Anda di halaman 1dari 16

LINGKUP KAJIAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

1. PENGERTIAN DAN KARAKTERISIK


Pendidikan luar sekolah (bahasa Inggris: Out of school education)
adalah pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar
mempunyai jenis keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman yang
dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan).

Karakteristik pendidikan luar sekolah


A. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Subtitute dari pendidikan sekolah. Artinya,
bahwa pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah
yang karena beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di
jalur persekolahan (formal). Contohnya: Kejar Paket A, B dan C
B. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Supplement pendidikan sekolah. Artinya,
bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan,
keterampilan yang kurang didapatkan dari pendidikan sekolah. Contohnya:
private, les, training
C. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan sekolah.
Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk melengkapi
pengetahuan dan keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh di
dalam pendidikan sekolah. Contohnya: Kursus, try out, pelatihan dll
2. KAITAN TIGA JALUR PENDIDIKAN

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk


mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan
pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur
pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.

1.  Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas,
mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

2.  Pendidikan nonformal
a.  Pengertian
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal paling
banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman
Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang
terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus,  diantaranya kursus
musik, bimbingan belajar dan sebagainya.

b.  Sasaran
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

c.  Fungsi
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

d.  Jenis
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak
usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

3.  Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah
peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Alasan pemerintah mengagas pendidikan informal adalah:
•      Pendidikan dimulai dari keluarga
•      Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasonal dimulai
dari keluarga
•      Homeschooling: pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.
•      Anak harus dididik dari lahir

Pendidikan formal Pendidikan non-formal Pendidikan informal


- Tempat pembelajaran di - Tempat - Tempat pembelajaran
gedung sekolah. pembelajarannya bisa di bisa di mana saja.
- Ada persyaratan khusus luar gedung - Tidak ada persyaratan
untuk menjadi peserta - Kadang tidak ada - Tidak berjenjang
didik. persyaratan khusus. - Tidak ada program
- Kurikulumnya jelas. - Umumnya tidak yang direncanakan
- Materi pembelajaran memiliki jenjang yang secara formal
bersifat akademis. jelas. - Tidak ada materi
- Proses pendidikannya - Adanya program tertentu yang harus
memakan waktu yang tertentu yang khusus tersaji secara formal.
lama hendak ditangani. - Tidak ada ujian.
- Ada ujian formal - Bersifat praktis dan - Tidak ada lembaga
- Penyelenggara khusus. sebagai penyelenggara.
pendidikan adalah - Pendidikannya
pemerintah atau swasta. berlangsung singkat
- Tenaga pengajar - Terkadang ada ujian
memiliki klasifikasi - Dapat dilakukan oleh
tertentu. pemerintah atau swasta
- Diselenggarakan dengan
administrasi yang seragam

3. DASAR YURIDIS DAN NON YURIDIS

Alasan Yuridis Pengembangan PLS di Indonesia

1. Pancasila, UUD 1945 GBHN


Pancasila adalah landasan pelaksanaa pendidikan di Indonesia. Dalam UUD
1945 mengamanatkan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan Tuhan
Yang Maha Esa serta akhlak mulia dan rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dalam Undang-undoing. Pasal –pasal dalam UUD 1945 yang
berkaitan dengan PLS adalah pasal 27, pasal 28, pasal 29, pasal 30, pasal 31,
pasal 32, dan pasal 33. Kemudian dalam GBHN pendidikan baik di sekolah
maupun di luar sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan
pembangunan yang memerlukan berbagai jenis pendidikan, kejuruan dan
keahlian.

2. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Ø Pasal 13 ayat 1 jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal
dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Ø Pasal 26 ayat 3 pendidkan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Ø Pasal 26 ayat 4 kesatuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus,
lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan
majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.
Ø Pasal 28 ayat 4 pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal
berbentuk Kelompok Bermain(KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk
lain yang sederajat.
3.UU Tentang Otonomi Daerah
4.Keputusan Menteri dan Pemda

Kesimpulan
Pengembangan pendidikan luar sekolah di Indonesia secara hukum didasarkan
kepada pancasila, UUD 1945, diantaranya adanya beberapa pasal dalam UUD
1945 yang berkaitan dengan pendidikan luar sekolah (pasal 27, 28, 29, 30, 31,
dan 33). Kemudian dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
diantaranya jalur pendidikan terdiri atas informal, formal, dan non formal.
Pendidikan luar sekolah mencakup : pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
kesetaraan dan lain-lain.

