PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan
berkualitas sebagai mana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, perlu dilakukan berbagai upaya strategis dan integral yang
menunjang penyelenggaraan pendidikan kesempatan memperoleh pendidikan
yang berkualitas berlaku untuk
pendidikan yang tinggi, tanpa ada diskriminasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Salamanca tentang pendidikan inklusif, yaitu tanpa partisipasi aktif dari semua
pihak, tentunya sulit mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena
itu upaya peningkatan kualitas harus dilakukan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar. Kita semua tahu bahwa mulai tahun Ajaran 2006-2007
di Indonesia telah diberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2006 atau
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan diberlakukan KTSP ini
secara bertahap, membuktikan bahwa dunia pendidikan di Indonesia telah
mengalami pergantian.
Pengembangan kurikulum ini tentu saja perlu di imbangi dengan
pengembangan perangkat kerja lainnya, sehingga tercipta suasana pembelajaran
yang kondusif. Untuk itu guru harus dapat mengambil keputusan yang tepat ketika
peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar seperti yang di inginkan,
pembelajaran itu berlangsung. Selama ini metode yang sangat dominan digunakan
dalam proses belajar mengajar adalah ceramah dan pemberian tugas. Sangat
jarang dijumpai guru menggunakan model pembelajaran yang aktif dan kreatif.
Teori perkembangan mental Piaget yang biasa juga disebut teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif bahwa setiap tahap
perkembangan intelektual dilengkapi dengan ciri ciri tertentu dalam
mengkonstruksi ilmu pengetahuan, (Ahmadi, dkk, 2011:42-43).
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan
makna,
sehingga
seringkali
orang
merasa
bingung
untuk
1.2
RUMUSAN MASALAH
2.
3.
1.3 TUJUAN
Berdasarkan atas pokok permasalahan diatas , maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui
pembelajaran,
pengertian
pendekatan
pembelajaran,
strategi
pembelajaran.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK
DAN MODEL PEMBELAJARAN.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) Pendekatan pembelajaran; (2)
strategi pembelajaran; (3) metode pembelajran; (4) Teknik pembelajran; (5)
Taktik pembelajaran; dan (6) Model pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadai, menginspirasi, menguatkan,
danmelatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran
yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
Kemp
(dalam
Sanjaya:2006:126)
menjelaskan
bahwa
strategi
arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan
demikian, penyusunan langkah langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas
yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam
implementasi suatu strategi.
Strategi
pembelajaran
sifatnya
masih
konseptual
dan
untuk
MACAM-MACAM
PENDEKATAN
BESERTA
MODEL
PEMBELAJARAN
Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk
memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode
pembelajaran yang efektif (Mulyasa 2008:95). Hal ini penting terutama untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru
melakukan suatu kegiatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan dan
metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya. Sedikitnya terdapat lima
pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan
baik yaitu : Pendekatan kompetensi, pendekatan keterampilan proses, pendekatan
lingkungan, pendekatan kontekstual, dan pendekatan tematik. (Mulyasa 2008:9596).
2.2.1. PENDEKATAN KOMPETENSI
Mulyasa (2008:96) mengatakan bahwa Kompetensi menunjuk kepada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan
latihan, kompetensi menunjuk kepada perbuatan (performance) yang bersifat
rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kay (1997)
mengemukakan bahwa Competency based education, an approach to instruction
that aims to teach each student the basic knowledge, skill, attitudes, and values
essential to competence (Pendidikan berbasis kompetensi, pendekatan untuk
instruksi yang bertujuan untuk mengajar setiap siswa pengetahuan dasar,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai penting untuk kompetensi). Kompetensi selalu
dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran mengapa
dan bagaimana perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada
perbuatan yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek aspek
pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap serta tahap tahap pelaksanaannya
secara utuh.
Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari pendidikan berdasarkan
pendekatan kompetensi. Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok
ke arah pembelajaran individual. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas
(master learning) atau belajar sebagai penguasaan (learning for mastery) adalah
suatu falsafah tentang pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem
pembelajaran yang tepat semua peserta didik akan dapat belajar dengan hasil yang
baik dari seluruh bahan yang diberikan. Landasan teoritis ketiga bagi
perkembangan pendidikan berdasarkan kompetensi adalah usaha penyusunan
kembali definisi bakat.
Implikasi terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut, Pertama,
pembelajaran perlu lebih menekankan pada pembelajaran individual meskipun
dilaksanakan secara klasikal, dalam pembelajaran perlu diperhatikan perbedaan
peserta didik. Dalam hal ini misalnya tugas diberikan secara individu, bukan
secara kelompok. Kedua, perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif,
dengan metode dan media yang bervariasi yang memungkinkan setiap peserta
didik mengikuti kegiatan belajar dengan tenang dan menyenangkan. Ketiga,dalam
pembelajaran perlu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian
tugas/praktek pembelajaran agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas
belajar dengan baik. Apabila waktu yang tersedia di sekolah tidak mencukupi,
berilah kebebasan kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas tugas yang
diberikan di luar kelas.
Dalam kaitannya dengan pengembangan pembelajaran berdasarkan
pendekatan kompetensi, Ashan (1981) mengemukakan tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu menetapkan kompetensi yang ingin dicapai, mengembangkan
strategi untuk mencapai kompetensi, dan evaluasi.
Evaluasi
dilakukan
untuk
menggambarkan
perilaku
hasil
belajar
10
sangat terstruktur.
Bahan Belajar Mandiri
Jenis-jenis bahan belajar mandiri di antaranya adalah :
1.
Bahan
Pembelajaran
Berprogam,
yaitu
paket
progam
kesempatan
untuk
ikut
menentukan
cara
dan
kriteria
11
pendekatan
mengidentifikasi,
keterampilan
mengklasifikasi,
proses
antara
menghitung,
lain
mengukur,
12
Suasana kelas
Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau
kejadian.
Kelemahan-kelemahan eksperimen:
13
2.2.3
Pendekatan Lingkungan
Menurut Mulyasa (2008:101) Pendekatan lingkungan merupakan suatu
Pemilihan
tema
seyogyanya
ditentukan
oleh
kebutuhan
14
Pengajaran
sesungguhnya
harus
selanjutnya.
15
mendasarkan
pada
pengajaran
2.2.4
merupakan
salah
satu
pendekatan
pembelajaran
yag
digunakan
dalam
tematik
merupakan
pendekatan
pembelajaran
untuk
mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang
mempengaruhi peserta didik dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan
tematik sering juga disebut pendekatan terpadu (integrated). Perlunya pendekatan
tematik pada pembelajaran yang mempunyai korelasi tinggi ialah kenyataan
bahwa Dunia nyata itu menujukkan adanya keterpaduan dan bahwa peserta
didik ternyata lebih baik bila belajar menghubung huungkan berbagai faktor
yang ada.
Pendekatan tematik bertujuan :
a. Membentuk pribadi yang harmonis dan sanggup bertindak dalam
menghadapi berbagai situasi yang memerluka keterampilan pribadi.
b. Menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan peserta didik.
c. Memperbaiki dan mengatasi kelemahan kelemahan yang terdapat pada
metode mengajar hafalan.
Pelaksanaan pendekatan tematik secara optimal perlu ditunjang oleh
kondisi sekolah sebagai berikut :
a. Guru mesti berpartisipasi dalam sebuah tim serta mempunyai tanggung
jawab untuk menyukseskan tujuan tim
b. Guru harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan program
pembelajaran tematis pada jadwal yang telah ditentukan.
c. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pendekatan tematik harus
tersedia, baik lingkungan sekolah maupun berupa pinjaman dari luar.
16
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
tematik
dan
17
lulusan yang kompeten dan cerdas dalam membangun integritas social, serta
membudidayakan dan memwujudkan karakter nasional.
