Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU

DALAM PELAKSANAANNYA
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Propesi Keguruan

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK : 4

1 Novita Sari (19120015)

2 Yeni Lestari (19120028)

3 Zul Fiqri (19120029)

SEMESTER : IV

DOSEN PENGAMPU:
AINUN MARDIAH HARAHAP, MA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A.2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta
alam.Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas tersusunnya
makalah ini.

Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu


yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas Makalah yang
berjudul Program Bimbingan di Sekolah dan Peranan Guru Dalam
Pelaksanaannya.

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya
ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

Panyabungan, 11 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Program Bimbingan di Sekolah 3
B. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah 12
C. Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam
Layanan Bimbingan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan
yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di
sekolah. Menurut Sertzer dan Stone, bimbingan merupakan proses membantu
orang perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.
Sedangkan konseling sendiri berasal dari kata latin “Consilum” yang berarti
“dengan” atau “bersama” dan “mengambil atau “memegang”. Maka dapat
dirumuskan sebagai memegang atau mengambil bersama.’
Pada bimbingan dan konseling di Indonesia, pelayanan konseling dalam
sistem pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada
kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada
Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai
dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun
1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan
kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan
memasukkan bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap
pada tahun 2001 dan sampai saat ini terus berkembang
Pada bimbingan dan konseling di Dunia Internasional Sampai awal abad
ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor
masih ditangani oleh para guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang
sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa
yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang
konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan
pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di
sekolah tersebut. Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan
program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson,
Carlr. Rogers.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diambil rumusan masalah
sebagi berikut:

1 Bagaiamana Program Bimbingan di Sekolah?


2 Bagaimana Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah?
3 Bagaiamana Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan
Bimbingana?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah sebagai berikut

1 Untuk mengetahui Program Bimbingan di Sekolah


2 Untuk mengetahui Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di
Sekolah
3 Untuk mengetahui Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan
Bimbingan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Program Bimbingan di Sekolah


Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif
bilamana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik.1
1. Pengertian Program Bimbingan
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan
Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang
memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam
mengadakan penyesuaian diri.
Faktor- faktor program bimbingan menurut Abu Ahmadi, 1977 yaitu ;
a. Faktor pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan.
b. Faktor- faktor yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk
layanan siswa- siswa, dan sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan
kegiatan bimbingan.
c. Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa
program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan
banyak keuntungan, seperti:
a) Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya, dengan
menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak
menguntungkan.
b) Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara
seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun dalam
jenis layanan bimbingan yang diperlukan;
c) c) Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami
peranannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan di mana
mereka harus melakukan upaya secara tetap; dan
d) Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat
berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa
dibimbingnya.

1
Hellen, A, 2005. Bimbingan dan konseling. Ciputat: Quantum Teaching.

3
4

Pendapat di atas menekankan perlunya rumusan program bimbingan yang jelas


dan sistematik.
2. Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah
seperti dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan
Moh. Surya (1985) seperti berikut:2
a. Tahap persiapan.
Langkah ini dilakukan melalui survey untuk menginventarisasi tujuan,
kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah yang bersangkutan
untuk melaksanakan program bimbingan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
menentukan langkah awal pelaksanaan program.
b. Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang
telah [2]ditunjuk oleh pemimpin sekolah.
Tujuan pertemuan ini untuk menyamakan pemikiran tentang perlunya
program bimbingan, serta merumuskan arah program yang akan disusun.
c. Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
Panitia ini bertugas merumuskan tujuan program bimbingan yang akan
disusun, mempersiapkan bagan organisasi dari program tersebut, dan membuat
kerangka dasar dari program bimbingan ynag akan disusun.
d. Pembentukan panitia penyelenggara program.
Panitia ini bertugas mempersipakan program tes, mempersiapkan dan
melaaksanakan system pencatatan, dan melatih para pelaksana program
bimbingan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Melalui empat langkah tersebut diharapkan program bimbingan itu dapat
diwujudkan dengan baik.
Disamping rumusan tentang langkah-langkah penyusunan program
bimbingan sebagaimana dikemukakan itu, berikut ini dapaat pula disajikan
langkah- langkah penyusun program bimbingan yang urutannya cukup sederhana,
yaitu :
a) Mengidentifikasi kebutuhan- kebutuhan sekolah

