pendidikan yang dilakukan di luar lembaga pendidikan resmi atau tidak berasal
berjenjang. Hal ini tertuang jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 –
formal ialah jalur pendidikan yang tujuannya untuk mengganti, menambah dan
lembaga khusus yang ditunjuk oleh pemerintah dengan berpedoman pada standar
maka hasil dari pendidikan non formal tersebut dapat dihargai setara dengan
11
12
sengaja, teratur dan terarah baik untuk individu maupun kelompok masyarakat
agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, guna meningkatkan harkat
dikemukakan oleh para ahli pikir, sehingga dapat dijadikan dalam mengkaji
program kursus menjahit, sebagai salah satu bentuk Pendidikan Luar Sekolah.
tahun 2003 secara jelas bahwa PLS atau pendidikan nonformal itu tidak dijelaskan
13
secara rinci dalam hal ciri pendidikan luar sekolah itu. Penulis dalam kesempatan
ini, mencoba mengurai ciri tentang PLS atau pendidikan nonformal ini adalah :
1. Waktunya pendek;
2. Materinya beragam;
4. Tempatnya menyesuaikan.
sekolah atau pendidikan nonformal ini, tidak lebih dari 12 bulan. Demikian juga
jam belajarnya. Apakah pagi, sore atau malam hari. Sehingga tidak mengganggu
jam kerja warga belajar. Dalam perkembangannya, pada pendidikan dasar dan
menengah dewasa ini tentu ada yang lebih dari setahun. Misalnya dalam program
paket A,B dan C. Guna meningkatkan kualitas disertai fungsi dan peran yang
makin diperbaiki. Maka warga belajar paket A, B dan C tidak mungikin dalam
formal. Dalam pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal ini, materi
jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) tahu persis cara rancang bangun dan
rekayasa dalam materi belajar yang berdasar kesepakatan itu. Kalau tidak maka
konsep pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal ini, kepada mereka
14
yang karena sesuatu dan lain hal dalam pendidikan formal belum sempat
peserta beragam. Ada yang usia 25 tahun ada pula 35 tahun dan sebagainya.
Bahkan pengalaman penulis ada warga belajar (siswanya) lebih tua dari tutor
(guru) ini adalah wajar, dan motivasi ingin tahunya sangat tinggi.
RT, RW, di rumah warga belajar sendiri atau di balai desa. Yang penting ada
kesepakatan.
pendidikan nonformal ini, tentang: waktu, materi, wb bervariasi dan tempat tentu
beda dengan sistem persekolahan atau pendidikan formal. Dan kalau kita terpaku
pada salah satu jalur saja di dunia pendidikan ini, maka kapan lagi kepincangan
Pendidikan Luar Sekolah ini dijadikan sebagai landasan oleh penulis. dalam
melihat kegiatan kursus menjahit pakaian sebagai salah satu bentuk Pendidikan Luar
teratur dan terarah antara sumber belajar dengan warga belajar dan diatara warga
15
hal yang perlu dan penting bagi kehidupan, keenam, kegiatan kursus
Pada hakekatnya yang dimaksud dengan azas adalah prinsip dasar, atau
Azas Inovasi : Yang dimaksud dengan azas inovasi adalah pendidikan luas
sekolah adalah adanya ide yang datang dari dalam lingkungan pendidikan.
belajar, masyarakat dan lembaga sehubungan dengan azas kebutuhan ini, beliau
warga belajar untuk terus belajar secara berkelanjutan, dimana kegiatan belajar
lidak terbatas oleh ruang dan waktu, tetapi dilaksanakan secara terus menerus
sepanjang hayat.
Secara umum tujuan Pendidikan luar sekolah tidak terlepas dari tujuan
Haluan Negara, bahwa tujuan Pendidikan Nasional secara leluasa dan lebih
air. Dalam hal ini mengacu pada pengertian pendidikan non formal, tujuan utama
dari pendidikan di luar sekolah ialah berfungsi untuk mengganti, menambah dan
Dan pada dasarnya dalam pendidikan non formal terdapat dua tujuan utama
yaitu:
atau kelompok untuk menjadi peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan
pendidikan, bagi mereka yang belum pernah sekolah (termasuk droup out), serta
dengan kebutuhan hidup dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
sepajang hayat.
zaman.