2..4.1.2. Pengertian Pembelajaran Tematik
Menurut Rusman (2011: 254) Model pembelajaran tematik adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari
suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan
memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan ( Poerwadarminta,
1983). Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep
dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsepkonsep dari mata pelajaran lainnya.
Dengan adanya tema ini akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1.
2.
3.
4.
18
5.
siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
Pesikologis
terutama
berkaitan
dengan
psikologi
19
Bersifat fleksibel
Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajarandengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa
dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.
20
21
pada
kegiatan
belajar
mengajar
Menurut
Idaha
riyanti
22
pendekatan
STM
mempunyai
beberapa
perbedaan
jika
dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan
aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan.
Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang
diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah,
tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari hari,
yang
dalam
pemecahannya
menggunakan
langkah
langkah
23
3. keterlibatan peserta didik secara aktif dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah,
4. penekanan pada keterampilan proses IPA, agar dapat digunakan oleh
peserta didik dalam mencari solusi terhadap masalahnya, dan
5. sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar.
Horsley, et.al, (dalam http://www.papantulisku.com. Diakses 30-03-2011:
18.59) mengemukakan bahwa pembelajaran ipa dan teknologi diperlukan agar
konsisten dengan cara-cara para ahli dalam melakukan penyelidikan yang bersifat
ilmiah dan teknologi. Model pembelajaran IPA dan teknologi melibatkan peserta
didik dalam kegiatan-kegiatan penyelidikan, mengkonstruksi makna yang mereka
temukan, mengajukan penjelasan dan solusi yang masih tentatif, menelusuri
kembali konsep-konsep,dan menilai konsep-konsep yang dijadikan rujukan.
Model pembelajaran IPA dan teknologi yang berorientasi pada konstrukstivisme
dengan model STS yang diajukan oleh Horsley, et.al, (1990:59), Carin (1997:74),
dan Yager (1992:15) meliputi empat tahap, yaitu tahap:
a. invitasi,
b. eksplorasi, penemuan, dan penciptaan,
c. pengajuan penjelasan dan solusi,
d. pengambilan tindakan.
24
Invitasi
Pada tahap ini guru merangsang peserta didik mengingat atau
25
diperlukan untuk menghaluskan rumusan masalah yang diajukan peserta didik dan
mengacu kepada sumber belajar, bisa berupa LKS yang telah ada atau
menyiapkan LKS yang baru. Guru dan peserta didik mengidentifikasi bersama
mengenai masalah atau pertanyaan dan jawaban sementara yang paling mungkin
dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan lingkungan dan alokasi waktu
pembelajaran serta topik.
Eksplorasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peserta didik merupakan upaya
untuk mencari jawaban atau menguji jawaban sementara yang telah dibuat dengan
mencari data dari berbagai sumber informasi (buku, koran, majalah, lingkungan,
nara sumber, instansi terkait, atau melakukan percobaan). Hasil yang diperoleh
peserta didik hendaknya berupa suatu hasil analisis dari data yang diperoleh.
Kegiatan yang dilakukan peserta didik dapat mengacu kepada LKS yang telah ada
untuk topik tersebut atau dapat juga mengembangkan sendiri berdasarkan LKS
yang telah ada atau membuat LKS yang baru. Kegiatan peserta didik dapat
berlangsung di dalam kelas, halaman sekolah, atau di luar sekolah yang
diperkirakan memungkinkan dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan peserta didik
pada tahap ini di antaranya dapat berupa iuran pendapat, mencari informasi,
bereksperimen, mengobservasi fenomena khusus, mendesain model, dan
mendiskusikan pemecahan masalah.
yang diperoleh dari analisis informasi yang didapat, menyusun suatu model
penjelasan (baru), meninjau dan mendiskusikan solusi yang diperoleh, dan
menentukan beberapa solusi. Guru membimbing peserta didik untuk memadukan
konsep yang dihasilkannya dengan konsep yang dianut oleh para ahli IPA. Peran
Guru hendaknya dapat menghaluskan atau meluruskan konsep peserta didik yang
keliru.
