Anda di halaman 1dari 15

Disusun oleh KELOMPOK 5 :

Wasiri
Dewi Dwiyanti

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya , penyusun dapat membuat makalah pengantar pendidikan. Makalah Suami
Dibuat da lam Rangka memehuni telkom mata kuliah pengantar Pendidikan dengan judul “
Pendidikan Formal, Non Formal, Dan Informal”.
Dalam pembuatan makalah ini , penyusun mendapat masukan dari berbagai pihak makalah ini bisa
selesai . Untuk itu dalam tahap penyatuan dari mereka ke semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penyusunan banyak informasi dalam pembuatan makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penyusun. Untuk itu penyusun Mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari keuntungan demi makalah ini .
Akhir kata, penyusun Agar memungkinkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun
khusus dan pembaca pada umumnya.

Saya ndramayu , 20 September 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah hal yang wajib dilakukan oleh individu, di dalam setiap ajaran agama yang
mengorganisir agar individu wajib untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh
melalui jalur formal, non formal, dan informal.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga (non formal) memiliki peran yang sangat penting. Ini
karena setiap individu mendapat pendidikan yang pertama berasal dari lingkungan keluarga.
Selain dari keluarga pendidikan dapat memperoleh dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah
atau lembaga formal lain yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Dalam lingkungan formal
ini setiap invidu akan mendapatkan pendidikan yang lebih luas untuk moralitas untuk bekasi
dalam pergaulan di masyarakat. Lingkungan ketiga yang menjadi penentu sukses tidaknya
pendidikan individu adalah lingkungan masyarakat (infornal), lingkungan yang menuntut
pengaplikasian pendidikan yang telah diperoleh oleh seseorang individu dari lingkungan keluarga
mapun lingkungan formal.
Salah satu agenda utama bagi pembangunan nasional adalah sektor pendidikan. Pendidikan online
dapat meningkatkan sumber daya manusia, seperti: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena
mereka harus memiliki hak setiap orang dalam penggunaan layanan pendidikan diamanatkan
dalam pembukaan UUD 1945.

1.2 Rumusan Masalah


· Pengertian pendidikan.
· Pengertian dari pendidikan formal, non formal, dan informal
· Masalah-masalah yang memengaruhi pendidikan
1.3 Tujuan Penulisan
· Sebagai bentuk perhatian mahasiswa terhadap masalah pendidikan yang menunjuk
Indonesia.
· Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
· Menguasai inovasi baru dalam menghadapi masalah pendidikan.
· Membangun cara belajar yang efektif.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
Adalah usaha manusia dalam meningkatkan wawasan tentang alam sekitarya. Pendidikan dengan
proses belajar untuk menemukan hal-hal yang kemudian mengolah informasi tersebut untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan Pendidikan terdiri Dari Pendidikan formal, non-formal, Dan informal.

1. Pendidikan Formal [sekolah]


Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini memiliki jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
Mengembangkan kepribadian peserta didik melalui agar tumor:
Sebuah. Peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan, masyarakat, dan dengan hasil
sendiri.
b. Disiplin.
c. Tempat ilmu pengetahuan.
d. Tempat untuk mengembangkan bangsa.
e. Tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal.
f. Tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting untuk bekal kehidupan
di masyarakat.
2. Pendidikan Non-formal / Pendidikan Luar Sekolah
Sebuah. Pengertian
Pendidikan non formal adalah jalur formal formal yang dapat dikerjakan secara terstruktrur dan
berjenjang. Pendidikan nonformal paling banyak ditemukan dalam waktu dini, juga pendidikan
dasar, adalah TPA, yang banyak terdapat di masjid dan Sekolah minggu, yang ada di semua gereja.
Selain itu, ada juga variasi, mesik, bimbingan belajar, dsb.
b. Sasaran
Pendidikan nonfolmal diselenggarakan bagi masyarakat yang mendukung layanan pendidikan
yang bekerja sebagai pendidikan, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
c. Fungsi
Pendidikan nonformal bekerja mengembangkan potensi pserta didik dengan menyoroti,
pengetahuan, dan keterampilan serta pengembangan kepribadian dan kepribadian.
d. Jenis
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan, pendidikan, dan
pelatihan kerja.
Pendidikan sesuai dengan paket A, paket B, dan paket C, serta pendidikan yang lain yang
digunakan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), Perkuliahan, pelatihan kelompok, kelompok belajar, majlis taklim, sanggar,
dan lain sebagainya , dan lain-lain untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan dan lingkungan yang bertanggung jawab. Hasil
pendidikan informal dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian
sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Alasan pemerintah menggagas pendidikan informal adalah:
· Pendidikan dimulai dari keluarga
· Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dimulai dari
keluarga
· Homeschooling: pendidikan formal tapi informal informal
· Anak harus dididik dari lahir
Pendidikan formal
Pendidikan Nonformal
Pendidikan Informal
- Tempat p
Didalam gedung sekolah
- Tempat belajar bisa luar gedung.
- Tempat belajar dimana saja.
- Ada syarat khusus untuk menjadi peserta didik.
- Kadang tidang ada persyaratan khusus.
- Tidak ada persyaratan.
- Kurikulum nya jelas.
- rumput tidak memiliki jenjang yang jelas.
- Tidak berjenjang.
- Materi pembelajaran ist akademis .
- Adanya program khusus yang khusus ingin ditangani.
- Tidak ada program yang pantas secara formal
- Proses pendidikannya, Hemat waktu yang lama
- Bersifat praktis dan khusus
- Tidak ada materi khusus yang harus tersaji secara formal.
- Ada ujian fomal
- Pendidikannya berlangsung singkat
- Tidak ada ujian