umum;
4. Kemampuan wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban sebagai warga
segara;
B. Konsep Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
pelatihan. Istilah pelatihan tidak terlepas dari latihan karena keduanya mempunyai
hubungan yang erat, latihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk
yang dihadapi sesuai harapan dan tujuan yang di inginkan mengikuti kegiatan
pelatihan
Para ahli banyak berpendapat tentang arti dan definisi pelatihan, namun dari
dengan situasinya.
pelatihan adalah “salah satu jenis proses pembelajaran untuk memperoleh dan
berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan taktik
daripada teori”.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
proses pembelajaran yang terorganisir dan sistematis dengan jangka waktu yang
Jika berbicara sistem pendidikan yang ada sekarang, kita tidak akan 'dapat
salah satu sistem pendidikan yang dilakukan secara sengaja, terorganisir dan
tertentu pula, baik untuk tingkatan dewasa maupun untuk tingkatan remaja.
kegiatan pendidikan luar sekolah. Karena itu kegiatan kursus sampai sekarang
tumbuh subur dan berkembang bukan saja dinegara yang sudah maju,
yang mengikuti pelatihan secara perorangan. Karena tujuan penelitian tidak hanya
mengembangankan bakat.
pekerjaan.
Sedangkan menurut Marzuki dalam Kamil (2010 :. 11) ada tiga tujuan
dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan dan dalam keadaan yang
3. Komponen-Komponen Pelatihan
saling berkaitan satu sama lain. Komponen pelatihan adalah faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kualitas dan mutu suatu pelatihan serta merupakan kunci
utama dalam sebuah menyusun sebuah program pelatihan. Dilihat sebagai suatu
a. Masukan sarana
Yaitu meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang menunjang kegiatan belajar.
sumber belajar, fasilitas belajar, biaya yang dibutuhkan dan pengelola pelatihan.
b. Masukan mentah
c. Masukan lingkungan
d. Proses
e. Keluaran
f. Masukan lain
g. Pengaruh
Yaitu yang berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai oleh peserta pelatihan,
yang meliputi peningkatan taraf hidup, kegiatan membelajarkan orang lain lebih
masyarakat.
4. Prinsip-prinsip Pelatihan
Sebuah pelatihan dapat berjalan secara efektif dan optimal bila prinsip-prinsip
a. Prinsip Partisipasi
Pembelajaran biasanya akan lebih cepat dan bertahan lama apabila peserta belajar
terlibat secara aktif. Partisipasi akan meningkatkan motivasi dan empati terhadap
proses belajar. Dengan keterlibatan secara langsung, peserta dapat belajar lebih
b. Prinsip Repetisi
Repetisi akan memperkuat suatu pola ke dalam memori seseorang. Belajar dengan
pengulangan kunci-kunci pokok dari ide-ide akan dengan mudah dapat diingat
c. Prinsip Relevansi
Belajar akan lebih efektif apabila materi yang dipelajari bermakna atau
keterampilan bisa terjadi karena penerapan teori dalam situasi yang nyata atau
yang diperoleh dalam simulasi dapat dengan mudah dialihkan dalam situasi
sebenernya.
Melalui sistem umpan balik, peserta pelatihan dapat mengetahui tercapai tidaknya
5. Manajemen Pelatihan
pelatihan sangat dibutuhkan sebagai upaya yang sistematis dan terencana dalam
secara efektif dan efesien. Komponen manajemen itu sendiri terdiri dari
menetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta terutama yang
dan mengolah data tentang kebutuhan belajar yang diinginkan atau diharapkan
Tujuan pelatihan secara umum berisi hal-hal yang harus dicapai oleh pelatihan.
Tujuan umum itu dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Untuk
dan jelas tentang apa yang harus dicapai dengan pelatihan tersebut.
peserta pelatihan. Selain itu juga untuk mengetahui matero-materi yang perlu
Pada tahap ini penyelenggara pelatihan menentukan bahan belajar, memilih dan
menentukan metode dan teknik pembelajaran, serta menentukan media yang akan
digunakan. Urutan yang harus disusun disini adalah seluruh rangkaian aktivitas
mulai dari pembukaan sampai penutupan. Dalam menyusun urutan kegiatan ini
belajar, waktu, fasilitas yang tersedia, bentuk pelatihan, dan bahan pelatihan.