Penentuan tindakan
Pada tahap ini peserta didik diajak untuk membuat suatu keputusan dengan
26
untuk berbagai gagasan dengan lingkungan, atau dalam kedudukan peserta didik
sebagai pribadi atau sebagai anggota masyarakat. Peserta didik juga diharapkan
merumuskan pertanyaan lanjutan dengan ditemukannya suatu penjelasan terhadap
fenomena alam (konsep IPA), dan juga mengadakan pendekatan dengan berbagai
unsur untuk meminimalkan dampak negatif suatu hal atau yang merupakan
tindakan positif suatu masyarakat. Pengambilan tindakan ini di antaranya dapat
berupa
kegiatan
pengambilan
keputusan,
penerapan
pengetahuan
dan
Pendekatan Konstektual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna
dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi
target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan
masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan
daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran
yang variatif dengan prinsip membelajarkan memberdayakan siswa, bukan mengajar
siswa. (http://smacepiring.wordpress.com. Diakses 30-03-2011:20.20).
Pemahaman,
penyajian
ilmu
pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang
dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen,
2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan
kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benarbenar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan
lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam
mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
27
model
pembelajaran
kontekstual,
mengajar
bukan
transformasi
28
29
dimiliki ketika seseorang siswa berada dalam kelas, akan tetapi jauh lebih penting
dari itu bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut keluar kelas yaitu pada
saat ia dituntut untuk menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
7). Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Tahap terakhir adalah melakukan penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan
berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk
terhadap pengalaman belajar siswa.
2.2.7
Pendekatan Kontruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual.
Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba
(Suwarna,2005).
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel
(1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999)
kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan
secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan
30
kumpulan
pelajar
yang
diajar
menggunakan
pendekatan
31
pertanyaan-pertanyaan,
dan
siswa
mencoba
menajwab
32
gagasan-gagasan
bila
para
siswa
sudah
tingkat
perkembangan yang tinggi. Tetapi, kerap kali kata-kata dan istilah teknis
merintangi berpikir, oleh karena itu guru hendaknya dapat membangkitkan
gagasan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikr siswa.
g. Memperkenalkan kembali materi kegiatan.
Alasanya anak-anak memperoleh pengetahuan dengan cara-cara yang
berbeda dari cara orang dewasa.
2.2.8. PENDEKATAN EKSPOSITORI
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan
penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditemukan oleh guru. Hakekat menurut
pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa
dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Komunikasi
yang digunakan dalam interaksinya dengan siswa menggunakan komunikasi satu
arah. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan
kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan grafik, dan lain-lain.
Pendekatan ekspositori menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, karena guru
lebih
aktif
memberikan
informasi,
menerangkan
suatu
konsep,
model
pengajaran
langsung
guru
harus
mendemontrasikan
33
langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan,
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
Landasan Teoritik
Model pengajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi
besar tugas
guru ialah
membantu
siswa memperoleh
siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama
melalui: memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab)yang
terencana. Ini berarti pembelajaran tidak bersifat otoriter, dingin, dan tanpa
34
humor. Ini berarti lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi
agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
35
2.2.9
PENDEKATAN KOOPERATIF
Teori
yang
melandasi
pembelajaran
kooperatif
adalah
teori
Dengan
demikian,
pendidikan
hendaknya
mampu
36
dimana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan bereaksi pada
peristiwa tersebut.
Di samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses
pembelajaran dituntut interaksi yang seimbang, interaksi yang dimaksudkan
adalah adanya interaksi atau komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, dan siswa dengan guru. Dalam proses belajar diharapkan adanya
komunikasi banyak arah yang memungkinkan akan terjadinya aktivitas dan
kreativitas yang diharapkan.
Berkaitan dengan karya Vigotsky dan penjelasan Piaget, para konstruktivis
menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui pembentukan
kelompok belajar. Dengan kelompok belajar memberikan kesempatan kepada
siswa secara aktif dan kesempatan untuk mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan
siswa kepada teman akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas
bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.