B. Masalah Masalah Yang Mempengaruhi Pendidikan

1. Masalah Pendidikan Formal


Kurangnya tenaga pendidik yang profesional, Banyak para guru dalam mengajar tidak
menggunakan metode yang baik dan sempurna jiwa pendidik, mereka hanya bisa mengajar tetapi
tidak bisa mendidik.
2. Masalah Pendidikan Non formal
Kurangnya perhatian dalam keluarga untuk anak-anak, minimnya keadaan keuangan keluarga
Banyak anak-anak yang tidak dapat diangkat ke pendidikan yang tinggi.
3. Masalah Lingkungan Pendidikan informal
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemahaman pendidikan, membuat perubahan dalam
masyarakat menjadi rusak dan invidu tidak dapat mengartikan sesuatu yang nyata bagi para siswa
sendiri.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Jalur pendidikan di Indonesia meliputi jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Ketiganya memiliki nilai yang saling mengisi dan melengkapi. Seperti sudah dijalsukan bahwa
jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui para peserta didik untuk mengembangkan potensi diri
dalam proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Karenanya pemerintah
mengundang-undangkan jalur pendidikan.
Pemerintah menggagas jalur yang digunakan oleh sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling berhubungan secara terpdu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional, yang mana para peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi pembelajaran yang diperlukan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
Khususnya, tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdi diri dan diangkat
untuk menunjang pendidikan dan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan yang lainnya sesuai dengan
kekhususannya, serta berpatisipasi dalam penyelenggara pendidikan.
B. Saran
Sebuah. Berusaha meningkatkan iman dan taqwa, Lembaga individu dapat berperilaku dan
sesuai dengan ajaran agama yang mulia.
b. Berusaha mengambil hikmah dan Pelajaran yang bersal dari ketiga lingkungan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://radityapenton.blogspot.co.id/2012/11/pendidikan-formal-informal-dan -non-formal.html? m
=1
http://tarbiyahstaidarussalam.blogspot.com/2014/06/makalah-ilmu-pendidkan-pendidikan.html?
m=1

Diposting 21st Desember 2016 oleh Rudiyanto

0 Tambahkan komentar

Pemuatan

Senin, 11 Februari 2013


MAKALAH PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis pamjatkan atas kehadirat Allah SWT,karena atas segala rahmat serta
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.Sholawat serta
salam penulis sampaikan kepada junjungan kita,nabi besar Muhammad SAW yang telah
memberikan tauladan bagi kita semua di muka bumi ini.Makalah tentang Pendidikan Non Formal
dan Informal ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Pengantar Pendidikan. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ungkapan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

Allah SWT,karena berkat rahmatr-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya
Dr.Rulam Ahmadi, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam
menyusun makalah ini
Semua teman-teman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan program studi Matematika
UNISMA semester 1,dan semua pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu –satu.

Mudah-mudahan amal baik saudara semua mendapat pahala dari Allah SWT.Demikian
pula penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini penulis masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa,oleh karena itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan karya ini.Akhirnya,mudah
–mudahan Makalah Kemonotonan dan Kecekungan ini dapat bermanfaat.

