Anda di halaman 1dari 48

Materi PPG PGSD UMM

MATERI 7 STRATEGI PEMBELAJARAN SD


A. Pendahuluan
PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan) merupakan implementasi proses belajar mengajar dengan mengembangkan budaya organisasi kelas, dan iklim organisasi pengajaran yang bermakna, kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis sehingga menyenangkan bagi siswa sesuai dengan tuntutan Undang-Undang Sisdiknas (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 40 ayat 2 a). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2006 dan Nomer 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan dinyatakan bahwa Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Isi. Untuk dapat mengembangkan hal tersebut dituntut kemampuan guru memahami strategi pengembangannya. Salah satu kemampuan yang harus dikembangkan adalah kemampuan menetapkan model pembelajaran. Penetapan model pembelajaran mengacu pada konsep kurikulum yang berlaku, yaitu KTSP dimana pengembangannya didasari dari kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi, menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar diharapkan dengan: (1) Berpusat pada peserta didik, (2) Mengembangkan kreativitas, (3) Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, (4) Kontekstual, (5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam, dan (6) Belajar melalui berbuat. Dengan dasar kurikulum ini diharapkan tumbuh inovasi-inovasi pembelajaran. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran dengan menggunakan model/strategi/metode/teknik baru di luar kebiasaan atau pengembangan model/strategi/metode/teknik lama dengan tambahan sehingga lebih efektif untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran. Dalam referensi kependidikan sering disandingkan antara pengertian-pengertian tersebut dengan maksud yang serupa. Untuk kepentingan inovasi pembelajaran, akan diuraikan perbedaan antara model, pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah: "Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar." Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000). Pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Pemilihan strategi dapat dilakukan dengan memadukan atau memodifikasi metode-metode
Strategi Pembelajaran SD 7-1

Materi PPG PGSD UMM

yang sudah ada atau menciptakan metode baru. Metode secara harfiah berarti cara. Secara umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pendapat lain juga dijelaskan bahwa metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan menkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Secara implementatif metode pembelajaran dilaksanakan sebagai teknik pembelajaran. Metode adalah alat untuk mencapai tujuan yang bersifat prosedural (fase pendahuluan, fase pembahasan, fase menghasilkan dan fase penurunan), sedangkan teknik merupakan pelaksanakan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan yang bersifat implementatif. Rangkaian dari banyak metode yang digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran dinamakan strategi pembelajaran. Metode bukan merupakan tujuan, melainkan cara untuk mencapai tujuan sebaikbaiknya. Untuk itu tidak mungkin membicarakan metode tanpa mengetahui tujuan yang hendak dicapai. Jadi berhasil tidaknya tujuan yang akan dicapai bergantung pada penggunaan metode yang tepat. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa sebenarnya tidak ada metode mengajar yang paling baik atau buruk. Yang ada adalah guru yang cakap atau guru tidak cakap dalam memilih dan mempergunakan metode dalam pembelajaran. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari dengan jumlah peserta didik yang banyak tentu saja akan berbeda jika dilakukan pada pagi hari dengan jumlah peserta didik yang sedikit. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya ada dua orang yang sama-sama menggunkan metode ceramah dalam situasi yang sama maka bisa dipastian mereka akan melakukannya secara berbeda . Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain. Pendekatan bersifat filosofis paradigmatik, yang mendasari aplkasi strategi dan metode. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi. Sedangkan, strategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diimplementasikan dalam beberapa metode.
Strategi Pembelajaran SD 7-2

Materi PPG PGSD UMM

Pembelajaran inovatif membutuhkan kondisi tertentu antara lain terdapat kebebasan bagi guru untuk menghadapi resiko, mendorong guru untuk mencoba ide baru, memberi kesempatan bagi guru untuk tidak terikat, mendorong guru untuk mencoba berbagai teknik mengajar, dan menyediakan forum untuk refleksi tentang pembelajaran

B. Klasifikasi Strategi Pembelajaran dan Contoh Metode


Strategi dan metode yang dipilih didasarkan dari model pembelajaran yang digunakan atau model digunakan untuk memilih dan menyusun strategi pembelajaran untuk suatu penekanan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dapat digabungkan, dipertukarkan, dan dapat pula dimodifikasi teknik pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan kondisi siswa. Model-model Pembelajaran secara umum terdiri dari model pemrosesan informasi, model personal, model interaksi sosial, dan model behavioral. 1. Model Pemrosesan Informasi: Dalam model ini ditekankan pengambilan, penguasaan dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif siswa. 2. Model Personal: Penekanan dalam model ini adalah pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini juga meliputi pengembangan proses individu membangun dan mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya. 3. Model Interaksi sosial: Model ini menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara siswa. Fokusnya pada peningkatan kemampuan siswa untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. 4. Model Behavioral: Model behaviorial menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari siswa sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon, model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Keempat model di atas tidaklah eksklusif. Sebuah unit pembelajaran mungkin mengandung beberapa model sementara sebuah pembelajaran mungkin menyertakan aspekaspek lebih dari satu model. Penerapan model pembelajaran membutuhkan strategi pembelajaran atau dapat dikatakan penetapan strategi pembelajaran tergantung dari model yang akan diterapkan. Selain model pembelajaran, dalam menetapkan strategi pembelajarn perlu juga diperhatikan pendekatan pembelajara. Pendekatan (approach) memiliki pengertian yang berbeda dengan strategi (Sanjaya Wina, 2007), pendekatan bersifat filosofis paradigmatik, yang mendasari aplikasi strategi dan metode. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Berdasarkan pemerolehan bahan pembelajaran, secara garis besar pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan konsep dan pendekatan proses. 1. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan yang menekankan pada perolehan dan pemahaman fakta dan prinsip.
Strategi Pembelajaran SD 7-3

Materi PPG PGSD UMM

2. Pendekatan proses atau dikenal dengan pendekatan keterampilan proses menekankan


pada bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi. Sedangkan, strategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diimplementasikan dalam beberapa metode. Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu pembelajaran langsung, pembelakaran tidak langsung, pembelajaran interaktif, belajar melalui pengalaman, dan pembelajaran mandiri. 1. Pembelajaran langsung: Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif. Contoh metode dalam pembelajaran langsung adalah: ceramah, tanya jawab, demonstrasi latihan dan drill. 2. Pembelajaran tidak langsung: Umumnya berpusat pada peserta didik. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat. Contoh metode pembelajaran tidak langsung adalah: inkuiri, studi kasus, pemecahan masalah, peta konsep. 3. Pembelajaran interaktif: Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan. Contoh merode dalam pembelajaran interaktif adalah: diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau projek, kerja berpasangan. 4. Belajar melalui pengalaman (Empirik/Eksperiential): Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif. Contoh metode dalam pembelajaran empirik adalah: bermain peran, observasi/survey, simulasi. 5. Pembelajaran mandiri: Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Contoh metode dalam pembelajaran mandiri adalah: pekerjaan rumah, projek penelitian, belajar berbasis komputer. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Strategi Pembelajaran SD 7-4

Materi PPG PGSD UMM

Mengingat yang akan dikembangkan adalah pembelajaran AIKEM, maka metode yang akan dipilh adalah metode yang dapat memotivasi siswa untuk aktif, inovatif dan kreatif dengan masif dipertimbangkan keefektifan dan dalam suasana yang menyenangkan. Untuk supaya siswa banyak mengingat apa yang telah dipelajari, maka siswa diberi banyak kesempatan untuk membaca, mendengar, melihat, mempraktikkan dan mendiskusikan materi pembelajaran.

1. Metode dalam pembelajaran langsung.


Pembelajaran langsung biasanya diidentikkan dengan metode ceramah, dimana pembelajaran ini disinyalir kurang mengaktifkan siswa. Namun demikian pembelajaran langsung masih dapat digunakan dengan menggunakan metode tanyajawab, demonstrasi, dan latihan. Selanjutnya dapat digunakan beberapa cara untuk lebih mengefektifkan pembelajaran langsung, misalnya: Siswa mereviu materi pembelajaran yang telah dipelajari. Materi baru disajikan kepada siswa: materi dikelola per bagian dengan baik. gunakan media visual (penting untuk membaca) Siswa melakukan latihan dengan bimbingan guru. Siswa melakukan latihan secara mandiri (Lembar Kerja Siswa) Siswa dimonitor perolehan keterampilan/pengetahuannya secara periodik. Metode yang dapat dikembangkan ketika siswa menerima penjelasan dari guru antara lain: a. Contoh dan analogi: Guru menyediakan contoh dan ilustarsi dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan pelajaran. Guru juga dapat membuat perbandingan antara materi pelajaran dengan pengalaman siswa b. Permainan: Guru menggunakan permainan dalam pembelajaran. Permainan diharapkan sesuai dengan tema. Contoh permainan misalnya tebak gambar, tebak mesteri dalam kotak, atau berbagai jenis kuis di TV dapat diterapkan di kelas dengan beberapa modifikasi (misalnya who wants to millioner, gamezone, permainan kata, dll). c. Kartu respon: Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan pada kartu atau potongan kertas dengan tidak menuliskan nama atau identitas lain. Dapat dikembangkan dengan kartu soal ataupun kartu jawab. Pada kartu soal siswa mendapatkan kartu pertanyaan yang berbeda dan menjawab dengan angkat tangan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif atau imajinatif. Pada kartu jawab siswa mendapatkan kartu jawab, ia angkat tangan saat kartunya cocok dengan pertanyaan guru; gunakan pertanyaan terbuka, produktif atau imajinatif. d. Poling: Guru melakukan survey yang singkat untuk memperoleh data secara cepat. Hal ini dapat dilakukan dengan survey verbal misalnya dengan meminta siswa mengangkat tangan atau mengangkat kartu jawaban

Strategi Pembelajaran SD

7-5

Materi PPG PGSD UMM

e. Kobarkan semangat: Guru berkeliling kelas untuk memperoleh jawaban terhadap


pertanyaan yang mengobarkan semangat seperti satu perubahan yang ingin saya buat di Indonesia adalah ...... Guru menggunakan pertanyaan pengobar semangat yang bervariasi. f. Pemanggilan pembicara selanjutnya: Guru meminta siswa untuk mengacungkan tangan jika mereka ingin menyampaikan pendapatnya dan memanggil seorang siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Setelah selesai giliranya, siswa ini diminta menunjuk siswa lain menyampaikan pendapatnya. g. Cerita atau visualisasi yang menarik: Guru menyediakan cerita fiksi, gambar, grafik atau alat visual lain yang relevan untuk menarik perhatian siswa terhadap apa yang akan guru ajarkan. Termasuk melihat video, mendengarkan radio atau tape recorder.

h. Permasalahan: Guru mengajukan permasalahan yang terkait dengan pelajaran yang akan disampaikan. i. Demonstrasi: guru ataupun siswa dapat mendemonstrasikan sesuatu sesuai tema dengan menggunakan gerak tubuh ataupun alat peraga. j. Reviu koran atau berita: siwa diminta mereviu koran atau berita pada bacaan lain. k. Curah pendapat: siswa diminta untuk berpendapat tentang sesuatu sesuai tema.
Pendapat-pendapat itu ditampung untuk diambil kesimpulan bersama tentang permaslahan yang dibahas. Metode membaca keras-keras: Setiap siswa diminta untuk membaca bagian dari teks ( satu paragraf) di depan kelas dengan keras. Beberapa siswa dapat membaca bagian teks yang sama. Guru dapat menghentikan untuk mengajukan pertanyaan. Setelah beberapa siswa membaca keras kemudian diskusi bersama dan penguatan

l.

Metode yang dapat dikembangkan setelah siswa menerima penjelasan dari guru antara lain: a. Jeda klarifikasi: kegiatan ini dimaksudkan agar sisiwa mendengar dengan aktif. Guru memberikan jeda diantara penjelasannya agar guru dapat mengklarifikasi b. Berbagi catatan: setelah serangkaian kegiatan peserta didik membandingkan hasil catatannya dengan catatan rekannya yang lain c. Tanya jawab: hampir mirip dengan jeda klarifikasi namun tanya jawab dilakukan setelah penjelasan benar-benar tuntas. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terkait dengan konsep dan aplikasinya. Jika tidak ada pertanyaan dari siswa, guru dapat memancing dengan bertanya pada siswa. Perlu diingat bahwa mengajukan pertanyaan bukanlah hal yang mudah bagi siswa. Oleh karenanya, perlu diberikan alokasi waktu bagi siswa untuk berfikir. d. Merespon demonstrasi: setelah siswa diajak mengamati kejadian tertentu, mereka diminta untuk membuat sebuah paragraf tentang kesan siswa terhadap demonstrasi tersebut. Siswa dapat memulai dengan kalimat. Setelah mencermati demonstrasi saya.......................... e. Headline: Guru menyarikan pelajaran dengan kata-kata kunci agar mudah diingat. Metode untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dipelajari
Strategi Pembelajaran SD 7-6

Materi PPG PGSD UMM

a. Mengembangkan peta konsep: secara individual ataupun kelompok siswa diminta untuk
mengembangkan peta konsep yang merupakan representasi gagasan, model, konsep atau hubungan antar konsep. Peserta didik membuat bulatan-bulatan yang di dalamnya terdapat konsep dan garis yang menghubungkan antara bulatan yang satu dengan yang lainnya. One minute paper: kegiatan ini dapat dilakukan di akhir pembelajaran. Mintalah siswa mengeluarkan secarik kertas. Ajukan sebuah pertanyaan terbuka atau tertutup terkait konsep yang telah dipelajari. Berikan waktu satu atau dua menit bagi siswa untuk menjawabnya. Refleksi: mintalah satu atau dua siswa maju di depan kelas dan menceriterakan kesan terhadap pembelajaran. Refleksi juga dapat memancing perasaan dan kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Quis: guru mengajukan beberapa masalah atau soal terkait konsep dan meminta siswa menjawabnya. Quis dapat dilakukan dengan menyertakan nama siswa maupun tidak mencantumkan nama. Quis juga bisa digunakan dengan adu cepat, teka-teki atau sejenisnya. Quis dapat dilakukan secara lisan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif, imajinatif. Quis juga dapat dilakukan dengan cara melengkapi gambar. Turnamen: secara berkelompok siswa berkompetisi untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan konsep yang telah dipelajari. Kelompok siswa yang memenangkan turnamen mendapatkan reward tertentu. Reviu: Minta siswa-siswa untuk mereviu isi pelajaran dengan yang lain atau memberi mereka tes skor reviu.

b.

c.

d.

e.

f.