2.2.9.1 KONSEP DASAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran
kooperatif
(Cooperatif
learning)
merupakan
bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas,
yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi
(Nurulhayati dalam Rusman, 2010:203). Dalam sistem belajar yang kooperatif,
siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa
memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan
membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam
sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.
37
siswa
dalam
berpikir
kritis,
38
memecahkan
masalah,
dan
39
2.
3.
40
4.
Pengakuan Tim : penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.
2.
3.
Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai topik tersebut
4.
41
5.
6.
2.
3.
Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
2.
3.
Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini
guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar
siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4.
42
pengorganisasian
teknik
kelas
dengan
menggunakan
kooperatif
Group
43
digunakan
Tahap persiapan
Pada tahap ini, Guru mempersiapkan materi berikut perangkat pengajaran
termasuk lembar kerja peserta didik dan soal quiz serta menentukan metode
pembelajaran dan penyajian materi pada awal pembelajaran.Pembagian kelompok
diatur berdasarkan skor awal, masing-masing kelompok terdiri dari 46 orang
dengan prestasi yang bervariasi, jenis kelamin dan ras yang berbeda. Guru
menjelaskan bahwa tugas utama kelompok adalah membantu anggota untuk
menguasai materi dan mempersiapkan quiz serta setiap anggota hendaknya
berusaha untuk memperoleh nilai yang baik karena prestasi individu akan
berpengaruh besar terhadap kelompok.
yang hendak dicapai dan prasyarat yang harus dimiliki. Penyajian materi
dilakukan
secara
klasikal.
Dalam
menyajikan
44
materi
pelajaran,
Guru
bukan hafalan
mengontrol pemahaman peserta didik sesering mungkin
memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari suatu
pertanyaan.
Setelah peserta didik memahami permasalahan, selanjutnya beralih pada materi
berikutnya.
tugas yang diberikan Guru dalam LKS. Dalam kegiatan kelompok peserta didik
saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab
atas kelompoknya. Peran Guru dalam tahap ini sebagai fasilitator dan motivator
kegiatan tiap kelompok
diberi tes dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah
dicapainya. Hasil tes digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan untuk
perolehan skor kelompok
45
2.
Setiap siswa mendapat kartu dan mimikirkan jawaban atau soal dari kartu
yang dipegang.
3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
Kesimpulan.
46
bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula
sebagai review materi pembelajaran.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
sisiwa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang
sisiwa yang mempunyai kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang
berbeda. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada tiap kelompok.
Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.
Apabila ada dari anggota kelompok yang lain tidak mengerti dengan tugas yang
diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk
memberikan jawaban atau menjelaskan. Menurut Slavin (dalam Rusman,
2011:225) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan
yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok
(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan
kelompok (team recognition).Adapun cirri-ciri TGT sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil.
b. Games tournament.
c. Penghargaan kelompok.
Cara turnamen
a. Salah satu siswa mengocok kartu poin dan diletakkan di atas meja
turnamen
b. Setiap pemain mengambil satu kartu poin
c. Siswa yang mendapat kartu terbesar 1 menjadi reader 1, terbesar 2 menjadi
penantang 1, terbesar 3 menjadi penantang 2, dan terkecil menjadi reader 2.
d. Reader 1 mengocok kartu poin dan mengambil salah satu lalu disesuaikan
dengan karu soal, membaca soal sekaligus menjawab.
e. Penantang 1 setuju, tidak setuju atau pas terhadap jawaban reader 1, jika
tidak setuju, jawab yang lain dengan alasan, penantang 2 : penantang 1.
f. Reader 2 juga sebagai penantang 3 dan bertugas membuka kunci jawaban
dan memberikan kartu poin kepada pemain yang jawabanya benar. Jika
jawaban reader dan penantang betul semua maka reader 1 berkesempatan
47
mendapat kartu poin, tetapi jika salah, kartu poin di kembalikan dan ditaruh
dipaling bawah.
g. Posisi kartu poin berputar sesuai jarum jam, sehingga terjadi perubahan
posisi reader1 menjadi reader2, reader 2 menjadi penantang 2, penantang 2
menjadi penantang 1, dan penantang 1 menjadi reader1.
h. Permainan dilanjutkan sampai kartu soal terjawab semua.
i. Reader 1 pada soal terakhir, mencatat jumlah kartu yang diperoleh
masing-masing-masing pemain pada teamnya.