Alasan Non Yuridis Pengembangan PLS


Ada beberapa alasan secara factual historis yang melatarbelakangi pendidikan
luar sekolah sebagaimana yang dikemukakan oleh Faisal (1981) sebagai berikut:

A. Alasan Factual Historis


Alasan factual historis yang dimaksud adalah : kesejarahan, kebutuhan
pendidikan, keterbatasan pendidikan persekolahan, potensi sumber belajar dan
ketelantaran PLS. Untuk lebih jelasnya satu persatu akan diuraikan.
1) Kesejarahan
Jika kita pelajari sejarah masa lalu dalam kehidupan masyarakat keberadaan PLS
jauh lebih tua dari system persekolahan (pendidikan formal). Para nabi dan rasul
tuhan yang biasanya melakukan perubahan mendasar terhadap kepercayaan, cara
berfikir, sopan santun dan cara-cara hidup di dalam menikmati kehidupan dunia
ini berdasarkan sejarah, usaha atau gerakan yang dilakukan bergerak di dalam
jalur pendidikan luar sekolah. Pada waktu itu sistem persekolahan belum ada.

2) Kebutuhan Pendidikan
Berbagai jenis program pendidikan luar sekolah muncul baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya, dari yang sederhana sampai kepada yang sangat rumit dan
komplek.

3) Keterbatasan Pendidikan Persekolahan


Sistem persekolahan memiliki keterbatasan, ini terliat dari ciri khas sistemnya,
tujuan dan isi pendidikannnya telah dipaketkan atau dibakukan sedemikian rupa
dengan masa belajar tertentu. Sehingga masih banyak kebutuhan pendidikan
lainnya yang belum atau tidak menjadi bagian di dalam tujuan dan isi
pendidikan sistem persekolahan.

4) Potensi Sumber Belajar


Pengalaman belajar pada kenyataannya dapat diperoleh di berbagai tempat dan
melalui berbagai cara. Seseorang yang datang keperpustakaan mendapat
pengalaman pendidikan atau penglaman belajar. Jadi potensi sumber belajar
banyak ditemukan di dalam masyarakat.

5) Ketelantaran PLS
Dalam pengembangan ternyata pembinaan dan pengembangan PLS agak
tertinggal. Ini tidak berarti bahwa PLS menghilang dari peredaran di tengah-
tengah masyarakat. PLS tetap tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
B. Alasan Sosiologis
Upaya membantu masyarakat dalam memecahkan masalah tidak hanya dapat
diatasi melalui pendidikan formal saja. Banyak masalah sosial di dalam
masyarakat memerlukan pemecahan melalui pendidikaan luar sekolah. Misalnya
banyak pemuda yang menganggur setelah menyelesaikan pendidikan formal,
dan ini memerlukan pemecahan secara serius dan intensif, diantaranya dilakukan
dengan pemberian keterampilan kerja kepada pemuda tersebut.

C. Alasan Cultural
Pelestarian identitas bangsa, pemeliharaan warna dasar dari kepribadian bangsa,
termasuk tugas dan usaha gerakan pendidikan. Defenisi pendidikan adalah
mentransformasikan nilai-nilai budaya kepada generasi berikutnya.