2. Metode dalam pembelajaran tidak langsung a. Metode Inkuiri: Siswa melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa
mengajukan pertanyaan. Selanjutnya siswa merumuskan dugaan, dan mengumpulkan data. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa diminta untuk menyimpulkan. Metode memecahkan masalah: Setiap siswa diminta untuk merumuskan masalah dengan jelas dan ringkas. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan masalah. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan (fakta dan pengetahuan. Menentukan berbagai pemecahan masalah. Memilih pemecahan yang paling sesuai. Menguji pemecahan masalah yang dipilih. Menilai hasil pemecahan masalah. Metode berdagang: Setiap siswa menuliskan satu hal (misal, pengalaman, ide kreatif, pertanyaan, pendapat atau yang lain) pada sepotong kertas. Setiap siswa menempelkan hasil tulisan pada bajunya. Berkeliling untuk menjual dan membeli (membaca) hasil teman lain. Tetapkan aturan bahwa setiap hasil kerja harus dijual dan dibeli. Secara klasikal, secara bergiliran siswa menyampaikan hasil perdagangannya. Penguatan oleh guru. Analisa studi kasus: kepada peserta didik diberikan kasus yang harus dipecahkan baik secara individual maupun secara berkelompok berdasarkan data, fakta atau konsep yang telah dipelajari di kelas. Mengevaluasi hasil kerja teman: dapat dilakukan setelah mengembangkan suatu produk. Umumnya peserta didik menggunakan rubrik untuk mengevaluasi hasil kerja temannya
7-7

b.

c.

d.

e.

Strategi Pembelajaran SD

Materi PPG PGSD UMM

3. Metode dalam pembelajaran interaktif a. Diskusi kelompok: Guru meminta siswa berkelompok dengan anggota tiga atau lebih
untuk berbagi informasi. Contoh cara membentuk kelompok yang efektif adalah:

Kartu kelompok. Langkah pertama adalah menetapkan jumlah kelompok. Jumlah kelompok dalam kelas dapat ditentukan berdasarkan jumlah siswa. Langkah berikutnya adalah membuat kartu yang diberi nomor dari 1 sampai dengan nomor terakhir yang sesuai dengan jumlah kelompok atau kartu warna-warni dengan jumlah warna sama dengan jumlah kelompok. Kartu-kartu ini dibuat rangkap sebanyak jumlah kelompok. Kemudian kartu-kartu ini dibagaikan kepada siswa-siswa, mereka yang mendapat kartu dengan nomor sama atau warna membentuk satu kelompok Puzzle: Buat gambar hewan atau mobil atau yang lain pada kertas karton sebanyak jumlah kelompok yang ingin dibentuk. Kemudian gambar ini dipotong-potong sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Masing-masing potongan dibagikan kepada siswasiswa. Siswa yang mendapatkan potongan gambar gajah berkumpul dan membentuk satu kelompok. Kartu nama: Gunakan kartu nama yang berbeda-beda bentuk dan atau warnanya untuk menentukan kelompok yang berbeda Kelahiran: Siswa-siswa diminta untuk berkelompok berdasarkan kelahirannya, misalnya siswa yang lahir bulan Januari dan Februari membentuk satu kelompok, demikian juga untuk bulan-bulan yang lain. Kartu remi: Gunakan kartu remi atau jenis lain untuk membentuk kelompok. Misalkan, gunakan aces (as), king (K), queen (Q) dan jack (J) untuk membentuk empat kelompok. Nomor undian: Buat potongan-potongan kertas dan beri nomor sesuai dengan jumlah kelompok dan jumlah siswa. Kemudian masukan dalam kotak. Tiap siswa diminta mengambil nomor undian. Siswa-siswa yang mendapat nomor undian yang sama membentuk satu kelompok. Rasa permen: Bagikan permen dengan berbagai rasa berbagai rasa untuk membentuk kelompok. Misalkan ingin membentuk 4 kelompok maka permen yang dibagikan memiliki empat rasa: lemon, strawbery, mangga, dan jambu. Jumlah masing-masing rasa sesuai dengan jumlah kelompok yang ingin dibentuk. Kesukaan: Kumpulkan mainan yang bertema sama dan gunakan untuk membentuk kelompok, misalkan untuk tema transportasi maka mobil, kapal, pesawat, kereta api dapat digunakan untuk membentuk 4 kelompok. Masukkan mainan ini ke dalam kotak dan minta siswa untuk mengambil undian dan kemudian dikembalikan lagi. Siswa yang mengambil undian yang sama berkumpul membentuk satu kelompok.
7-8

Strategi Pembelajaran SD

Materi PPG PGSD UMM

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

Buku siswa: Guru dapat memberikan kode pada buku PR siswa untuk menentukan kelompok Think, pair and share: ajukan permasalahan pada siswa. Berikan kesempatan 2-5 menit untuk berfikir sendiri (think). Setelah selesai mintalah mereka mendiskusikan masalah yangsama dengan peserta didik disebelahnya selama 3-5 menit (pair). Akhirnya pilihlah satu pasangan untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas (share). Metode Investigasi Kelompok: Siswa membentuk kelompok. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk diberi materi/tugas yang berbeda.Setiap kelompok membahas tugas yang diberikan secara kooperatif dan melakukan investigasi. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicaranya kelompok menyampaikan hasil pembahasan. Guru memberikan penguatan. Metode TGT (Team Game Tournament): Guru menyajikan materi baru. Siswa membentuk kelompok belajar secara heterogen (sesuaikan kondisi siswa kelas awal). Setiap kelompok mengikuti turnamen akademik. Setiap siswa mewakili kelompoknya pada kegiatan turnamen. Beri penghargaan terhadap kelompok yang menang. Metode Jigsaw: Guru menyiapkan tugas sebanyak jumlah kelompok (tugas disesuaikan dengan kemampuan anak kelas awal). Siswa berkelompok dengan jumlah anggota sama dengan jumlah kelompok (siswa harus hafal anggotanya). Setiap siswa dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda. Siswa dari berbagai kelompok yang memperoleh tugas yang sama membentuk kelompok baru dan mendiskusikan bagiannya. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/melaporkan hasil diskusi kepada anggota kelompok yang lain. Secara acak siswa menyampaikan seluruh tugas yang diberikan guru (yakinkan bahwa stiap siswa mampu menguasai seluruh tugas). Penguatan Metode Debat: Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain kontra. Setiap kelompok membaca materi yang akan didebatkan. Guru menunjuk satu anggota pro untuk berbicara dan ditanggapi oleh anggota kelompok kontra, demikian seterusnya. Guru menuliskan ide/gagasan dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi. Guru menambahkan ide yang belum terungkap. Dari data-data di papan tulis, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai Metode Numbered Heads Together: Siswa membentuk kelompok dan setiap anggota menerima nomor (biasanya anggotanya 4 orang). Guru menyampaikan permasalahan untuk didiskusikan oleh setiap kelompok (tiap siswa harus memahami jawaban kelompoknya). Siswa yang nomornya sama dengan nomor yang ditunjuk oleh guru menyampaikan jawaban atas nama kelompoknya. Demikian seterusnya sehingga semua masalah telah dijawab. Penguatan Metode STAD (Student Team Achievement Division): Pembelajaran oleh guru. Siswa membentuk kelompok (sesuaikan dengan kondisi siswa kelas awal). Tiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang diterima (tiap siswa harus memahami jawaban kelompoknya). Salah seorang dari setiap kelompok mengerjakan soal-soal (kuis). Nilai setiap anggota menentukan nilai kelompok. Penguatan
7-9

Strategi Pembelajaran SD

Materi PPG PGSD UMM

i. Metode Team Word-Webbing: Siswa membentuk kelompok (sesuaikan dengan kondisi


siswa kelas awal). Tiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang diterima. Seluruh anggota kelompok menuliskan jaring-jaring konsep pada papan tulis atau kertas besar secara bersamaan di depan kelas. Diskusi kelas dan penguatan Kelompok belajar kolaboratif: siswa dibentuk dalam kelompok heterogen 3-6 orang. Mintalah salah satu siswa menjadi pemimpinnya dan satu yang lain menjadi pencatat. Berikan kesempatan pada sisiwa untuk belajar secara berkolaborasi. Hasil kelompok berupa laporan tertulis Diskusi terbuka: Ajukan pertanyaan pada seluruh siswa atau kelompok. Untuk menghindari pemborosan waktu, guru dapat menyatakan sebelumnya bahwa hanya meminta 4 atau 5 siswa untuk mengajukan pendapat dengan mengacungkan tangan. Pesta Pertanyaan : peserta didik diminta membaca topik/materi tertentu. Masing-masing peserta didik menyiapkan beberapa pertanyaan penting beserta kemungkinan jawabannya. Secara bergiliran peserta didik menyampaikan pertanyaan dan dibahas bersama temantemannya serta dikuatkan oleh dosen. Panel: Guru meminta beberapa siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas seperti dalam bentuk diskusi panel. Siswa-siswa yang duduk di depan menghadap ke teman-teman lain berperan sebagai panelis. Kemudian secara bergiliran siswa-siswa lain menjadi panelis. Fishbowl (diskusi melingkar): Guru meminta beberapa siswa untuk melakukan diskusi secara melingkar dan siswa yang lain mendengarkan dalam format melingkar di luar nya. Kemudian buat lingkaran kecil di dalamnya untuk melanjutkan diskusi. Permainan: Guru menggunakan permainan dalam pembelajaran. Permainan diharapkan sesuai dengan tema. Contoh permainan misalnya tebak gambar, tebak mesteri dalam kotak, atau berbagai jenis kuis di TV dapat diterapkan di kelas dengan beberapa modifikasi (misalnya who wants to millioner, gamezone, permainan kata, dll) Belajar berpasangan: Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas atau berdiskusi dengan teman di dekatnya secara berpasangan. Belajar berpasangan cocok untuk mengerjakan tugas yang rumit.

j.

k.

l.

m.

n.

o.

p.

Beberapa tugas yang dapat diberikan pada kegiatan belajar berpasangan: Mendiskusikan bacaan singkat Saling bertanya terkait dengan reaksi pasangan terhadap tugas membaca, materi pelajaran atau yang lainnya Saling mengritik pekerjaan pasangan Saling bertanya tentang hasil membaca Merangkum pelajaran yang baru diberikan Mengembangkan pertanyaan yang akan diajukan pada guru Mengalisis masalah tertentu, latihan atau percobaan Saling menguji pasangan Merespon pertanyaan yang diajukan guru
Strategi Pembelajaran SD 7 - 10

Materi PPG PGSD UMM

Membandingkan catatan pelajaran yang dibuat di kelas

4. Metode untuk belajar melalui pengalaman a. Bermain peran: masing-masing kelompok diminta merancang permainan peran
berdasarkan konsep yang sedang dipelajari. Kelompok yang satu menanggapi hasil permainan peran kelompok yang lain. b. Membangun model: sama dengan bermain peran masing-masing kelompok diminta untuk mengembangkan model berdasarkan konsep yang dipelajari. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil dan ditanggapi kelompok lainnya. c. Simulasi/latihan praktek: setelah siswa belajar tentang keterampilan motorik tertentu, secara acak siswa diminta untuk mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari di depan kelas.

5. Metode dalam pembelajaran mandiri


Pembelajaran di SD, bisa mulai dilatih dengan pembelajaran mandiri. Hanya saja disesuaikan dengan usia dan kondisi sekolah yang ada. Seperti dikatakan di atas, bahwa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran mandiri antara lain PR (Pekerjaan Rumah), projek, pembelajaran berbasis komputer. a. Metode Pemberian Tugas: Metode pemberian tugas adalah cara penyajian materi pelajaran dengan memberi tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan tertentu dan dipertanggungjawabkan. Tugas dapat dikerjakan di sekolah ataupun di rumah. Jenis tugas yang harus dikerjakan di rumah dinamakan pekerjaan rumah. Tujuan pemberian tugas antara lain supaya siswa dapat memperdalam materi pelajaran dan untuk mengecek materi yang telah dipelajari. Sedangkan fungsinya dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar baik secara individu ataupun kelompok. b. Metode Projek: Metode projek adalah suatu cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari masalah dimana pemecahannya memerlukan tinjauan dari berbagai segi. Dasar pemikiran penggunaan metode ini adalah masalah hanya bisa diselesaikan dengan berbagai segi atau ilmu. Untuk itu hanya pada masalah-masalah yang memerlukan pemecahan unit yang dapat digunakan metode projek. Projek pada anak usia kelas awal tentu saja pemacahan masalah yang sederhana, contoh pertumbuhan tanaman. Anak diminta untuk mengamati beberapa pertumbuhan beberapa tanaman dalam kurun waktu yang cukup panjang, misal 1 bulan.