Malang,06 November 2012

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
I.1 Latar Belakang..........................................................................1
I.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
I.3 Tujuan Penulisan.......................................................................2
I.4 Kegunaan Penulisan..................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
A. Konsep Pendidikan Non Formal dan Informal......................3
1. Pendidikan Non Formal......................................................3
2. Pendidikan Informal............................................................5
B. Perbedaan Sistem Pendidikan Non Formal dan Informal.....7
BAB III PENUTUP.....................................................................................8
III.1 Kesimpulan..............................................................................8
III.2 Saran........................................................................................8
III.3 Daftar pustaka........................................................................9

iii

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Salah satu agenda utama bagi pembangunan nasional adalah sektor pendidikan. Melalui
pendidikan negara dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berimplikasi pada kemajuan di
berbagai bidang kehidupan lainnya, seperti: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itulah
pemerintah harus memenuhi hak setiap warga dalam memperoleh layananan pendidikan
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Pendidikan tidak hanya berperan besar dalam kemajuan bangsa, melainkan juga berkaitan dengan
pasar bebas yang semakin kompetitif, pendidikan hendaknya dipandang dapat mengakomodir
masyarakat agar suatu negara memiliki manusia-manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan
dapat menciptakan tenaga kerja yang tidak hanya kaya akan pengetahuan teoritis melainkan juga
praktis, penguasaan teknologi, dan memiliki keahlian khusus. Hal inilah yang kemudian menjadi
dasar pengevaluasian dan peningkatan pendidikan di setiap negara secara berkesinambungan.
Melihat sedemikian penting peranan pendidikan, kemunculan pendidikan non formal dapat
dipandang sebagai salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk di
berbagai negara, termasuk di Indonesia. Konsep awal dari Pendidikan Non Formal ini muncul
sekitar akhir tahun 60-an hingga awal tahun 70-an dalam bukunya Philip Coombs dan Manzoor
A., P.H. (1985)
Dalam GBHN TAP MPR (Garis Besar Haluan Negara Ketetapan MPR) dinyatakan:
“Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat, dan pemerintah.”
Hal ini berarti setiap manusia Indonesia diharapkan supaya selalu berkembang sepanjang hidup
dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapat menciptakan situasi yang
menantang untuk belajar. Prinsip ini berarti masa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap
orang untuk belajar melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang akan berlangsung seumur
hidup.

1
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses
yang terus menerus (continue) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan
konsep Islam seperti yang dicantumkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan
belajar dari buaian hingga liang lahad (pintu kubur).
Sebenarnya ide pendidikan seumur hidup telah lama dalam sejarah pendidikan, tetapi baru populer
sejak terbitnya buku Paul Langerend “An Introduction to Life Long Education” (sesudah
Perang Dunia II) kemudian diambil alih oleh Internaional Comission on The Development of
Education (UNESCO).
Istilah pendidikan seumur hidup (long life integrated education) tidak dapat diganti dengan istilah-
istilah lain sebab isi dan luasnya (scope-nya) tidak persis sama seperti istilah out of school
education, continuing education, adult education, further education, rewirent education.

I.2 Rumusan Masalah

- Bagaimana konsep pendidikan non formal dan informal?


- Bagaimana perbedaan sistem pendidikan non formal dan informal?

I.3 Tujuan Penulisan


Menjelaskan gambaran mengenai pendidikan non-formal dan pendidikan informal hubungan
antara seseorang yang telah menempuh pendidikan non formal dengan kualifikasinya di dalam
dunia kerja.

I.4 Kegunaan Penulisan


Penulis membuat makalah ini mengharapkan agar memberi manfaat bagi semua pihak,
baik bagi penulis, mahasiswa dan pembaca.
Hasil penulisan ini juga diharapkan manambah pengetahuan bagi para mahasiswa tentang
pendidikan seumur hidup baik non formal, informal.
2
BAB II
PEMBAHASAN