D. Alasan Perkembangan Ipteks


Untuk menjadikan masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan oleh pasaran kerja, bukan hanya tanggung jawab pedidikan formal
semata, tetapi tanggung jawab lembaga pendidikan luar sekolah
4. BEBERAPA ISTILAH
Istilah-istilah yang dimaksud penting untuk dikenali di dalam rangka
membangin konsep, batasan atau pengertian PLS. Beberapa istilah yang berasal
dari luar, seperti :
A. Mass Education
Istialah mass education menunjukkan pada aktifitas pendidikan di masyarakat
yng sasarannya kepada individu-individu yang mengalami keterlntaran
pendidikan. Mass education ini dapt dikatakan semacam literacy program yaitu
pemberantasan buta huruf atau program keaksaraan yang bertujuan selain
mampu baca tulis tetpi juga supaya memperoleh pengetahuan umum yang
relevan bagi keperluan hidupnya.
B. Community Education
Istilah ini menunjuk pada suatu gerkan pendidikan yang ditujukan bagi
persekutuan-persekutuan hidup, sehingga bekemampuan dan berkebiasaan hidup
yang relevan dengan keperluan hidup. Dilihat sebagai persekutuan yang
membutuhkan bimbingan dan pengarahan supaya fungsional dan dinamik di
dalam mengurusi diri sendiri.
C. Fundamental Education
Istilah fundamental education menunjuk pada suatu gerakan yang bertujuan
untuk memajukan perikehidupan dan penghidupan masyarakat baik social
maupun ekonomi.
D. Extention Education
Extention education ini merupakan suatu gerakan, bimbingan dan penyuluhan
kepada masyarakat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan
tinggi/kejuruan menengah, yang bekerjasama dengan instansi-instansi
pemerintahan.
E. Community Development
Merupakan usaha, proses atau gerakan sebagai satu organisai dan system social
yang dapat menolong dirinya sendiri.
F. Adult Education
Adult education ini menunjuk pada aktifitas-aktifitas paendidikN Bgi
orng-orang dewasa yang berlangsung di luar system persekolahan. Ada
beberapa jenis pendidikan orang dewasa, yaitu
 Pendidikan bekal bekerja
 Pendidikan jiwa baru
 Pendidikan kader
 Pendidikan yang bersifat rekreatif-apresiatif dan kesegaran jasmani.
G. Learning Society
Istilah learning society menunjuk pada kenyataan dimana warga masyarakat
secara aktif menggali pengalaman belajar di dalam setiap sela dan segi
kehidupannya.
H. Life-long Education
Istilah ini menunjuk pada suatu kenyataan, kesadaran baru, azas baru dan juga
harapan baru, bahwa : Proses pendidikan dan kebutuhan pendidikan berlangsung
di sepanjang hidup manusia. Tidak ada istilah terlambat, terlalu tua maupun
terlalu dini
5. AZAS PENGEMBANGAN PLS