Kelebihan TGT
Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
Proses belajar bmengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
Motifasi belajar lebih tinggi
Hasil belajar lebih baik
Kelemahan TGT
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen
dari segi akademis.
Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak.
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
2.2.9.4.6 Model Role Playing
Model Role Playing disebut juga sosio drama, dalam proses pembelajaran
diharapkan para guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan
perasaan-perasaan, dengan bermain peran diharapkan siswa terampil atau
menghayati dalam berbagai figur khayalan atau figure sesungguhnya dalam
berbagai situasi, dalam metode ini dapat melibatkan aspek-aspek kognitif dan
aspek afektif atas tokoh yang mereka perankan, role playing termasuk permainan
pendidikan yang dapat dipakai untuk menjelaskan peranan,sikap, tingkah laku dan
48
nilai-nilai dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir
orang lain.
Tujuan dan manfaat Role Playing menurut Shaftel
a.
Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realitas
hidup.
b.
Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana
akibatnya.
c.
d.
e.
2.
3.
4.
5.
Memanggil para siswa yang sudah di tunjuk untuk melakukan skenario yang
sudah dipersiapkan.
6.
7.
8.
9.
10. Evaluasi.
11. Penutup.
2.2.9.4.7 Metode Think Pair and Share
49
terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir
sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.
2. Langkah 2 Bepasangan (Pairing): Selanjutnya guru meminta kepada siswa
pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara
keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini
akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke
pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan
tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Model ini dirancang untuk
menggabungkan insentif motivasional dari penghargaan kelompok dengan
program pembelajaran individual yang cocok dengan tingkatan yang dimiliki
oleh siswa.
Siswa dikelompokkan kedalam empat atau lima orang secara heterogen.
Setiap siswa mengerjakan unit-unit program matematika sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Artinya, dalam suatu tim bisa saja si A mngerjakan
unit 2, si B mengerjakan unit 5. para siswa mengikuti rangkaian kegiatan yang
50
51
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk memiliki kompetensi
paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial. Upaya untuk menguasai keempat kompetensi itu melalui pendidikan
formal hanyalah merupakan syarat mutlak bagi guru. Akan tetapi upaya
peningkatan kemampuan terus menerus (continuous improvement) merupakan
syarat yang tidak perlu ditawar-tawar lagi Ada kecenderungan dewasa ini untuk
kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek
tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang. Pendekatan, strategi, metode, teknik dan model-model
pembelajaran perlu dipahami dan diterapkan oleh para pendidik, guna
menciptakan pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) yang selanjutnya untuk
mewujudkan makna
pendidikan
nasional yakni usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Sehingga peningkatan mutu pendidikan nasional
menjadi harga mati, oleh karena itu guru semakin dituntut untuk menggunakan
model pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi siswa.
52
3.2. SARAN
Masa depan generasi penerus bangsa sebagian ada ditangan para pendidik,
untuk itu kami sebagai pendidik dan calon pendidik menyusun makalah ini dalam
rangak menambah pengetahuan. Dalam penulisan makalah ini penulis tentu
terdapat kekuarangan dan kelebihan, untuk itu saran dan kritik dari pembaca demi
kesempurnaan.makalah.ini.kami.harapkan.
53
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. (2011). Paikem Gembrot Mengembangkan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira
dan Berbobot. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya
Mulyasa, Enco. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV.