A.KONSEP PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL


1.Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal menurut Philip H. Choombs ialah pendidikan luar sekolah yang
dilembagakan dan istilah ini yang digunakan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 10 ayat 1.
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan (non formal) adalah semua bentuk pendidikan yang
diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana di luar kegiatan persekolahan.
Dalam hal ini, tenaga, pengajar, fasilitas, cara penyampaian, dan waktu yang dipakai serta
komponen-komponen lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta atau peserta didik supaya
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Bagi masyarakat Indonesia yang dipengaruhi sistem pendidikan tradisional, cara seperti ini lebih
mudah dalam daya tangkap masyarakat dan mendorong rakyat untuk belajar karena keadaan ini
sesuai dengan keadaan lingkungan.
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan bersifat fungsional dan praktis serta pendekatannya
lebih fleksibel. Calon peserta didik (raw-input) pendidikan luar sekolah dilembagakan yaitu:
a. penduduk usia sekolah yang tidak pernah mendapat keuntungan/kesempatan memasuki sekolah.
b. Orang dewasa yang tidak pernah bersekolah.
c. Peserta didik yang putus sekolah (drop out), baik dari pendidikan dasar, menengah, dan
pendidikan tinggi.
d. Peserta didik yang telah lulus satu sistem pendidikan sekolah tetapi tidak melanjutkan ke
tingkat yang lebih tinggi.
e. Orang yang telah bekerja, tetapi ingin menambah keterampilan lain.
Di samping pendidikan yang fleksibel, hendaknya dapat pula digunakan pendekatan yang luas dan
terintegrasi agar siapa saja dapat belajar lebih lanjut berdasarkan keterampilan pertama yang telah
mereka peroleh. Serta mengisi segala kekuangan yang menghambat usaha mereka ke arah hidup
yang lebih baik. Dengan kata lain, pendidikan luar sekolah yang dilembagakan dapat memperkuat
pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan.

Pengertian Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar
(sengaja) dilakukan tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap/ tidak
terikat oleh jenjang pendidikan __seperti pendidikan formal di sekolah.

3
Pendidikan non formal pada umumnya dilaksanakan tidak dalam lingkungan fisik sekolah. Maka
dari itu dapat diidentikkan dengan pendidikan luar sekolah.
Sasaran pokok pendidikan non formal adalah anggota masyarakat. Program-programnya dibuat
sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas dan tetap menarik minat para konsumen
pendidikan.
Berdasarkan penelitian di lapangan, pendidikan non formal sangat dibutuhkan oleh anggota
masyarakat yang belum sempat mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal karena
sudah lewat umur atau terpaksa putus sekolah karena suatu hal.
Tujuan terpenting dari pendidikan non formal adalah program-program yang ditawarkan kepada
masyarakat harus sejalan dengan program-program pembangunan yang dibutuhkan oleh
masyarakat banyak.[1]
Pendidikan non formal juga berarti suatu kegiatan pendidikan di luar keluarga dan di luar sekolah
yang kegiatan-kegiatannya ditujukan kepada :
1. Anak-anak yang belum pernah sekolah.
2. Anak-anak yang meninggalkan pendidikan SD/ SLTP dan tidak meneruskan sekolah lagi (di
bawah umur 18 tahun).
3. Orang-orang dewasa (adult education)
4. Anak-anak di bawah umur 18 tahun yang memerlukan re-edukasi.
5. Orang-orang dewasa yang memerlukan re-edukasi.
6. Masyarakat sebagai satu lingkungan budaya (comunity education).
Macam-macam pendidikan itu dapat dikelompokkan sebagai program kegiatan
pendidikan luar sekolah yang terorganisir yaitu :
1.Pendidikan masyarakat adalah pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, termasuk
pemuda di luar batas umur tertinggi kewajiban belajar, dan dilakukan di luar lingkungan dan
sistem pengajaran sekolah biasa.
2.Pendidikan kemasyarakatan adalah konfirmasi antara kedewasaan yang diwakili pendidik dan
kebelum dewasaan yang diwakili oleh anak didik yang berdiri sendiri. Atau dikatakan sebagai
pendidikan yang meliputi bagian pendidikan yang mempersiapkan anak-anak untuk tugasnya
sebagai penghasil dan sebagai pemakai.
3. Pendidikan rakyat adalah tindakan-tindakan pendidikan atau pengaruh yang kadang-kadang
mengenai seluruh rakyat, tetapi biasanya khusus mengenai rakyat lapisan bawah.
4. Mass Education adalah pendidikan yang diberikan ke orang dewasa di luar sekolah, yang
bertujuan memberikan kecakapan baca tulis dan pengetahuan umum untuk dapat mengikuti
perkembangan dan kebutuhan hidup sekelilingnya. Dalam hal ini termasuk pula latihan-latihan
untuk mendidik calon pemimpin yang akan mempelopori pelaksanaan usahanya di dalam
masyarakat.
5. Adult education (pendidikan orang dewasa) adalah usaha atau kegiatan yang pada umumnya
dilakukan dengan kemauan sendiri (bukan dipaksa dari atas) oleh orang dewasa, termasuk pemuda
di luar batas tertinggi masa kewajiban belajar dan dilangsungkan di luar lingkungan sekolah biasa.