A.    AZAS KEBUTUHAN
Banyak para ahli mengemukakan pengertian kebutuhan diantaranya Sudjana
(1991) kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi. Pendapat yang lain
mengemukakan kebutuhan adalah jarak antara hal yang diinginkan dengan kenyataan
yang ada.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan tersebut dapatlah diambil semacam
kesimpulan bahwa kebutuhan itu dalam kehidupan manusia adalah sesuatu yang pokok
yang sangat perlu untuk dipenuhi, jika tidak kehidupan seseorang akan terancam dan
orang tersebut tidak merasa puas dan bahagia. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari
pemenuhan kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang sangat pokok sekali, makanya
kebutuhan akan makan merupakan kebutuhan yang pertama sekali dipenuhi seseorang
sebelum orang itu memenuhi kebutuhan lainnya. Kemudian kebutuhan yang juga
merupakan kebutuhan yang paling penting pula dalam kehidupan manusia adalah
kebutuhan akan pekerjaan, karena pekerjaan ini adalah sebagai kunci untuk dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Teori kebutuhan yang terkenal dikemukakan oleh Maslow (1971).
Berdasarkan teorinya, ia mengemukakan hierarki kebutuhan atau tingkatan
kebutuhan. Orang memenuhi kebutuhan dari kebutuhan yang paling bawah,
kemudian apabila sudah terpenuhi, maka orang akan meningkat lagi kepada
kebutuhan yang di atasnya. Kebutuhan-kebutuhan yang dikemukakan Maslow:
a. Kebutuhan pisik, seperti makan, minum, pakaian, adalah yang pokok sekali,
b. Kebutuhan rasa aman, manusia membutuhkan ketentraman, lepas dari
gangguan alam dan lingkungan sosial, terhindar dari ancaman,
c. Kebutuhan rasa memiliki (sense of belonginis), setiap orang ingin hidup
berkawan, bergaul dengan lingkungan sosial dan lebih jauh ingin cinta dan
memiliki,
d. Kebutuhan akan penghargaan, setiap orang ingin dihargai, dihormati, hasil
pekerjaannya ingin dapat perhatian orang lain,
e. Kebutuhan yang paling tinggi adalah kebutuhan akan perwujudan diri (self
actualization), orang akan merasa puas apabila ia telah dapat mewujudkan
dirinya, menampilkan bakat-bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Kebutuhan akan perwujudan diri ini dimiliki oleh masyarakat yang
mempunyai status yang tinggi.
Bagi orang dewasa yang berada di luar sekolah mereka akan mau diajak
berpartisipasi dalam suatu kegiatan apakah kegiatan belajar atau usaha pemberian
keterampilan jika kegiatan yang dipelajari itu betul-betul merupakan kebutuhan mereka.
Makanya sebelum membelajarkan orang dewasa langkah awal yang dilakukan adalah
identifikasi kebutuhan. Beranjak dari pengenalan kebutuhan orang dewasa itu maka
barulah kita merancang kegiatan pembelajarannya kemudian baru dilaksanakan.
B.     AZAS PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
Pendidikan sepanjang hayat (life long education) yang dimunculkan dalam dunia
pendidikan pada tahun enam puluhan oleh para perencana pendidikan, sebenarnya telah
merupakan fenomena yang alamiah dalam kehidupan manusia. Kenyataan ini memberi
petunjuk mengenai pentingnya belajar sepanjang hayat (life long learning) di dalam
kehidupan manusia di dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar (educational needs).
Dapat dikemukakan secara singkat bahwa kehadiran pendidikan sepanjang hayat
disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus
tumbuh dan berkembang selama alur kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang hayat
sebagaimana yang dijelaskan oleh Unesco, memberikan arah terhadap PLS agar
jalur pendidikan ini dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
v   Pendidikan hanya berakhir apabila manusia telh meninggal dunia yang fana
ini
v   Pendidikan luar sekolah merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik
untuk berperan dalam merencanakan dan melakukan kegiatan belajar
secara terorganisasi dan sistematis.
v   Kegiatan belajar ditujukan untuk memperoleh, memperbaharui dan atau
meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan aspirasi yang telah
dimiliki oleh peserta didik atau masyarakat berhubung dengan adanya
perubahan yang terus-menerus sepanjang kehidupan.
v   Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam mengembangkan
kepuasan diri setiap insan yang melakukan kegiatan belajar.
v   Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan
manusia, baik intuk memotifasi diri maupun untuk meningkatkan
kemampuannya agar manusia melakukan kegiatan belajar guna memenuhi
kebutuhan hidupnya.
v   Pendidikan luar sekolah mengakui eksistensi dan pentingnya pendidikan
sekolah.
       Pendidikan sepanjang hayat menegaskan bahwa saat untuk mengalami
pendidikan adalah seumur hidup dan sepanjang jaga. Tujuan pendidikan sepanjang
hayat adalah tidak sekedar untuk adanya perubahan melainkan untuk tercapainya
kepuasan diri pihak yang melakukannya. Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah
sebagai kekuatan untuk memotifasi bagi peserta didik agar ia dapat melakukan kegiatan
belajar berdasarkan dorongan dan arhan dari dirinya sendiri dengan cara berfikir dan
berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya. Dengan demikian dorongan yang
timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar selama hayatnya
merupakan prasyarat untuk terjadinya pendidikan sepanjang hayat.
C.     AZAS RELEVANSI
Asas relevansi dengan pengembangan masyarakat mengandung 2 makna. Pertama,
bahwa kehadiran pendidikan luar sekolah di dasarkan atas tuntutan dengan
pengembangan masyrakat. Sebagaimana telah dikemukakan pada bahagian
terdahulu bahwa pendidikan luar sekolah merupakan subsistem dari sistem
pendidikan nasional. Pendidikan luar sekolah juga sngat penting keberadaannya
dalam masyarakat. Kedua, program-program pendidikan luar sekolah berfungsi
untuk menggarap sumber daya manusia dan dalam laju pengembangan
masyarakat. Banyak kegiatan-kegiatan pendidikan luar sekolah di dalam masyarakat
secara keseluruhan mengembangkan sumber daya manusia. Misalnya adanya
kelompok-kelompok belajar dalam masyarakat, pendidikan kesetaraan(paket A,B,C),
pendidikan ke agamaan dimesjid-mesjid dan banyak lagi yang lain, kegiatan pendidikan
luar sekolah baik terprogram maupun yang tidak terprogram.
Pengembengan masyarakat mempunyai tujuan untuk terjadinya:
1.            Peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat
2.            Pelesrtarian dan peningkatan kualitas lingkungan,
3.            Terjabarnya kebujaksanaan dan program pembangunan nasional di masing-
masing pedesaan, dengan menitik beratkan pada prakarsa masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian pengembangan masyarakat merupakan upaya wajar yang
didasarkanatas kebutuhan individual masyarakat, dan pemerintah serta potensi-
potensi yang tersedia atau dapat disediakan untuk mewujudkan kemajuan
masyarakat. Pengembangan masyarakat dapat ditinjau dari segi sistem dan
gerakan. Sebagai sistem pengembangan masyarakat adalah bagian dari supra
sistem pembanguna nasional. Pengembangan masyarakat mencakup komponen-
komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan
berproses untuk mencapai tujuan. Komponen-komponen pengembangan
masyarakat mencakup masukan lingkungan, masukan sarana, masukan mentah,
proses dan keluaran. Masukan lingkungan terdiri atas sumber daya manusia dan
sumber daya alam yang terdapat dalam masyarakat. Masukan sarana meliputi
program, fasilitas, pengelolaan dan biaya. Masukan mentah adalah seluruh warga
masyarakat diwilayah yang bersangkutan. Proses terdiri atas rangkaian kegiatan
semua komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Keluaran yang
merupakan tujuan sistem adalah kualitas masyarakat yang lebih meningkat dalam
semua aspek kehidupan dan terbinanya lingkungan yang lestari dan kondusif
untuk upaya pengembangan selanjutnya.Dengan demikian pengembangan
masyarakat sebagai sistem merupakan bagian intergral dari pembangunan
nasional.
Sebagai gerakan, pengembangan masyarakat mengandung arti sebagai usaha sadar
dan terarah yang diselenggarakan, oleh untuk dan dalam masyarakat, dalam upaya
merubah taraf kehidupan mereka sendiri ke arah yang lebih baik. Dalam pengertian ini
anggota masyarakat dalam kesatuan wilayah, bersama sama melibatkan diri dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut gegiatan pembangunan nutuk
memenuhi kebituhan dan kepentingan bersama. Jenis dan keragaman kegiatan
ditentukan atas dasar prakarsa masyarakat itu sendiri, sedangkan peranan pihak luar
dititik beratkan pada upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membangun
dirinya sendiri.
D.    AZAS WAWASAN KE MASA DEPAN
Masa depan sebagai kurun waktu yang akan dialami oleh umat manusia,
merupakan saat yang sarat dengan harapan dan pertanyaan. Di satu pihak bahwa suatu
individu, masyarakat dan bangsa mengharapakan kehidupan yang lebih baik dimasa
depan. Segala upaya yang dilakukan saat ini pada dasarnya ia lah untukmencapai
kehidupan masa yang akan datang yang keadaannya diharapkan lebih baik dari yang
dialami pada masa sekarang. Dilain pihak keadaan lebih baik di masa depan itu sulit
untuk dipastikan karena kurun waktu tersebut berada diluar pengalaman manusia.
Walupun demikian masa depan itu masih sangat belum pasti, tapi kita harus sudah dapat
memprediksi dari kecendrungan-kecendrungaqn yang terjadi saat sekarang. Masad
depan itu ditandai dengan adanya ciri-ciri antara lain: kecendrungan globalisasi,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, arus komunikasi yang semakin cepat dan
padat, serta penigkatan pelayanan yang professional.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kegiatan pendidikan luar sekolah sudah sewajarnya
memperhatikan ciri-ciri tersebut, dan berusaha mengembangkan program-program yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat masa depan itu.

