Anda di halaman 1dari 12

WAWASAN, KONSEP, DAN RUANG LINGKUP PENDIDIKAN NON-

FORMAL/PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

DISUSUN OLEH:

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

SEPTEMBER 2019
PENDAHULUAN

Upaya pengembangan pendidikan dalam laju pembangunan nasional merupakan


keharusan dan kewajaran. Dinyatakan sebagai keharusan, karena pendidikan perlu
mengembangkan dirinya untuk lebih berperan sebagai pendidikan untuk pembangunan.
Disebut sebagai kewajaran, karena kehadiran pendidikan, yang merupakan produk budaya
masyarakat dan bangsa, terus berkembang untuk mencari bentuknya yang paling cocok
dengan perubahan dinamis yang terjadi di masyarakat pada setiap bangsa. Perubahan dinamis
itu terjadi akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan nilai-nilai
budaya yang makin cepat, dan meningkatnya tuntutan masyarakat untuk memperoleh
pendidikan yang dapat memenuhi laju pembangunan dan perkembangan jaman.

Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan
nasional, memiliki dua subsistem pendidikan yaitu pendidikan sekolah (in-school education)
dan pendidikan luar sekolah (out-of school education). Subsistem pertama disebut pula
pendidikan formal, sedangkan subsistem pendidikan luar sekolah mencakup pendidikan
nonformal dan pendidikan informal.

Menurut asal-usul dan sejarahnya, pendidikan luar sekolah telah lahir di dunia ini
setua manusia yang hidup bermasyarakat. Ditinjau dari segi penyelenggaraannya,
perkembangan pendidikan luar sekolah didukung oleh tiga faktor, yaitu para praktisi
pendidikan di masyarakat, para pengkritik terhadap kelemahan pendidikan sekolah, dan
perencana pendidikan untuk pembangunan di tingkat internasional. Para praktisi atau
pelaksana pendidikan di masyarakat umumnya tidak mendasarkan penyelenggaraan kegiatan
pendidikannya atas landasan teoritis, melainkan untuk memberikan kesempatan pendidikan
kepada masyarakat yang memerlukan pendidikan. Program-program pendidikan luar sekolah
yang dilakukan oleh para praktisi ini beragam, mulai dari program pemberantasan tuna
aksara, pendidikan dan latihan keterampilan, pendidikan politik, sampai dengan pendidikan
perjuangan bangsa.

Para pengkritik terhadap kelemahan pendidikan sekolah mengkaji dan menegaskan


bahwa subsistem pendidikan sekolah tidak mampu memecahkan permasalahan pendidikan di
dunia ini. Para pengkritik menganggap bahwa pendidikan sekolah bukanlah satu-satunya
pranata yang dapat memberikan kesempatan pendidikan untuk semua orang yang berhak
memperoleh pendidikan. Menurut hasil analisis para pengkritik, pendidikan luar sekolah
dipandang sebagai suatu alternatif yang perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-
masalah pendidikan baik yang ditimbulkan mau pun yang tidak dapat diatasi oleh pendidikan
sekolah ini. Beberapa ahli pakar pendidikan yang berpendapat soal pendidikan luar sekolah
adalah Ivan Illich, Paulo Freire, Carl Rogers, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Para perencana pendidikan untuk pembangunan di tingkat internasional memusatkan


perhatiannya terhadap upaya pengembangan model-model pendidikan luar sekolah yang
cocok dalam menunjang pembangunan. Proyek-proyek percobaan dan percontohan telah
dilakukan oleh badan-badan internasional di seluruh dunia, khususnya di negara-negara
berkembang. Badan-badan internasional banyak terlibat dalam upaya mencari dan
mengambangkan model-model pendidikan untuk pembangunan ini.
WAWASAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

A. KONSEP DAN RUANG LINGKUP

Pendidikan luar sekolah merupakan salah satu dari sekian banyak istilah yang muncul
dalam studi kependidikan pada akhir tahun lima puluhan. Istilah-istilah pendidikan yang
berkembang di tingkat internasional mulai saat itu antara lain adalah: pendidikan
sepanjang hayat (Life-long education), pendidikan perbaikan (recurrent education),
pendidikan abadi (Permanent education), pendidikan nonformal (non-formal education),
pendidikan informal (informal education), pendidikan masyarakat (Community
education), pendidikan perluasan (extension education), pendidikan sosial (Social
education), pendidikan orang dewasa (adult education), dan pendidikan berkelanjutan
(continuing education).

