualan tujuan tidaklah datang begitu saja, melainkan
harus diperjuangkan dengan penuh dengan kesabaran, kebijakan,
kewaspadaan, dan perbuatan yang memberikan kebaikan semata.
2) Kreatif
Orang yang memiliki sifat Istiqamah akan tampak dari kreativitasnya,
yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu melalui gagasan-gagasannya
yang segar, mereka mampu melakukan deteksi dini terhadap permasalahan
yang dihadapinya, haus akan informasi dan mempunyai rasa ingin tahu yang
besar (coriousitry) serta tidak takut pada kegagalan.
3) Menghargai waktu
Waktu adalah aset ilahiyah yang paling berharga, bahkan merupakan
kehidupan itu yang tidak dapat disia-siakan, sungguh benar apa yang
difirmankan Allah agar kita memperhatikan waktu (ashar). Rasulullah
SAW. Bersabda, "jangan mencerca waktu karena Allah pemilik waktu.,"
(H.R Ahmad).
Disamping menunjukkan waktu ketika matahari telah melampaui
pertengahan atau menuju ke magrib, kata ashar berasal dari kata ashara yang
artinya memeras sesuatu sehingga tidak lagi ada yang tersisa dari benda
yang diperas tersebut. Hal ini sebagaimana firman-nya dalam surat Yusuf
ayat 36 :
4) Sabar
Sabar merupakan suasana batin yang tetap tabah, Istiqomah pada awal
dan akhir ketika menghadapi tantangan, dan mengemban tugas dengan hati
yang tabah dan optimis, sehingga dalam jiwa orang yang sabar tersebut
terkandung beberapa hal yang diantaranya sebagai berikut menerima dan
menghadapi tantangan dengan tetap konsisten dan berpengharapan,
berkeyakinan Allah tidak akan memberikan beban diluar kemampuannya.
Mereka tetap mengendalikan dirinya dan mampu melihat sesuatu dalam
perspektif yang luas tidak hanya melihat apa yang tampak, tetapi melihat
sesuatu dalam kaitannya dengan yang lain.
c Fathonah
Pathanah diartikan sebagai kemahiran, atau penguasaan terhadap
bidang tertentu padahal makna Fathonah merujuk pada dimensi mental
yang sangat mendasar dan menyeluruh. Seorang yang memiliki sikap
Fathonah, tidak hanya menguasai bidangnya saja begitu juga dengan
bidang-bidang yang lainnya, keputusan-keputusannya menunjukkan warna
kemahiran seorang profesional yang didasarkan pada sikap moral atau
akhlak yang luhur, memiliki kebijaksanaan, atau kearifan dalam berpikir
dan bertindak.
d Amanah
Amanah menjadi salah satu dari aspek dari rahaniah bagi kehidupan
manusia seperti halnya agama dan amanah yang dipikulkan Allah menjadi
titik awal dalam perjalanan manusia menuju sebuah janji janji untuk
dipertemukan dengan Allah SWT, dalam hal ini manusia dipertemukan
dengan dua dinding yang harus dihadapi secara sama dan seimbang antara
dinding jama'ah di dunia dan dinding kewajiban insan di akhirat nanti.
Sebagai makhluk yang paling sempurna dari ciptaan Allah SWT
dibandingkan dengan makhluk yang lain maka amanah salah satu sifat yang
dimiliki oleh manusia sebagai khalifah di muka bumi. Di dalam nilai diri
yang amanah itu ada beberapa nilai yang melekat, menurut (Tasmara, 2001,
pp. 221-223)
1) rasa ingin menunjukkan hasil yang optimal.
2) Mereka merasakan bahwa hidupnya memiliki nilai, ada sesuatu yang
penting. Mereka merasa dikejar dan mengejar sesuatu agar dapat
menyelesaikan amanahnya dengan sebaik-baiknya.
3) Hidup adalah sebuah proses untuk saling mempercayai dan dipercayai
e Tablig
Fitrah manusia sejak kelahirannya adalah kebutuhan dirinya kepada
orang lain. Kata tidak mungkin dapat berkembang dan survive kecuali ada
kehadiran orang lain. Seorang Muslim tidak mungkin bersikap selfish,
egois, atau ananiyah "hanya mementingkan dirinya sendiri" . Bahkan tidak
mungkin mensucikan dirinya tanpa berupaya untuk mensucikan orang lain.
Kehadirannya di tengah-tengah pergaulan harus memberikan makna bagi
orang lain bagaikan pelita yang berbinar memberi cahaya terang bagi
mereka yang kegelapan. Mereka yang memiliki sifat tablig mampu
membaca suasana hati orang lain dan berbicara dengan kerangka
pengalaman serta lebih banyak belajar dan pengalaman dalam menghadapi
persoalan-persoalan hidup.
Berdasarkan kalimat aspek aspek kecerdasan rohaniah dari (Tasmara,
2001, p. 189), maka dapat membuat disimpulkan, bahwa kecerdasan
spiritual adalah kemampuan atau kapasitas seseorang yang yang untuk
penggunaan nilai-nilai agama baik dalam berhubungan secara vertikal atau
hubungan dengan Allah SWT (Hab Lum minallah) dan hubungan secara
horizontal atau hubungan sesama manusia (Hab Lum minnan nas) yang
dapat dijadikan pedoman suatu perbuatan yang bertanggung jawab di dunia
maupun di akhirat.