C. Implementasi Metode dalam Pembelajaran


PAIKEM memerlukan implementasi yang jelas. Implementasi PAKEM tercermin dalam kegiatan awal, inti, dan penutup. Supaya PAIKEM terlaksana perlu digunakan bermacammacam metode. Penggunaan bermacam-macam metode inilah yang dinamakan dengan multimetode. Dalam referensi kependidikan sering disandingkan antara pengertian-pengertian
Strategi Pembelajaran SD 7 - 11

Materi PPG PGSD UMM

model, pendekatan, strategi, metode dan teknik dengan maksud yang serupa, untuk itu dalam panduan pengembangan RPP (Diknas, 2008) dinyatakan sebagai berikut: Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik: a. Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya. b. Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi, tanya jawab, e-learning dan sebagainya. Beberapa metode di atas dapat dipilih berdasarkan penggunaan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dikelompokkan dalam kegiatan awal, inti, dan penutup. Yang perlu diingat bahwa pada metode yang sama dapat digunakan pada kegiatan yang berbeda. Misalnya metode tanyajawab dapat digunakan pada kegiatan awal, inti, ataupun penutup. Kegiatan awal Secara umum kegiatan awal berfungsi untuk: (1) Memfokuskan perhatian siswa dan menciptakan ketertarikan, (2) Merangsang pemikiran siswa, (3) Mengungkap pengalaman awal yang dimiliki siswa, (4) Memotivasi siswa mempelajari materi, (5) Memahami tujuan pembelajaran, (6) Mengingatkan pada kesepakatan kelas Beberapa alternatif kegiatan yang dapat dipilih di antaranya sebagai berikut. 1. Mengajukan kasus-kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan konsep/topik yang sedang dipelajari. 2. Meminta siswa untuk mencermati dan memberikan komentar tentang video, gambar dan sketsa yang terkait dengan konsep yang akan dipelajari dan meminta komentar mereka. 3. Mendemonstrasikan sesuatu di depan kelas dan meminta siswa mengomentarinya. 4. Menyampaikan fakta-fakta perkembangan iptek terkait dengan konsep yang akan dipelajari. 5. Cerita atau visualisasi yang menarik: 6. Reviu koran atau berita 7. Curah pendapat 8. Pesta pertanyaan 9. Quis 10. Dan masih banyak lagi. Kegiatan Inti Apabila bagian awal merupakan bagian untuk memotivasi sisiwa mempelajari konsep, bagian inti merupakan serangkaian kegiatan yang mengarahkan sisiwa untuk membangun konsep. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa dalam kegiatan inti terlebih dahulu sisiwa
Strategi Pembelajaran SD 7 - 12

Materi PPG PGSD UMM

diberikan kesempatan melalui berbagai pilihan kegiatan untuk membangun konsep. Pemilihan kegiatan haruslah cermat dan menjamin mereka untuk mengikuti alur pengumpulan informasi, pemaknaan informasi, dan pembangunan konsep, dan pengkomunikasian konsep kepada sisiwa lain. Pada umumnya guru juga akan menyampaikan penguatan konsep dan memberikan kesempatan kepada sisiwa untuk berlatih menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam kasus-kasus kehidupan nyata. Di bawah ini beberapa strategi atau metode yang dapat dimanfaatkan oleh guru. 1. Pembelajaran kooperatif, atau pembelajaran yang mendorong siswa untuk bekerjasama dengan berbagai pilihan metode, yaitu: (JIGSAW, TGT, STAD, dll). 2. Pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran yang mengarahkan siswa dan untuk memecahkan masalah yang diajukan dengan konsep yang akan dipelajari. 3. Projek dan penyusuna laporan 4. Diskusi 5. Debat 6. Simulasi dan bermain peran 7. Tanya jawab 8. Simulalsi 9. Bermain peran 10. Dan masih banyak lagi Kegiatan akhir Bagian akhir pembelajaran adalah kegiatan guru untuk mengetahui apakah siswa telah berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada tahap ini di antaranya sebagai berikut. 1 Siswa diminta membuat ringkasan tentang hal-hal yang telah dipelajari. 2 Siswa mempresentasikan secara lisan poin-poin penting yang telah mereka pelajari. 3 Siswa mengembangkan tulisan kreatif terkait konsep yang dipelajari. 4 Siswa diminta mengembangkan peta konsep tentang materi yang dipelajari. 5 Siswa diminta untuk mereviu apa yang telah dipelajari.

D. Contoh Penggunaan Metode pada Matapelajaran


Tidak semua metode pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan keadaan pembelajaran berlangsung. Semua metode pembelajaran memiliki kekhasan sendiri-sendiri dan relevan dengan tujuan pembelajaran tertentu namun tidak cocok untuk tujuan dan keadaan yang lain. Dengan kata lain, semua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Prinsip-prinsip penggunann metode antara lain: efektif dan efisien, digunakan secara bervariasi, digunakan dengan memadukan beberapa metode. Faktor-faktor yang perlu di perhatikan dalam menentukan metode pembelajaran, antara lain: (1) tujuan pembelajaran/Indikator dan Kompetensi Dasar, (2) Tema pembelajaran (untuk kelas awal), (3) Kondisi siswa (kemampuan siswa, jumlah siswa), (4) jenis materi, (5) waktu, (6) fasilitas yang ada, dan (7) Kemampuan guru.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 13

Materi PPG PGSD UMM

Berikut akan dicontohkan penggunaan metode dalam 5 matapelajaran (IPA, PKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika).

Penggunaan Metode dalam Pembelajaran IPA


Pada prinsipnya dalam pemilihan metode pembelajaran IPA didasarkan atas rambu-rambu pembelajaran IPA, yaitu

Empat Pilar Pembelajaran UNESCO, yaitu: Learning to know (belajar untuk mengetahui), Learning to do (belajar untuk melakukan), Learning to be (belajar untuk menjadi mandiri), Learning to live together (belajar hidup bersama/bekerja sama) Konstruktivisme, yaitu paradigma pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman diri kita dalam belajar. Pemahaman kita tentang sesuatu bukanlah pemberian orang lain melainkan kita sendiri yang membangunnya secara bertahap. Masing-masing orang memiliki cara atau model sendiri dalam memahami sesuatu, yang mungkin berbeda dengan orang lain. Jadi belajar pada dasarnya adalah proses menerima dan mengolah pengalaman-pengalaman baru menjadi pengetahuan baru Inquiry Sains. Pembelajaran berbasis inquiry adalah cara membangun pengetahuan tentang alam di sekitar kita melalui cara-cara inquiry. Pembelajaran dimulai dengan permasalahan yang dajukan oleh siswa atau yang diarahkan oleh guru pada topik yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memegang peranan untuk menjawab pertanyaan dengan melakukan serangkaian kerja ilmiah. Pada akhir pembelajaran guru mengajukan pertanyaan apakah konsep-konsep telah dipahami dengan baik oleh siswa. Sains, Lingkungan, Teknologi dan Kemasyarakatan. Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, dan memanfaatkannya untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Salingtemas merupakan pendekatan yang berbasis kepada masalah dan responsif terhadap masalah-masalah yang terkait dengan implikasi sains dan teknologi serta lingkungan baik yang berskala lokal, nasional maupun internasional. Masalah yang diselidiki dipilih sendiri oleh siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat memahami konsep, proses dan pengaruh sains dan teknologi pada masyarakat dengan berbagai perspektif. Dalam setting pembelajaran salingtemas, siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang mengasah kemampuan untuk mengambil kebijakan terhadap masalah sains dan teknologi. Problem Solving. Melibatkan siswa pada kasus permasalahan nyata dalam kehidupan: Membentuk kelompok, menyajikan masalah, mengaktifkan kelompok, penguatan, mempertanyakan solusi Pembelajaran Sains bermuatan nilai. Ada dua dimensi dalam pembelajaran sains berluatan nilai, yaitu: (1) Ketuhanan, yaitu fitrah bertuhan, (2) Kemanusiaan, yaitu berbudi luhur.

Contoh-Contoh Metode IPA 1. Pembelajaran Berbasis Masalah


Strategi Pembelajaran SD 7 - 14

Materi PPG PGSD UMM

Metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Langkah: a. Pembentukan kelompok: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (3-5 siswa) jika mungkin dengan kemampuan yang heterogen. b. Menghadirkan masalah: Guru memotivasi siswa dan menyampaikan permasalahan pada masing-masing kelompok c. Mengaktifkan kelompok: Guru meminta kelompok melaksanakan curah pendapat, berdiskusi,mencari informasi dan melakukan penyelidikan. d. Presentasi Perumusan Masalah: Siswa diminta mengemukakan hasil-hasil diskusi dan penyelidikan kepada kelompok yang lain, diskusi dan mencari penjelasan e. Penguatan: Guru menyampaikan penguatan-penguatan dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dipelajari Apa yang harus dilakukan siswa? a. Merumuskan masalah: Siswa diharapkan mampu merumuskan permasalahan yang akan dipecahkan. b. Mengidentifikasi kemungkinan solusi: Siswa diharapkan melakukan curah pendapat untuk mengidentifikasi kemungkinan solusi dari masalah yang dihadapi c. Mempersempit pilihan: Dari berbagai alternatif solusi, siswa diharapkan dapat memilih penyelesaian prioritas dan menentukan data yang diperlukan untuk menguji alternatif solusi tersebut. d. Mengajukan hipotesis: Dari alternatif solusi yang diprioritaskan siswa menentukan hipothesis solusi permasalahan e. Menguji hipothesis: Siswa melakukan penyelidikan untuk menguji hipothesis yang diajukan f. Menyusun Laporan: Siswa membuat laporan sederhana untuk disampaikan kepada teman-temannya. Kriteria topik-topik permasalahan yang baik Bermakna dan ada hubungan dengan kehidupan nyata. Tingkat kesulitan masalah sesuai dengan perkembangan siswa Aktifitas penyelesaian masalah sesuai dengan indikator kompetensi yang akan dipilih. Sumber, bahan dan media mudah didapatkan

2. Pengembangan model Bermain Peran


Strategi pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memerankan kejadian alam/fenomena agar lebih mudah dipelajari. Biasanya pada materimateri tertentu dimana pengamatan langsung sulit dilakukan.Contoh: (1) Peredaran benda langit, (2) Pencernaan makanan dalam tubuh. Langkah:
Strategi Pembelajaran SD 7 - 15

Materi PPG PGSD UMM

a. b. c. d. e.

Siswa menerima tugas permainan peran. Siswa melakukan diskusi Siswa mengumpulkan informasi yang relevan Siswa menyusun permainan peran Siswa melakukan permainan peran

3. Pengembangan Model Simulasi Dilakukan apabila: (1) Kegiatan eksperimen dan pengamatan langsung sulit dilakukan (2) Tersedia media untuk mengembangkan model, (3) Terdapat sumber-sumber data pendukung Langkah: a. Pembentukan Kelompok b. Pembagian dan penjelasan LKS c. Sharing hasil pengembangan model d. Penguatan guru

4. Metode Inquiri
Metode inquiri adalah metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik lain (Eggen dan Kauchak (1996). Penerapan metode inquiri ini misalnya pada pembahasan tentang topik perkecambahan. Langkahlangkahnya sebagai berikut: Siswa secara individu diminta untuk mengecambahkan dua biji kacang hijau yang masingmasing diletakkan pada tempat gelas plastik berbeda yang sebelumnya diberi kapas basah. Gelas yang satu diletakkan pada tempat yang gelap dan yang satu lagi diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah lima hari mereka kita suruh mengamati, dan memberikan alasan mengapa kecambah yang dihasilkan berbeda. Dari hal ini siswa diharapkan dapat menjawab fakta yang terjadi yaitu kecambah ditempat gelap warnanya putih dan panjang, sedangkan yang ditempat terang lebih pendek dan kehijauan. Dari jawaban tersebut menggiring siswa untuk dapat membuat generalisasi tentang proses perkecambahan. Guru bertindak sebagai inspirator, dan fasilitator sehingga generalisasi yang ditemukan oleh siswa memiliki penguatan. Inspirasi dari guru sangat dibutuhkan untuk memupuk jiwa dari siswa selalu ingin tahu terhadap sesuatu nyang baru

5. Metode Penemuan
Penemuan (discovery) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses disamping
Strategi Pembelajaran SD 7 - 16

Materi PPG PGSD UMM

hasil belajar. Contoh: penemuan hati pisang sebagai sumber makanan yang kaya zat gizi. Lagkah-langkahnya sebagai berikut: Proses ini didahului dengan fakta-fakta yang ada di alam, siswa mengamati dari lingkungannya ternyata ada sebagian masyarakat yang mengkonsumsi hati batang pisang sebagai pengganti dari nasi, masyarakat tersebut tidak keracunan justru bertambah sehat. Hasil observasi ini akan menjadikan siswa-siswi tersebut bertanya: mengapa hati batang pisang dapat dimakan. Guru harus dapat menjadi fasilitator dan motivator terhadap masalah ini, melalui referensireferensi yang ada, maka siswa dibimbing untuk melakukan analisis di laboratorium untuk memestikan kandungan gizi yang ada pada hati batang pisang. Berdasarkan proses ini maka siswa dapat menemukan kandungan gizinya dan menyimpulkannya.

6. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Eksperimen merupakan situasi pemecahan masalah yang di dalamnya berlangsung pengujian suatu hipotesis, dan terdapat variabel-variabel yang dikontrol secara ketat. Hal yang diteliti dalam suatu eksperimen adalah pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain. Contoh: pengamatan vitamin C pada buah-buahan dengan menggunakan larutan Iodin. Ekstrak buah yang mengandung vitamin C rendah dengan buah yang mengandung vitamin C tinggi dapat ditunjukkan dengan warna coklat pada larutan. Buah yang mengandung sedikit vitamin C setelah ditetesi dengan iodin menunjukkan warna yang terang, sebaliknya untuk buah yang mengandung vitamin C tinggi warnanya coklat tua.

7. Metode karyawisata
Karyawisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karyawisata memiliki banyak hal yang bersifat nonakademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar. Metode karya wisata sangat efektif digunakan untuk mengungkap konsep dan fakta yang lebih besar skalanya, misalnya tentang ekosistem danau, pabrik, ekosistem gurun, stasiun kereta api, dan lain sebagainya. Sebelum karyawisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber pembelajaran. Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah. Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai pedagogis. Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum. Apabila sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, karyawisata dapat dilaksanakan.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 17

Materi PPG PGSD UMM

Membuat dan mengembangkan program karyawisata secara logis, dan sistematis.

Melaksanakan karyawisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pemebelajaran, efek instruksional dan pengiring, iklim yang kondusif.

Menganalisis ketercapaian, kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karyawisata yang akan datang.

Contoh Skenario Pembelajaran IPA:


Kelas/Semester: IV/I Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan alat indera manusia, fungsi dan pemeliharaannnya Indikator: 1. Mengidentifikasi alat indera manusia berdasarkan pengamatan 2. Menjelaskan kegunaan alat indera 3. Mencari informasi tentang kelainan alat indera yang disebabkan oleh kebiasaan buruk misalnya membaca di tempat yang kurang terang. Minumair panas . 4. Memberi contoh cara merawat alat indera

Skenario Pembelajaran:
Kegiatan Awal

Siswa diajak membuka pelajaran dengan bersama-sama menyanyikan lagu Dua Mata Saya . Siswa membangun kesepakatan Siswa menerima foto kopi yang berisi gambar-gambar tentang penggunaan panca indera Secara berkelompok siswa mendiskusikan gambar-gambar yang dibagikan guru. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti

Siswa mengelompok menjadi 5 kelompok secara acak. Guru juga membagikan format penilaian antar teman (peer assessment) pada masing-masing siswa Siswa melakukan kegiatan eksperimen berdasarkan Lembar kerja yang telah disediakan. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk membahas hasil-hasil eksperimen. Setiap kelompok mempresentasikan hasil-hasil diskusinya dan ditanggapi kelompok yang lain. Siswa diarahkan untuk mengambil kesimpulan dari hasil diskusi /presentasi. Secara individual semua siswa diminta menuliskan pemahaman tentang konsep panca indera Kegiatan Penutup Siswa mencermati penguatan tentang konsep alat indera dari guru
Strategi Pembelajaran SD 7 - 18

Materi PPG PGSD UMM

Siswa mengajukan pertanyaan atau gagasan yang terkait dengan penguatan guru Siswa menerima pertanyaan/evaluasi dari guru Guru memberikan tugas individu berupa pengumpulan kliping tentang alat indera dan perawatannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan Metode dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


Berdasarkan pada pandangan tentang pemerolehan bahasa dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD, pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan dengan didasarkan pada pendekatan komunikatif, kontekstual, whole language, dan integratif. Pendekatan komunikatif didasarkan pada teori bahasa yang menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan makna, yang menekankan pada dimensi semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karena itu, yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Tujuannya mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis) (Nunan, 1989). Sesuai dengan pendekatan komunikatif, pembelajaran bahasa Indonesia sudah seharusnya dilaksanakan secara kontekstual. Johnson (2004) memberikan penjelasan bahwa Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik (Nurhadi, 2004). Secara garis besar, langkahlangkah penerapan kontekstual di kelas sebagai berikut. 1. Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (Komponen konstruktivisme). 2. Laksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan (Komponen inkuiri). 3. Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya (Komponen bertanya).

4. Ciptakan masyarakat belajar melalui kerja kelompok (Komponen masyarakat belajar). 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (Komponen pemodelan). 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka
belajar sesuatu (komponen refleksi). 7. Lakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara (komponen asesmen autentik).
Strategi Pembelajaran SD 7 - 19

Materi PPG PGSD UMM

Dari segi pelaksanaan pembelajarannya, pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan didasarkan pada pendekatan wholelanguage. Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisahpisah. (Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992, dalam Santosa, 2004). Para pakar whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu, pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan sehubungan dengan pembelajaran keterampilan menulis. Demikian juga pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan dengan pembelajaran berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu, dalam pendekatan whole language, pembelajaran bahasa dapat juga disajikan sekaligus dengan materi pelajaran lain, umpamanya bahasa-matematika, bahasa-IPS, bahasa-sains, bahasa-agama. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilaksanakan secara integrative, baik interbidang studi maupun antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Integratif antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik. Pengintegrasian kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia secara interbidang studi dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagan Pengintegrasian Interbidangstudi

Strategi Pembelajaran SD

7 - 20

Materi PPG PGSD UMM

Pendekatan whole language didasari oleh paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated) (Robert dalam Santosa, 2004). Anak termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya memang bermakna bagi mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru, berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang menunjang siswa agar dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language berubah dari fungsi desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamme & Hysmith, 1993). Ciri-ciri Kelas Whole Language Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language :

Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan. Barang-barang tersebut diletakkan dalam alamari kabinet dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan bulletin board. Salah satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan dilengkapi berbagai jenis buku, majalah, koran, kamus, buku petunjuk dan berbagai barang cetak lainnya. Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru hanya sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab yang biasanya dilakukan oleh guru. Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Dalam hal ini interaksi guru adalah multiarah. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen. Guru tidak mengharapkan kesempurnaan, yang penting adalah respon atau jawaban yang diberikan siswa dapat diterima. Siswa mendapat balikan (feed back) positif baik dari guru maupun temannya.

Dari ketujuh ciri tersebut dapat terlihat bahwa siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Guru tidak perlu berdiri lagi di depan kelas meyampaikan materi. Sebagai fasilitator guru berkeliling kelas mengamati dan mencatat kegiatan siswa. Dalam hal ini guru menilai siswa secara informal. Dengan demikian pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan dapat lebih mengaktifkan siswa, mendorong siswa untuk inovatif, menyenangkan, dan efektif (PAIKEM).

Cobtoh Metode Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara Terpadu Kelas Awal
1. Team Game Tournament Mencocokkan Kata dan Gambar Kompetensi Dasar: Membedakan berbagai bunyi Langkah Kegiatan: a. Menyanyi dan gerak: lagu Satu-satu b. Guru menunjukkan gambar orang tua dan anakanak
Strategi Pembelajaran SD 7 - 21

Materi PPG PGSD UMM

c. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang gambar yang ada. d. Guru memperlihatkan kartu kata pada saat menunjukkan gambar tersebut dan melafalkan dengan tepat. e. Siswa menirukan pelafalan dengan tepat f. Guru menugasi siswa secara kelompok beradu cepat menempelkan kartu kata pada gambar yang dipajang di papan flannel/flip board yang sesuai dengan ucapan guru. g. Siswa melafalkan kata-kata yang telah ditempelkan. Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? a. Pengembangan kosa kata b. Pelafalan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat c. Kemampuan mengingat

ini nana

ini mama

ini dani

ini mama nana Pengembangan

nana adik dani

dani kakak nana

a. Guru meletakkan beberapa kartu kata di setiap halaman dan membacakannya di depan siswa, sehingga menjadi cerita utuh b. Siswa secara kelompok diberi kartu-kartu kata tersebut dan diminta merangkaikannya kembali sehingga menjadi cerita yang utuh c. Bermain peran sesuai isi cerita

2. Bermain Tangkap Bola


Kompetensi dasar : Mendeskripsikan benda-benda di sekitar dan fungsi anggota tubuh dengan kalimat sederhana Langkah Kegiatan: a. Anak diajak ke luar kelas dan membentuk lingkaran b. Guru melempar bola dan bola dilemparkan secara acak ke siswa c. Bagi anak yang menerima bola diharuskan menyebutkan: Nama binatang dan ciri-cirinya. Misal : anak menyebutkan Kucing kemudian diteruskan berkaki empat dilanjutkan lagi suka makan daging dan seterusnya. d. Bola dilemparkan kembali kepada anak yang lain. Penerima bola menirukan kalimat yang diucapkan oleh penerima bola sebelumnya e. Dilakukan berulang-ulang f. Kegiatan ini berakhir jika bola dilemparkan kembali kepada guru Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? a. Memusatkan perhatian anak b. Menambah kosa kata c. Anak dapat belajar merangkai kalimat sederhana

3. Bercerita Gambar Seri secara Kooperatif


Strategi Pembelajaran SD 7 - 22

Materi PPG PGSD UMM

Kompetensi Dasar: Menjelaskan isi gambar tunggal atau gambar seri sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti. Langkah Kegiatan: a. Anak membawa gambar dari rumah b. Siswa membentuk kelompok dengan anggota 4-5 orang c. Setiap kelompok merangkaikan gambar yang telah dibawa (sesuai topik yang telah ditentukan untuk setiap kelompok) d. Secara bergiliran, setiap kelompok menceritakan hasil rangkaian gambar kepada kelompok lain. e. Mengambil hasil rangkaian gambar terbaik f. Guru menceritakan hasil rangkaian gambar yang terbaik g. Anak diminta menceritakan hasilnya kepada orangtua h. Orangtua menuliskan cerita anak dan diserahkan kepada guru. Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? a. Anak dapat menyimak isi cerita yang disampaikan secara lisan b. Anak dapat menceritakan/menyampaikan cerita yang didengarnya kepada orang lain secara urut. Pengembangan: a. Hasil rangkaian teman diceritakan kepada teman lain b. Menuliskan hasil rangkaian gambar.

4. Bisik berantai
Kompetensi dasar: mampu memahami isi pesan dan menyampaikannya kepada orang lain Langkah-langkah Kegiatan a. Siswa membagi kelompok beranggotakan 5 orang b. Masing-masing kelompok berbaris. c. Siswa yang berada pada urutan pertama dibisiki sebuah kalimat oleh guru kemudian menyampaikannya kepada siswa yang berada di urutan nomor dua d. Siswa yang berada di urutan nomor dua menyampaikan pesan yang didengarnya kepada nomor tiga dan seterusnya sampai pada siswa yang berada di urutan paling belakang. e. Siswa yang berada di urutan paling belakang membisikkan kembali pesan tersebut kepada guru. Apa yang diperoleh siswa melalui kegiatan ini? 1. Siswa mampu menangkap pesan yang disampaikan secara lisan 2. Siswa mampu menyampaikan pesan yang didengar secaralisan 3. Siswa mampu meningkatkan daya ingatnya

5. Mendengarkan Cerita.
Tujuan: Siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan. Alat yang digunakan: Kaset cerita dan tape recorder. (Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara persorangan maupun kelompok) Cara pelaksanaan:
Strategi Pembelajaran SD 7 - 23

Materi PPG PGSD UMM

1. guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu,
2. putarkanlah kaset cerita yang cocok dengan siswa, 3. siswa mendengarkan cerita yang diputar tersebut, 4. siswa secara berkelompok mengidentifikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana, dan bermakna apa, 5. siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok, 6. siswa melaporkan hasil diskusi tersebut di depan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian, 7. siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.

6. Bermain Peran
Kompetensi Dasar : Memerankan tokoh dongeng atau cerita rakyat yang disukai dengan ekspresi yang sesuai. Langkah Kegiatan: a. membuat poster tentang pementasan di luar kelas (waktu, tempat, judul pentas, dll) b. guru membagi peran siswa, siapa yang penjual karcis, membeli karcis, pembawa acara, dan yang menonton dengan urut presensi c. disaat yang sudah ditentukan 10 orang siswa diminta secara bergantian untuk maju ke panggung menceritakan mainan yang dibawanya dari rumah d. teman-teman dari kelas lain menyaksikan acara ini. Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? a. Melatih anak untuk menghormati orang lain b. Anak berani mengungkapkan pendapat dengan kata-katanya sendiri c. Melatih kepercayaan diri. d. Melatih anak berekspresi

7. Reproduksi Cerita
Kompetensi Dasar : Menceritakan kembali dongeng yang didengarnya. Bahan: Gambar-gambar yang sesuai dengan cerita anak, misal: Bawang Merah dan Bawang Putih. Langkah Kegiatan: a. Guru bercerita tentang bawang Merah dan Bawang Putih b. Anak diminta menceritakan kembali cerita guru dengan bahasanya sendiri c. Secara kelompok anak menulis cerita guru d. Membacakan cerita yang telah ditulisnya e. Anak memerankan tokoh-tokoh sesuai dengan cerita. Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? Melatih anak untuk menghormati orang lain Melatih keterampilan menyimak siswa Melatih keterampilan berbicara (bercerita
Strategi Pembelajaran SD 7 - 24

Materi PPG PGSD UMM

Contoh Metode Pembelajaran Kelas Atas (Tingkat Lanjut) 1. Presentasi atau Penjelasan Sesuatu (obat, makanan, minuman, dll.)
Tujuan: Siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain. Alat yang diperlukan: Botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint, dan lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok). Langkah-langkah Kegiatan: a. guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, b. siswa mengambil benda yang mereka kenal, c. dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok, d. siswa lain memberi komentar tentang penjelasan temannya, e. siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami, f. guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

2. Debat
Debat dapat merupakan suatu metode yang penting untuk mendorong berpikir dan berefleksi, misalnya mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Langkah-langkah Kegiatan a. Susunlah pernyataan yang merupakan sesuatu yang berlawanan yang terkait dengan materi pelajaran (misal tayangan televisi lebih banyak yang merugikan masyarakat daripada yang menguntungkan) b. Bagi kelas ke dalam dua kelompok. Tandai kelompok pertama dengan kelompok pro dan kelompok lain sebagai kelompok kontra. c. Pada masing-masing kelompok buatlah 2 sampai dengan 4 sub kelompok. Sebagai contoh jika jumlah siswa 24 orang, maka dapat dibuat 3 sub kelompok beranggotakan 4 orang baik untuk kelompok pro maupun kelompok kontra. Mintalah masing-masing sub kelompok untuk mengembangkan argumen dari tugas yang diberikan secara berdiskusi. Pada akhir diskusi mintalah sub kelompok untuk memilih pembicara yang mewakili sub kelompoknya. d. Susunlah tempat duduk sejumlah sub kelompok secara berhadapan dan persilahkan pembicara masing-masing kelompok menduduki tempat duduk tersebut sedangkan anggota yang lain duduk di belakang mereka. Awali debat dengan meminta setiap pembicara untuk menyampaikan argumennya. e. Setelah setiap orang mendengarkan argumen awal, hentikan debat dan kembalikan ke sub kelompok masing-masing. Mintalah setiap sub kelompok mendiskusikan bagimana mematahkan argumen lawan (argumen perlawanan). Mintalah setiap sub kelompok untuk memilih pembicara yang baru.

Strategi Pembelajaran SD

7 - 25

Materi PPG PGSD UMM

f.