Munculnya berbagai istilah pendidikan itu menunjukkan perkembangan


penyelenggaraan pendidikan secara luas, yang memeri arti bahwa pendidikan itu tidak
hanya kegiatan terorganisasi yang dilakukan di dalam sekolah. Dengan kata lain, di
samping adanya pendidikan di sekolah (pendidikan formal), di dunia ini hadir dan
berkembang pula pendidikan yang terjadi di luar lingkungan sekolah.

1. Konsep Pendidikan Luar Sekolah


Pendidikan luar sekolah merupakan konsep yang muncul dalam studi
kependidikan. Menurut Soedjaji (2004), “konsep adalah ide abstrak yang dapat
digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya
dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.”. Konsep pendidikan luar
sekolah muncul atas dasar hasil observasi dan pengelaman langsung dan tidak
langsung. Hasil observasi dan pengalaman ini kemudian dibentuk sehingga dapat
diketahui persamaan dan perbedaan ciri-ciri antara pendidikan ini dengan
pendidikan sekolah. Di samping itu, pendidikan luar sekolah memiliki pengertian,
sistem, prinsip, dan paradigma tersendiri yang relatif berbeda dengan pendidikan
sekolah.
2. Perbedaan antara Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan Sekolah
Pendidikan luar sekolah memiliki perbedaan dengan pendidikan sekolah. Unesco
(1972) menjelaskan bahwa pendidikan luar sekolah mempunyai derajat keketatan
dan keseragaman yang lebih rendah dibanding dengan pendidikan sekolah.
Pendidikan luar sekolah memiliki bentuk dan isi program yang bervariasi,
sedangkan pendidikan sekolah pada umumnya memiliki bentuk dan isi program
yang seragam untuk setiap satuan jenis dan jenjang pendidikan.
3. Pendekatan taksonomi dalam Pendidikan Luar Sekolah
Husen dan Postlethwaite (1985) membuat kategori program pendidikan luar
sekolah atas dasar keterkaitannya dengan pembangunan ekonomi, politik, dan
sosial budaya. Kategori pertama ialah bahwa pendidikan luar sekolah jika
dibandingkan dengan pendidikan sekolah, berkaitan erat dengan program-program
pembangunan ekonomi seperti pertunaian dan industri, gerakan ekonomi
masyarakat, kewirausahaan, pembangunan masyarakat desa, dan koperasi.
Kategori kedua, pendidikan luar sekolah sering dijadikan wahana untuk
pembinaan kesadaran politik dan kesadaran bernegara bagi masyarakat di
berbagai kawasan. Ketiga, pendidikan luar sekolah menghargai nilai-nilai sosial
budaya, seperti tradisi, adat-istiadat, dan keyakinan yang tumbuh di masyarakat
dan melibatkan proses pendidikan. Pendidikan luar sekolah berperan pula untuk
memperkuat identitas budaya masyarakat dan membina keharmonisan antara
nilai-nilai yang tumbuh di masyarakat dengan nilai-nilai yang datang dari luar.
4. Pengertian tiga jenis pendidikan
Coombs (1973) membedakan pengertian pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat,
berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang
setaraf dengannya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi
akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang
dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.

Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia


sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan
termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan
tetangga, lingkungan pekerjaan, pasar, perpustakaan, dan media massa.

Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis di


luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan
bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk
melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
Dengan penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa pendidikan luar sekolah
tidak identik dengan pendidikan sekolah.
5. Karakteristik Program Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan Sekolah
Berdasarkan model yang dilakukan oleh Paulston (1972), antara pendidikan luar
sekolah dan pendidikan sekolah dibedakan atas 15 dimensi, semua dimensi itu
digolongkan menjadi lima kategori yang meliputi: tujuan program, waktu
penyelenggaraan, isi kegiatan, proses belajar, dan pengendalian program. Berikut
adalah tabel berdasarkan model yang dilakukan Paulston