28
ruang lingkup, materi pelatihan, metode yang digunakan, dan media yang dipakai
hendakhnya dipahami betul oleh seorang pelatih. Selain itu pelatih juga harus
Evaluasi awal yang biasanya dilakukan dengan pretest dapat dilakukan secara
h. Mengimplementaikan pelatihan
Tahap ini merupakan kegiatan inti dari pelatihan yaitu proses interaksi edukatif
antara sumber belajar dengan warga belajar dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam proses ini terjadi berbagai dinamika yang semuanya harus
i. Evaluasi akhir
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan belajar. Dengan kegiatan ini
pelatian dari awal sampai akhir dan hasilnya menjadi masukan bagi
faktor sempurna yang harus dipertahankan, juga diharpkan diketahui pula titik-
titik kelemahan pada setiap komponen, setiap langkah dan setiap kegiatan yang
6. Metode-metode Pelatihan
Dalam rangka pelatihan ada tiga metode yang coba dikembangkan, metode-
meliputi:
a. Mass teaching method, yakni metode yang ditunjukan pada masa. Metode ini
interest (ketertarikan).
Metode ini dipilih untuk menyampaikan sampai pada taraf kesadaran dan
c. Individual teaching method, yakni metode yang ditunjukan pada individu, dan
pertimbangan dan mencoba, juga peserta pelatihan sampai pada taraf adoption
pembelajaran karena tujuan tersebut berkaitan dengan konsep diri masyarakat dan
pelatihan.
berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, sikap dan skill tenaga kerja dalam
batas perbedaan antara pendidikan, kursus dan latihan sukar untuk ditentukan
skill peserta belajar. Karena itu betapa sukarnya untuk membedakan atau
memilah-milah antara pendidika, kursus dan latihan jika dilihat dari segi tujuan.
Karena pendidikan, kursus dan latihan tersebut dilihat dari segi tujuan sukar
untuk ditentukan perbedaannya dengan jelas, maka hal ini disebabkan karena
ketiganya berada dalam garis yang sama yang menuju kepada tujuan yang sama
pula, walaupun demikian lebih tepat untuk dikatakan bahwa pendidikan, kursus
dan latihan adalah sebagai suatu rangkaian kesatuan (kontinum) yang bergeser
dari suatu yang bersifat umum sampai kepada yang bersifat khusus. Pendidikan
memberikan suatu ruang gerak yang lebih terarah menuju kepada suatu
31
program latihan.
1. Melayani warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin
pendidikan sekolah.
serta melahirkan sikap mandiri yang tepat untuk suatu pekerjaan dan sumber
penghasilan tertentu yang sesuai dengan bakat dan minat serta kemampuan
masing-masing.
32
C. Konsep Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
belajar. Menurut Arifin (2012 : 10) adalah Belajar merupakan suatu proses
pengalaman. Dalam arti sempit pembelajaran adalah suatu proses atau cara yang
dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegitan belajar. Dalam arti luas,
pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang
bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik dengan peserta didik, sumber
terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas,
dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
dilakukan dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian
belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung
bertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu
sendiri.
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa
saat saja. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen, ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap.
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar
benar disadari.
34
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi
tingkah laku pada diri individu yang disebabkan karena terjadinya suatu interaksi
pendidik agar peserta didik dapat belajar dimana saja tanpa didampingi
belajar lainnya. Menurut Hamalik (2000 : 57) pembelajaran adalah sebagai suatu
menyatakan bahwa :
Pembelajaran dapat diberikan arti sebagai setiap upaya yang sistematis dan
dapat melakukan kegiatan belajar, dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif
antara dua pihak, yaitu antara warga belajar (peserta didik, peserta pelatihan,dsb)
suatu interaksi edukatif antara dua pihak yaitu antara warga belajar dengan
pembelajaran, Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2009 :.22) membagi tiga hasil
belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)
sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni
(a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap,
dan (e) keterampilan motoris. Sejalan dengan pendapat Sudjana peneliti membagi
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
dan evaluasi. Pengetahuan atau ingatan, dan pemahaman disebut kognitif tingkat
rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Beikut
1) Mengenal (Recognition)
Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih
jawaban.
2) Pemahaman (Comprehension)
3) Penerapan (Application)
Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk
menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (kosep, hokum, dalil, aturan,
gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan
4) Analisis (Analysis)
Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan
5) Sintesis (Synthesis)
agar dapat dikatakan bahwa dengan soal sintesis ini siswa diminta untuk
melakukan generalisasi.