6. PENGEMBANGAN SATUAN DNA PROGRAM

Satuan Pendidikan Nonformal di Masyarakat


Dengan mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 26 ayat (4),
tercantum bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis.
1. Kursus
Istilah kursus merupakan terjemahan dari “Course” dalam bahasa inggris, yang secara
harfiah berarti “mata pelajaran atau rangkaian mata pelajaran”. Dalam PP No. 73 tahun
1991 dijelaskan bahwa kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri atas
sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan keterampilan dan sikap
mental tertentu bagi warga belajar.
Menurut Artasasmita (1985), kursus adalah sebagai mata kegiatan pendidikan yang
berlangsung di dalam masyarakat yang dilakukan secara sengaja, terorganisir, dan
sistematik untuk memberikan materi pelajaran tertentu kepada orang dewasa atau
remaja dalam waktu yang relative singkat agar mereka memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan diri dan
masyarakat.
Contoh: kursus menjahit, kursus computer, kursus kecantikan, dan lain-lain.
2. Pelatihan
Pelatihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran atau
kecakapan, pelatihan berkaitan dengan pekerjaan. Adanya program pelatihan yang
terencana dengan baik dan sistematis merupakan cara utama untuk membiasakan atau
memberikan kecakapan kepada individu agar dia terampil mengerjakan pekerjaannya.
Menurut Artasasmita (1985), pelatihan adalah “kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
dengan sengaja, terorganisir dan sistematis di luar sistem persekolahan untuk
memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada
kelompok tenaga kerja tertentu dalam waktu yang relative singkat dengan
mengutamakan praktek daripada teori, agar mereka memperoleh pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan cara
yang efisien dan efektif.
Contoh: pelatiahn kepemimpinan, pelatiahan tutor, pelatihan metode pembelajaran, dan
lain-lain.
3. Kelompok Belajar
Kelompok belajar yaitu salah satu wadah dalam rangka membelajarkan masyarakat.
Menurut Zaenudin (1985), kelompok belajar adalah upaya yang dilakukan secara sadar
dan berencana melalui bekerja dan belajar dalam kelompok belajar untuk mencapai
suatu kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sekarang.
Contoh: Kelompok Belajar Paket A, Kelompok Belajar Paket B, Kelompok Belajar
Paket C, Kelompok Belajar Usaha.
4. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Dengan mengacu kepada pendapat Sihombing (2001), PKBM merupakan tempat belajar
yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam rangka usaha untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan bakat warga masyarakat.
PKBM bertitik tolak dari kebermaknaan dan kebermanfaatan program bagi warga
belajar dengan menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya manusia dan sumber
daya alam yang ada di lingkungannya.
Melalui PKBM diharapkan terjadi kegiatan pembelajaran dalam masyarakat dengan
memanfaatkan sarana, prasarana, dan potensi yang ada di sekitar lingkungan
masyarakat, agar masyarakat memiliki kemampuan dan keterampilan yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap hidupnya.
Program pembelajaran yang dapat dilaksanakan di PKBM, diantaranya Kejar Paket A,
Kejar Paket B, Kejar Paket C, KBU, PAUD, Kelompok Pemuda Produktif.
5. Majelis Taklim
Majelis taklim adalah suatu lembaga pendidikan yang dibentuk atas dasar pendekatan
dari kebutuhan masyarakat (bottom up approach), dengan kegiatannya lebih berorientasi
pada keagamaan, khususnya agama Islam. Melalui majelis taklim dibahas berbagai
aspek yang ditinjau dari sudut pandang agama Islam.
6. Satuan Pendidikan yang Sejenis
Satuan pendidikan yang sejenis adalah satuan yang tidak termasuk pada luar satuan
yang sudah dijelaskan di atas. Satuan lainnya di antaranya pesantren, sanggar seni,
TKA/TPA.
Pesantren adalah lembaga pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program
pendidikan keagamaan.pondok pesantren adalah suatu lembaga keagamaan yang
mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.
Sanggar seni lebih ditujukan pada tempat kegiatan khusus dalam beraneka seni yang
diikuti anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Sementara itu, TKA/TPA yaitu lembaga
pendidikan khusus diperuntukkan bagi anak usia dini dalam bidang keagamaan,
khususnya agama Islam.

