Anda di halaman 1dari 36

MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SIFAT-SIFAT


CAHAYA IPA KELAS V DI SDN 17 SINGKI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SRI NUR ALWAHIDAR


NIM : 7319206036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul : Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-

Sifat Cahaya IPA Kelas V Di SDN 17 Singki

Nama : Sri Nur Alwahidar


NIM : 7319206036
Jurusan/Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti, naskah proposal penelitian ini telah memenuhi syarat
untuk diseminarkan.
Enrekang, 12 Mei 2023

Pembimbing I; Pembimbing II;

Aminullah, S.Pd., M.Pd Nadar, S.Pd., M.Pd


NIDN. 0925039002 NIDN. 0916038802

Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Enrekang

Muh. Idham Haliq, S.Pd.,M.Pd


NIDN. 0916019401

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1


B. Identifikasi Masalah ............................................................................4
C. Pembatasan Masalah ...........................................................................5
D. Rumusan Masalah ...............................................................................5
E. Tujuan Penelitian..................................................................................6
F. Manfaat Penelitian ...............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori .......................................................................................8


B. Peneletian Sebelumnya ......................................................................17
C. Kerangka Berfikir ..............................................................................18
D. Hipotesis Penelitian ...........................................................................20

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Setting Penelitian ...............................................................................21
B. Prosedur Penelitian ............................................................................21
C. Subjek dan Objek Penelitian ..............................................................27
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................27
E. Instrumen Penelitian ..........................................................................27
F. Teknik Analisis Data ..........................................................................28
G. Indikator Keberhasilan Tindakan ......................................................30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan

pikiran. Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin

perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa karena pendidikan

merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

sumber daya manusia (Handajani & Rachmawati, 2022).

Menurut (Pendidikan & Konseling, 2022) pendidikan merupakan

upaya untuk membantu jiwa anak-anak didik baik lahir maupun batin,

dari sifat kodratinya menuju kearah peradaban manusiawi dan lebih

baik, Pendidikan juga merupakan proses yang berkelanjutan dan tak

pernah berakhir (never ending proces), sehingga dapat menghasilkan

kualitas yang berkesinambungan, yang ditujukan pada perwujudan sosok

manusia masa depan yang berakar pada nilai-nilai budaya dan Pancasila.

Pendidikan harus menumbuihkan nilai-nilai filosofis dan budaya bangsa

secara dan budaya bangsa secara utuh dan menyeluruh sehingga perlu adanya

kajian yang lebih mendalam terhadap pendidikan maka dari itu pendidikan

mulai dipandang secara filsafat yang merujuk pada kejelasan atas landasan

pendidikan itu sendiri.

1
Pendapat lain dikemukakan oleh (Suastika, 2019) Pendidikan adalah

pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan sekelompok orang yang

diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran.

Pelatihan atau penelitian. Pendidikan juga merupakan usaha yang dilakukan

secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara

individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan latihan.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,

pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan. Sebab dengan sistem

pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang

berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara (Suparliadi, 2021). Tujuan pendidikan adalah

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Wardani et al., 2019). Hasil proses

pendidikan pada tiap taraf perkembangan manusia turut menentukan corak

kepribadiannya. Kepribadian itu adalah suatu pola tingkah laku yang

kompleks yang ada pada tiap individu (pribadi). Pendidikan sebagai suatu

proses mencakup semua bentuk aktivitas yang membantu anak peserta didik,

dengan menerapkan model pembelajaran.

2
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

menggambarkan prosedur secara terancang dalam membangun pengetahuan

belajar dan pembelajaran dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan

dan berperan sebagai panduan dalam merancanakan pembelajaran bagi para

pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Terdapat berbagai

macam model pembelajaran diantaranya yaitu, model kooperatif tipe TGT

(Time GamessTournament). (Suastika, 2019)

Model TGT (Team Games Tournament) merupakan salah satu model yang

mudah diterapkan karena mengikuti sertakan aktivitas seluruh siswa yang

mengandung unsur permainan dimana siswa belajar dalam kelompok kecil tanpa

ada perbedaan status. TGT dapat meningkatkan kemampuan dasar, kepercayaan

diri, hasil belajar, interaksi positif tanpa melihat perbedaan status diantara

peserta didik. TGT disampaikan dengan system yang lebih menyenangkan,

sehingga diharapkan para peserta didik lebih tertarik, aktif dan bersemangat

dalam mengikuti pelajaran. (Riska, 2019). Model Team Games Tournament

(TGT) mampu membawa siswa dalam suasana pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan, siswa lebih mudah menemukan pengalaman baru dalam

belajarnya. Denkgan menggunakan model pembelajaran Team Games

Tournament (TGT) maka pembelajaran IPA yang aktif dan menyenangkan bagi

peserta didik di sekolah dasar tercapai.