6) Evaluasi (Evaluation)
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni
(2009 : 29) bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang
c. Ranah psikomotoris
keterampilan, yakni :
ketepatan
dapat membedakan antara kegiatan belajar dan kegiatan bukan belajar. Unsur-
unsur tersebut mencakup tujuan belajar yang ingin dicapai, motivasi, hambatan,
terdiri atas enam unsur yaitu 1) tujuan belajar, 2) motivasi warga belajar, 3)
warga belajar.
38
Tujuan warga belajar artinya kegiatan belajar harus berorientasi pada tujuan
yang akan dicapai dan dapat menimbulkan keterlibatan warga belajar dalam
Motivasi Warga belajar harus merasa puas jika ia melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan itu dan merasa pula jika tujuan itu dicapai oleh warga belajar
dengan baik. Warga belajar yang termotivasi, dalam hubungan ini kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tidak akan terjadi jika tidak
disertai motivasi. Kebutuhan belajar itu harus datang dari diri warga belajar itu
sendiri bukan dipaksakan dari yang lain karena tujuan belajar akan tercapai jika
belajar dalam mencapai tujuan belajar. Belajar memang terwujud hanya apabila
ada masalah yang dihadapi oleh warga belajar. Pada dasarnya, kegiatan belajar itu
ada apabila warga belajar mengalami hambatan untuk mencapai tujuan. Tingkat
kesulitas belajar yang dirancang dan ditetapkab dalam situasi belajar merupakan
unsur yang harus terdapat dalam setiap kegiatan belajar sebagai proses dan
dalam situasi belajar selama kegiatan berlangsung. Stimulus yang akan digunakan
untuk mengatasi hambatan itu tidak dapat digunakan secara tersendiri atau secara
terpisah-pisah antara satu stimulus dengan stimulus lainnya. Oleh karena itu,
stimulus yang ada dan mengetahui hubungan antara stimulus yang telah dipilih
dengan tujuan yang akan dicapai. Stimulus ini digunakan untuk mengatasi
39
hambatan yang ditemui dalam mencapai tujuan. Adapun wujud dari stimulus ini
adalah faktor-faktor yang berada diluar warga belajar dan dapat merangsang
situasi belajar akan tergantung pada latar belakang kehidupan, pengalaman belajar
berlangsung. Dalam tahap pemahaman situasi ini, warga belajar dapat mengetahui
yang dihadapinya.
memahami stimulus dan situasi belajar, maka langkah selanjutnya adalah warga
belajar dan kesiapan yang dimilikinya. Tujuan dari respon ini agar warga belajar
tidak melakukan respon tanpa arah atau semuanya saja, tetapi kegiatannya
itu melibatkan beberapa unsur komponen yang saling terkait dan berpengaruh satu
tujuan, materi, metode, prosedur, pola interaksi, media, suasan belajar dan
penilaian.
40
3. Tujuan Pembelajaran
tujuan pengajaran/ pembelajaran ini biasanya dibagi menjadi dua yaitu tujuan
instruksional umum atau lebih dikenal dengan istilah Tujuan Umum Pengajaran
(TUP) dan Tujuan Instruksional Khusus atau yang lebih dikenal dengan Tujuan
belajar siswa setelah selesai belajar dan dirumuskan dengan suatu pertanyaan
tujuan pengajaran yang bersifat khusus sebagai penjabaran dari tujuan umum
4. Prinsip Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009 : 42) Ada beberapa prinsip umum di
Sedangkan motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat, warga belajar
b. Keaktifan, belajar tidak bisa terlalu dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak
bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar akan baik apabila warga belajar
aktifitas sendiri.
d. Pengulangan, pembelajaran yang efektif adalah melatih daya yang ada pada
e. Tantangan, menurut Kuirt Lewin dalam Dimyati dan Mudjiono (2009 : 47)
mengemukakan bahwa warga belajar dalam situasi belajar berada dalam suatu
mendapatkan nilai yang baik, nilai yang baik akan mendorong anak untuk
belajar giat lagi hal ini disebut dengan operant conditioning atau penguatan
conditioning dimana ketika anak mendapatkan nilai jelek maka akan merasa
unik artinya tidak ada yang persis diantara mereka, atau memiliki perbedaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan terutama bagi calon tenaga kerja, atau untuk
usaha mandiri.