Alvabeta
Sanjaya Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo.
http://idahariyanti.student.fkip.uns.ac.id/files/2009/12/SBM-TGL-7.docx.doc
2004. Hasil dari Modul Workshop Rencana Program dan Implementasi Life Skill
SMA Jawa Timur. Jawa Timur.
http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/.
http://www.papantulisku.com/2010/04/model-pembelajarn-ipa teknologi_5715.html
http://imamahmadi.wordpress.com/2010/04/23/model-pembelajaran/
54
a.
Moderator : Zeria
b.
Penanya
: 1. Munip
2. Yusuf
3. Rahayu
c. Penjawab
: 1. Nur Affandi
2. Adi Kurniawan
3. Nunik Ekowati
d. Penyanggah
: 1. Tri Pujianto
2. Nur Sholihah
e. Penyempurna
A. PERTANYAAN
1. Munip
Bagaimanakah cara mengoptimalkan model pembeajaran dalam suatu
kelas yang karakteristiknya unik?
2. Yusuf
Praktekkan salah satu model pembelajaran yang saudara bahas untuk mata
pelajaran Matematika!
3. Rahayu
Bagaimanakah Teknik mengajarkan tematik secara utuh?
A. JAWAB
1. Nunik
55
Tri Pujianto
Nunik Ekowati
56
Nur Sahalihah
Apabila seorang guru paham dengan cara berpikir anak usia kelas 1, 2, 3
yakni pemikirannya masih global belum bisa dipisah-pisah, tentu guru
akan banyak-banyak belajar serta berusaha menerapkan pembelajaran
tematik secara utuh. Saat ini telah tersedia buku-buku pelajaran (buku
paket) Tematik, jadi guru bisa belajar dan mengajar dari buku tersebut,
dan selanjutnya guru menambahkan materi yang menunjang tema-tema
yang ada pada buku tersebut.
Tambahan
dari Bu Yayuk.
Idealnya kelas 1.2.3 menggunakan pembelajaran tematik.
Di Indonesia tema ditentukan oleh guru, siswa hanya pengikut/pelaksana.
Dalam pelaksanaannya sebelum mengajar guru menstimulasi anak tentang
tema yang akan dibahas. Misal: anak-anak ditelevisi melihat berita tentang
banjir atau bencana alam? selanjutnya guru menyampaikan tema umum
yakni lingkungan dan sub tema gejala alam.
Tetapi di luar negeri, tema ditentukan oleh anak.
Tematik ada 2 macam yakni tematik terpadu dan temaik tidak terpadu
57
58
memberdayakan
siswa,
bukan
mengajar
siswa(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-danmetode-pembelajaran/).
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
kontekstual,
guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara
mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup
dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya
(http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa
yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen
Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa
dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam
59
merupakan
landasan
berfikir
pendekatan
60
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan
Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik
Aziz (1999)
dengan
menghubungkan
pengetahuan
baru
dengan
pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai
accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh
berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali
sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsepkonsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu
berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich,
dan
Yekovich
(1993)
konsep
baru
juga
boleh
dibina
dengan
konstruktivisme
sangat
penting
dalam
proses
61
dengan
pengalaman
mereka.
Pembelajaran
dengan
62
dimulai
dengan
menyajikan
generalisasi
atau
konsep.
berbasis
masalah,
pembelajaran
berbasis
proyek,
63
konsep.
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-danmetode-pembelajaran/).
b. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan
dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan
proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan
belajar.
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-danmetode-pembelajaran/).
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus
selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam
pendidikan.
Pertama,
proses
bagi
64
bagian
dalam
proses
pendidikan
yang
dialaminya
(http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).
5. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National
Science
Teachers
Association
(NSTA)
(1990
diselenggarakan
dengan
cara
mengintegrasikan
tersebut
menjadi
bagian
yang
penting
65
seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology
shape culture, values, and institution, and how such factors shape science
and technology. STM dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan
merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial
mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA
) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan
menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika
dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek :
kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep
pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai
fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat.
Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih
ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari hari, yang dalam
pemecahannya
menggunakan
langkah
langkah
(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-danmetode-pembelajaran/).
Sumber :
Abdul Rahim Rashid. (1998). Ilmu Sejarah: Teori dan amalan dalam pengajaran
A
dan pembelajaran Sejarah. Kertas kerja yang dibentangkan dalam Simposium
Sejarah, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, 3031 Oktober.
Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education). Bandung:
Penerbit
Alfabeta.
Ausubel, D. P. (1963). The psychology of meaningful verbal learning. New York:
A
Grune & Stratton Inc.
66
67
68
Lampiran II
http://imamahmadi.wordpress.com/2010/04/23/model-pembelajaran/
Model Pembelajaran
April 23, 2010 imamahmadi
oleh: Akhmad Sudrajat
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilahistilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3)
metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6)
model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan
harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke
dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun,
2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out
put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan
ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
69
70
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model
pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya
dapat divisualisasikan sebagai berikut:
71
72
Lampiran III
http://www.papantulisku.com/2010/04/model-pembelajarn-ipa teknologi_5715.html
73
74
pada tahap ini di antaranya dapat berupa iur pendapat, mencari informasi,
bereksperimen, mengobservasi fenomena khusus, mendesain model, dan
mendiskusikan pemecahan masalah.
Penjelasan dan Solusi
Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengkomunikasikan gagasan yang
diperoleh dari analisis informasi yang didapat, menyusun suatu model penjelasan
(baru), meninjau dan mendiskusikan solusi yang diperoleh, dan menentukan
beberapa solusi. Guru membimbing peserta didik untuk memadukan konsep yang
dihasilkannya dengan konsep yang dianut oleh para ahli IPA. Peran Guru
hendaknya dapat menghaluskan atau meluruskan konsep peserta didik yang
keliru.EATIF, EFEKTIF DAN
Penentuan Tindakan
Pada tahap ini peserta didik diajak untuk membuat suatu keputusan dengan
mempertimbangkan penguasaan konsep IPA dan keterampilan yang dimiliki
untuk berbagai gagasan dengan lingkungan, atau dalam kedudukan peserta didik
sebagai pribadi atau sebagai anggota masyarakat. Peserta didik juga diharapkan
merumuskan pertanyaan lanjutan dengan ditemukannya suatu penjelasan terhadap
fenomena alam (konsep IPA), dan juga mengadakan pendekatan dengan berbagai
unsur untuk meminimalkan dampak negatif suatu hal atau yang merupakan
tindakan positif suatu masyarakat. Pengambilan tindakan ini di antaranya dapat
berupa kegiatan pengambilan keputusan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan, membagi informasi dan gagasan,dan mengajukan pertanyaan baru.
Model pembelajaran STS ini telah dikembangkan oleh Robert E. Yager et al
untuk membantu Guru-Guru dalam mengajarkan IPA untuk mencapai lima tujuan
utama. Tujuan-tujuan itu dikarakteristikkan sebagai "domain". Domain-domain
itu meliputi domain konsep, proses, aplikasi, kreativitas, dan sikap.
Domain konsep
Domain konsep memfokuskan pada muatan IPAnya. Domain ini meliputi faktafakta, prinsip, penjelasan-penjelasan, teori-teori dan hukum-hukum.
Domain proses
Domain ini menekankan pada bagaimana proses memperoleh pengetahuan yang
dilakukan oleh para saintis. Domain ini meliputi proses-proses yang sering disebut
keterampilan proses IPA, yaitu sebagai berikut: mengamati, mengklasifikasi,
mengukur, menginfer, memprediksi, mengenali variabel, menginterpretasikan
data, merumuskan hipotesis, mengkomunikasikan, memberi definisi operasional,
dan melaksanakan eksperimen.BELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DA
Domain Aplikasi
Domain ini menekankan pada penerapan konsep-konsep dan keterampilan
keterampilan dalam memecahkan masalah sehari-hari, misalnya menggunakan
proses-proses ilmiah dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan
75
76