2
Natawidjaja, Rochman. 1985. Peranan Guru dalam Bimbingan. Bandung: Abardin.
5

b) Penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan dilakukan dan menyusun


konsep program bimbingan
c) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah dan personil
sekolah
d) Penyempurnaan konsep program yang telah dibahas bersama kepala
sekolah
e) Pelaksanaan program yang telah direncanakan
f) Pelaksanaan evaluasi
g) Pelaksanaan revisi ( penyempurnaan )
3. Variasi Program Bimbingan menurut Jenjang pendidikan
Winkel (1991) memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam
menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, yaitu:
a. Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu, seperti yang telah
dirumuskan.
b. Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta
didik pada tahap perkembangan tertentu.
c. Menyusun pola dasar yang dipedomani dalam memberikan layanan.
d. Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan.
e. Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan.
f. Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan, misalkan
konselor, guru atau tenaga ahli lainnya.
Berdasarkan rambu-rambu tersebut, program bimbingan untuk masing-
masing jenjang pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat sesuai dengan
karakteristiknya.
a. Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa SD lebih
menekankan pada usaha pencapaian tugas- tugas perkembangan mereka antara
lain mengatur kegiatan- kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab ; dapat
berbuat dengan cara- cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta teman-
teman sebayanya, mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai- nilai
kehidupan dengan membentuk kata hati ( Winkel, 1991 ).
6

Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolah dasar,


Gibson dan Mitchell (19810 mengemukakan beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan, seperti:
a) Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan pada aktivitas-
aktivitas belajar.
b) Di SD masih menggunakan system guru kelas sehingga seandainya ada
anak yang tidak disenangi oleh guru, maka akan lebih fatal akibatnya.
c) Adanya kecendrungan seorang anak bergantung kepada teman
sebayanya.
d) Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
e) Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, dan tidak terlalu kompleks.
b. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya
berorientasi kepada:
a) Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
b) Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka
mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchell, 1981).
c) Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya, maka
program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah yang
berkaitan dengan hubungan social.
d) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia
12-15 tahun.
e) Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia
pendidikan atau pekerjaan.
c. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Program layanan bimbingan di SLTA hendaknya lebih lengkap dan luas
cakupannya dibandingkan dengan program laayanan di jenjang Pendidikan
dibawahnya. Pada jenjang pendidikan SLTA para siswa berada dalam masa
remaja.
Menurut Cole (1957), mengemukakan beberapa tugas- tugas
perkembangan pada usia remaja ( siswa SLTA) yaitu bertujuan untuk mencapai :
7

Kematangan emosional
Kemantapan minat terhadap lawan jenis
Kematangan social
Kebebasan diri dari control orang tua
Kematangan intelektual
Kematangan dalam pemilihan pekerjaan
Efisiensi penggunaan waktu luang
Kematangan dalam memahami falsafah hidup[5]. Dengan demikian,
program bimbingan dan konseling di SLTA hendaknya dapat mengatasi
permasalahan- permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga mereka dapat
mencapai tugas- tugas perkembangan tersebut.
Program bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada:
a) Hubungan muda-mudi/hubungan social.
b) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.
c) Bimbingan cara belajar.
4. Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu,
pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah menjadi tanggung jawab bersama
antara personil sekolah yaitu, kepala sekolah, guru- guru, wali kelas, dan petugas
lainnya ( Rohman Natawidjaja dan Moh. Surya, 1985 )3
Kegiatan bimbingan mencakup banyak aspek dan saling kait mengait,
sehingga tidak memungkinkan jika layanan bimbingan dan konseling hanya
menjadi tanggung jawab konselor saja.
Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan dikemukakan bahwa konselor di sekolah terdiri dari:
a) Kepala sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala
sekolah mempunyai tugas sebagai berikut :
1 Membuat rencana atau program sekolah secara menyeluruh