C. Program Pendidikan Nonformal di Masyarakat


Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada pasal 26 ayat (3),
tercantum program pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujuan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
1. Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup adalah kemampuan yang mencakup penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang saling berinteraksi diyakini sebagai unsure
penting untuk lebih mandiri. Pendidikan kecakapan hidup berpegang pada prinsip
belajar untuk memperoleh pengetahuan (learning to know), belajar untuk
berbuat/bekerja (learning to do), belajar untuk menjadi orang yang berguna (learning to
be), dan belajar untuk hidup bersama dengan orang lain (learning to live together).
Berdasarkan prinsip di atas, pada adasarnya pendidikan kecakapan hidup bermaksud
memberi kepada seseorang bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
fungsional praktis serta perubahan, keterampilan dan kemampuan fungsional praktis
serta perubahan sikap untuk bekerja dan memanfaatkan peluang yang dimiliki sehingga
dapat meningkatkan kualitas kesejahteraanya.
2. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang ditujuakan bagi anak usia
dini (0-6 tahun) yang dilakukan pemberian berbagai rangsangan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam
memasuki jenjang pendidikan berikutnya.
Secara umum dari program PAUD adalah memberikan dukungan bagi kelangsungan
hidup dan tumbuh kembangnya anak usia dini serta meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi
anak usia dini.
3. Pendidikan Kepemudaan
Pendidikan kepemudaan adalah program pendidikan yang sasarannya khusus pemuda.
Program kepemudaan yang dikembangkan di Indonesia ini contohnya adalah dengan
dibentuknya Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP). Melalui program KUPP
diharapkan para pemuda melalui kemampuan tertentu dalam bidang usaha sehingga
dapat meningkatkan taraf hidupnya.
4. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
Pendidikan pemberdayaan perempuan diperuntukkan khusus untuk perempuan. Hal ini
didasarkan bahwa masih banyak perempuan yang belum berdaya, padahal mereka
memiliki potensi yang perlu dikembangkan.
5. Pendidikan Keaksaraan
Pendidikan keaksaraan yang dikembangkan saat ini adalah program keaksaraan
fungsional yang pada dasarnya merupakan suatu pengembangan dari program
keaksaraan sebelumnya.
Program keaksaraan fungsional pada dasarnya memiliki tujuan:
a. meningkatkan keterampilan membaca, menulis, berhitung dan juga keterampilan
berbicara, berpikir, mendengar dan berbuat;
b. memecahkan masalah kehidupan warga belajar melalui kebiasaannya dalam
membaca, menulis, berhitung dan berbuat;
c. menemukan jalan untuk mendapatkan sumber-sumber kehidupan sehari-hari warga
belajar;
d. meningkatkan keberanian warga masyarakat untuk berhubungan dengan lembaga
yang berkaitan dengan kebutuhan belajarnya;
e. meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pembaharuan agar dapat
berpartisipasi dalam perubahan sosial, ekonomi dan kebudayaan di masyarakat;
f. meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui keterampilan dan kebudayaan di
masyarakat.
6. Pendidikan Keterampilan
Program pendidikan keterampilan ditujukan untuk membekali warga belajar dalam
bidang keterampilan yang dapat dijadikan bekal usaha. Dengan keterampilan yang
dimiliki diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kemampuan dirinya untuk
peningkatan kesejahteraan hidupnya.
Program penidikan keterampilan yang dapat dikembangkan dalam masyarakat adalah:
a. keterampilan dalam bidang kemampuan bahasa;
b. keterampilan dalam bidang berumah tangga;
c. keterampilan dalam bidang penampilan diri;
d. keterampilan dalam bidang usaha; dan
e. keterampilan dalam bidang pekerjaan jasa.
7. Pendidikan Kesetaraan
Dalam menyukseskan program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun,
pendidikan kesetaraan melalui pendidikan nonformal mendapat perhatian cukup tinggi.
Hal ini terjadi karena program wajar dikdas 9 tahun tidak hanya bias ditangani melalui
pendidikan formal saja.
Banyak anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pendidikan karena berbagai alas
an, di antaranya tidak ada biaya, harus bekerja membantu orang tua. Mereka terpaksa
putus sekolah baik pada tingkat SD, SLTP maupun SLTA.
Program kesetaraan yang ada di masyarakat yaitu mencakup: kelompok Belajar (Kejar)
Paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C. menurut Zaenudin (2005), Kejar Paket A
yaitu suatu upaya belajar dan bekerja secara sadar dan berencana dalam organisasi
kelompk untuk meningkatkan pendidikan warga belajar, sehingga setara dengan
Sekolah Dasar melalui Paket A sebagai media/bahan belajarnya.
Menurut PP No. 73 Tahun 1991, Kelompok Belajar Paket B diselenggarakan bagi
sekumpulan warga belajar untuk memperoleh pendidikan setara SLTP. Program Kejar
Paket B, yaitu suatu kegiatan membelajarkan warga masyarakat melalui proses belajar
dengan menggunakan buku Paket B sebagai sarana belajar utama, yang isinya terdiri
atas pendidikan dasar umum dan pendidikan keterampilan untuk mengusahakan mata
pencaharian, yang setara dengan Serkolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) (Juklak
Paket B, 1993). Sementara itu, Kejar Paket C, yaitu suatu kegiatan membelajarkan
warga masyarakat melalui proses belajar yang setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA).
Mengacu pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 10, satuan pendidikan
adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Satuan pendidikan yang ada di masyarakat menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
pasal 26 ayat 4 adalah lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Program pendidikan yang ada di masyarakat menurut UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003
pasal 26 ayat 3 adalah pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan.

Anda mungkin juga menyukai