4
6. Extention education adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah
biasa, diselenggarakan oleh perguruan-perguruan tinggi untuk mengimbangi hasrat masyarakat
yang ingin menjadi peserta aktif dlm pergolakan jaman.
7. Fundamental education adalah menolong masyarakat untuk mencapai kemajuan sosial ekonomi
agar dengan demikian mereka dapat menduduki tempat yang layak dalam dunia modern.
Sedangkan perjalanan kegiatan pendidikan non formal yang dilakukan di luar sekolah dan di luar
keluarga itu berbentuk antara lain : kepanduan (pramuka), perkumpulan-perkumpulan pemuda dan
pemudi, perkumpulan olah raga dan kesenian, perkumpulan-perkumpulan sementara,
perkumpulan-perkumpulan perekonomian, perkumpulan-perkumpulan keagamaan dan lain
sebagainya.
Di kalangan masyarakat, program-program pendidikan non formal sering dikoordinasikan dan
dilaksanakan oleh dinas pendidikan masyarakat, tim penggerak pembinaan kesejahteraan keluarga
(tim penggerak PKK), pada tingkat kelurahan dibina oleh para lurah/ kepala desa. Di luar itu
organisasi-organisasi wanita seperti dharma wanita dalam program bakti sosial kepada masyarakat
acapkali melaksanakan program-program dalam bentuk paket program pendidikan non formal.

2. Pendidikan Informal
Pendidikan informal (pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan) adalah proses pendidikan
yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar. Pada
umumnya tidak teratur dan tidak sistematis sejak seorang lahir sampai mati, seperti dalam
keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, atau dalam pergaulan sehari-hari.
Walaupun demikian, pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan seseorang karena dalam
kebanyakan masyarakat pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan berperan penting
melalui keluarga, masyarakat, dan pengusaha.
Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap manusia.
Seseorang lebih banyak berada dalam rumah tangga dibandingkan dengan di tempat-tempat lain.
Sampai umur 3 tahun, seseorang akan selalu berada di rumah tangga. Pada masa itulah diletakkan
dasar-dasar kepribadian seseorang. Dalam hal ini psikiater kalau menemukan penyimpangan dari
kehidupan seseorang akan mencari sebab-sebabnya pada masa kanak-kanak seseorang itu.

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengalaman dalam
hidup sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seorang lahir sampai ke liang kubur di
dalam lingkungan keluarga, masyarakat atau dalam lingkungan pekerjaan sehari-hari. Contoh
pengemudi becak. Bagi pengemudi becak, jelas tidak ada pendidikan formalnya. Jika seseorang
pertama kali mencoba mengemudi (mengendalikan becak), ia akan menemui kesulitan.

5
Kalaupun ada temannya yang baik hati, ia pun akan mengatakan lebih kurang cara memegang
kemudi begini. Seterusnya sikap calon pengemudi becak itu akan berjalan sendiri menjalankan
becak di satu tanah lapang atau di jalan yang lengang.
Berdasarkan naluri dan pengalaman yang didapat dari kegiatan sehari-hari, ia merasakan lebih
mantab mengendalikan becak. Atas dasar ini sebenarnya abang becak tadi telah mendapat
pendidikan informal dalam mengemudikan becak.
Contoh lain adalah calon tukang sado (delman), yang tentu tidak ada sekolah pengemudi sado,
dokar atau delman. Mereka akan mendapatkan pendidikan informal berkat ketajaman naluri
keberanian bertindak dan ketekunan dalam kegiatan sehari-hari sebagai tukang sado. Hanya akan
terjadi perbedaan antara tukang sado dengan tukang becak yaitu kalau tukang sado dengan
menghadapi makhluk bernyawa seperti kuda, lebih dahulu ia harus mengadakan pendekatan batin
dengan kuda sebagai patnernya. Kontak batin dengan kudanya itulah maka ia akan mendapatkan
nilai-nilai pendidikan informal yang sangat membantu kehidupannya sehari-hari. Singkat kata,
dari pengalaman-pengalaman dalam aktifitas sehari-hari itulah tukang sado akan mereguk esensi
pendidikan informal dalam sektor persadoan.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan dimulai dari persiapan pendidikan
(sebelum anak lahir), kemudian dilakukan pendidikan informal dalam keluarga (setelah anak lahir)
oleh orang tua, pada masanya anak memasuki pendidikan formal di sekolah dan selebihnya
kegiatan pendidikan berjalan di luar keluarga dan sekolah yaitu dalam masyarakat, sehingga
dengan demikian mengingatkan kita bahwa pada dasarnya manusia itu hendaknya memperoleh
pendidikan selama hidupnya. Inilah yaitu mungkin dikenal dengan asas baru dalam dunia
pendidikan sebagai “Pendidikan Seumur Hidup” (life long education) yang di negara Canada
dikenal dengan “Life Long Learning” dan di Amerika dikenal dengan “Continuing
Education”.