menjahit bagi peserta belajar, agar mereka dapat meningkatkan pengetahuan dan
Panitia penanggung jawab Pusat Ujian Nasional PLSM, dalam Buku Petunjuk
zaman dan mode masyarakat, dalam hal ini dikemukakan oleh Olim,. (1993 : 33),
bahwa :
untuk ,memberikan suatu mata pelajaran tertentu kepada orang dewasa atau
kegiatan kursus dapat dilihat dari segi pengelolaan dapat dibedakan dalam tiga
jenis, yaitu (1) kursus yang dikelola oleh lembaga, (2) kursus yang dikelola oleh
44
yang mendapatkan perhatian cukup besar, karena pakaian adalah salah satu
masyarakat atau dalam hal ini belajar selain mengetahui tentang cara
program PLSM. Dari tujuan PLSM itu, ditetapkan tujuan untuk kursus
fungsional, serta sikap wiraswasta yang tepat untuk suatu pekerjaan atau
keterampilan menjahit.
tingkatan yaitu :
Tingkat dasar adalah tingkat paling awal untuk permulaan dalam mengikuti
pembantu, selain itu diharapkan peserta didik atau warga belajar mampu membuat
46
pakaian sendiri dan keluarga. Tingkat terampil adalah tingkat kedua setelah
tingkat dasar. Meteri yang diberikan merupakan pengembangan dari tingkat dasar,
dapat membuat pakaian sendiri juga dapat membuat pakaian untuk orang lain.
Tingkat mahir merupakan tingkat ketiga pada kursus keterampilan mejahit. Meteri
pembelajaran yang lebih sulit dan lebih bervariasi dari tingkat dasar dan tingkat
terampil, bertujuan menyiapkan tenaga kerja sebagai ahli mejahit. Tingkat ini
Busana Indonesia secara umum kompetensi yang harus dimiliki lulusan dari
Sistem terdiri dari beberapa komponen, seperti masukan, proses dan keluaran
(out put) dan pengaruh lain yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran pada
Dilihat dari definisi di atas, maka sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
(a) memiliki tujuan, (b) memiliki fungsi yang harus dilaksanakan, (c) memiliki
keterpaduan sebagau suatu keseluruhan yang terorganisir dan teratur, (d) memiliki
proses transformasi, (e) memiliki daerah batasan dan lingkungan, (f) memiliki tipe
Gambar 3
1. Iklim Belajar
diantara warga belajar. Iklim belajar ini menuntut penyediaan sarana yang
memadi yaitu berupa fisik dan non fisik, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yaitu :
memberi semangat dan cita-cita rasa serta harapan kepada peserta belajar.
pembelajaran.
b. Acara Pembukaan
Faktor fisik ini seyogyanya ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga
memberikan kenyamanan dan kesan yang baik terhadap peserta atau warga
belajar.
c. Acara Pembukaan
orientasi mengenai tujuan dan rencana kegiatan belajar mengajar yang akan
2. Perencanaan Bersama
yang ditetapkan dapat tercapai. Pada perencanaan dilakukan secara bersama yang
3. Kebutuhan Belajar
warga belajar dalam suatu kegiatan belajar perlu di diagnosa, seperti yang
tingkah laku yang diinginkan atau kompetisi yang diperlukan, kedua : menilai
tingkat penampilan kompetisi orang itu dan ketiga : menilai kesenjangan antara
antara dimana mereka sekarang berada dengan kemana mereka ingin dituju. Oleh
dilaksanakan, Sudjana (2000 : 95) menyarankan bahwa " cara yang paling_
tujuan itu dalam bentuk tingkah laku yang akan dimiliki dan tugas atau kehidupan
perumusannya harus secara khusus dan dapat memperlihatkan tingkah laku yang
dasar bagi pembuatan bahan belajar. Dengan kata lain bahwa bahan belajar itu
berangkat dari apa yang dimiliki oleh warga belajar, meliputi pengetahuan,
keterpaduan itu didasarkan atas pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh
warga belajar".
Pada tahap ini semua unsur dalam sistem saling mempengaruhi untuk
yang telah didapat. Pada umumnya basil belajar akan memberikan pengaruh
itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap, sehingga sekarang
semangat belajar, karena secara langsung mereka akan megetahui sampai dimana
kondisi yang tercipta dari pola proses belajar mengajar yang cukup efektif bagi
pelaksanaan proses belajar mengajar, terutama jika yang menjadi peserta belajar