3
Natawidjaja, Rochman. 1985. Peranan Guru dalam Bimbingan. Bandung: Abardin.
8

2 Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan


dan penyuluhan
3 Mengawasi pelaksanaan program
4 Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan
penyuluhan
5 Mempertanggungjawabkan program tersebut baik kedalam ( sekolah )
maupun di luar ( masyarakat )
6 Mengadakan hubungan dengan lembaga- lembaga di luar sekolah
dalam rangka kerja sama pelaksanaan bimbingan.
7 Mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan- kegiatan
lainnya.
b) Penyuluh Pendidikan (Konselor sekolah)
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah,
konselor sekolah sangat berperan. Adapun peranan dan tugas konselor sekolah
dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah :
1 Menyusun program bimbingan dan konseling bersama kepala sekolah.
2 Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai kegiatan
bimbingan dan konseling.
3 Bertanggung jawab terhadap jalannya program.
4 Mengkoordinasikan laporan kegiatan pelaksaan program sehari-hari.
5 Memberikan laporan kegiatan kepala sekolah.
6 Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri
sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan social yang makin lama
makin berkembang.
7 Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan dan informasi
lainnya yang diperoleh dan menyimpannya sehingga menjadi catatan
kumulatif siswa.
8 Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu
rencana tindakan prositif terhadap siswa.
9 Menyelenggarakan pertemuan staf.
10 Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individu.
9

c) Guru Pembimbing/Wali Kelas


Wali kelas merupakan personel sekolah yang ditugasi untuk menangani
masalah-masalah yang dialami oleh siswa yang menjadi binaannya. Berkenaan
dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah peran dan tanggung jawab
wali kelas adalah :4
1 Mengumpulkan data tentang siswa.
2 Menyelenggarakan bimbingan kelompok.
3 Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa (akademik, social, fisik,
pribadi).
4 Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari
5 Mengobservasi kegiatan siswa di rumah
6 Mengadakan kegiatan orientasi
7 Memberikan penerangan
8 Mengatur dan menempatkan siswa
9 Mementau hubungan social siswa dengan individu lainnya dari
berbagai segi, seperti frekuensi pergaulan, intensitas pergaulan, dan
popularitas pergaulannya.
10 Bekerjasama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan
kesehatan psikologis oleh tim ahli.
d) Guru/Pengajar
Guru merupakan personil sekolah yang memiliki kesempatan untuk
bertatap muka lebih banyak dengan siswa dibandingkan dengan personil sekolah
lainnya. Adapun tugas dan tanggung jawab guru dalam kegiatan ini adalah :
1 Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program
bimbingan dan konseling.
2 Menberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan
konseling.
3 Memberikan layanan instruksional atau pengajaran.
4 Berpatisipasi dalam pertemuan kasus

4
Depdikbud. 1976. Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1975, Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan. Jakarta: Balai Pustaka.
10

5 Memberikan informasi kepada siswa


6 Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa
7 Menilai hasil kemajuan belajar siswa
8 Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa
e) Petugas Administrasi
Keberhasilan kegiatan bimbingan dan konseling disekolah juga
memerlukan keterlibatan dari petugas administrasi disekolah yang bersangkutan.
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi :
1 Mengisi kartu pribadi siswa
2 Menyimpan catatan-catatan dan data lainnya
3 Menyelesaikan laporan dan pengumpulan data
4 Mengirim dan menerima surat panggilan dan surat pemberitahuan
5 Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa.
5. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan
tanggung jawab kepala sekolah. Program bimbingan di sekolah merupakan bagian
yang terintegrasi dengan seluruh kegiatan pendidikan. Dalam kurikulum SMA
tahun 1975 buku III C dinyatakan bahwa kepala sekolah berperan langsung
sebagai koordinator bimbingan dan berwenang untuk menentukan garis
kebijaksanaan bimbingan, sedangkan konselor merupakan pembantu kepala
sekolah yang bertanggung jawab kepada kepala sekolah.

B. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah


Dalam layanan bimbingan, guru mempunyai beberapa tugas utama,
sebagaimana dituangkan dalam kurikulum SMA 1975 tentang Pedoman
Bimbingan dan Penyuluhan.
1. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru
yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa
menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan
sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas, dan sebagainya. Oleh Karena
11

itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar
mengajar. Sehubungan dengan itu, Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya
mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam proses
belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
a. Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai
individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu
mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b. Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.
c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
d. Pemahaman siswa secara empatik.
e. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.
f. Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura, di depan siswa.
g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h. Penerimaan siswa secara apa adanya.
i. Perlakuan terhadap siswa secara permissive.
j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu
siswa untuk menyadari perasaannya itu.
k. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa
terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan
siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
l. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.
Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembiming dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut:
a. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa
merasaaman, dan berkeyanikan bahwa kecakapan dan prestasi yang
dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
b. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-
kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.
c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku social yang baik.
d. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh
12

hasil yang lebih baik.


e. Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan,
dan minatnya.
2. Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses
belajar-mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan
di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain:
a. memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).
b. memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
c. melakukan kunjungan rumah (home visit).
d. menyelenggarakan kelompok belajar.

C. Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan


Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja
sama antara guru dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan di sekolah perlu
dukungan atau bantuan guru.5
Ada beberapa pertimbangan, mengapa guru juga harus melaksanakan
kegitan bimbingan dalam proses pembelajaran. Rochman Natawidjaja dan Moh.
Surya (1985) mengutip pendapat Miller yang mengatakan bahwa :
1 Proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari
dikaitkan langsung dengan tujuan- tujuan pribadi siswa.
2 Guru yang memahami siswa dan masalah- masalah yang dihadapinya,
lebih peka terhadap hal- hal yang dapat memperlancarr dan mengganggu
kelancaran kegiatan kelas.
3 Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa
secara lebih nyata.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan
bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan

5 Prof. Soetjipto dkk.2009.Profesi Keguruan.Jakarta:Rineka Cipta


13

konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan


dari kedua belah pihak ( guru dan konselor) menuntut adanya kerjasama.
Dilain pihak guru juga mempunyai beberapa keterbatasan. Menurut Koestoer
Partowisastro ( 1982) keterbatasan-keterbatasan guru tersebut antara lain :
1 Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang
bermacam-macam, karenaa guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua
tugas itu.
2 Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin laagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam
masalah siswa.
Didalam menangani kasus-kasus tertentu, konselor perlu menghadirkan guru
atau pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi
siswa.
Kegiatan semacam ini disebut dengan konferensi kasus ( case conference).
Bila guru menemui masalah yang sudah berada di luar batas kewenangannya,
guru dapat mengalihkantangankan masalah siswa tercebut kepada konselor.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan bersama. Semua
personil sekolah (kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi) mempunyai
peran masing-masing dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Untuk dapat menyukseskan misi bimbingan dan konseling diperlukan
program yang komprehensif dan mantap. Program ini harus disusun dengan tepat
sesuai dengan hasil identifikasi masalah.
Oleh karena itu, program bimbingan di setiap jenjang pendidikan berbeda
satu sama lain sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa pada masing-masing
kelompok umur itu.
Terlepas dari peranan personil pendidikan lain disekolah, guru mempunyai
peranan amat penting dalam pelaksanan bimbingan di sekolah. Hal ini disebabkan
oleh posisi guru yang memungkinkannya bergaul lebih banyak dengan siswa
sehingga mempunyai kesempatan tatap muka lebih banyak dibandingkan dengan
personil sekolah lainnya itu. Oleh karenanya, guru dapat memerankan bimbingan
kepada siswa baik di dalam maupun di luar kelas.

B. Saran
Demikianlah uraian yang dapat saya sampaikan. Mudah-mudahan dengan
uraian yang ini dapat menambah pengetahuan kita dan berguna dalam kehidupan
kita. Makanya saya mengharap kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin

15
DAFTAR PUSTAKA

A.Hellen. 2005. Bimbingan dan konseling. Ciputat: Quantum Teaching.


Ahmad, Abu. 19977. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Semarang: Toha
Putra.
Depdikbud. 1976. Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1975, Pedoman Bimbingan
dan Penyuluhan. Jakarta: Balai Pustaka.
Natawidjaja, Rochman. 1985. Peranan Guru dalam Bimbingan. Bandung:
Abardin.
Prof. Soetjipto dkk.2009.Profesi Keguruan.Jakarta:Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai