Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi
sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam
fungsi kurikulum, yaitu:
Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan
anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki
kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan
masyarakatnya.
c. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)
• kurikulum sebagai konten. pengertiannya adalah data atau informasi yang tertera
dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lain yang
memungkinkan timbulnya belajar.
• kurikulum sebagai hasil belajar. pengertiannya adalah seperangkat tujuan yang utuh
untuk memperoleh suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasi cara-cara yang dituju
untuk memperoleh hasil itu, atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan
diinginkan.
• kurikulum sebagai reproduksi kultural. pengertiannya adalah transfer dan refleksi
butir-butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan difahami anak-anak generasi
muda masyarakat tersebut.
Para penulis buku ajar mestinya mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang berlaku
pada waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan maupun subpokok bahasan,
hendaknya penulis buku ajar membuat analisis instruksional terlebih dahulu.
Kemudian menyusun Garis-Garis Besar Program Pelajaran (GBPP) untuk mata
pelajaran tertentu, baru berbagai bahan yang relevan. Sumber bahan tersebut dapat
berupa bahan cetak (buku, makalah, majalah, jurnal, koran, hasil penelitian dan
sebagainya), yang diambil dari narasumber, pengalaman penulis sendiri atau dari
lingkungan. perlu diingat bahwa tidak semua bahan tersebut ditulis sebagai bahan
pelajaran. yang perlu mendapat pertimbangan ialah kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Bahan hendaknya bersifat pedagogis, artinya bahan hendaknya berisikan hal-hal
yang normatif.
4. Bahan hendaknya disusun secara didatis, artinya bahan yang tertulis tersebut dapat
diorganisir sedemikian rupa sehingga mudah untuk diajarkan.
6. Bahan hendaknya bersifat yuridis, artinya bahan yang disusun jangan sampai
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, GBHN, Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 27m28,29, dan 30. Begitu juga bahan
tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang lain.
Bagi guru baru, sebelum mengajar pertama-tama yang perlu dipertanyakan adalah
kurikulumnya. setelah kurikulum didapat, pertanyaan berikutnya adalah Garis-Garis
Besar Program Pengajaran. Setelah Garis-Garis Besar Program pengajaran
ditemukan, barulah guru mencari berbagai sumber bahan yang relevan atau yang
telah ditentukan oleh Depdiknas. Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka guru semestinya mencermati
tujuan pendidikan yang dicapai oleh lembaga pendidikan dimana ia bekerja.
C. Peranan Kurikulum
a. Peranan Konservatif.
b. Peranan Kreatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu
yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan kebutuhan
masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung
hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada
pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-
kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya
yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan
nilai nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa
sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada
atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki
peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang
akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau
penyempurnaan-penyempurnaan.
Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan secara seimbang dan
harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi
ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum persekolahan
menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjadi
tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, di antaranya
guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat. Dengan demikian,
pihak-pihak yang terkait tersebut idealnya dapat memahami betul apa yang menjadi
tujuan dan isi dari kurikulum yang diterapkan sesuai dengan bidang tugas masing-
masing.