DALAM PELAKSANAANNYA
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Propesi Keguruan
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : 4
SEMESTER : IV
DOSEN PENGAMPU:
AINUN MARDIAH HARAHAP, MA
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta
alam.Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas tersusunnya
makalah ini.
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya
ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Program Bimbingan di Sekolah 3
B. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah 12
C. Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam
Layanan Bimbingan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan
yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di
sekolah. Menurut Sertzer dan Stone, bimbingan merupakan proses membantu
orang perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.
Sedangkan konseling sendiri berasal dari kata latin “Consilum” yang berarti
“dengan” atau “bersama” dan “mengambil atau “memegang”. Maka dapat
dirumuskan sebagai memegang atau mengambil bersama.’
Pada bimbingan dan konseling di Indonesia, pelayanan konseling dalam
sistem pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada
kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada
Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai
dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun
1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan
kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan
memasukkan bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap
pada tahun 2001 dan sampai saat ini terus berkembang
Pada bimbingan dan konseling di Dunia Internasional Sampai awal abad
ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor
masih ditangani oleh para guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang
sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa
yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang
konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan
pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di
sekolah tersebut. Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan
program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson,
Carlr. Rogers.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diambil rumusan masalah
sebagi berikut:
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah sebagai berikut
1
Hellen, A, 2005. Bimbingan dan konseling. Ciputat: Quantum Teaching.
3
4
2
Natawidjaja, Rochman. 1985. Peranan Guru dalam Bimbingan. Bandung: Abardin.
5
Kematangan emosional
Kemantapan minat terhadap lawan jenis
Kematangan social
Kebebasan diri dari control orang tua
Kematangan intelektual
Kematangan dalam pemilihan pekerjaan
Efisiensi penggunaan waktu luang
Kematangan dalam memahami falsafah hidup[5]. Dengan demikian,
program bimbingan dan konseling di SLTA hendaknya dapat mengatasi
permasalahan- permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga mereka dapat
mencapai tugas- tugas perkembangan tersebut.
Program bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada:
a) Hubungan muda-mudi/hubungan social.
b) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.
c) Bimbingan cara belajar.
4. Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu,
pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah menjadi tanggung jawab bersama
antara personil sekolah yaitu, kepala sekolah, guru- guru, wali kelas, dan petugas
lainnya ( Rohman Natawidjaja dan Moh. Surya, 1985 )3
Kegiatan bimbingan mencakup banyak aspek dan saling kait mengait,
sehingga tidak memungkinkan jika layanan bimbingan dan konseling hanya
menjadi tanggung jawab konselor saja.
Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan dikemukakan bahwa konselor di sekolah terdiri dari:
a) Kepala sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala
sekolah mempunyai tugas sebagai berikut :
1 Membuat rencana atau program sekolah secara menyeluruh
3
Natawidjaja, Rochman. 1985. Peranan Guru dalam Bimbingan. Bandung: Abardin.
8
4
Depdikbud. 1976. Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1975, Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan. Jakarta: Balai Pustaka.
10
itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar
mengajar. Sehubungan dengan itu, Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya
mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam proses
belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
a. Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai
individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu
mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b. Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.
c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
d. Pemahaman siswa secara empatik.
e. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.
f. Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura, di depan siswa.
g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h. Penerimaan siswa secara apa adanya.
i. Perlakuan terhadap siswa secara permissive.
j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu
siswa untuk menyadari perasaannya itu.
k. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa
terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan
siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
l. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.
Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembiming dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut:
a. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa
merasaaman, dan berkeyanikan bahwa kecakapan dan prestasi yang
dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
b. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-
kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.
c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku social yang baik.
d. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh
12
B. Saran
Demikianlah uraian yang dapat saya sampaikan. Mudah-mudahan dengan
uraian yang ini dapat menambah pengetahuan kita dan berguna dalam kehidupan
kita. Makanya saya mengharap kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin
15
DAFTAR PUSTAKA