6
B. PERBEDAAN SISTEM PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL

Perbedaan sistem antara pendidikan non formal dan informal dapat dilihat dari tabel di
bawah ini:
KETERANGAN
PENDIDIKAN NON FORMAL
PENDIDIKAN INFORMAL
Tempat berlangsung
Dapat di luar dan di dalam sekolah
Di mana saja seseorang berada
Syarat untuk mengikuti
Kadang-kadang ada namun tidak memegang peranan yang penting
Tidak ada
Jenjang pendidikan
Biasanya tidak ada
Tidak ada
Program
Ada program tertentu
Tidak ada
Bahan pelajaran
Praktis dan khusus
Tidak ada yang ditentukan
Lama pendidikan
Relatif singkat
Sepanjang hidup
Usia yang menjalani
Tidak perlu sama
Sepanjang hidup
Penilaian
Ada juga, biasanya diberi ijazah atau keterangan
Tidak ada ujian atau penilaian sistematis
Penyelenggaraan
Pemerintah atau swasta
Tidak ada badan tertentu
Metode mengajar
Dapat mengikuti metode tertentu, walaupun tidak selalu
Tidak ada
Metode mengajar
Tidak selalu mempunyai ijazah untuk pengajar
Tidak ada
Administrasi
Ada walaupun tidak begitu uniform
Tidak ada
Ditinjau sejarah
Lebih tua dari pendidikan formal
Sejak ada manusia di dunia ini
7

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Tidak semua orang yang telah menempuh pendidikan non-formal akan memenuhi kualifikasi
dalam dunia kerja. Terdapat beberapa unsur sebagai indikator yang mempengaruhi kualifikasi
dirinya dalam dunia kerja. Yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Setiap pendidikan non-formal tidak memiliki standar yang sama yang menurut Bowles dan
Gintis, biasa disebut dengan legitimacy inequality. Ketika lembaga tersebut memiliki perijinan,
maka selain mendapatkan sertifikat resmi, lembaga tersebut juga akan mudah dalam bekerja sama
dengan lembaga lain Hal itu lah yang akan membuat lembaga tersebut akan lebih menghasilkan
orang-orang yang lebih kompeten dalam dunia kerja.

III.2 Saran
Ketika kita hendak menempuh pendidikan non formal maka hal pertama yang harus dilakukan
adalah memilih lembaga yang memiliki perizinan. Lembaga pendidikan non formal yang tidak
memiliki izin tidak akan memiliki sertifikat yang diakui. Dalam hal ini, lembaga pendidikan non
formal yang tidak memiliki izin operasi akan kurang menunjang peserta didiknya untuk
memperoleh akses yang lebih besar dalam memenuhi kualifikasi pekerjaan.
Selain itu, di dalam lembaga pendidikan nonformal selain harus memiliki syarat perijinan,
sebaiknya juga memiliki staf pengajar yang berkualitas, dan prasarana yang mendukung
pendidikan, sehingga pada akhirnya kita akan mendapatkan kompetensi yang lebih baik daripada
orang yang tidak menempuh pendidikan yang nonformal.

8
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, H.M Hafi. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional, 1982.
Indra Kusuma, Amir Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis.
Surabaya : Usaha Nasional, 1973.
Noor, H.M Arifin. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Anda mungkin juga menyukai