PERBEDAAN ANTARA KARAKTERISTIK PROGRAM PENDIDIKAN


SEKOLAH DAN PROGRAM PENDIDKAN LUAR SEKOLAH
PROGRAM PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH SEKOLAH
A. TUJUAN
1. Jangka panjang dan umum 1. Jangka pendek dan khusus
Bertujuan untuk membekali Bertujuan untuk memenuhi
peserta didik dengan kebutuhan belajar tertentu
kemampuan umum untuk yang fungsional bagi
kehidupan masa depan. kehidupan masa ini dan masa
depan.
2. Orientasi pada kepemilikan 2. Kurang menekankan
ijazah pentingkan ijazah
Hasil belajar akhir ditandai Hasil belajar dapat diterapkan
dengan pengesahan langsung dalam kehidupan
kemampuan melalui ijazah. bermasyarakat walau pun
Ijazah diperlukan untuk tanpa memiliki ijazah.
memperoleh pekerjaan,
kedudukan, dan untuk
melanjutkan studi ke jenjang
yang lebih tinggi.
B. WAKTU
3. Relatif lama 3. Relatif singkat
Jangka waktu yang perlu
Lamanya penyelenggaraan
ditempuh pendidikan sekolah
program tergantung pada
cenderung lebih lama, bisa
kebutuhan belajar peserta didik.
sampai lebih dari sepuluh
Jarang lebih dari satu tahun, pada
tahun.
umumnya kurang dari setahun.
4. Berorientasi untuk masa depan 4. Menekankan masa sekarang
Menyiapkan untuk masa depan
dan masa depan
kehidupan peserta didik Memusatkan layanan untuk
memenuhi kebutuhan peserta
didik guna meningkatkan
kemampuan sosial-
ekonominya dalam waktu
bebas
5. Menggunakan waktu penuh 5. Menggunakan waktu tidak
dan terus menerus penuh dan tidak terus menerus
Karena penggunaan waktu Waktu ditetapkan dengan
yang terus menerus, maka berbagai cara sesuai dengan
kecil kemungkinan bagi kesempatan peserta didik serta
peserta didik melakukan memungkinkan untuk
kegiatan paralel atau pekerjaan melakukan kegiatan belajar
rutin sambil bekerja atau berusaha
C. ISI PROGRAM
6. Kurikulum disusun secara 6. Kurikulum terpusat pada
terpusat dan seragam kepentingan peserta didik
Lembaga di tingkat nasional Kurikulum bermacam ragam
menyusun kurikulum yang atas dasar perbedaan
merupakan paket dan kebutuhan belajar peserta didik
dikarenakan untuk semua
peserta didik sesuai dengan
jenjang pendidikan.
7. Bersifat akademis 7. Menggunakan aplikasi
Kurikulum lebih memberi Kurikulum lebih menekankan
bobot pada ranah kognisi dan keterampilan yang bernilai
teoritis guna bagi kehidupan peserta
didik dan lingkungannya
D. PROSES BELAJAR MENGAJAR
8. Dipusatkan di lingkungan 8. Dipusatkan di lingkungan
sekolah masyarakat dan lembaga
Kegiatan belajar dilakukan di Kegiatan belajar dilakukan di
lingkungan sekolah yang berbagai lingkungan
sering dianggap satu-satunya (masyarakat, tempat bekerja,
pusat pendidikan atau di satuan pendidikan luar
sekolah)
9. Struktur program yang ketat 9. Struktur program yang
Program belajar mengajar fleksibel
Program belajar bermacam
disusun secara ketat. Waktu,
ragam dalam jenis dan
kegiatan, dan usia peserta didik
urutannya. Pengembangan
ditetapkan dengan seragam
kegiatan dapat dilakukan
sewaktu program sedang
berjalan
E. PENGENDALIAN PROGRAM
10. Dilakukan oleh pengelola di 10. Dilakukan oleh pelaksana
tingkat yang lebih tinggi program dan peserta didik
Pengawasan dan keberhasilan Pengendalian tidak terpusat,
dikendalikan oleh pihak di koordinasi dilakukan oleh
tingkat lebih tinggi dan lembaga-lembaga terkait.
diterapkan secara seragam Otonomi terdapat pada tingkat
program dan daerah dan
menekankan pada inisiatif dan
partisipasi di tingkat daerah