Berdasarkan observasi awal peneliti di kelas V di SDN 17 Singki

ditemukan masalah yang terjadi seperti ada beberapa siswa terlihat jenuh sehingga

tidak memusatkan perhatiannya, karena guru masih mengacu pada buku guru

3
yang digunakan sehingga bentuk pembelajaran yang dilaksanakan kurang

bervariasi, siswa kurang dalam berinteraksi dalam menyampaikan ide-idenya

dimana terdapat kegiatan siswa hanya sebatas duduk, mendengarkan, serta

menulis apa yang di sampaikan guru sehingga proses pembelajaran menjadi

monoton, bahkan ada yang asyik melakukan kegiatannya sendiri dan mengobrol

dengan teman sebangkunya. Hal ini berimplikasi terhadap rendahnya hasil belajar

siswa dimana beberapa siswa belum memenuhi KKM. Jika diamati lebih lanjut

pada proses pembelajaran yang berlangsung guru membuat pembelajaran yang

menoton. Yang menunjukkan bahwa siswa kurang terlibat dalam proses

pembelajaran seperti diskusi kelompok, memperhatikan penjelasan guru, oleh

karena itu guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai tentuya menjadi

indikator keberhasilan belajar di kelas.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis mencoba

menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) sebagai

salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Upaya tersebut direalisasikan melalui penelitian

tindakan kelas (PTK) dengan judul; “Model pembelajaran Team Games

Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas V di SDN 17

Singki”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasi sebagi berikut :

4
a. Siswa belum memiliki percaya diri untuk bertanya dan menjawab

pertanyaan selama proses belajar mengajar.

b. Siswa hanya bertanya dan menjawab apabila guru menunjuk

secara langsung.

c. Sumber belajar tidak dipergunakan secara optimal. Hal ini

dimungkinkan karena beberapa sebab, seperti tidak .setiap guru

memahami cara-cara mendayagunakan sumber belajar tersebut.

d. Pada proses pembelajaran berlangsung masih terkesan monoton.

karena membuat siswa merasa bosan, kegiatan pembelajaran

menjadi kurang menggairahkan dan tidak menarik. Seakan-akan

kelas menjadi sepi sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam

kegiatan pembelajara.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah. Peneliti

membatasi permasalahan tersebut. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui

model Team Games Tournament (TGT) pada pembelajaran IPA materi cahaya

dan sifat-sifat di kelas V SDN 17 Singki.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah tersebut, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah ”Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan

menerapkan model Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil

belajar IPA di SDN 17 Singki ?”.

5
E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang

pembelajarannya dengan menerapkan model Team Games Tournament (TGT)

pada mata pelajaran IPA kelas V SDN 17 Singki.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat diperoleh dari hasil pelaksanaan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah meningkatkan

wawasan keilmuan di bidang Pendidikan mengenai penerapan

melalui model Team Games Tournament (TGT) pada pembelajaran

IPA materi cahaya dan sifat-sifat di kelas V SDN 17 Singki.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran,

menambah wawasan dan pengalaman melaksakan pembelajaran.

Dalam ha ini meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata

pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Team

Games Tournament (TGT)

b. Bagi siswa, diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran

TGT siswa dapat meningkatkan hasil belajar.

c. Bagi peneliti diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan

perbandingan untuk dijadikan referensi khususnya penelitian yang

memiliki relevansi dengan penelitian ini.

6
d. Bagi sekolah. Agar dapat menambah informasi dan wawasan yang

lebih luas tentang model Team Games Tournament (TGT) pada

pembelajara IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V SDN

17 Singki.

7
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

a. Pengertian Model Pembelajaran TGT

Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) merupakan

salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah

diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan

status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung

unsur permainan. Aktivitas belajar dengan model TGT memungkinkan

siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung

jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.(Astuti et

al., 2022)

1) Kelebihan:

a) Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk

berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.

b) Rasa percaya diri siswa menjadi tinggi.

c) Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.

d) Motivasi belajar siswa bertambah.

e) Pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran.

f) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa

dengan siswa dan antara siswa dengan guru.

8
g) Kerjasama antar siswa akan membuat interaksi belajar dalam kelas

menjadi hidup dan tidak membosankan.

b. Komponen-Komponen Model TGT

Prosedur pelaksanaan pembelajaran TGT secara umum adalah

sebagai berikut.

1. Guru memilih topik pembelajaran dan menyajikannya pada peserta

didik.

2. Guru mengembangkan daftar pertanyaan, memberi nomor, dan

mengguntingnya menjadi potongan kecil.

3. Guru mengelompokkan peserta didik secara heterogen bergantung

pada kemampuannya dalam beberapa kelompok.

4. Guru menempatkan peserta didik dalam beberapa kelompok yang

baru tersebut memiliki kompetensi yang sama.

5. Peserta didik kemballi kemeja kelompoknya (kelompok awal) dan

melaporkan perolehan nilainya

Model pembelajaran TGT siswa memainkan permainan dengan

anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka

masing-masing .(Ariani & Agustini, 2018)

c. Langkah-langkah penggunaan Model Pembelajaran TGT

Ada beberapa langkah dalampenggunaan model pembelajaran


TGT yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah penggunaan model
pembelajaran TGT menurut (Hamdani et al., 2019) sebagai berikut:
a) Presentasi di kelas; b) Belajar tim. para siswa mengerjakan
lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi; c)
Turnamen. para siswa memainkan game akademik dalam

9
kemampuan yang homogen; d) Rekognisi tim. Skor tim dihitung
berdasarkan skor turrnamen anggota tim, dan tim tersebut akan
direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya.
d. Kelebihan dan kekurangan Model TGT

Model pembelajaran kooperatif ini memiliki kelebihan dan kekurangan,

kelebihan TGT yaitu usaha penerimaan terhadap perbedaan individu, dengan

waktu yang sedikit mampu menguasai materi secara mendalam, proses

pembelajaran berlangsung dengan dibarengi keaktifan siswa, mendidik siswa

untuk bersosialisasi, meningkatkan kepekaan dan toleransi.

Sedangkan kelemahan TGT itu sulitnya pengelompokkan siswa. Selain

itu, kekurangan dari model pembelajaran kooperatif ini adalah pada kegiatan

pembelajaran masih ada siswa yang tidak ikut berpendapat atau berbicara,

apabila guru tidak dapat mengelola kelas, bisa terjadinya kegaduhan. solusi

yang dapat dilakukan guna mengatasi kekurangan tersebut adalah sebelum

memulai pembelajaran,hendaklah memastikan kenyamanan siswa terlebih

dahulu, memberi pemahaman kepada siswa agar aktif danbekerja sama,

memlih ketua dalam setiap kelompok (siswa yang dipilih sebagai ketua

adalah siswa yang sering ribut atau yang sering mengganggu temannya)

(Nurhayati et al., 2022).

2. Hasil Belajar Siswa

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan belajar. Anak-anak yang berhasil dalam

belajar ialah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau

10
tujuan instruksional. Sedangkan menurut Usman, hasil belajar

perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi

antara satu individu dengan lingkungan. Bukti bahwa seseorang

dikatakan belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, misalnya dari tidak tau menjadi tahu, dan dari tidak mengerti

menjadi mengerti (Rasyid, 2019).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar ialah suatu penilian akhir dari suatu proses dan

pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan

tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang

selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk

pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi

sehingga akan mengubah cara berfikir serta menghasilkan perilaku

kerja yang lebih baik.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

adalah faktor internal meliputi, kesehatan, intelegensi, minat bakat

dan motivasi. Faktor eksternal meliputi keluarga (ayah, ibu, dan

anak-anak serta keluarga yang menjadi penghuni rumah). Sekolah

yaitu kualitas guru, metode pengajarannya, kesesuaian kurikulum

dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas disekolah, tata tertib

sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Serta kesehatan jasmani

dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.

11
Apabila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, pilek, demam, dan

sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Nah

begitu juga dengan kesehatan rohani kurang baik, misalnya

mengalami ganggua pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan

temannya, orang tua dan sebagainya yang dapat mengurangi

semangat belajar (Pingge & Wangid, 2016).

Minat belajar besar cenderung menghasilkan prestasi yang

tinggi sebaliknya minat belajar yang rendah akan menghasilkan

prestasi yang rendah. Dan begitu juga dengan motivas seseorang

yang belajar dengan motivasi yang kuat dia akan melaksakan semua

kegiatan belajarnya dengan semangat dan sungguh-sungguh .

3. Pembelajaran IPA

a. Pengertian Pembelajaran IPA

Pengertian Pembelajaran IPA MI/SD IPA merupakan singkatan

dari ilmu pengetahuan alam. Secara harfiah berarti ilmu yang

mengkaji kejadian yang berlangsung di alam. Merupakan rumpun

keilmuan eksakta, yang terdapat pada jenjang pendidikan dasar serta

menengah, kemudian penyusunan materi tidak selalu terpadu yang

berisikan ilmu biologi, fisika, kimia, ilmu antariksa, ilmu bumi,

antropologi dan lain. Kemudian, Depdiknas (2003) dalam (Tri

Wulandari & Adam Mudinillah, 2022) menjelaskan IPA sebagai

suatu cara dalam menelusuri alam dengan sistematis dalam rangka

penguasaan terhadap pengetahuan beserta fakta, konsep, dan prinsip-

12
prinsip beserta kegiatan penemuan yang dilakukan dalam rangka

mewujudkan sikap ilmiah. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

IPA adalah mata pelajaran yang mengkaji tentang alam dan

lingkungan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari alam semesta,

benda benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan

di luar angkasa, baik yang dapat di amati indra maupun yang tidak

dapat diamati dengan indra. IPA adalah pengetahuan yang sistematis

dan di rumuskan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan

terutama atas pengamatan dan dedukasi. Materi pembelajaran IPA

yang tidak dapat diamati langsung oleh indera dilakukan dengan

salah satu cara misalnya dengan menggunakan media pembelajaran.

Mempelajari IPA dibutuhkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk

mempelajarinya. Salah satu hal yang diperlukan untuk mencapai hal

tersebut ialah memiliki motivasi belajar terhadap mata pelajaran

IPA. dibutuhkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk

mempelajarinya. Salah satu hal yang diperlukan untuk mencapai hal

tersebut ialah media yang menarik dan tepat terhadap mata pelajaran

IPA.

Menurut (S. Permadi & Mentari, 2020) IPA atau ilmu

kealaman adalah ilmu tentang dunia zat baik makhluk hidup maupun

benda mati yang di amati. IPA adalah suatu sekumpulan

pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam

13
penggunaanya secara umum terbatas pada gejala gejala alam dari

berbagai pendapaat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

suatu kumpulan teori sistematis penerapanya secara umum terbatas

pada gejala-gejala alam lahir dan berkembang melalui metode ilmiah

seperti observasi dan ekspeimen serta menuntut sikap ilmiah seperti

rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

b. Pengertian Pembelajaran Cahaya

Menurut Rahmadiansyah, A., Orlanda, E., Wijaya, M., Nugroho,

H. W., & Firmansyah, R. (2017) Cahaya adalah rambat gelombang

elektromagnetik yang menjalar kesegala arah yang dibedakan oleh

panjang gelombang dan frekuensi dengan gelombang elektromagnetik

lainnya. Kehidupan manusia sangat bergantung pada cahaya

karenamerupakan bagian mutlak dari kehidupan dan tanpa cahaya

kehidupan di atas bumi tidak dapat berkembang. Pencahayaan didalam

ruangan merupakan hal mutlak untuk menghadirkan ruah sehat dan

setiap warna memiliki potensi untuk memberikan faktorrefleksi

yang berbeda-beda

Cahaya adalah nama yang diberikan manusia pada radiasi yang

dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya adalah gelombang

eloktromagnetik yaitu gelombang yang getarannya adalah medan listrik

dan medan magnet. Berdasarkan jenisnya cahaya dibedakan menjadi

cahaya yang tampak dan cahaya yang tidak tampak. Adapun pengertian

cahaya tampak adalah cahaya yang jika mengenai benda maka benda

14
tersebut akan dapat dilihat oleh manusia, contoh cahaya matahari.

Cahaya tak tampak adalah cahaya yang bila mengenai benda tidak akan

tampak lebih terang atau masih sama sebelum terkena cahaya.

Contohnya cahaya tak tampak adalah sinar inframerah dan sinar x.

Cahaya tampak dibagi menjadi yaitu monokromatik dan polikromatik.

Monokromotik adalah satu cahaya yang berdiri dari satu warna contoh

merah. Sedangkan polikromatik adalah satu cahaya yang terdiri dari

beberapa warna contohnya ungu merupakan kombinasi antara merah dan

biru. (Rosmadi, 2018)

Dalam kehidupan kita memerlukan cahaya untuk melihat benda-

benda yang ada disekitar kita. Benda sekitar kita dapat dilihat apabila ada

cahaya yang mengenai benda tersebut dan cahaya yang mengenai benda

tersebut dipantulkan oleh benda ke mata. Walapun benda tersebut terkena

cahaya, jika pantulannya terhalang dari mata kita, maka kita tidak dapat

melihat benda tersebut

Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat benda-benda yang

ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda

dan cahaya yang mengenai benda tersebut dipantulkan oleh benda ke mata.

Walaupun benda terkena cahaya, jika pantulannya terhalang dari mata kita,

kita tidak dapat melihat benda tersebut, misalnya suatu benda yang berada

di balik tirai atau tembok. Benda dapat dilihat karena adanaya cahaya yang

memancar atau dipantulkan dari benda tersebut yang sampai ke mata.

Berdasarkan sumber cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :

15
a. Cahaya yang berasal dari benda itu sendiri, seperti matahari, senter,

lilin, dan lampu.

b. Cahaya yang memancar dari benda akibat memantulnya cahaya pada

permukaan benda tersebut dari sumber cahaya. Misalnya, jika kamu

melihat benda berwarna biru, artinya benda tersebut memantulkan

cahaya berwarna biru.

c. Sifat-sifat Cahaya

a. Cahaya merambat lurus

Sifat ini terjadi jika cahaya melalui medium yang sama kerapatan

optiknya. Contoh dari sifat ini adalah sinar lampu senter yang

merambat lurus.

b. Cahaya menembus benda bening

Sifat cahaya dapat menembus benda bening. Hal ini terjadi karena

benda bening mampu meneruskan cahaya. Contohnya adalah kaca

jendela yang terkena matahari.

c. Cahaya dapat dipantulkan

Pemantulan cahaya terbagi menjadi dua macam, yaitu pemantulan

baur dan pemantulan teratur. Pemantulan baur adalah pemantulan

cahaya oleh permukaan yang tidak rata, contohnya cermin.

Sedangkan pemantulan teratur merupakan pantulan cahaya oleh

permukaan bidang pantul yang rata, contohnya adalah batu, aspal,

dan air.

d. Cahaya dapat dibiaskan

16
Cahaya terjadi apabila cahaya bergerak miring melalui medium

yang berbeda, seperti dari udara lalu melewati air, sehingga

mengalami pembiasan atau pembelokan. Contohnya adalah kolam

yang terlihat dangkal karena airnya jernih.

B. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Nur Jannah (2014) tentang “Penerapan Strategi

Pembelajaran Teams Games Tournament untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pada Pelajara IPA Materi Perubahan Sifat Benda Kelas

V” skripsi ini ini membahas tentang penerapan strategi pembelajaran

Team Games Tournament dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah yaitu dari siklus I ke siklus II sebesar 16,7% dari

kriteria sedang menjadi tinggi. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Team Games Tournament

dapat meningkatka hasil belajar siswa pada mata elajaran IPA MIS

Titimas.

2. Penelitian Puradin, A., Hasan, S., & Tolangara, A. R. (2019). Upaya

meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe TGT materi pewarisan sifat pada makhluk hidup kelas

IX-6 SMP Negeri 4 kota Ternate, penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran

TGT (Team Games Tournament) kelas IX-6 SMP Negeri 4 Kota

17
Ternate tahun 2018-2019 pada materi pewarisan sifat pada makhluk

hidup . penelitian yakni desain PTK dengan menggunakan dua siklus.

Hal ini terlihat bahwa pretasi belajar siswa kelas IX pada tes awal nilai

rata-rata 40, 27% ketuntasan. Sedangkang pada psot test 1 nilai rata-

rata 60.04 dan peningkatan hasil belajar sebesar 23% dengan gain

score 0.46 kategori sedang. Pada post test 2 nilai rata-rata siswa 82.09,

ketuntasan 95% dan peningktatan hasil belajar sebesar 45% dengan

gain score 1.23 kategori tinggi .

3. Penelitian yang dilakukan oleh Gunantara (2014) dengan judul

“Penerapan Strategi Pembelajaran Teams Games Tournament untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah IPA Siswa Kelas

IV”. Dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan

strategi pembelajaran Team Games Tournament dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke siklus II sebesar

16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Dapat disimpulkan bahwa

penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Teams Games

Tournament dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

pada mata pelajaran IPA di SDN Sepang tahun pelajaran 2012/ 2013.

C. Kerangka Berfikir

Menurut Prof. Dr. Sriwiji suwandi, M.Pd Kerangka berpikir yang

baik antara lain memuat (1) variabel-variabel yang akan diteliti harus

dijelaskan dan (2) diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat

menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antar variabel yang

18
diteliti dan ada teori yang mendasari. Dalam penelitian tindakan kelas

berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, penyusun proposal harus

mampu menjelaskan bahwa bentuk tindakan yang akan dilakukan dapat

mengatasi permasalahan. Guru, M. P. L. P. (2011).

Berdasarkan penjelasan yang tertulis di dalam latar belakang salah

satu permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu

faktor yang menjadi latar belakang belum maksimalnya hasil belajar

pada peserta didik, yaitu penggunaan model atau metode pembelajaran

yang kurang bervariasi. Khususnya pada peserta didik V SDN Singki

masih menggunakan model atau metode pembelajaran yang konvesional.

Adapun salah satu pembelajaran aktif yang dapat diterapkan di

sekolah dasar adalaha model pembelajaran Team Games Tournament

(TGT). Model pembelajaran ini sangat cocok dan efektif diterapkan di

sekolah dasar untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik karena

sesuai dengan karakteristik peserta didik yaitu suka bermain. Model

pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada

penelitian ini merupakan variabel X, dimana X dinyatakan sebagai yang

mempengaruhi atau sebab, dan hasil belajar merupakan variabel Y

sebagai yang dipengaruhi atau akibat. Peneliti meyakni bahwa variabel X

berkaitan dengan variabel Y, dengan demikian penggunaan model

pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat berpengaruh

terhadap hasil belajar pada peserta didik. Berikut merupakan gambar alur

kerangka pemikiran pada penelitian :

19
Kondisi Tindakan Kondisi
Awal melalui PTK Akhir

Guru: Guru: Refleksi akhir :


Pembelajaran Pembelajaran model  Siswa aktif dalam
konvensional TGT pembelajaran
 Hasil belajar siswa
meningkat
Refleksi awal:
Siswa tidak aktif SiklusI

dalam pembelajaran
 Hasil belajar siswa Siklus II
rendah

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ”Model

pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil

belajar IPA kelas V Di SDN 17 Singki’.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu sekolah dasar negeri di

Kabupaten Enrekang tepatnya pada SDN 17 Singki. Alasan mengapa peneliti

memilih sekolah tersebut sebagai tempat melaksanakan penelitian karena

lokasi tersebut merupakan kampung halaman, dimana ditemukan masalah

yang berkaitan dengan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik.