Dengan kata lain kecerdasan spiritual di mana kondisi seseorang yang
telah dapat mendengar suara hati karena pada dasarnya suara hati manusia
masih bersifat universal, tapi apabila seseorang telah mampu memunculkan
beberapa sifat-sifat dari Allah yang telah diberikan-nya kepada setiap jiwa
manusia dalam bentuk yang fitrah dan suci maka akan memunculkan sifat
takwa.
b. Lingkungan sekolah.
Pendidikan keagamaan yang diterapkan di sekolah dapat
mempengaruhi perkembangan spiritual anak. Karena dengan adanya
pendidikan, anak akan mau berpikir logis dan menentukan yang baik dan
tidak bagi dirinya dan kelak akan menjadi karakter anak tersebut.
c. Lingkungan masyarakat
Keberadaan budaya yang ada di masyarakat akan mempengaruhi
perkembangan anak perkembangan menuju arah yang baik (positif) dan
yang (negatif) itu semua tergantung cara anak berinteraksi dengan
masyarakat.
d. Lingkungan keluarga
Keluarga sangat menentukan perkembangan spiritual anak karena
orang tua yang berperan sebagai pendidik atau penentu keyakinan yang
mendasar.
terdapat pula faktor pendukung dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual, yaitu :
a. Faktor pendukung meliputi aspek teori dan fisik, yaitu terpenuhinya
semua komponen yang secara teoritis menunjang tercapainya
implementasi kurikulum sehingga mendukung pelaksanaan
pendidikan spiritual.
b. Tersedianya media pembelajaran yang memadainya menunjang
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, baik yang di dalam kelas
maupun di luar kelas.
c. Minat dan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
d. Tersedianya pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi
kualifikasi akademik maupun keagamaan, adanya lingkungan yang
kondusif, dan adanya dukungan penuh dari warga sekolah, pemerintah
dan masyarakat.
Tujuh dosa itu dapat saja menjadi lebih panjang misalnya, mengaku
Islam tapi sikapnya tidak islami, tidak mendirikan salat tidak ikhlas dalam
membantu sesama. (Tasmara, 2001, p. 12) mengatakan kecerdasan spiritual
dari sudut pandang keagamaan ialah suatu kecerdasan yang berbentuk dari
upaya menyerap kemahatahuan Allah dengan memanfaatkan diri sehingga
diri yang ada adalah dia yang maha tahu dan maha besar. Spiritual
merupakan pusat lahirnya gagasan, penemuan, motivasi, dan kreativitas
yang paling fantastik. Sementara dalam kecerdasan ruhaniah, kecerdasan
yang paling sejati tentang kearifan dan kebenaran serta pengetahuan ilahi.
Kecerdasan ini dapat menimbulkan kebenaran yang sangat mendalam
terhadap kebenaran, sedangkan kecerdasan lainnya nabi bersifat pada
kemampuan untuk mengelola segala hal yang berkaitan dengan bentuk
lahiriah (duniawi). Oleh sebab itu Mujib mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai "kecerdasan kalbu yang berhubungan dengan kualitas batin
seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih
manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin
belum tersentuh oleh akal pikiran manusia".
Oleh karena itulah, dapat dikatakan bahwa setiap niat yang terlepas
dari nilai-nilai kebenaran ilahiah, merupakan kecerdasan duniawi dan fana
(temporer), sedangkan kecerdasan ruhaniah qalbiyah bersifat autentik,
universal, dan abadi. Kecerdasan ruhaniah merupakan inti dari seluruh
kecerdasan yang dimiliki manusia karena kecerdasan ruhaniah dapat
mempengaruhi perkembangan beberapa kecerdasan yang lain diantaranya
yaitu : (Mujib, 2001, p.329)
a. Kecerdasan emosional
b. Kecerdasan sosial
c. Kecerdasan physical.
d. Kecerdasan intelektual
Pada gambar berikut dapat terlihat bagaimana peran kecerdasan
ruhaniah dan kecerdasan spiritual dari Tasmara, menjadi pusat atau inti dari
seluruh kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang.
Kecerdasan
Intelektual
Physical
Dilihat dari bentuknya, menurut para ahli, spirit dibagi menjadi tiga
tipe :
1) Spirit subjektif yang berkaitan dengan kesadaran, pikiran, memori,
dan kehendak individu sebagai akibat pengaruh trakan diri dalam
relasi sosialnya.
2) Spirit objektif berkaitan dengan konsep fundamental kebenaran (right,
recht), baik dalam pengertian legal maupun moral.
3) Spirit absolute yang dipandang sebagai tingkat tertinggi spirit adalah
sebagai bagian dari nilai seni, agama dan filsafat.
MENTAL BUILDING
6 PRINSIP 6
MISSION STATEMENT
PENETAPAN MISI
CHARACTER BUILDING
PEMBANGUNAN
KARAKTER
SELF CONTROLLING 5
PENGENDALIAN DIRI
STRATEGIC
COLLABORATION SINERGI
TOTAL ACTION
LANGKAH TOTAL
Gambar 2. Ringkasa cara untuk meningkatkan kecerdasan Emosi dan
Spiritual dengan menggunakan langkah The ESQ WAY 1 Ihsan, 6 Rukun
Iman, 5 Rukun Islam.
Keterangan :
ZERO MIND PROSES = 1 Ihsan
MENTAL BUILDING = 6 Rukun Iman
MISSION STATEMENT = Syahadat
CHARACTER BUILDING = Sholat
SELF CONTROLLING = Zakat
STRATEGIC COLLABORATION = Puasa Ramadhan
TOTAL ACTION = Haji