6. Kritik terhadap pendidikan sekolah, dan manfaat serta kelemahan pendidikan


luar sekolah
Sejalan dengan adanya perbedaan karakteristik antara pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah sebagaimana dikemukakan tadi, penyelenggaraan
program pendidikan sekolah pada umumnya memperoleh kritik dalam tiga segi
yaitu biayanya yang mahal, relevansinya kurang, dan tidak fleksibel. Mahalnya
biaya penyelenggaraan program pendidikan disebabkan oleh waktu belajar yang
lama dan terus menerus, pengelolaan secara terpusat, tenaga guru dan tenaga
kependidikan lainnya yang profesional, dan penggunaan sumber-sumber secara
intensif.
Kehadiran pendidikan luar sekolah, terutama di negara-negara berkembang,
dipandang telah memberikan berbagai manfaat. Manfaat pertama, di segi biaya
lebih murah jika dibandingkan dengan pendidikan sekolah. Biaya
penyelenggaraan ini relatif lebih murah karena adanya program-program
pendidikan yang dilakukan dalam waktu singkat untuk memenuhi kebutuhan
belajar tertentu. Manfaat kedua, program pendidikan luar sekolah lebih relevan
dengan kebutuhan masyarakat. Adanya relevansi ini disebabkan oleh adanya
hubungan erat antara program pendidikan dengan dunia kerja atau kegiatan
usaha yang ada di masyarakat. Manfaat ketiga, pendidikan luar sekolah
memiliki program yang fleksibel. Fleksibilitas ini ditandai oleh adanya program
yang bermacam dan menjadi tanggung jawab berbagai pihak baik pemerintah,
perorangan, atau pun swasta. Perubahan atau pengembangan program
disesuaikan dengan perubahan kebutuhan peserta didik dan perkembangan
lingkungannya. Dengan demikian, program pendidikan yang sudah tidak
relevan dengan kebutuhan akan cepat diketahui dan dapat segera dimodifikasi
atau diakhiri.
Di samping berbagai manfaat sebagaimana diuraikan di atas perlu dikemukakan
bahwa pendidikan luar sekolah juga ada kelemahannya. Di antaranya adalah
kurangnya koordinasi, kelangkaan pendidik profesional, dan motivasi belajar
yang relatif rendah. Kurangnya koordinasi disebabkan oleh keragaman dan
luasnya program yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Dengan adanya
variasi program yang dilakukan oleh berbagai pihak itu akan memungkinkan
terjadinya program-program yang tumpang tindih. Program yang sama mungkin
digarap oleh berbagai lembaga, sebaliknya mungkin suatu program yang
memerlukan penggarapan secara terpadu kurang mendapat perhatian berbagai
lembaga.
Kelemahan berikutnya adalah tenaga pendidik atau sumber belajar yang kurang.
Penyelenggaraan kegiatan belajar membelajarkan dan pengelolaan program
pendidikan luar sekolah sampai saat ini sebagian terbesar dilakukan oleh tenaga-
tenaga yang tidak mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan luar
sekolah. Untuk mengatasi kelemahan ini maka diperlukan upaya peningkatan
kemampuan tenaga pendidik yang ada dan pengadaan tenaga pendidik
pendidikan luar sekolah secara profesional. Kelemahan berikutnya adalah
motivasi belajar peserta didik relatif rendah. Kelemahan ini berkaitan dengan
adanya kesan umum bahwa pendidikan luar sekolah yang tak menekankan pada
peranan ijazah. Pendekatan yang dilakukan oleh pendidik yang mempunyai latar
belakang pengalaman pendidikan sekolah dan menerapkannya dalam kegiatan
belajar pendidikan luar sekolah pada umumnya tidak kondusif untuk
mengembangkan minat peserta didik.

B. KEDUDUKAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM SISTEM


PENDIDIKAN NASIONAL DAN SUPRA SISTEM PEMBANGUNAN NASIONAL

1. Pendidikan sebagai pranata


Pendidikan dapat dibedakan sebagai pranata dan sebagai kegiatan. Sebagai
pranata, pendidikan merupakan suatu wahana dan mekanisme yang mempunyai
struktur kelsmbagaan, peraturan, tugas, dan tata kerja. Di Indonesia struktur
kelembagaan pendidikan ini dimiliki oleh instansi-instansi pemerintah dan
berbagai lembaga swasta yang bergerak di bidang pelayanan pendidikan. Sebagai
kegiatan, pendidikan menyangkup hasil dan proses kegiatan. Yang pertama hasil
kegiatan menggambarkan jumlah dan mutu lulusan program pendidikan. Yang
kedua proses kegiatan menunjukkan upaya yang disengaja terorganisasi dan
sistematis sehingga terjadi interaksi, edukasi antara pihak pendidik dan pihak
peserta didik untuk mencapai hasil mutu lulusan yang diharapkan.