Atas dasar kesadaran akan hal tersebut maka diperlukan langkah untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model

pembelajaran Team Games Tournament (TGT).

B. Prosedur Penelitian

21
Gambar 1 . Siklus Model Kemmis dan McTaggart
(Kemmis & McTaggart, 1988:11)

Desain penelitian ini menggunakan desain Kemmis & McTaggart yang

terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: 1) tahap

perencanaan (planning), 2) tahap tindakan (acting), 3) tahap pengamatan

(observing), dan 4) tahap refleksi (reflecting). Pelaksanaan tahap kedua dan

ketiga merupakan satu kesatuan. Hal ini disebabkan karena saat tahap tindakan

dilaksanakan, tahap observasi juga harus dilaksanakan.

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Perencanaan berupa semua hal yang akan dilaksanakan pada tahap

tindakan tahap tindakan ini dilakukan bersamaan dengan observasi. Masalah

yang telah ditemukan dijadikan dasar dalam tahap perencanaan. Tahap

perencanaan yang dilakukan yakni persiapan administrasi pembelajaran

yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan

instrumen penelitian berupa tes hasil belajar peserta didik.

2. Tahap Tindakan (Acting)

22
Tahap tindakan merupakan penerapan atau implementasi dari

perencanaan yang telah dibuat. Guru menerapkan pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan RPP yang telah

dipersiapkan dan melakukan evaluasi dengan tes di akhir siklus.

3. Tahap Observasi (Observing)

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan

terkait. Observasi berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan

dasar bagi refleksi sekarang. Observasi harus dilakukan secara cermat dan

direncanakan, sehingga akan ada dasar dokumenter untuk refleksi

berikutnya. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan tindakan. Peneliti

dan teman sejawat yang merupakan observator melakukan observasi

aktivitas belajar peserta didik ketika guru melakukan proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahap refleksi dilakukan guna mengingat kembali keseluruhan

tindakan yang telah dilaksanakan. Data yang diperoleh dari observasi

dianalisis dan didiskusikan dengan guru untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan yang terjadi selama pembelajaran yang telah dilakukan. Data

dan hasil diskusi tersebut dijadikan sebagai landasan perencanaan

pembelajaran pada siklus selanjutnya.

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yakni tahap pra-tindakan dan

tahap pelaksanaan penelitian. Tahap pra-tindakan merupakan tahap sebelum

memulai siklus PTK. Sedangkan tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari

siklus I dan siklus II.

23
1. Pra-Tindakan

Tahap pra-tindakan dilaksanakan untuk mengetahui kondisi awal

peserta didik dan untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan dalam

penelitian. Kondisi awal peserta didik diketahui dengan melakukan

observasi di kelas V SDN 17 Singki pada pembelajaran tematik. Observasi

dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah divalidasi

oleh validator. Hasil dari observasi tersebut yaitu data hasil belajar peserta

didik. Setelah kondisi awal peserta didik diketahui, peneliti dapat

merumuskan hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan siklus

pertama, yang meliputi:

a. Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, dan

media pembelajaran. RPP yang disusun disesuaikan dengan ciri-ciri

model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. Menyusun instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas belajar

peserta didik dan soal-soal tes untuk mengukur hasil belajar peserta

didik.

c. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai bahan diskusi

kelompok sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

d. Mensosialisasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT kepada guru.

2. Tindakan Siklus I

a. Pelaksanaan (Acting)

Tindakan yang dilaksanakan pada siklus I terdiri dari 2 kali

pertemuan. Tahap ini merupakan pelaksanaan pembelajaran model

24
pembelajaran kooperatif tipe oleh guru sesuai dengan RPP yang telah

disusun. Berikut rincian kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

model TGT.

Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir.

Pada kegiatan awal dimulai mengondisikan kelas, berdoa, presensi,

apersepsi, memberikan motivasi serta menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Kegiatan inti dimulai dengan menjelaskan pengertian cahaya

beserta sifat-sifatnya. Peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok, setiap

kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik yang heterogen. Guru lalu

memberikan tugas yang terdapat pada lembar kegiatan peserta didik

(LKS). Peserta didik diberi kesempatan untuk berpikir bersama

kelompok memecahkan permasalahan. Setelah itu, peserta didik bersama

guru membahas soal pada LKS tersebut.

Peserta didik mengikuti game atau permainan yang diberikan guru.

Setelah itu, peserta didik dibagi kelompok menjadi 5 kelompok setiap

kelompok terdiri dari 4-5 anak dengan kemampuan yang sama untuk

melakukan turnamen. Setelah turnamen selesai, guru memberikan

penghargaan kepada kelompok yang memenangkan turnamen atau

mendapat nilai tertinggi. Guru bersama peserta didik meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. Akhir

dari tahap ini ialah evaluasi peserta pada akhir siklus I dengan soal tes

25
guna mengetahui hasil belajar peserta didik setelah pembelajaran

tersebut.

b. Pengamatan (Observing)

Pelaksanaan tahap observasi bersamaan dengan tahap tindakan,

dimana dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Observasi tersebut

dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik selama mengikuti

pembelajaran dengan model TGT. Instrumen penelitian berupa lembar

observasi aktivitas peserta didik digunakan dalam tahap ini oleh peneliti

dan observer lain yang membantu penelitian. Selain itu peneliti juga

mengamati hasil belajar peserta didik berdasarkan hasil tes yang

dikerjakan.

c. Refleksi (Reflecting)

Kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama proses

pembelajaran dikaji ulang pada tahap refleksi untuk dijadikan

pertimbangan pelaksanaan siklus berikutnya. Kekurangan yang

ditemukan akan diperbaiki pada siklus II. Kegiatan yang dilakukan pada

tahap ini yaitu:

1) Mengumpulkan hasil observasi yang telah diperoleh selama siklus I.

2) Menganalisis hasil observasi pada siklus I.

3) Melakukan refleksi terhadap hasil observasi yang telah diperoleh

bersama guru dan observer lain guna merencanakan tindakan

perbaikan yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Tindakan Siklus II

26
Hasil refleksi siklus I digunakan untuk perbaikan di siklus II. Siklus II

terdiri dari 2 pertemuan. Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus II sama

dengan siklus I. Pelaksanaan siklus II diharapkan mampu mengatasi

kekurangan-kekurangan yang terjadi selama siklus I agar hasil penelitian

yang didapat sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Namun, apabila hasil

penelitian pada siklus ini belum mencapai kondisi tersebut, maka perlu

dilakukan siklus selanjutnya agar hingga hasil penelitian yang dicapai sesuai

dengan kondisi yang diharapkan.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 17 Singki

yang berjumlah 18 orang. Sedangkan objek pada penelitian ini adalah model

pembelajaran Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil

belajar IPA.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang

dikumpulkan, tujuan penelitian, pemahaman, dan kemampuan peneliti dalam

pelaksanaan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Tes

Teknik pengumpulan data hasil belajar peserta didik menggunakan

teknik tes. Tes tersebut dilakukan setiap akhir siklus guna melihat hasil

belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Instrumen yang

digunakan pada teknik ini adalah soal tes yang berupa soal pilihan ganda.

2. Dokumentasi

27
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data pendukung

sebagai penguat data observasi dan tes. Dokumentasi yang dilakukan dalam

penelitian ini berupa video/foto saat pembelajaran berlangsung,

pengumpulan daftar nama peserta didik, daftar nama kelompok beserta

anggotanya, RPP, dan hasil belajar peserta didik.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau sarana yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulka data peneltian. Data penelitian yang

dimaksud adalah sebuah angka-angka, gambar, segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menjawan masalah penelitian.

a. Tes

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh

data tentang kemampuan siswa adalah tes. Tes adalah prosedur

sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang

distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok

untuk dikerjakan, dijawab, atau direspon, baik dalam bentuk tertulis,

lisan maupun perbuatan. Tes yang diberikan disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran khusus yang hendak dicapai. Tes yang diberikan

berbentuk pilihan ganda.

b. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data/informasi melalui

pengamatan langsung terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan

anak.. Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap

28
seluruh kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat dilakukan

tindakan. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa

selama proses pembelajaran beralangsung. Semua kegiatan dicatat dan

apabila ada kekurangan maka dilakukan perbaikan pada tahap

tindakan siklus berikutnya. Kriteria penilaian observasi adalah :

F. Teknik Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, perlu dilakukan analisis atau

pengolahan data agar peningkatan hasil belajar peserta didik dengan model

pembelajaraan kooperatif tipe TGT dapat diketahui. Pengolahan data hasil

belajar dilakukan dengan analisis data kualitatif melalui tes disetiap siklus.

Berikut teknik analisis data yang dilakukan.

1. Perolehan nilai hasil belajar diperoleh di setiap butir soal yang dijawab oleh

peserta didik kemudian dibandingkan dengan jumlah skor maksimal yang

ditentukan.

Adapun kriteria nilai akhir perolehan hasil belajar peserta didik

dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 3.2 kriteria tingkat hasil belajar peserta didik

Tabel nilai rata-rata Kriteria


90 – 100 Sangat baik
80 – 89 Baik
65 – 79 Cukup
55 – 64 Kurang
0 – 54 Sangat kurang

29
2. Perolehan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dalam satu kelas dapat

dihitung dengan membandingkan jumlah nilai peserta didik satu kelas

dengan jumlah peserta didik satu kelas.

3. Prosentase ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam satu kelas dapat

dihitung dengan membandingkan jumlah peserta didik yang tuntas dengan

jumlah seluruh peserta didik dikalikan 100%. Berikut kriteria ketuntasan

hasil belajar peserta didik.

Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Peserta didik

Tabel nilai rata-rata Kriteria


90% – 100% Sangat baik
80% – 89% Baik
65% – 79% Cukup
55% – 64% Kurang
0% – 54% Sangat kurang

G. Indikator Keberhasilan Tindakan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah mencapai kriteria

keberhasilan yang ditentukan. Siklus PTK yang telah direncanakan pun akan

berhenti ketika kriteria keberhasilan telah tercapai. Adapun yang menjadi

indikator keberhasilan data penelitian ini adalah:

1. Adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II

sehingga mencapai 85%.

2. Nilai ketuntasan peserta didik secara individu mencapai 65 sesuai nilai

KKM.

30
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, A., Farobie, O., Widyanto, R., Armiyanti, J., Ersis, L., Abbas, W.,
Jumriani, M., Bella, E., Potensi, E., Caulerpa, E., Pi, S., Dengan, A., Limbah,
C., Air, K., Hapsari, J. E., Amri, C., Suyanto, A., Hidayati, J. R.,
Diponegoro, U., … Prihatini, N. S. (2020). 済無No Title No Title No Title.
Https://Medium.Com/, 4(3), 248–253.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf
%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.biteb.2021.100642
Ariani, T., & Agustini, D. (2018). Model Pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD) dan Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT): Dampak terhadap Hasil Belajar Fisika. Science and
Physics Education Journal (SPEJ), 1(2), 65–77.
https://doi.org/10.31539/spej.v1i2.271
Astuti, N. F., Suryana, A., & Suaidi, E. H. (2022). Model Rancangan
Pembelajaran Kooperatif  Learning Team Game Tournament (TGT) pada
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Tarbiatuna: Journal of
Islamic Education Studies, 2(2), 195–218.
https://doi.org/10.47467/tarbiatuna.v2i2.1098

31
Hamdani, M. S., . M., & Wardani, K. W. (2019). Penerapan Model Pembelajaran
Team Games Tournamen (TGT) pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas
5 untuk Peningkatan Keterampilan Kolaborasi. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar,
3(4), 440. https://doi.org/10.23887/jisd.v3i4.21778
Handajani, D. O., & Rachmawati, A. (2022). Hubungan Antara Dukungan
Keluarga Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Pada Prodi S1 Kebidanan
Dalam Pembelajaran Daring. IJMT: Indonesian Journal of …, 2(1), 16–21.
Nurhayati, Egok, A. S., & Aswarliansyah. (2022). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT pada Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 6(5), 3. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i5.3430
Pendidikan, J., & Konseling, D. (2022). Analisis Layanan Konseling Kelompok
dalam Memberikan Edukasi Tentang Pendidikan Anak-Anak Pesisir Dengan
Latar Belakang Ekonomi Rendah. Jurnal Pendididkan Dan Konseling, 4(4),
2371–2376.
Pingge, H. D., & Wangid, M. N. (2016). Faktor Yang Mempengaruhi Hasil
Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Kota Tambolaka. JURNAL
JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 2(1), 107.
https://doi.org/10.26555/jpsd.v2i1.a4947
Rasyid, A. (2019). Pengaruh Kompetensi Guru Dan Self Directed Learning
Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fikih Pada Siswa Kelas VII MTs.N
17 Jakarta Tahun Pelajaran 2018/2019. Geneologi PAI: Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 6(2), 89. https://doi.org/10.32678/geneologipai.v6i2.2333
Riska, D. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Team Game Tournament
Dengan Berbantuan Media Kartu Bergambar Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Dan Psikomotor Peserta Didik Kelas X Mata Pelajaran Biologi Di
Sma Negeri 14 Bandar Lampung.
Rosmadi. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Make
Untuk Meningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ipa Materi Sifat-Sifat
Cahaya Siswa Kelas V Sdn Habau Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Dan Sosial, 4(2), 35–44.
S. Permadi, A., & Mentari, F. (2020). Penerapan Media Pembelajaran Powerpoint

32
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Di SMP Negeri 1
Kahayan Kuala. Bitnet: Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi, 5(1), 55–62.
https://doi.org/10.33084/bitnet.v5i1.1336
Suastika, N. S. (2019). Problematika Pembelajaran Membaca Dan Menulis
Permulaan Di Sekolah Dasar. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 3(1), 57.
https://doi.org/10.25078/aw.v3i1.905
Suparliadi, S. (2021). Peran Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Journal Of Administration and Educational Management
(ALIGNMENT), 4(2), 187–192.
https://doi.org/10.31539/alignment.v4i2.2571
Tri Wulandari, & Adam Mudinillah. (2022). Efektivitas Penggunaan Aplikasi
CANVA sebagai Media Pembelajaran IPA MI/SD. Jurnal Riset Madrasah
Ibtidaiyah (JURMIA), 2(1), 102–118.
https://doi.org/10.32665/jurmia.v2i1.245
Wardani, M. S., Nugroho, N. R. I., & Ulinuha, M. T. (2019). Penguatan
Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris. Buletin
Literasi Budaya Sekolah, 1(1), 27–33.
https://doi.org/10.23917/blbs.v1i1.9313

33

Anda mungkin juga menyukai