Lanjutkan debat dengan mendudukkan pembicara secara berhadapan untuk memberikan argumen perlawanan secara bergantian. Dorong juga siswa yang duduk di belakang untuk memberikan dukungan pada pembiacarnya. g. Jika dianggap cukup, akhiri debat dengan mengajak siswa untuk membentuk lingkaran. Mintalah siswa untuk mendiskusikan apa yang mereka pelajari dari debat. Mintalah juga siswa untuk mengidentifikasi argumen yang terbaik dari kedua kelompok.

3. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar


Kompetensi dasar : Melaporkan hasil wawancara Materi : Wawancara tentang keluarga Langkah-langkah Kegiatan a. Jelaskan langkah-langkah permainan sebelum siswa dibawa ke luar kelas. b. Bagi siswa dalam 2 kelompok. Setiap kelompok tidak lebih dari 20 dan berjumlah genap. c. Bawalah siswa ke luar. Mereka harus tetap pada kelompoknya. d. Bantulah siswa membentuk lingkaran. Separuh siswa membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar. Separuh lagi mementuk lingkaran di luar lingkaran kecil dan siswa menghadap ke dalam untuk saling berhadapan ini. e. Pastikan siswa saling berhadapan dengan pasangan masing-masing. Mulailah percakapan / tanya jawab selama 2 menit. Awasi mereka dan bantulah jika mereka membutuhkannya. f. Katakan ganti setelah 2 menit. Siswa yang berada di lingkaran luar harus bergeser ke sebelah kanan dan berhadapan dengan pasangan yang baru. Mulailah kegiatan untuk saling melaporkan hasil percakapan sebelumnya. g. Lanjutkan sampai beberapa putaran. Contoh pertanyaan untuk wawancara (bisa diganti pertanyaan dari topik yang lain). 1) Berapa jumlah anggota keluargamu? 2) Siapa saja mereka ? 3) Apa pekerjaan mereka dan di mana tempatnya? 4) Apa hobi mereka? Dan seterunya.

4. Dramatisasi Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan
Contoh Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) Ada beberapa metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan yang dapat diterapkan pada siswa kelas awal. Pemilihan dan penggunaan metode mana yang akan digunakan, tentu harus didasarkan pada tujuan pembelajaran dan kelebihan dan kelemahan masing-masing metode. Oleh sebab itu, berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan yang dapat dipilih dalam melaksanakan pembelajaran. 1. Metode Global Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai Metode Kalimat. Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali kepada siswa adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Gambar itu ditujukan untuk mengingatkan siswa kepada kalimat yang ada di bawahnya.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 26

Materi PPG PGSD UMM

Setelah berkali-kali membaca, siswa dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Langkah-langkah Kegiatan a. Memperkenalkan gambar dan kalimat b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; c. Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf. d. Siswa menyalin tulisan

ini mama inimama i-ni ma ma i-n-i m-a m-a

2. Metode Struktural Analisis Sintesis (SAS)


Metode SAS dalam MMP mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsepkonsep kebermaknaan pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan adalah yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar-mengajar (KBM) dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan gambar, benda nyata, tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap cocok untuk materi, MMP dimulai dengan pengenalan struktur kalimat. Kemudian, melalui proses analitik, siswa diajak mengenal konsep kata. Kalimat utuh dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Prosedur Penggunaan Metode SAS Pembelajaran MMP bagi siswa kelas 1 SD dapat dibedakan ke dalam dua tahapan, yakni belajar membaca tanpa buku dan belajar membaca dengan menggunakan buku (Momo dalam Puspita, 2007). Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan Tanpa Buku a. Merekam bahasa siswa: Bahasa yang digunakan di dalam percakapan siswa direkam untuk digunakan sebagai bahan bacaan. b. Menampilkan gambar sambil bercerita Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan membaca.

Contoh : Guru memperlihatkan gambar dua orang anak, sambil bercerita,

ini ana ini ani ani adik ana ana kakak ani
Strategi Pembelajaran SD 7 - 27

Materi PPG PGSD UMM

Kalimat tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan bacaan

c. Membaca gambar, Contoh: Guru memperlihat gambar seorang ibu sambil mengucapkan
kalimat ini ibu. Siswa melanjutkan membaca gambar tersebut dengan bimbingan guru.

d. Membaca gambar dengan kartu kalimat. Setelah siswa dapat membaca gambar dengan
lancar, guru menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan pelaksanaanya dapat digunakan media berupa papan selip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata, dan kartu gambar. Dengan menggunakan kartu-kartu dan papan selip atau papan flannel, maka pada saat menguraikan dan menggabungkan kembali kartu-kartu tersebut akan lebih mudah. e. Membuat kalimat secara struktural (S). Setelah siswa mulai dapat membaca tulisan di bawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar. Dalam kegiatan ini media yang digunakan adalah kartu-kartu kalimat serta papan selip atau papan flannel. Dengan dihilangkannya gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat. f. Proses analitik (A). Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah siswa menganalisis kalimat itu menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf Misalnya: ini nana i ni na na i ni na na i n i n a n a. g. Proses Sintetik (S). Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang diuraikan, huruf-huruf itu dirangkaikan lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat semula. Misalnya i n i n a i ni na na ini na na ini nana n a

3. Pembelajaran Membaca Permulaan Menggunakan Buku


Setelah Anda memastikan diri bahwa siswa-siswa Anda mengenal huruf-huruf dengan baik melalui pembelajaran membaca tanpa buku, langkah selanjutnya adalah siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang tulisan yang tertulis dalam buku. Langkah awal yang paling penting di dalam pembelajaran membaca permulaan dengan buku adalah bagaimana menarik minat dan perhatian siswa agar mereka merasa tertarik dengan buku (bacaan) dan mau belajar dengan keinginnannya sendiri, tanpa merasa terpaksa untuk melakukannya. Ada beberapa alternatif langkah pembelajaran membaca permulaan dengan buku, antara lain sebagai berikut. a. Siswa diberi buku (paket) yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat-lihat isi buku tersebut. Mereka mungkin membuka-buka dan membolak-balik halaman demi halaman dari buku tersebut hanya sekedar untuk melihat-lihat gambarnya saja. b. Siswa diberi penjelasan singkat mengenai buku tersebut, tentang warna, jilid, tulisan/judul luar, dan sebagainya. c. Siswa diberi penjelasan dan petunjuk tentang bagaimana cara membuka halamanhalaman buku agar buku tetap terpelihara dan tidak cepat rusak. d. Siswa diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang menunjukkan halaman-halaman buku.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 28

Materi PPG PGSD UMM

e. Siswa diajak untuk memusatkan perhatian pada salah satu teks/bacaan yang terdapat pada halaman tertentu. f. Jika bacaan itu disertai gambar, sebaiknya terlebih dahulu guru bercerita tentang gambar dimaksud. g. Selanjutnya, barulah pembelajaran membaca dimulai. Guru dapat mengawali pembelajaran ini dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang mengawalinya dengan pemberian contoh (membaca pola kalimat yang tersedia dengan lafal dan intonasi yang baik dan benar), ada yang langsung meminta contoh dari salah seorang siswa yang dianggap sudah mampu membaca dengan baik, atau cara lainnya. h. Pembelajaran membaca selanjutnya dapat dilakukan seperti contoh-contoh model pembelajaran membaca tanpa buku. Perbedaanya terletak pada alat ajarnya. Membaca tanpa buku dilakukan dengan memanfaatkan gambar-gambar, kartu-kartu, dan lain-lain, sedangkan membaca dengan buku memanfaatkan buku sebagai alat dan sumber belajar.

4. Membaca Nyaring (Reading Aloud)


Reading Aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dan siswa. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang benar sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan ini sangat bermanfaat terutama jika dilakukan di kelas rendah. Manfaat yang didapat dari reading aloud antara lain meningkatkan keterampilan membedakan bunyi-bunyi bahasa dan cara melafalkannya, memperkaya kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan minat baca pada siswa.

Contoh Metode Pembelajaran Membaca Pemahaman 1. Membaca Sekilas (Skimming)


Tujuan: melatihkan keterampilan menangkap isi umum bacaan (menangkap isi secara umum buku, memahami dengan cepat ide pokok bacaan/ide pokok paragraf). Bahan/peralatan yang diperlukan: dua bacaan pendek, alat pengukur waktu, dan alat penghitung. Langkah-langkah Kegiatan a. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dikembangkan b. Guru menyampaikan tujuan membaca (misalnya menemukan ide pokok bacaan secara cepat) c. Guru menjelaskan teknik membaca yang akan dilakukan dalam membaca bacaan yang disediakan (artikel pendek) serta mengingatkan siswa bahwa waktu yang disediakan dibatasi. d. Siswa diminta mebaca judul dan pendahuluan atau paragraf pendahuluan dengan cepat dan teliti sambil merumuskan dugaan ide pokok bacaan. e. Siswa diminta membaca dengan cepat paragraf-paragraf yang ada hanya dengan membaca kalimat topiknya saja (kalimat awal setiap paragraf atau kalimat akhir setiap paragraf sambil menghubungkan dengan dugaan ide pokok bacaan yang tersirat dalam judul f. Jika ada subjudul bacaan, siswa diminta membaca sub-subjudul sambil menghubungkannya dengan dugaan ide pokok pada judul untuk membuktikan kebenaran dugaan ide pokok tersebut
Strategi Pembelajaran SD 7 - 29

Materi PPG PGSD UMM

g. Siswa diminta juga membaca paragraf penutup secara sekilas untuk membuktikan kebenaran ide pokok yang telah dirumuskan di awal h. Siswa ditugasi merumuskan ide pokok bacaan berdasarkan hasil membacanya. 2. Membaca Memindai (Lacak Informasi/Scanning) Tujuan : melatih menemukan informasi tertentu saja, fakta tertentu saja, nomor atau angka tertentu secara cepat dalam bacaan (kamus, ensiklopedi, bagian buku, daftar menu, daftar pemberangkatan pesawat atau kereta api, dll) dengan cepat. Bahan/alat yang diperlukan: kamus, ensiklopedi, daftar nama, daftar menu, daftar jadwal keberangkatan transportasi, buku telepon, deretan angka-angka, bagian buku, dll), alat pengukur waktu, dan alat penghitung. Langkah-langkah Kegiatan a. Guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah sebelum kegiatan dimulai. b. Siswa dibentuk kelompok dan diberi lembar yang berisi kata acak. c. Bersama kelompok siswa menentukan /mencari kata-kata yang ada dalam lembar kata acak. d. Menyusun kata menjadi kalimat. e. Kelompok yang paling cepat dan tepat dalam menyusun kalimat adalah ke yang menang. f. Guru bersama siswa melakukan refleksi dan penguatan tentang materi yang telah dipelajari.

Contoh lembaran: A N C O M C K P T H A A J S K B M E R W S I O S E E S B J W D E V K E O A G I Q 3. Shared Reading

R J O S K K E D

O K T G E T D M

V S A S L Y R A

A K A N U B G L

I S V S A Q D A

M X T Y R Y O N

O M K P G P Q G

H M A Q A T I G

R E K R E A S I

Shared reading ini adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa dan mereka harus mempunyai buku untuk dibaca bersama. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Tujuannya memberikan model membaca yang tepat kepada siswa, memberikan kesempatan kepada siswa menunjukkan kemampuan membacanya dengan teknik yang tepat. Langkah-langkah Kegiatan a. guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah), b. guru membaca dan siswa menyimak sambil memperhatikan tulisan dalam bacaan. c. Siswa membaca nyaring secara bergiliran

4. Pembelajaran Membaca Pemahaman (MP) dengan Strategi Aktivitas Membaca Berpikir Terbimbing (AMBT)/ Guided Reading
Strategi Pembelajaran SD 7 - 30

Materi PPG PGSD UMM

a. Pembelajaran Saat Prabaca 1) Guru mengelompokan siswa (berdasarkan perbedaan kemampuan) menjadi empat kelompok yang terdiri atas lima siswa. 2) Guru memperkenalkan topik bacaan. 3) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan membaca yang akan dilaksanakan. 4) Guru menjelaskan langkah-langkah belajar yang akan dilaksanakan. 5) Guru memfokuskan perhatian siswa pada judul bacaan untuk membuat prediksi isi. 6) Apabila siswa menemui hambatan, dilaksanakan pembelajaran mini. 7) Guru mencatat di papan tulis semua prediksi yang dikemukakan siswa. b. Pembelajaran Saatbaca 1) Siswa membaca dalam hati bacaan yang disediakan. Pelaksanaanya dapat perorangan, berpasangan, maupun kelompok. 2) Siswa menentukan ide pokok dan ide penjelas dalam setiap paragraf, menemukan alasan, tujuan penulis, dan menyimpulkan isi bacaan. c. Pembelajaran Pascabaca 1) Siswa membaca ulang prediksi awal yang dikemukakan pada tahap prabaca. 2) Bertanya-jawab untuk merevisi/menguji prediksi awal. 3) Melakukan sharing hasil dalam diskusi kelas, serta menjawab pertanyaan tingkat literal, inferensial, kritis, dan kreatif secara individu

5. Membaca Bebas (Independen Reading)


Membaca bebas adalah kegiatan membaca yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Langkah-langkah Kegiatan a. Untuk mengawali, sebaiknya guru menyiapkan bahan bacaan yang dapat dipilih siswa, baik fiksi maupun nonfiksi. b. Guru juga dapat membantu siswa memilih buku yang akan dibaca, dengan cara membacakan sinopsisnya atau ringkasan buku yang terdapat pada halaman sampul atau menceritakan sedikit tentang buku tersebut. Dengan mengetahui sekelumit tentang cerita, siswa akan termotivasi untuk memilih buku dan memba-canya sendiri. c. Siswa dapat saja mendapatkan buku dari berbagai sumber seperti perpustakaan kota/kabupaten, buku-buku yang ada di rumah, di toko buku, pinjam teman atau dari sumber lain-nya. Inti dari independent reading adalah membantu siswa meningkatkan kemampuan pemahaman bacaannya, mengembangkan kosa kata, melancarkan membaca, dan secara keseluruhan memfasilitasi membaca. Contoh Pembelajaran Menulis Lanjut 1. Menulis Terbimbing (Guided Writing) Dalam menulis terbimbing, peran guru adalah sebagai fasilator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik. Langkah-langkah Kegiatan a. Tahap Prapenulisan 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran menulis
Strategi Pembelajaran SD 7 - 31

Materi PPG PGSD UMM

2) Siswa membentuk kelompok dengan anggota 4-5 orang 3) Dalam kelompok, siswa diarahkan untuk brainstorming menentukan topik 4) Siswa ditugasi mendiskusikan tujuan menulis dan menentukan sasaran pembacanya, serta bentuk tulisan (menulis surat, cerita, laporan, puisi, dll). 5) Secara kelompok siswa ditugasi mengumpulkan informasi atau gagasan yang akan ditulis (melalui membaca/observasi, wawancara, dll) 6) Siswa mengorganisasikan secara sistematis (runtut) informasi dan gagasan yang telah dikumpulkan sesuai dengan bentuk tulisan yang telah dipilih. 7) Siswa memajang kerangka tulisan dalam kertas plano untuk dikoreksi kelompok lain 8) Secara bergiliran, masing-masing kelompok saling mengoreksi dan memberikan masukan pengorganisasian gagasan/tulisan kelompok lain. 9) Setiap kelompok melakukan perbaikan kerangka tulisan
b. Tahap Penulisan Draf/buram 1. Beradasarkan hasil prapenulisan, siswa ditugasi mengembangkan gagasan ke dalam draf 2. Disarankan kepada siswa bahwa penulisan draf dapat dilakukan pada kertas buram 3. Selama menulis draf, disarankan agar siswa lebih berfokus pada pengembangan isi atau gagasan secara runtut dan tidak terlalu berpikir tentang aspek mekanik. 4. Pengembangan draf dilakukan dengan memanfaatkan informasi atau gagasan yang telah dikumpulkan pada tahap prapenulisan c. Tahap Pascapenulisan (Revisi draf) 1) Membaca kembali draf kasar yang telah ditulis untuk melakukan koreksi dan perbaikan 2) Sharing draf kasar tulisan dengan kelompok lain dengan cara saling tukar tulisan untuk diberikan masukan perbaikan. 3) Setiap kelompok melakukan perbaikan (revisi) tulisan berdasarkan masukan kelompok lain.

2. Menulis Bebas (Independent writing)


Menulis bebas bertujuan meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Jenis menulis yang termasuk dalam menulis bebas antara lain menulis jurnal dan menulis respon.

3. Menulis Jurnal (Journal Writing)


Melalui menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan kejadian di sekitarnya tanpa memikirkan unsur-unsur mekanik tulisan. Tompkin (1991) menyatakan bahwa penekanan pada hal yang bersifat mekanik dapat membuat tulian siswa mati karena tidak mengizinkan gagasan siswa tercurah secara alami. Jenis-jenis jurnal yang dapat diterapkan untuk melatih keterampilan menulis antara lain jurnal pribadi, jurnal dialog, Writing Notebooks, learning Logs, dll. Langkah-langkah Kegiatan a. Guru menjelaskan tujuan menulis jurnal, hal apa saja yang dapat ditulis dalam jurnal b. Guru memberikan contoh penulisan jurnal kepada siswa (dapat diltulis di papan tulis) c. Siswa ditugasi berlatih menulis jurnal
Strategi Pembelajaran SD 7 - 32

Materi PPG PGSD UMM

d. e. f. g.

Siswa secara bergiliran membacakan jurnalnya dengan membaca nyaring Siswa ditugasi menindaklanjuti membuat jurnal individual secara rutin. Guru menilai jurnal siswa untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. Guru memberikan komentar secara tertulis mengenai tulisan siswa.

4. Menulis SMS ( SHORT MESSAGE SERVICE )


Tujuan : Menjawab SMS dan membuat diagaram venn Langkah-langkah Kegiatan a. Tulislah SMS di bawah ini (kalimat bisa diganti) di papan tulis / kertas besar sebelum dimulai. Akan lebih menarik jika kita menulisnya pada gambar HP. b. Suruhlah siswa membaca SMS dari Noval. Beri waktu 1 menit c. Suruh mereka menjawab secepat mungkin karena Noval sedang menunggu jawaban. d. Setelah 5 menit, suruh mereka mengirimkan pesan itu dengan cara memberikannya kepada guru. Guru bisa membaca keras agar siswa mengkoreksi kesalahan dan mengisi tabel yang sudah disiapkan. e. Secara berkelompok, suruhlah siswa membuat diagram venn dari tabel yang sudah mereka lengkapi dan memajangnya. Diagram venn ini menunjukkan makanan atau minuman yang disukai oleh anak laki-laki atau perempuan. f. Suruh siswa mempresentasikan diagram venn mereka. Contoh SMS dari Noval :Hai, untuk pestaku besok, tolong tulis makanan atau minuman kesukaanmu. Trims.

Contoh tabel :
NO NAMA JENIS KELAMIN MINUMAN MAKANAN

Penggunaan Metode dalam Pembelajaran PKn


Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik (PP N0. 19/2005 pasal 19). Membangun suasana yang demikian tersebut, guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan (1) tujuan pembelajaran, (2) sifat materi pelajaran, (3) ketersediaan fasilitas, (4) kondisi peserta didik, dan (5) alokasi waktu.

Contoh Metode Materi Kelas VI semester 2


Penyampaian materi peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara Asia Tenggara kepada siswa kelas VI, dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Pembelajaran Berbasis Masalah juga disebut Problem Based Learning dengan memiliki ciri-ciri (a) Pengajuan Masalah atau pertanyaan, (b) Penyelidikan outentik. PBL mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah nyata. Dengan model PBL siswa mengumnpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari dampak
Strategi Pembelajaran SD 7 - 33

Materi PPG PGSD UMM

peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara Asia Tenggara baik positip maupun negatifnya. Kemudian siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk mencari pemecahannya dalam persoalan nyata dampak peran Indonesia dalam lingkungan negaranegara Asia Tenggara, sehingga siswa dapat menentukan sikap terhadap dampak peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara Asia Tenggara. Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan siswa dapat menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 3. Memahami peran Indonesia dalam 3.1 Menjelaskan pengertian kerjasama lingkungan negara-negara Asia Tenggara negara-negara Asia Tenggara
Langkah Kegiatan Dampak peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara Asia Tenggara terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan model PBL, langkah-lankah sebagai berikut. 1. Pertama, guru memberikan penjelasan tentang peran Indonesia dalam lingkungan negaranegara Asia Tenggara, pentingnya kerjasama, dan politik luar negeri Indonesia. Menjelaskan pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah. 2. Kedua, Guru menunjukkan kejadian nyata dalam masyarakat, dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan menantang kepada siswa, dan memberikan motivasi dalam pembelajaran ini. 3. Ketiga, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok masing-masing kelompok 4 - 5 orang. 4. Keempat, siswa bekerja dalam kelompok masing-masing kelompok menjabarkan pertanyaan yang luas tersebut dalam topik-topik masalah yang aktual. Siswa dalam kelompok mengumpulkan data-data, menyusun hipotesis, memberikan komentar, menganalisis, mengevaluasi dan memberikan pemecahan masalah. 5. Kelima, guru memantau kerja siswa menyusun laporan. 6. Keenam, tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 7. Ketujuh, guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. 8. Kedelapan, guru memberikan evaluasi.
Tabel : Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Kegiatan Guru
Menyampaikan masalah aktual. Memotivasi siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah Membantu siswa dalam mendefinisikan masalah Membantu merencanakan investigasi Mendorong siswa
Strategi Pembelajaran SD

Langkah-Langkah Pokok
Tahap 1: Membentuk kelompok dan orientasi siswa pada masalah Tahap 2: Merencanakan kegiatan kelompok Tahap 3:

Kegiatan Siswa
Membentuk kelompok ( 4-5) orang Mengidentifikasi topik-topik masalah dari masalah umum yang disampaikan guru Membatasi masalah dari masalah umum yang disampaikan guru. Mengkaji teori/ konsep/ prinsip dan menyusun hipotesis. Merencanakan kegiatan penelitian Melaksanakan investigasi
7 - 34

Materi PPG PGSD UMM

mengumpulkan informasi yang sesuai. Membantu siswa melakukan investigasi

Mengumpulkan data Melakukan analisis temuan Menarik kesimpulan Merancang solusi atas masalah yang diangkat Membantu dan mengarahkan Tahap 4: Menyusun laporan dalam penyusunan laporan Merencanakan laporan Mempersiapkan presentasi kelompk Membantu siswa dalam Tahap 5 : Mempresentasikan laporan membahas hasil investigasi Presentasi laporan Membahas laporan setiap kelompok secara klaskal Melakukan evaluasi Tahap 6: Melakukan evaluasi terhadap apa Memberikan tes Evaluasi yang telah dilakukan. Menjawab soal yang diberikan guru (Diadaptasi dari: Ibrahim dan Nur, 2004:13 Arends, 1997: 161; Slavin, 1995: 113-118 dalam Arnyaana)

Melakukan investigasi

Penggunaan Metode dalam Pembelajaran Matematika


1. Teori Belajar Bruner
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain. Informasi ini mungkin bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki. Sedangkan proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan. Langkah Penerapan Teori Belajar Bruner Sebelum kita mengimplementasikan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika, marilah kita terlebih dahulu bagaimana langkah-langkah penerapan dapat dilakukan yaitu: a. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. b. Misal: untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran. c. Bantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. d. Misalnya berikan pertanyaan kepada siswa seperti berikut ini apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan? e. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?

Strategi Pembelajaran SD

7 - 35

Materi PPG PGSD UMM

f.

Ajak dan beri semangat siswa untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu jawaban siswa, gunakan pertanyaan yang dapat memandu siswa untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita dalam Panen, 2003)

Contoh Implementasi Teori Belajar Bruner Berikut ini disajikan contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. a. Pembelajaran Menemukan Rumus Luas daerah Segitiga Setiap siswa ditugaskan menggunting kertas sehingga terbentuk segitiga. Kemudian mereka ditugasi melipat sesuka mereka sehingga terbentuk sebuah persegipanjang. Guru tidak harus memberi tahu di mana garis lipatnya atau bagaimana cara melipatnya, namun guru memang seharusnya mengetahui cara tersebut. Siswa ditugasi membandingkan luas bangun yang diperoleh dengan bangun semula, yang dengan diskusi antar siswa diharapkan dapat ditemukan rumus luas segitiga. Model segitiga yang dilipat semuanya berbeda karena sesuai dengan selera siswa masing-masing. Siswa ditugasi mendiskusikan keanekaragaman dan kesamaan model ini dengan tujuan agar mereka dapat menemukan bahwa rumus luas segitiga adalah dua kali luas persegi panjang = 2 x (1/2t) x (1/2a) = 1/2at. Kepada setiap siswa ditugaskan menggunting kertas sehingga terbentuk segitiga. Kemudian mereka ditugasi melipat segitiga itu yang garis lipatannya melalui salah satu titik sudutnya. Kepada mereka ditugasi untuk mencatat banyak segitiga yang terbentuk jika lipatan itu merupakan salah satu sisi segitiga. Lipatan dibuat 1, 2, 3, 4, .... dan seterusnya. Para siswa diberi kebebasan untuk mengkomunikasikan hasil perolehannya jika banyak lipatan itu diperbanyak terus menerus. Dalam struktur pengajaran yang lengkap, kegiatan pengalaman belajar tersebut berfungsi sebagai bagian pengembangan konsep yang dalam tahap belajar siswa adalah tahap mengkonstruksi konsep atau prinsip. Setelah dirasa cukup, maka perlu dilanjutkan dengan pelatihan untuk memantapkan konstruksi tersebut.

b. Menemukanlah rumus jajaran genjang menurut model teori Bruner.


Langkah-langkah: 1) Gambarlah jajargenjang pada kertas berpetak 2) Gambarlah garis yang mewakili tinggi jajargenjang 3) Guntinglah jajargenjang menurut sisi-sisinya 4) Kemudian guntinglah jajargenjang (c) sepanjang garis tinggi yang telah Anda gambar (b), sehingga diperoleh dua bagian (boleh sama, boleh juga berbeda) 5) Susunlah dua bagian potongan (d) menjadi persegipanjang. 6) Berapakah luas persegipanjang yang Anda peroleh pada langkah (e)? 7) Apakah tinggi jajargenjang (b) sama panjang dengan salah satu sisi persegipanjang (e)? 8) Apakah alas jajargenjang sama panjang dengan salah satu sisi persegipanjang (e)? 9) Kesimpulan apakah yang dapat Anda peroleh, tentang luas jajargenjang?

2. Teori Belajar Dienes


Strategi Pembelajaran SD 7 - 36

Materi PPG PGSD UMM

Teori belajar Dienes yang menekankan pada tahapan permainan yang berarti pembelajaran yang diarahkan pada proses melibatkan anak didik dalam belajar. Hal ini berarti proses pembelajaran dapat membangkitkan dan membuat anak didik senang dalam belajar. Contoh Implementasi Teori Belajar Dienes a. Permainan Interaktif untuk Belajar Matematika Contoh merancang bagaimana mengemas pembelajaran matematika melalui permainan. 1) Permainan Operasi Penjumlahan Ada dua teknik menjumlahkan. Jika hasil penjumlahan kurang atau sama dengan 10, maka penjumlahan dapat dilakukan secara langsung dengan cara menjumlahkan suku-sukunya. Jika hasil penjumlahan lebih dari 10, maka penjumlahan suku-sukunya dilakukan dengan teknik menyimpan Permainan menyimpan dan menjumlahkan berikut memberikan kemudahan mengajarkan operasi penjumlahan. Tujuan: Memperlihatkan bentuk nyata penjumlahan dengan teknik menyimpan sekaligus menjelaskan langkah-langkah sistematis penyelesaian kalimat penjumlahan. Langkah-langkah permainan: a) Sediakan kantong kain/kantong plastik/kantong dari katon. b) Sediakan kartu kecil merah untuk puluhan dan kartu kecil putih untuk satuan. c) Mintalah anak mengerjakan 19 + 27. d) Mintalah anak menyatukan 9 dan 7 buah kartu putih dan mintalah anak menghitung jumlahnya (jawaban : 16). e) Mintalah anak menggantikan 10 kartu putih dari 16 kartu putih dengan satu kartu merah. f) Mintalah anak memasukan kartu merah tersebut ke kantong puluhan dan masukan sisa 6 kartu putih ke kantongan satuan. g) Mintalah anak menghitung total kartu merah, yaitu 1 + 2 + 1 = 4. Terangkanlah bahwa nilai empat kartu merah tersebut adalah 40. h) Mintalah anak untuk menjumlahkan hasilnya, yaitu 40 + 6 = 46. 2) Permainan Operasi Perkalian Ikutilah permainan berikut ini untuk melatih anak belajar perkalian dan kelipatan. Permainan permen perkalian Tujuan: Menjelaskan makna perkalian. Langkah-langkah permainan: a. Berikan masing-masing 2 buah permen kepada 3 orang anak. b. Tanyakan berapakah jumlah total permen yang telah diberikan kepada ketiga anak tersebut. c. Terangkan bahwa hasilnya merupakan perkalian 2 dengan 3, yaitu 6. Perkalian merupakan penjumlahan berulang, misalnya 2 + 2+ 2 atau bentuk lain 3 x 2. Pada kalimat 3 x 2 = 6, 3 dan 2 disebut faktor dari 6, sedangkan 6 merupakan hasil perkalian 2 dan 3.

3. Teori Belajar Gegne


Strategi Pembelajaran SD 7 - 37

Materi PPG PGSD UMM

Dalam pembelajaran menurut Gagne, peranan guru hendaknya lebih banyak membimbing peserta didik. Guru dominan sekali peranannya dalam membimbing peserta didik. Di dalam mengajar memberikan serentetan kegiatan dengan urutan sebagai berikut: a. Membangkitkan dan memelihara perhatian b. Merangsang siswa untuk mengingat kembali konsep, aturan dan keterampilan yang relevan sebagai prasyarat c. Menyajikan situasi atau pelajaran baru d. Memberikan bimbingan belajar e. Memberikan Feedback atau balikan f. Menilai hasil belajar g. Mengupayakan transfer belajar h. Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari. Dalam praktik pembelajaran pada anak, urutan-urutan kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan dapat terjadi sebagian saja atau semuanya. Menurut Gagne, sasaran pembelajaran adalah kemampuan. Yang dimaksudkan kemampuan di sini adalah hasil belajar berupa perilaku yang bisa dianalisis. Sasaran belajar yang dikemukakan Gagne sama dengan tujuan instruksional atau tujuan yang perumusannya menunjukkan tingkah laku. Misalnya seorang peserta didik diberi gambar=gambar belahketupat, kemudian kita bertanya: bentuk yang mana dari gambar-gambar tersebut merupakan belah ketupat? Tujuan belajar yang menunjukkan tingkah laku yang dinyatakan dengan kata kerja menunjukkan kapabilitas yang dipelajari. Misalnya, mengklasifikasikan belah ketupat, dengan menggunakan definisi belah ketupat. Tindakan yang dilakukan peserta didik menunjukkan hasil belajar, misalnya peserta didik memilah-milahkan bentuk-bentuk geometri yang berbentuk belah ketupat. 4. Teori Belajar Van Hiele Dari teori belajar Van Hiele, ada 5 tahap dalam pembelajaran geometri dari, yaitu: a. fase informasi, b. fase orientasi, c. fase eksplisitasi, d. fase orientasi bebas, e. fase integrasi. Contoh Implementasi Teori Belajar Van Hiele dalam Pembelajaran Geometri Pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap Fase Pembelajaran a. Aktivitas yang dilaksanakan pada fase 1 (Informasi) 1) Dengan memakai gambar bermacam-macam bangun segiempat, siswa diinstruksikan untuk memberi nama masing- masing bangun. 2) Guru mengenalkan kosa kata khusus, seperti: simetri lipat, simetri putar, sisi berhadapan, sudut berhadapan, dan sisi sejajar. 3) Dengan metode tanya jawab, guru menggali kemampuan awal siswa.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 38

Materi PPG PGSD UMM

b. Aktivitas yang dilaksanakan pada fase 2 (Orientasiasi) Siswa disuruh membuat suatu model bangun segiempat dari kertas. 1) Dengan menggunakan model bangun tersebut serta kertas berpetak siku-siku, siswa diinstruksikan untuk menyelidiki: banyaknya sisi berhadapan yang sejajar sudut suatu bangun siku-siku atau tidak 2) Dengan menggunakan suatu model bangun, siswa diminta untuk melipat model bangun tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menemukan sumbu simetri. Selanjutnya siswa diinstruksikan untuk menyelidiki banyaknya sumbu simetri yang dimiliki oleh suatu bangun. 3) Melipat model tersebut pada diagonalnya, kemudian menempatkan yang satu di atas yang lain. Siswa diminta untuk menyelidiki banyaknya pasangan sudut berhadapan yang besarnya sama. 4) Memotong pojok yang berdekatan, kemudian menempatkan salah satu sisi potongan pertama berimpit dengan salah satu sisi potongan yang kedua. Siswa diminta untuk menyelidiki apakah sudut yang berdekatan membentuk sudut lurus. 5) Memotong semua pojoknya dan menempatkan potongan-potongan tersebut sedemikian sehingga menutup bidang rata. Selenjutnya siswa diminta untuk menyelidiki apakah keempat sudut itu membentuk sudut putaran. Siswa diinstruksikan untuk mengukur panjang sisi-sisi suatu segiempat, apakah ada sisi yang sama panjang? Siswa diinstruksikan untuk mengukur diagonal suatu segi empat, apakah diagonalnya sama panjang? c. Aktivitas yang dilaksanakan pada fase 3 (Penjelasan) Siswa diberi bemacam-macam potongan segiempat. Mereka diminta untuk mengelompokkan segiempat berdasarkan sifat-sifat tertentu, seperti: 1) segiempat yang mempunyai sisi sejajar 2) segiempat yang mempunyai sudut-sudut siku-siku 3) segiempat yang mempunyai sisi-sisi sama panjang d. Aktivitas yang dilaksanakan pada fase 4 (Orientasi Bebas) Dengan menggunakan potongan segitiga, siswa diminta untuk membentuk segiempat, dan menyebutkan nama segiempat yang telah terbentuk. e. Aktivitas yang dilaksanakan pada fase 5 (Integrasi) Siswa dibimbing untuk menyimpulkan sifat-sifat segiempat tertentu, seperti: sifat persegi adalah: .... sifat persegipanjang adalah .... sifat belahketupat adalah .... sifat jajargenjang adalah .... sifat layang-layang adalah ....
Strategi Pembelajaran SD 7 - 39

Materi PPG PGSD UMM

sifat trapesium adalah ....

5. Pembelajaran Matematika Realistik


Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik. Pendidikan Matematika Realistik mencerminkan pandangan matematika tertentu mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagaimana matematika harus diajarkan. Pandangan ini tercermin pada 6 prinsip, yang diturunkan dari 5 kaidah yang dikemukakan Treffers (1987) yaitu eksplorasi fenomenologis menggunakan konteks, menjembatani dengan menggunakan instrumen vertikal, konstruksi dan produksi oleh pebelajar sendiri, pembelajaran interaktif, dan jalur-jalur belajar yang saling menjalin. Berdasarkan kaidah-kaidah tersebut, maka keenam prinsip yang merupakan karakteristik pendidikan matematika realistik akan dipaparkan sebagai berikut. Prinsip kegiatan Pebelajar harus diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam proses pengembangan seluruh perangkat perkakas dan wawasan matematis sendiri. Dalam hal ini pebelajar dihadapkan situasi masalah yang memungkinkan ia membentuk bagian-bagian masalah tersebut dan mengembangkan secara bertahap algoritma, misalnya cara mengalikan dan membagi berdasarkan cara kerja nonformal. Prinsip nyata Matematika realistik harus memungkinkan pebelajar dapat menerapkan pemahaman matematika dan perkakas matematikanya untuk memecahkan masalah. Pebelajar harus mempelajari matematika sedemikian hingga bermanfaat dan dapat diterapkan untuk memecahkan masalah sesungguhnya dalam kehidupan.Hanya dalam konteks pemecahan masalah pebelajar dapat mengembangkan perkakas matematis dan pemahaman matematis. Prinsip bertahap Belajar matematika artinya pebelajar harus melalui berbagai tahap pemahaman, yaitu dari kemampuan menemukan pemecahan informal yang berhubungan dengan konteks, menuju penciptaan berbagai tahap hubungan langsung dan pembuatan bagan; yang selanjutnya pada perolehan wawasan tentang prinsip-prinsip yang mendasari dan kearifan untuk memperluas hubungan tersebut. Kondisi untuk sampai tahap berikutnya tercermin pada kemampuan yang ditunjukkan pada kegiatan yang dilakukan. Refleksi ini dapat ditunjukkan melalui interaksi. Kekuatan prinsip tahap ini yaitu dapat membimbing pertumbuhan pemahaman matematika pebelajar dan mengarahkan hubungan longitudinal dalam kurikulum matematika. Prinsip saling menjalin Prinsip saling menjalin ini ditemukan pada setiap jalur matematika, misalnya antar topik-topik seperti kesadaran akan bilangan, mental aritmatika, perkiraan (estimasi), dan algoritma. Prinsip interaksi Dalam matematika realistik belajar matematik dipandang sebagai kegiatan sosial. Pendidikan harus dapat memberikan kesempatan bagi para pebelajar untuk saling berbagi strategi dan penemuan mereka. Dengan mendengarkan apa yang ditemukan orang lain dan mendiskusikan temuan ini, pebelajar mendapatkan ide untuk memperbaiki strateginya. Lagi pula interaksi dapat menghasilkan refleksi yang memungkinkan pebelajar meraih tahap pemahaman yang lebih tinggi
Strategi Pembelajaran SD 7 - 40

Materi PPG PGSD UMM

Prinsip bimbingan Pengajar maupun program pendidikan mempunyai peranan terpenting dalam mengarahkan pebelajar untuk memperoleh pengetahuan. Mereka mengendalikan proses pembelajaran yang lentur untuk menunjukkan apa yang harus dipelajari untuk menghindarkan pemahaman semu melalui proses hafalan. Pebelajar memerlukan kesempatan untuk membentuk wawasan dan perkakas matematisnya sendiri, karena itu pengajar harus memberikan lingkungan pembelajaran yang mendukung berlangsungnya proses tersebut. Artinya mereka harus dapat meramalkan bila dan bagaimana mereka dapat mengantisipasi pemahaman dan keterampilan pebelajar untuk mengarahkannya mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini perbedaan kemampuan pebelajar harus diperhatikan, sehingga setiap pebelajar mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya dengan cara yang paling cocok untuk mereka masingmasing.

Kompetensi yang dikembangkan dalam Matematika Realistik Kompetensi yang dimiliki pebelajar melalui matematika realistik, selain dari kompetensi disiplin ilmu, juga kompetensi memproduksi, merefleksikan dan berinteraksi. Hal ini sesuai dengan tiga pilar pendidikan matematika yaitu refleksi, konstruksi dan narasi. Melalui bidang ilmunya kompetensi yang dibangun pebelajar matematika realistik adalah berpikir formal, sedangkan melalui proses belajarnya kompetensi yang dicapai adalah memproduksi, merefleksi dan berinteraksi. Melalui pemecahan masalah dalam konteks kehidupan sehari-hari pebelajar diberi kesempatan untuk memproduksi sendiri pemahaman dan perkakas matematisnya. Selanjutnya melalui presentasi temuannya di antara pebelajar dalam dan antar kelompok, semua pebelajar dapat berbagi pengalaman. Setiap orang yang berdiskusi dalam kelompok tersebut dapat merefleksikan temuannya sendiri. Sekaligus dalam diskusi juga dikembangkan kemampuan berinteraksi di antara sesama pebelajar, sehingga kemampuankemampuan sosial dapat dikembangkan Strategi Pembelajaran Matematika Realistik Sesuai dengan sifat matematika realistik yang berbasis masalah nyata, maka strategi umum pembelajaran meliputi pemberian masalah untuk dipecahkan pebelajar, pemberian kesempatan kepada pebelajar untuk mengkonstruksi sendiri pemecahan masalah, dan presentasi hasil pemecahan masalah yang disusul dengan diskusi. Sebagai contoh masalah: berapa bus terdapat dalam terminal dan setiap saat masuk dan keluar bila ada sejumlah data sebagai berikut:

Tabel 1: Bus Masuk dan Keluar Terminal Setiap Satu Jam Jam Masu kelua ke k r 1 15 7 2 9 1 3 8 0 4 13 5 5 11
Strategi Pembelajaran SD 7 - 41

Materi PPG PGSD UMM

6 7 8

20 9 10

Konteks bus ini merupakan contoh dalam kehidupan sehari-hari dapat berkembang menuju tahap yang lebih umum dan formal. Mula-mula suatu ilustrasi digunakan untuk menggambarkan perubahan pada tempat pemberhentian bus (terminal). Kemudian konteks bus dapat menjadi model untuk pemahaman segala macam kalimat bilangan, sehingga pebelajar dapat mencapai makna dibalik konteks bus tersebut. Mereka diharapkan dapat pula menggunakan model tersebut untuk menelusuri penalaran sebelumnya. Perlunya sampai pada model yang berakar pada situasi nyata maupun yang cukup fleksibel bermanfaat dalam kegiatan matematis pada tahap-tahap yang lebih tinggi. Artinya model dapat memberikan pijakan selama proses matematisasi vertikal tanpa menghalangi jalan pemikiran balik kepada sumber semula. Bertolak dari pandangan itu maka konstruksi pemecahan masalah dapat melalui langkah-langkah berikut: 1. Belajar menggunakan butiran kelereng yang diumpamakan sebagai bus yang masuk-keluar terminal dan satu kotak sebagai terminalnya 2. Belajar menggambar sketsa terminal dan bus yang keluar-masuk setiap saat 3. Berdasarkan data 4 jam pertama pebelajar dapat mengisi kotak kosong pada jam ke 5, 6, 7, dan 8. 4. Berdasarkan jawaban yang diisikannya pada kotak kosong yang menunjukkan ke 4 waktu tersebut, diharapkan pebelajar dapat mengkonstruksi pemahamannya tentang perjumlahan dan pengurangan, sehingga dapat menyimpulkan jumlah bus yang selalu terdapat dalam terminal setiap jam. Pemecahan masalah ini dapat dikerjakan secara individual dulu untuk beberapa saat, kemudian dilakukan secara berkelompok. Pada proses pemecahan masalah ini prinsip-prinsip manakah dari matematika realistik yang diterapkan? Hasil konstruksi pemecahan masalah yang telah dilakukan dalam kelompok dipresentasikan oleh perwakilan kelompok, agar mendapat kesempatan menjelaskan temuaannya kepada kelompok lain. Selanjutnya dalam diskusi antar kelompok setiap pebelajar dapat melakukan refleksi terhadap temuannya masing-masing berdasarkan temuan orang lain, sehingga terjadi rekonstruksi ide menjadi lebih mendalam atau meluas. Misalnya akan muncul pertanyaanpertanyaan: apakah perhitungan tersebut masih berlaku bila bus diganti dengan benda lain? Atau kejadian lain? Seberapa jauh kejadian tersebut dapat diubah? Jadi seberapa umum perhitungan tersebut dapat diterapkan? Proses pembelajaran ini menunjukkan terjadinya matematisasi horisontal. Biasanya proses pembelajaran ini sangat efektif untuk pebelajar awal matematika atau metematika untuk sekolah dasar. Evaluasi Pembelajaran Matematika Realistik Evaluasi yang digunakan juga disesuaikan dengan tingkat berpikir pebelajar. Suatu contoh yang dapat menunjukkan tingkat berpikir pebelajar secara longitudinal adalah model garis bilangan.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 42

Materi PPG PGSD UMM

Misalnya untuk mengevaluasi kemampuan pebelajar menjumlahkan 36 dan 19 dapat dipilih beberapa cara berdasarkan kemajuan bertahap tingkat berpikir pebelajar dari yang rendah menuju tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan: 1. menggunakan butiran manik-manik berwarna misalnya 36 butir putih dan 19 butir hitam dirangkaikan menjadi kalung. Pebelajar yang masih dalam tahap berpikir kongkret diberi kesempatan menghitung jumlah seluruh manik-manik tersebut. 2. Untuk pebelajar yang telah mampu berpikir pada taraf yang lebih tinggi, digunakan garis bilangan yang kosong untuk melakukan penambahan dan pengurangan, sebagai berikut:

3. Pada taraf berpikir yang lebih tinggi lagi, digunakan garis bilangan berganda untuk memecahkan masalah perbandingan sebagai berikut: 10 20 30 60

4. Modifikasi lain terhadap garis bilangan dapat digunakan untuk membekali pengerjaan
pembagian dan persentase sebagai perluasan dari garis bilangan dibuat gambar empat persegi panjang yang dibagi menjadi 2 bagian dengan luas area yang sama dan ditandai dengan bilangan yang menyatakan luas tiap bagian tersebut. Di bagian bawah tiap bilangan dicantumkan persentase luasnya. Selanjutnya pebelajar ditugaskan untuk menaksir berapa persen luas yang ditunjukkan pada tanda yang diberikan dan digambarkan sebagai berikut: Dengan demikian maka bentuk evaluasi dapat disusun sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai melalui pembelajaran berdasarkan tahap pencapaian tingkat berpikir yang tepat

untuk tingkat kelas pebelajar.

Evaluasi perlu dilakukan bukan saja melalui tes untuk mengukur hasil pembelajaran, melainkan dilakukan pula selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan terhadap aktivitas pebelajar berinteraksi selama proses pemecahan masalah, juga terhadap presentasi yang dilakukan pebelajar dalam memaparkan temuan pemecahan masalahnya. Selama diskusi baik dalam rangka pemecahan masalah, maupun tanggapan pada presentasi, pebelajar juga dievaluasi kemampuannya melakukan refleksi. Hal ini sangat penting, karena refleksi dapat mendorong pebelajar memiliki kemampuan melakukan matematisasi vertikal. Belajar dengan Pendekatan Matematika Realistik Karakteristik pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut: menggunakan masalah kontekstual yang realistik; menggunakan model sebagai jembatan dunia abstrak dan dunia nyata; menghargai keanekaragaman jawaban siswa ; bersifat interaktif;
Strategi Pembelajaran SD 7 - 43

Materi PPG PGSD UMM

berkaitan dengan bagian lain dalam matematika, mata pelajaran lain, dan kehidupan nyata.

Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika Realistik a. Persiapan 1) menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan 2) mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan b. Pembukaan 1) memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa 2) meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri c. Proses Pembelajaran 1) memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun kelompok 2) memberi bantuan jika diperlukan 3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja mereka dan mengomentari hasil kerja temannya 4) mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk menyelesaikan masalah 5) mengarahkan siswa untuk menemukan aturan atau prinsip yang bersifat umum d. Penutup 1) mengajak siswa menar ik kesimpulan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari 2) memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah Contoh Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik Pada bagian ini disajikan beberapa contoh masalah kontekstual yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika realistik. Contoh-contoh ini menggunakan konteks Indonesia. Dalam prakteknya, Anda dapat menemukan sendiri konteks yang lebih sesuai dengan keadaan lokal dan kehidupan siswa di tempat Anda mengajar.

1. Belanja
Contoh ini diadopsi dari Dolk (2006). Guru memperkenalkan konteks kepada siswa dengan bercerita bahwa dia akan mengajak beberapa tetangganya untuk makan malam di rumahnya dalam rangka ulang tahun anaknya. Dia akan memasak gulai ayam. (Anda dapat menggunakan masakan yang biasa dimasak orang di tempat tinggal Anda masing-masing). Pada saat berbelanja, dia mendapatkan bahwa harga ayam pada saat itu adalah Rp.15.000,- per kilogram. (Harga dapat disesuaikan dengan harga setempat yang lebih realistik). Untuk acara makan malam tersebut dia memerlukan tiga setengah kilogram daging ayam. Guru meminta siswa menghitung berapa besar uang yang diperlukan untuk membeli 3 kilogram daging ayam tersebut. Siswa bekerja dalam kelompok dengan dua atau tiga anggota. Beberapa strategi yang mungkin ditempuh oleh siswa adalah sebagai berikut: Siswa langsung mengalikan ke bawah 15.000 dengan 3,5 seperti di bawah ini untuk memperoleh solusi Rp 52.500,-. Siswa mengalikan terlebih dahulu 15000 dengan 3 untuk memperoleh 45000, lalu menjumlahkannya dengan dikali 15000, yaitu 7500 dan memperoleh solusi sebesar Rp 52.500,-. Siswa membagi 15000 menjadi 10000 dan 5000, kemudian mengalikan masing-masing dengan 3 dan lalu menjumlahkannya untuk mendapatkan solusi yang sama, yaitu Rp 52.500,-.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 44

Materi PPG PGSD UMM

2. Kartu bilangan
Contoh berikut adalah percobaan yang dilakukan oleh Dr. Yansen Marpaung, salah satu anggota tim Pendidikan Matematika Realistik Indonesia, di Timbulrejo Yogyakarta (Hadi, 2005). Pak Yansen mempersiapkan 20 kartu yang dapat didudukkan dan terbuat dari karton, serta menuliskan sebuah bilangan pada setiap kartu mulai dari 1 hingga 20. Mula-mula Pak Yansen mengambil kartu bilangan 1 dan 20 serta meletakkan kedua kartu tersebut pada kedua ujung papan tulis sehingga terdapat jarak yang cukup besar di antaranya. Selanjutnya, Pak Yansen mengambil kartu bilangan 2 dan bertanya kepada siswa apakah ada yang mau meletakkan kartu itu di papan tulis. Seorang siswa maju dan meletakkan kartu bilangan 2 di antara kartu bilangan 1 dan 20 tepat di samping kartu bilangan 1. Setelah itu Pak Yansen mengambil kartu bilangan lain secara acak dan kembali bertanya apakah ada yang mau meletakkan kartu tersebut pada papan tulis. Demikian seterusnya hingga semua kartu telah diletakkan pada papan tulis dengan urutan yang benar. Strategi lain dikembangkan oleh Pak Yansen. Dia membalik kartu bilangan yang sudah tersusun pada papan tulis dan menyisakan beberapa pada posisi semula. Siswa diminta menebak bilangan pada kartu-kartu yang terbalik tersebut. Pembelajaran dengan kartu bilangan ini telah mendorong interaktivitas di kelas dan melibatkan siswa dalam sebuah pembelajaran yang bermakna, dua karakteristik penting dalam pendekatan matematika realistik.

Penggunaan Metode dalam Pembelajaran IPS


Kelas IV, Semester 1: Keragaman Suku Bangsa dan Budaya
Memperhatikan materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya, yang membahas secara terperinci kondisi Indonesia yang beragam mulai dari konsep, bentuk-bentuk keragaman hingga sikap yang perlu dimiliki dalam menghadapi keragaman yang merupakan realitas bangsa Indonesia, maka metode yang relevan digunakan dalam pembelajaran, diantaranya adalah: bermain peran, brainstorming, karya wisata, pengalaman lapang, diskusi. Sub Materi 1: Pentingnya Persatuan dalam Keragaman. Materi ini disampaikan dengan menggunakan metode bermain peran. Langkah-langkah: 1. Guru memberikan penjelasan tentang teknik permainan yang akan dilakukan, yang meliputi: a. Pentingnya persatuan dalam keragaman b. Permainan dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok minimal 10 orang c. Setiap orang membuat kartu nama ukuran 15 cm x 25 cm dari kertas karton bertuliskan nama suku (apa saja, minimal 10 suku) d. Permainan ini dipimpin oleh guru atau seorang pemimpin yang ditunjuk e. Setiap anggota kelompok bergandeng tangan, dan jangan sampai lepas, sehingga membentuk lingkaran f. Sambil menyanyikan lagu Dari Sabang sampai Merauke anggota kelompok berjalan ke samping. g. Pada saat kelompok berjalan sambil menyanyi, pemimpin memberikan aba-aba jongkok (aba-aba 1), dan semua jongkok. h. Pemimpin kelompok memberikan aba-aba berdiri ( aba-aba 2), dan semua berdiri i. Selanjutnya pemimpin memberikan aba-aba (aba-aba 3), agar anggotanya berdiri, tetapi sebagian besar anggota kelompok tetap jongkok (tida patuh pada aba-aba pemimpin) 2. Setelah selesai buatlah kesimpulan terhadap jalannya permainan tersebut.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 45

Materi PPG PGSD UMM

a. Bagaimana keadaan lingkaran pada saat aba-aba 1 ? b. Bagaimana keadaan lingkaran pada saat aba-aba 2 ? c. Bagaimana keadaan lingkaran pada saat aba-aba 3 ? d. Pada saat aba-aba ke berapa lingkaran itu kelihatan tidak kompak? Mengapa? Jelaskan. 3. Buatlah kesimpulan tentang makna apa yang dapat diambil dari permainan tersebut? Sub Materi 2: Keragaman Suku Bangsa Materi ini disampaikan dengan menggunakan metode pengalaman lapang dan diskusi. Langkah-langkah: Guru memberikan penjelasan tentang tugas yang akan dilakukan untuk mengetahui suku apa saja yang ada di daerah tempat tinggal peserta didik, yang meliputi: 1. Tugas dilakukan secara kelompok, setiap kelompok minimal 10 orang 2. Berkunjunglah ke kantor desa, kelurahan, kecamatan di daerah tempat tinggal. 3. Tanyakan kepada petugas tentang jumlah penduduk berdasarkan suku 4. Catatlah, misalnya suku Jawa......... orang, suku Sunda........orang, suku Bugis............orang, dan seterusnya. 5. Berdasarkan catatan yang ada, tentukan jumlah suku terbanyak, dan paling sedikit 6. Diskusikan dengan anggota kelompok, mengapa antara suku-suku tesebut perlu terjalin hubungan baik.

Bahan Bacaan
Abdul Aziz Wahab.2007. Metode dan Model- Model Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta. Burn. Dkk. 1996. Teaching Reading in Todays Elementary School. New Jersey. Hougton Mofflin Company. Dawud. 2008. Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang:UM Press. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Teknologi Instruksional. Jakarta: Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi Dworwtzky, John P. 1990. Introduction to Child Development. New York: West Publishing Company Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.2003. Model Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu Pembelajaran IPA (SEQIF) Ellis, K. A. 1997. Teaching and Learning Elementary Social Studies. MA. Abacon. E.Mulyasa, 2008, Menjadi Guru Profesional Menciptakan pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung, Rosdakarya Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. IAPBE, 2007: Kumpulan Materi TOT Guru. Lapis PGMI, 2009. Kumpulan Materi TOT Guru Joyce,B. dan Weil, M. (1980) Models of Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc Paulina Panen,MLs.dkk. (2003). Belajar dan Pembelajaran 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Ruseffendi, E.T. (1980). Pengajaran Matematika Modern Untuk orang tua murid giru dan SPG seri ke lima. Bandung:Tarsito.

Strategi Pembelajaran SD

7 - 46

Materi PPG PGSD UMM

Sanjaya Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Wahab, Abdul Azis, 2007, Metode dan Model-model Mengajar IPS, Bandung, Elfabeta Zaini, dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif. Center for Teaching Staff Development, Yogyakarta.

Strategi Pembelajaran SD

7 - 47

Materi PLPG SD Rayon 44

Anda mungkin juga menyukai