2. Sub-sub sistem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional terdiri atas dua sistem, yaitu subsistem pendidikan
sekolah dan subsistem pendidikan luar sekolah. Pendidikan sekolah berjenjang
sejak setelah taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, memiliki aturan
yang khusus dan seragam untuk setiap satuan dan jenjang, bertingkat, mempunyai
persyaratan yang ketat, dan pada umumnya berorientasi akademik. Pendidikan
luar sekolah adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang di dalamnya
terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan di luar sekolah
sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi mengenai pengetahuan,
latihan, dan bimbingan sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya.
Tujuannya ialah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

3. Cakupan Pendidikan Luar Sekolah

a. pendidikan massa

pendidikan massa adalah kesempatan pendidikan yang diberikan kepada


masyarakat luas dengan tujuan untuk membantu masyarakat agar warganya
memiliki cakapan membaca, menulis, berhitung, dan pengetahuan umum.

b. pendidikan orang dewasa

pendidikan orang dewasa merupakan seluruh proses pendidikan yang terorganisasi


di luar sekolah dengan berbagai bahan belajar, tingkatan, dan metode, baik
bersifat resmi mau pun tidak, meliputi upaya kelanjutan atau upaya perbaikan
pendidikan yang diperoleh dari sekolah, akademi, universitas, atau magang.
Pendidikan orang dewasa memiliki berbagai jenis pendidikan sebagai berikut:

1) pendidikan lanjutan

pendidikan lanjutan merupakan kesempatan belajar bagi orang dewasa untuk


peningkatan kemampuan setelah mereka suatu pekerjaan atau suatu kegiatan
sukarela di masyarakat.

2) pendidikan perbaikan

adalah kesempatan belajar yang disajikan bagi orang-orang dewasa yang mulai
memasuki usia tua dengan tujuan agar mereka dapat mengisi kekurangan
pendidikannya yang tidak sempat diperoleh pada usia muda.

3) pendidikan populer

adalah kesempatan belajar yang disediakan bagi orang dewasa dan orang tua
dengan tujuan agar mereka dapat mengenal perubahan dan variasi dalam
kehidupan sehari-hari seperti rekreasi, pergaulan dengan orang lain, dan kegiatan
pendidikan lainnya yang berkaitan dengan kepuasan hidup.

4) pendidikan kader

adalah kegiatan pendidikan yang diselenggarakan pada umumnya oleh lembaga


organisasi atau perkumpulan yang giat di bidang politik, ekonomi, kepemudaan,
kesehatan, dan lain sebagainya.

5) pendidikan kehidupan keluarga

tujuannya ialah memperluas dan memperkaya pengalaman anggota-anggota


keluarga untuk berpartisipasi dengan terampil dalam kehidupan keluarga sebagai
satu kesatuan kelompok. Contohnya adalah PKK dan posyandu.

c. pendidikan perluasan

adalah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya keluar peserta didik di


perguruan tinggi yaitu kepada masyarakat. Pendidikan perluasan pada umumnya
meliputi tiga jenis pendekatan. Yang pertama, pendekatan langsung, yaitu
pendidikan yang dilakukan dengan tatap muka antara pendidik atau tutor dengan
peserta didik dari masyarakat, sebagai contoh, pelatihan sapta usaha tani yang
diselenggarakan oleh tenaga pengajar atau mahasiswa suatu fakultas pertanian
dengan peserta didiknya adalah pemuka tani di masyarakat. Pendekatan kedua,
pendidikan tidak langsung, yaitu pemberian kesempatan belajar oleh perguruan
tinggi kepada masyarakat dengan menggunakan media elektronika dan media
cetak. Sebagai ilustrasi, penyebaran hasil-hasil kajian perguruan tinggi kepada
masyarakat melalui siaran radio, televisi, buku-buku, dan lain-lain. Pendekatan
ketiga, kegiatan kemasyarakatan, yaitu pelayanan yang diberikan oleh perguruan
tinggi kepada masyarakat dalam upaya memperbaiki dan membangun kehidupan
di masyarakat.

Di Indonesia pendidikan perluasan ini banyak dilakukan oleh perguruan tinggi


melalui upaya pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat, kuliah kerja nyata,
dan kemah kerja mahasiswa. Demikian pula halnya penyuluhan pertanian yang
dilakukan oleh perguruan tinggi pertanian dan bekerja sama dengan Departemen
Pertanian merupakan pendidikan perluasan yang ditujukan kepada kelompok tani
di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai