Anda di halaman 1dari 24

PENUGASAN MAKALAH

MATA KULIAH SOSIOLOGI DAN POLITIK (EKU 116E G1)


“STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT”
Dosen Pengampu: Dr. Piers Andreas Noak, SH., M.Si.

OLEH:
KELOMPOK 3

1. Ni Wayan Siti Sundari (1907511026)


2. I Gusti Ayu Agung Narayani Semara (1907511164)
3. I Kadek Ari Tama (1907511171)
4. Putu Riani Gayatri (1907511176)
5. Desak Putu Diah Merta Lestari (1907511280)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Struktur Sosial Masyarakat”.
Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dosen mata kuliah Sosiologi dan
Politik Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana yang telah banyak memberikan petunjuk, masukan , dan telah memberikan
sumbangsih ilmu pada perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dosen Dr. Piers Andreas
Noak, SH., M.Si. pada mata kuliah Sosiologi dan Politik. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana struktur sosial dalam masyarakat.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, Oleh karena itu, kami
berharap saran dan kritik yang bersifat konstruktif jika terdapat kesalahan dan keterbatasan
materi dari makalah yang kami sampaikan utamanya demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat baik bagi semua pihak. Sekian yang dapat
kami sampaikan selaku penyusun makalah, atas perhatiannya, terima kasih.

Denpasar, 3 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover Judul ...................................................................................................................


Kata Pengantar ............................................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3
BAB II Pembahasan....................................................................................................... 4
2.1 Sistem dan Struktur Sosial Masyarakat ................................................................. 4
2.2 Unsur-Unsur Struktur Sosial Masyarakat .............................................................. 7
2.3 Fungsi Struktur Sosial Masyarakat ........................................................................ 8
2.4 Ciri-Ciri Struktur Sosial Masyarakat ..................................................................... 10
2.5 Elemen Dasar Struktur Sosial Masyarakat............................................................. 10
2.6 Perspektif Sosiologi dalam Melihat Struktur Sosial Masyarakat Indonesia ............. 13
2.7 Struktur Masyarakat Majemuk di Indonesia .......................................................... 14
2.8 Struktur Kepartaian sebagai Wujud Struktur Sosial Masyarakat Indonesia ............. 15
2.9 Struktur Sosial dan Masalah Integrasi ................................................................... 16
2.10 Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial dalam Kehidupan Masyarakat.............. 17
2.11 Masyarakat Desa dan Kota di Indonesia.............................................................. 18
BAB III Penutup ............................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 21

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Elemen Dasar Struktur Sosial ........................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam antropologi sosial, konsep struktur sosial sering dianggap sama dengan
organisasi sosial, terutama apabila dihubungkan dengan masalah kekerabatan dan
kelembagaan atau hukum pada masyarakat yang tergolong bersahaja. Dalam sosiologi,
struktur sosial sering digunakan untuk menjelaskan tentang keteraturan sosial, yaitu
menunjuk pada prinsip perilaku yang berulang-ulang dengan bentuk dan cara yang sama.
Psikologis dari hubungan-hubungan sejumlah anggota dalam kelompok kecil. Unsur
pembentuk masyarakat dapat berupa manusia atau individu yang ada sebagai anggota
masyarakat, tempat tinggal atau suatu lingkungan kawasan yang menjadi tempat dimana
masyarakat itu berada dan juga kebudayaan serta nilai dan norma yang mengatur
kehidupan bersama tersebut.
Struktur sosial masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang
sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik, adat
istiadat, bahasa daerah, dan paham keagamaan merupakan kenyataan yang mau tidak mau
harus diterima oleh seluruh rakyat Indonesia. Indonesia memiliki budaya yang
beranekaragam serta memiliki lima agama (keyakinan) yang dianut oleh setiap
masyarakat di Indonesia yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen Khatolik, Hindu, dan
Budha. Kemajemukan bangsa Indonesia merupakan salah satu kekayaan bangsa
Indonesia yang jarang dimiliki oleh negara-negara lainnya di dunia. Pada dasarnya,
masing-masing suku di Indonesia mempunyai adat istiadat dan kebudayaan khusus
tersendiri yang menjadi identitasnya. Kondisi keanekaragaman ini ternyata menjadi faktor
penting dalam pembentukan negara nasional Indonesia yang kemudian melahirkan
rumusan konsep Bhineka Tunggal Ika dengan makna walaupun berbeda-beda suku
bangsa tetapi tetap satu jua itulah landasan hidup dari bangsa Indonesia yang dimana
memiliki makna bahwa masyarakat Indonesia menghormati setiap perbedaan yang
dimiliki oleh setiap suku bangsa yang ada didalamnya. Sehingga, hal tersebut menjadi
landasan kami untuk membuat makalah dan membahas materi mengenai struktur sosial
masyarakat khususnya di Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dari makalah ini yakni sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah penjelasan terkait sistem dan struktur sosial masyarakat?
1.2.2 Apa sajakah unsur-unsur struktur sosial masyarakat?
1.2.3 Apa sajakah fungsi struktur sosial masyarakat?
1.2.4 Bagaimanakah ciri-ciri struktur sosial masyarakat?
1.2.5 Apa sajakah elemen dasar struktur sosial masyarakat?
1.2.6 Bagaimanakah perspektif sosiologi dalam melihat struktur sosial masyarakat
Indonesia?
1.2.7 Bagaimanakah struktur masyarakat majemuk di Indonesia?
1.2.8 Bagaimanakah struktur kepartaian sebagai wujud struktur sosial masyarakat
Indonesia?
1.2.9 Bagaimanakah penjelasan terkait struktur sosial dan masalah integrasi?
1.2.10 Bagaimanakah penjelasan terkait diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial dalam
kehidupan masyarakat?
1.2.11 Bagaimanakah penjelasan terkait masyarakat desa dan kota di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan yang dapat dirumuskan dari makalah ini yakni sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui penjelasan terkait sistem dan struktur sosial masyarakat.
1.3.2 Untuk mengetahui berbagai unsur-unsur struktur sosial masyarakat.
1.3.3 Untuk mengetahui berbagai fungsi struktur sosial masyarakat.
1.3.4 Untuk mengetahui berbagai ciri-ciri struktur sosial masyarakat.
1.3.5 Untuk mengetahui apa sajakah elemen dasar struktur sosial masyarakat.
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimanakah perspektif sosiologi dalam melihat struktur
sosial masyarakat Indonesia.
1.3.7 Untuk mengetahui struktur masyarakat majemuk di Indonesia.
1.3.8 Untuk mengetahui struktur kepartaian sebagai wujud struktur sosial masyarakat
Indonesia.
1.3.9 Untuk mengetahui penjelasan terkait struktur sosial dan masalah integrasi.
1.3.10 Untuk mengetahui penjelasan terkait diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial
dalam kehidupan masyarakat.
1.3.11 Untuk mengetahui penjelasan terkait masyarakat desa dan kota di Indonesia.

2
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan yang dapat dirumuskan dari makalah ini yakni sebagai
berikut:
1.4.1 Bagi Penyusun
1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun.
2. Menjadi tolak ukur dalam memberikan materi mengenai struktur sosial
masyarakat.
1.4.2 Bagi Masyarakat
1. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai materi struktur sosial
masyarakat.
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait struktur sosial masyarakat.
1.4.3 Bagi Pembaca
1. Menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai bahan materi mengenai
struktur sosial masyarakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem dan Struktur Sosial Masyarakat


Sistem sosial merupakan interaksi antar dua aktor sosial atau lebih yang bersifat stabil
dalam lingkungan terbatas. Fokus perhatian sistem sosial tidak hanya dalam konteks
hubungan antarpersonal, tetapi juga kelompok, lembaga, masyarakat, dan entitas inte r
sosial. Sistem sosial merupakan hubungan sosial, kelompok atau masyarakat sebagai
seperangkat unsur yang saling berhubungan yang berfungsi untuk mempertahankan batas-
batas atau kesatuan bagian-bagiannya. Oleh karenanya sistem sosial seiring waktu
memiliki kecenderungan untuk menuju suatu keseimbangan atau “homeostasis”. Sistem
sosial adalah suatu sistem yang terdiri atas elemen-elemen sosial. Elemen-elemen sosial
itu terdiri atas tindakan-tindakan sosial yang dilakukan individu-individu yang
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam sistem sosial terdapat individu -individu
yang berinteraksi dan bersosialisasi sehingga tercipta hubu ngan-hubungan sosial.
Keseluruhan hubungan sosial tersebut membentuk struktur sosial dalam kelompok
maupun masyarakat yang akhirnya akan menentukan corak masyarakat tersebut. Suatu
sistem sosial tidak hanya berupa kumpulan individu. Sistem sosial juga beru pa hubungan-
hubungan sosial dan sosialisasi yang membentuk nilai-nilai dan adat-istiadat sehingga
terjalin kesatuan hidup bersama yang bersifat teratur dan berbentuk secara
berkesinambungan.
Menurut Selo Soemardjan mengacu pendapat Loomis suatu sistem sosial harus terdiri
atas sembilan unsur sebagai berikut:
a. Kepercayaan dan pengetahuan merupakan unsur yang paling penting dalam sistem
sosial karena perilaku anggota dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh apa yang
mereka yakini dan apa yang mereka ketahui tentang kebenaran, sistem religi, dan
cara-cara penyembahan kepada sang pencipta.
b. Perasaan merupakan keadaan jiwa manusia yang berkenaan dengan situasi alam
sekitarnya termasuk di dalamnya sesama manusia. Perbedaan latar belakang budaya
suatu masyarakat akan membedakan keadaan kejiwaan masyarakat yang membentuk
suatu sistem sosial. Perasaan terbentuk melalui hubungan yang menghasilkan situasi
kejiwaan tertentu yang bila sampai pada tingkat tertentu harus dikuasai agar tidak
terjadi ketegangan jiwa yang berlebihan.

4
c. Dalam setiap tindakannya manusia mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan tersebut, yaitu suatu hasil akhir atas suatu tindakan dan perilaku seseorang
yang harus dicapai melalui perubahan maupun dengan cara mempertahankan suatu
keadaan yang sudah bagus.
d. Norma/kaidah/peraturan sosial merupakan berbagai pedoman tentang perilaku yang
diharapkan atau pantas menurut kelompok atau masyarakat. Norma sosial merupakan
patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan dalam berbagai situasi tertentu
dan merupakan unsur paling penting untuk meramalkan tindakan manusia dalam
sistem sosial. Norma sosial dipelajari dan dikembangkan melalui sosialisasi sehingga
menjadi berbagai pranata sosial.
e. Kedudukan (status) dan peran (role) merupakan posisi seseorang secara umum dalam
masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan,
prestasi, hak-hak, serta kewajibannya. Kedudukan menentukan apa yang harus
seseorang perbuat bagi masyarakat. Dalam setiap sistem sosial dijumpai berbagai
macam kedudukan baik yang diperoleh secara turun-temurun, dengan usaha sendiri
maupun kedudukan yang diberikan sebagai penghargaan dari lingkungan sendiri,
sedangkan peran (role) adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai
dengan kedudukannya.
f. Tingkat/pangkat merupakan pangkat yang berkaitan dengan kedudukan dan peranan
seseorang dalam masyarakat. Seseorang dengan pangkat tertentu berarti mempunyai
proporsi hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Pangkat diperoleh setelah melalui
penilaian terhadap perilaku seseorang yang menyangkut pendidikan, pengalaman,
keahliannya, pengabdiannya, kesungguhannya, dan ketulusan perbuatan yang
dilakukannya.
g. Kekuasaan merupakan setiap kemampuan untuk mempengaruhi berbagai pihak
lainnya. Kalau seseorang diakui oleh masyarakat sekitarnya maka itulah yang disebut
wewenang.
h. Sanksi merupakan suatu bentuk imbalan yang diberikan terhadap seseorang atas
perilakunya. Sanksi dapat berupa hadiah dan dapat pula berupa hukuman. Sanksi
diberikan oleh masyarakat untuk menjaga tingkah laku para masyarakat supaya sesuai
dengan aturan yang berlaku. Setiap masyarakat akan menerapkan sanksi baik yang
positif maupun sanksi yang negatif kepada anggotanya, tetapi wujud dan tingkatan
sanksi yang diberikan sangat tergantung pada peradaban masyarakat tersebut.

5
i. Fasilitas (sarana) merupakan semua bentuk cara, jalan, metode, benda-benda yang
digunakan manusia untuk menciptakan tujuan sistem sosial itu sendiri. Fasilitas di sini
sama dengan sumber daya material yang berupa gagasan atau ide.
Perbincangan dalam sistem sosial perspektif, sosiologis tidak bisa melepaskan dari
struktur sosial. Keduanya merupakan berbagai konsep dalam sosiologi untuk memahami
dan menjelaskan dinamika sosial sebagai pokok kajian dan pendekatan. St ruktur sosial
merupakan berbagai hubungan yang terus bertahan, teratur dan terpola diantara berbagai
unsur dalam masyarakat. Konsep ini mendasari para sosiologi Abad ke-19
membandingkan masyarakat dengan mesin atau organisme (makhluk hidup).
Struktur merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih tetap dan mantap,
yang terdiri dari jaringan berbagai relasi sosial hierarkis dan pembagian kerja, serta
dilandasi oleh kaidah kaidah, berbagai peraturan, dan berbagai nilai sosial budaya. Setiap
manusia terkait dengan struktur masyarakat di mana ia menjadi anggotanya. Artinya,
setiap orang termasuk ke dalam satu atau lebih kelompok, kebudayaan, lembaga sosial,
pelapisan sosial, kekuasaan, dan wewenang yang terdapat di dalam masyarakat. Hal ini
terjadi karena manusia mempunyai beragam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan
ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lain-lain, serta pemenuhan berbagai kebutuhan itu
pun juga beragam. Kemudian, unsur-unsur tadi berhubungan dengan berbagai segi
kehidupan, seperti ekonomi, politik, hukum, sosial dan lain-lain, serta saling
memengaruhi. Dalam pengertian ini, struktur sosial diartikan sebagai pola-pola tertentu
yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Istilah struktur juga dapat diterapkan
pada interaksi sosial. Jadi, struktur sosial dapat diartikan sebagai jalinan unsur-unsur
sosial yang pokok. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam
kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Struktur sosial suatu masyarakat sesungguhnya merupakan proses sosial dan alamiah
yang berlangsung dalam waktu yang sangat panjang. Sehingga, struktur sosial dalam
suatu masyarakat sebenarnya akan memiliki beberapa fungsi. struktur sosial merupakan
instrumen masyarakat yang menyelenggarakan tata kehidupan secara menyeluruh dalam
segala aspek kehidupan. struktur sosial merupakan karakteristik yang khas dan dimiliki
suatu masyarakat sehingga dapat memberikan warna yang berbeda dari masyarakat
lainnya struktur sosial berfungsi sebagai rantai sistem dalam penyelenggaraan setiap
aspek kehidupan sehingga menjadi teratur dan harmonis.

6
2.2 Unsur-Unsur Struktur Sosial Masyarakat
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam suatu masyarakat yang tertata
dalam suatu struktur yang cenderung bersifat tetap. Tatanan sosial dalam kehidupan
masyarakat itu diharapkan dapat berfungsi dengan baik, sehingga akan tercipta suatu
keteraturan, ketertiban, dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat. Untuk
mewujudkannya diperlukan adanya unsur-unsur tertentu. Adapun berbagai unsur yang
terdapat dalam suatu struktur sosial dalam masyarakat menurut Charles P. Loomis,
terdapat struktur sosial yang tersusun atas sepuluh berbagai unsur penting sebagai berikut:
a. Adanya pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh para anggota masyarakat yang
berfungsi sebagai alat analisis dari anggota masyarakat.
b. Adanya perasaan solidaritas dari anggota-anggota masyarakat.
c. Adanya tujuan dan cita-cita yang sama dari warga masyarakat.
d. Adanya nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dijadikan sebagai patokan dan
pedoman bagi anggota masyarakat dalam bertingkah laku.
e. Adanya kedudukan dan peranan sosial yang mengarahkan pola -pola tindakan atau
perilaku warga masyarakat.
f. Adanya kekuasaan, berupa kemampuan memerintah dari anggota masyarakat y ang
memegang kekuasaan, sehingga sistem sosial dapat berlanjut.
g. Adanya tingkatan dalam sistem sosial yang ditentukan oleh status dan peranan
anggota masyarakat.
h. Adanya sistem sanksi yang berisikan ganjaran dan hukuman dalam sistem sosial,
sehingga norma tetap terpelihara.
i. Adanya sarana atau alat-alat perlengkapan sistem sosial, seperti pranata sosial dan
lembaga.
j. Adanya sistem ketegangan, konflik, dan penyimpangan yang menyertai adanya
perbedaan kemampuan dan persepsi warga masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai seorang manusia tentu memerlukan
interaksi sosial dengan pihak lain atau lembaga yang menyediakannya. Interaksi sosial
merupakan salah satu wujud dari sifat manusia yang hidup bermasyarakat sebagai
anggota masyarakat, manusia tertata dalam struktur sosial atau jaringan unsur-unsur
sosial yang ada dalam masyarakat. Unsur-unsur itu mencakup kelompok sosial,
kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, dan wewenang.

7
2.3 Fungsi Struktur Sosial Masyarakat
Dalam sebuah struktur sosial, umumnya terdapat perilaku perilaku sosial yang
cenderung tetap dan teratur, sehingga dapat dilihat sebagai pembatas terhadap berbagai
perilaku individu atau kelompok. Individu atau kelompok cenderung menyesuaikan
perilakunya dengan keteraturan kelompok atau masyarakatnya. Seperti dikatakan di atas,
bahwa struktur sosial merujuk pada suatu pola yang teratur dalam interaksi sosial, maka
fungsi pokok dari struktur sosial adalah menciptakan sebuah keteraturan sosial yang ingin
dicapai oleh suatu kelompok masyarakat, adapun beberapa fungsi struktur sosial
masyarakat yakni sebagai berikut:
a. Instrumen untuk Mencapai Tujuan Bersama
Fungsi struktur sosial sebagai instrumen atau alat untuk mencapai tujuan bersama
dapat dilihat pada operasionalisasi organisasi. Dalam organisasi, individu yang
terlibat menempati posisinya masing-masing. Peran yang dimainkan tiap posisi
mempengaruhi satu sama lain sehingga terbentuk hubungan saling ketergantungan.
Visi organisasi selalu berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai bersama. Di sinilah
struktur menjadi alat untuk mencapai tujuan. Tanpa struktur, proses mencapai tujuan
bersama akan mengalami hambatan kalau tidak gagal.Begitu pula struktur sosial
dalam masyarakat yang berbentuk diferensiasi atau stratifikasi. Masing-masing
individu berbeda baik secara horizontal maupun vertikal. Namun, meski berbeda, ada
keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan itulah yang membentuk dinamika sosial.
b. Alat Penunjuk Identitas
Struktur sosial juga berfungsi sebagai alat petunjuk identitas individu atau kelompok.
Semisal, dalam diferensiasi sosial, kita menyebut diri kita sebagai orang Sunda.
Ketika pergi ke Australia, kita bertemu orang Cina. Warna kulit kita berbeda, kita
berada dalam struktur sosial yang berbeda. Sebagai orang Sunda kita memiliki ciri-
ciri warna kulit yang berbeda dengan orang Cina, logat bahasanya pun berbeda.
Perbedaan ini menjadi alat petunjuk identitas tentang siapa kita. Dalam stratifikasi
sosial juga demikian. Misal, kamu seorang bos, tetanggamu kita karyawan. Struktur
sosial kamu berada di lapisan atas sedangkan tetanggamu di bawah. Struktur tersebut
menjadi penanda identitasmu.
c. Penjaga Norma Sosial
Fungsi struktur sosial sebagai penjaga norma sosial dapat dilihat pada perilaku
keseharian orang-orang yang menempati posisi sosial tertentu. Sebagai contoh,
seorang siswa yang menyadari dirinya sebagai siswa, belajar pada malam hari
8
sebelum tidur. Perilaku untuk belajar merupakan hal yang normal bagi siswa. Struktur
sosial yang menandai dirinya sebagai seorang siswa mendasari perilakunya untuk
belajar. Di sini struktur sosial berfungsi untuk menjaga norma sosial siswa, yaitu
belajar. Contoh lainnya, seorang polisi lalu lintas yang menyadari dirinya sebagai
petugas yang bertanggung jawab mengatur keamanan dan ketertiban lalu lintas.
Profesinya sebagai seorang polantas merupakan menempatkan dirinya pasa struktur
sosial tertentu. Ketika ada pengendara sepeda motor tak bersalah namun dihentikan
dan ditilang, polantas tersebut telah melakukan pelanggaran norma. Jika sadar akan
posisinya dalam struktur sosial, maka perilakunya akan patuh pada norma sosial.
d. Pemersatu Unit Sosial yang Berbeda
Struktur sosial juga dapat berfungsi sebagai pemersatu. Fungsi struktur sosial sebagai
pemersatu dapat dilihat pada, misalnya peristiwa sumpah pemuda. Para pemuda pada
masa itu sadar akan perbedaan identitas suku, bahasa, dan bangsa yang disandangnya.
Struktur diferensiasi tersebut justru berhasil menjadi pengikat demi mewujudkan cita-
cita bersama.
e. Petunjuk Tingkah Laku
Fungsi struktur sosial yang juga terlihat jelas dalam keseharian adalah sebagai
petunjuk tingkah laku manusia, terutama ketika berhubungan dengan orang lain.
Sebagai contoh, ketika bertemu dengan seorang profesor di kampus, kita menyadari
posisi sosial seorang profesor. Maka, ketika bertemu dan berbicara, kita bertingkah
laku sebagaimana bertingkah laku kepada profesor sesuai norma yang berlaku. Ketika
kita bertemu seseorang di jalan, namun karena tidak mengetahui posisi orang tersebut
dalam struktur sosial, kita akan kebingungan bagaimana bertingkah laku yang tepat.
Sementara itu, Mayor Polak menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi
sebagai berikut:
a. Pengawas sosial, yaitu sebagai penekan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran
terhadap norma, nilai, dan peraturan kelompok atau masyarakat. Misalnya
pembentukan lembaga pengadilan, kepolisian, lembaga adat, lembaga pendidikan,
lembaga agama, dan lain-lain.
b. Dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial kelompok atau masyarakat karena
struktur sosial berasal dari kelompok atau masyarakat itu sendiri. Dalam proses
tersebut, individu atau kelompok akan mendapat pengetahuan dan kesadaran tentang
sikap, kebiasaan, dan kepercayaan kelompok ataumasyarakatnya. Individu

9
mengetahui dan memahami perbuatan apa yang dianjurkan oleh kelompoknya dan
perbuatan apa yang dilarang oleh kelompoknya.

2.4 Ciri-Ciri Struktur Sosial Masyarakat


Setiap hal pada dasarnya memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang membedakannya
dengan yang lain, begitupula pada struktur sosial. Abdul Syani menyebutkan bahwa ada
beberapa ciri struktur sosial, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang dapat memberikan
bentuk dasar pada masyarakat dan memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang
kemungkinan besar dilakukan secara organisatoris.
b. Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial di antara individu-individu pada saat
tertentu. Artinya segala Bentuk pola interaksi sosial dalam masyarakat telah tercakup
dalam suatu struktur sosial.
c. Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat. Artinya semua karya,
cipta, dan rasa manusia sebagai anggota masyarakat merupakan aspek dari struktur
sosial. Misalnya komputer, alat-alat pertanian modern, mobil, pesawat, kesenian, ilmu
pengetahuan, dan lain-lain.
d. Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis, sehingga dapat dilihat
sebagai kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuh yang membentuk struktur.
Misalnya dalam sebuah organisasi terdapat ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara,
dan seksi-seksi yang kesemuanya membentuk suatu struktur.
e. Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang
mengandung dua pengertian, yaitu sebagai berikut:
1) Pertama, di dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris da lam
proses perubahan dan perkembangan.
2) Kedua, dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap
perhentian, di mana terjadi stabilitas, keteraturan, dan integrasi sosial yang
berkesinambungan sebelum kemudian terancam oleh proses ketidakpuasan dalam
tubuh masyarakat.

2.5 Elemen Dasar Struktur Sosial Masyarakat


Pada dasarnya, struktur sosial memiliki empat komponen atau elemen dasar, yaitu
status sosial, peranan, kelompok, dan institusi.

10
Gambar 1. Elemen Dasar Struktur Sosial

Adapun penjelasan mengenai empat komponen atau elemen dasar, yaitu status sosial,
peranan, kelompok, dan institusi yakni sebagai berikut:
a. Status Sosial
Masyarakat terdiri dari individu-individu di mana antara satu dengan yang lainnya
saling berhubungan secara timbal balik dalam rangka memenuhi berbagai
kebutuhannya. Dalam melakukan hubungan timbal balik itu, status atau kedudukan
seseorang memegang peranan yang sangat penting sehubungan dengan tindakan yang
harus dilakukannya. Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam
masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestisenya, serta hak dan kewajiban-kewajibannya. Selain itu dapat
juga diartikan sebagai tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Menurut Talcott
Parsons, ada lima kriteria untuk menentukan status sosial seseorang dalam
masyarakat, yaitu kelahiran, mutu pribadi, prestasi, pemilikan atau kek ayaan, dan
otoritas atau kekuasaan.
1) Kelahiran
Kelahiran menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat. Orang yang
dilahirkan dalam keluarga kaya seperti pengusaha atau bangsawan, maka secara
otomatis akan menempati status yang tinggi dalam masyarakat. Sebaliknya, orang
yang dilahirkan dalam keluarga tidak mampu atau miskin, maka akan menempati
status yang rendah.
2) Mutu Pribadi
Mutu pribadi berhubungan dengan kualitas yang dimiliki oleh seseorang. Pada
hakikatnya hal itu berkaitan atau disesuaikan dengan norma-norma atau
kebiasaankebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Orang akan menduduki
status sosial yang tinggi apabila memiliki kriteria di antaranya adalah jujur,

11
cerdas, pandai, bijaksana, rendah hati, taat pada perintah agama, dan lainlain.
Sedangkan orang yang menempati status social rendah adalah orang-orang yang
memiliki kriteria, di antaranya suka berbohong, suka mencuri, sering atau pernah
melakukan tindak kejahatan, dan lain-lain.
3) Prestasi
Orang yang bisa mencapai atau memeroleh sesuatu yang p aling baik yang
diharapkan oleh banyak orang setelah melakukan usaha-usaha tertentu biasanya
disebut orang yang berprestasi. Misalnya seorang siswa yang berhasil mencapai
juara umum di sekolahnya. Prestasi yang dimiliki oleh seseorang menentukan
kedudukan atau statusnya di masyarakat. Orang yang berprestasi baik akan
menempatkan seseorang pada kedudukan atau status yang tinggi, sedangkan orang
yang tidak berprestasi akan menduduki status yang rendah dalam masyarakat.
4) Pemilikan atau Kekayaan
Pemilikan atau kekayaan menunjukkan banyaknya materi yang dimiliki oleh
seseorang. Orang yang memiliki cukup banyak materi atau disebut sebagai orang
kaya akan menduduki status yang tinggi dalam masyarakat. Sebaliknya orang
yang hanya sedikit memiliki kekayaan materi bahkan tidak memiliki sedikitpun
akan menempati status yang rendah, bahkan keberadaanya tidak diakui dalam
masyarakat.
5) Otoritas atau Kekuasaan
Kekuasaan seseorang dalam suatu masyarakat berhubungan dengan besarnya
pengaruh orang tersebut terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang yang
memiliki kekuasaan umumnya akan disegani, dihormati, serta apa yang dikatakan
atau dilakukannya cenderung diikut oleh orang lain. Dalam masyarakat, orang
yang mempunyai kekuasaan, seperti kepala desa menempati kedudukan atau
status yang tinggi, sedangkan orang yang tidak mempunyai kekuasaan, seperti
buruh tani akan menempati status atau kedudukan yang rendah.
b. Peranan Sosial
Setiap anggota masyarakat memiliki peranan masing-masing sesuai status atau
kedudukan sosialnya di masyarakat. Peranan menunjukkan hak dan berbagai yang
harus dilakukan oleh seseorang sehubungan dengan status yang dimilikinya. Apabila
seseorang telah melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya di masyarakat,
maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah menjalankan suatu peranan.
Sebagaimana halnya dalam status sosial, setiap orang juga mempunyai bermacam -
12
macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Mengingat peranan
berasal dari pola pergaulan hidupnya di masyarakat, maka peranan menentukan apa
yang akan diperbuatnya dan kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat yang
ada di sekitarnya terhadap dirinya. Dengan demikian peranan mempunyai fungsi yang
sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam masyarakat yang
didasarkan pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
c. Kelompok
Kelompok adalah sejumlah orang atau individu yang memiliki norma-norma,
berbagai nilai dan harapan yang sama, serta secara sadar dan teratur saling
berinteraksi. Kelompok memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah struktur
sosial kemasyarakatan karena sebagian besar interaksi social berlangsung dalam
kelompok dan dipengaruhi juga oleh unsur-unsur yang melekat dan dimiliki oleh
kelompok di mana interaksi sosial ini berlangsung. Sementara itu, Anis da Rato
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah sejumlah orang, di mana
satu sama lain terjalin hubungan, dan jalinan tersebut membentuk suatu struktur.
Misalnya kelompok pengajian, karang taruna, dan berbagai perkumpulan yang ada di
masyarakat.
d. Institusi
Aspek yang paling mendasar dalam sebuah struktur social adalah institusi. Institusi
merupakan pola terorganisir dari kepercayaan dan tindakan yang dipusatkan pada
kebutuhan dasar sosial. Tujuan dibentuknya institusi adalah untuk memenuhi suatu
kebutuhan tertentu dalam masyarakat. Misalnya dibentuknya institusi pendidikan
(sekolah) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan, dibentuknya
rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan perawatan kesehatan, dan
lain-lain melalui insitusi ini dapat dilihat adanya struktur dalam masyarakat.

2.6 Perspektif Sosiologi Dalam Melihat Struktur Sosial Masyarakat Indonesia


Adapun untuk melihat bagaimana perspektif sosiologi dalam struktur sosial masyarakat
Indonesia dibagi menjadi enam bagian yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Perspektif Fungsionalisme
Tokoh-tokoh perpektif ini yang dikenal luas antara lain: Talcott Parsons, Neil
Smelser. Ciri pokok perspektif ini adalah gagasan tentang kebutuhan masyarakat
(community needs). Masyarakat sangat serupa dengan organisme biologis, karena
mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar masyarakat dapat
13
melangsungkan keberadaannya atau setidaknya berfungsi dengan baik. Ciri dasar
kehidupan sosial struktur sosial muncul untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dan merespon terhadap permintaan masyarakat sebagai suatu sistem
sosial. Asumsinya adalah ciri-ciri sosial yang ada memberi kontribusi yang penting
dalam mempertahankan hidup dan kesejahteraan seluruh masyarakat atau subsistem
utama dari masyarakat tersebut.
b. Perspektif Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik sosial mempunyai sumber struktural yakni
hubungan kekuasaan yang berlaku dalam struktur organisasi sosial, dengan kata lain
konflik antar kelompok dapat dilihat dari sudut konflik tentang keabsahan hubungan
kekuasaan yang ada. Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
perspektif ini memiliki proporsi sebagai berikut:
1. Setiap masyarakat dalam segala hal tunduk pada proses perubaha n; perubahan
sosial terjadi dimana saja.
2. Setiap masyarakat dalam segala hal memperlihatkan ketidaksesuaian dan konflik;
konflik sosial terdapat dimana saja.
3. Setiap unsur dalam masyarakat memberikan kontribusi terhadap perpecahan dan
perubahannya.
4. Setiap masyarakat berdasarkan atas penggunaan kekerasan oleh sebagian
anggotanya terhadap anggota yang lain.
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang unik, yaitu : (1)
secara horizontal, ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial
berdasarkan berbagai perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta berbagai perbedaan
kedaerahan. Sedangkan, (2) secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai
oleh adanya perbedaan-perbedaan antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup
tajam.

2.7 Struktur Masyarakat Majemuk di Indonesia


Istilah plural atau majemuk sebenarnya berbeda dengan pengertian heterogen.
Majemuk atau plural itu merupakan lawan dari kata singular atau tunggal. Sehingga,
masyarakat plural itu bukan masyarakat yang tunggal. Masy arakat tunggal merupakan
masyarakat yang mendukung satu sistem kebudayaan yang sama, sedangkan pada
masyarakat plural, di dalamnya terdapat lebih dari satu kelompok baik etnik maupun
sosial yang menganut sistem kebudayaan (sub kultur) berbeda satu dengan yang lain.
14
Sebuah masyarakat kota, mungkin tepat disebut sebagai masyarakat heterogen, sepanjang
meskipun mereka berasal dari latar belakang SARA (suku bangsa, agama, ras, atau pun
aliran/golongan-golongan) yang berbeda, tetapi mereka tidak mengelompok berdasarkan
SARA tersebut. Heterogen lawan dari kondisi yang disebut homogen. Disebut homogen
kalau anggota masyarakat berasal dari SARA yang secara relatif sama. Terdapat beberapa
faktor yang menjadi latar belakang terciptanya masyarakat majemuk di Indonesia yakni
sebagai berikut:
1. Keadaan geografik wilayah Indonesia yang terdiri atas kurang lebih tiga ribu
pulau yang terserak di sepanjang equator kurang lebih tiga ribu mil dari timur ke
barat, dan seribu mil dari utara selatan, merupakan faktor yang sangat bes ar
pengaruhnya terhadap terjadinya pluralitas sukubangsa di Indonesia.
2. Terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Keadaan ini
menjadikan Indonesia menjadi lalu lintas perdagangan, sehingga sangat
mempengaruhi terciptanya pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia. Telah
sejak lama masyarakat Indonesia memperoleh berbagai pengaruh kebudayaan
bangsa lain melalui para pedagang asing. Pengaruh Hindu Budha yang masuk
lebih dahulu dari India, kemudian diikuti dengan tersebarnya pengaruh budaya
Islam pada abad ke-13 dan menyebar lebih luas di abad ke-15.
3. Iklim yang berbeda-beda dan struktur yang tidak sama di antara berbagai daerah
di kepulauan Nusantara, telah mengakibatkan pluralitas regional. Perbedaan curah
hujan dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam
lingkungan ekologis yang berbeda, yakni daerah pertanian basah (wet rice
cultivation) yang terutama banyak dijumpai di Pulau Jawa dan Bali, serta daerah
ladang (shifting cultivation) yang banyak dijumpai di luar Jawa.

2.8 Struktur Kepartaian Sebagai Wujud Struktur Sosial Masyarakat Indonesia


Pengelompokan masyarakat Indonesia membawa akibat yang luas lagi mendalam di
dalam seluruh pola hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat, di bidang politik,
ekonomi, hukum, kekeluargaan, dan sebagainya. Timbulnya kematangan kondisi-kondisi
teknis, politis, dan sosial sejak permulaan abad ke-20, dan terutama sesudah
kemerdekaan, telah berhasil mengubah kelompok-kelompok semu tersebut menjadi
berbagai kelompok kepentingan. Salah satu kelompok kepentingan yang sangat khusus
sifatnya adalah yang kemudian kita kenal sebagai partai politik. Herbeth Heith
menjelaskan bahwa konflik-konflik politik di Indonesia lebih merupakan konflik
15
ideologis yang bersumber dari ketegangan-ketegangan yang terjadi antara: (1)
pandangan-pandangan (ideologi) tradisional (tradisi Hindu-Jawa dan Islam) di satu pihak,
dan (2) pandangan-pandangan (ideologi) modern di lain pihak, yang perwujudannya
adalah konflik ideologis di antara lima aliran pemikiran politik yan g ada, yakni (1)
Nasionalisme Radikal, (2) Tradisionalisme Jawa, (3) Islam, (4) Sosialisme Demokrat, dan
(5) Komunisme dan aliran-aliran tersebut dalam batas-batas tertentu berasosiasi dengan
perbedaan sukubangsa, agama, daerah, dan kelas sosial.
Pola kepartaian sebagaimana digambarkan di atas tentu saja telah mengalami
perubahan-perubahan. Dibubarkannya Masyumi, PSI, dan PKI, serta terjadinya fusi
partai-partai Islam menjadi faktor penting perubahan-perubahan itu. Namun, dasar-dasar
pemikiran politik yang bersumber pada perbedaan-perbedaan sukubangsa, agama, daerah,
dan kelas sosial, juga aliran-aliran politik, masih tetap terbaca pada struktur kepartaian
dewasa ini.

2.9 Struktur Sosial dan Masalah Integrasi


Pluralitas masyarakat yang bersifat multidimensional itu akan dan telah menimbulkan
persoalan-persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi secara
horizonta l maupun vertikal pada tingkat nasional. Apabila mengikuti pandangan para
penganut teori fungsionalisme-struktural, sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas
landasan dua hal, yaitu: (1) konsensus di antara sebagian besar anggota masyarakat akan
nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental, dan (2) anggota-anggota
masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting
affiliation), sehingga tumbuh cross-cutting loyalities, loyalitas yang silang-menyilang dari
para anggota masyarakat terhadap kelompok-kelompok atau satuan-satuan sosial di mana
mereka menjadi anggotanya.
Terciptanya integrasi sosial/nasional dalam masyarakat majemuk dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain: (1) struktur sosialnya, apakah mengalami interseksi atau
konsolidasi, (2) faham atau ideologi, yang berkembang dalam masyarakat apakah
ethnosentrisme, primordialisme, aliran, sektarianisme, dan lain-lain, ataukah faham
relativisme kebudayaan, (3) apakah dapat berlangsung koalisi lintas etnis/kelompok, (4)
apakah dapat membangun konsensus tentang nilai dasar, (5) apakah berlangsung proses -
proses menuju akulturasi budaya majemuk, (6) adakah dalam masyarakat tersebut
kelompok dominan, atau (7) apakah diantara kelompok -kelompok yang ada terdapat
saling ketergantungan, terutama di bidang ekonomi.
16
2.10 Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat
Adapun diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial merupakan pemilahan atau konfigurasi struktur sosial
berdasarkan parameter-parameter yang sifatnya nominal atau tidak berjenjang.
Hasilnya dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok atau golongan sosial.
a) Diferensiasi sosial berdasarkan ras. Ras merupakan penggolongan manusia
berdasarkan ciri-ciri fisik-biologis manusia dengan kecenderungan yang besar.
b) Diferensiasi sosial berdasarkan suku bangsa/etnis. Suku bangsa adalah
golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan
kebudayaan, yang sering dikuatkan dengan kesatuan bahasa. Suku bangsa
sering disamakan dengan kelompok etnik (ethnic group). Namun, kelompok
etnik tidak selalu berarti sukubangsa. Misalnya kelompok etnik Tionghoa.
Disebut kelompok etnik apabila secara sosial telah mengembangkan
subkulturnya sendiri.
c) Diferensiasi sosial berdasarkan agama. Agama merupakan sistem terpadu
terdiri atas keyakinan dan praktek, berhubungan dengan sesuatu yang
dianggap sacred (suci/sakral) menyatukan pengikutnya ke dalam suatu
komunitas moral yang disebut umat. Sesuatu yang sakral disebut Tuhan (God,
Allah, Elia, Devon, Deva, Devi, dst.) Diferensisasi agama merupakan
diferensiasi customs. Karena letak Indonesia di posisi silang, dalam
masyarakatnya terdapat penganut dari lima agama besar dunia, Islam, Kristen,
Katholik, Hindu, dan Budha.
d) Diferensiasi sosial berdasarkan profesi. Profesi merupakan pekerjaan yang
untuk dapat melaksanakannya memerlukan keahlian. Misalnya: dosen, guru,
dokter, jurnalis, artis, penyiar radio, penyiar televisi, ahli komputer, designer,
politikus, perawat, birokrat, militer, pengusaha, pedagang, dan sebagainya.
Dirensiasi profesi merupakan diferensiasi fungsi.
e) Diferensiasi sosial berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin merupakan
pembedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan ciri fisik biologis
yang tidak dapat dipertukarkan. Gender merupakan pembedaan antara laki-
laki dengan perempuan berdasarkan ciri-ciri sosial dan budaya yang
sebenarnya dapat dipertukarkan, karena diperoleh melalui proses belajar.

17
2) Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan konfigurasi atau pemilahan struktur sosial
menggunakan parameter graduated/berjenjang. Hasilnya adalah dalam masyarakat
terdapat kelas-kelas sosial. Kriteria yang digunakan dapat berupa kriteria (1)
sosial, (2) ekonomi, dan (3) politik. Kriteria sosial meliputi: pendidikan, profesi
atau pekerjaan, dan keturunan atau keanggotaan dalam kasta dan kebangsawanan.
Kriteria ekonomi meliputi pendapatan/penghasilan dan pemilikan/kekayaan.
Kriteria politik meliputi kekuasaan.

2.11 Masyarakat Desa dan Kota di Indonesia


Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara
mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan.
Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan yang menjujung individualistik,
masyarakat pedesaan lebih mengutamakan kenyamanan bersama dibanding
kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai
sebuah urban community. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota
yaitu: (1) kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan
keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan hanya
bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya, (2) orang kota
pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain , (3 )
di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan
politik dan agama dan sebagainya, (4) jalan pikiran rasional yang dianut oleh
masyarkat perkotaan, (5) interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor-
faktor kepentingan pribadi daripada faktor-faktor kepentingan umum. Adapun bentuk
hubungan antara desa kota dapat dilihat dari adanya “urbanisasi dan urbanisme”.
Dengan adanya hubungan masyarakat desa dan kota yang saling ketergantungan dan
saling membutuhkan maka timbulah masalah baru yakni; Urbanisasi yaitu suatu
proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa
urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. Soekanto (1969:123 ).
Adapun faktor-faktor dapat dikelompokkan menjadi 2 yakni yang mendorong
penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya (push factors) dan beberapa
faktor yang ada di kota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap di
kota (pull factors). Adapun hal-hal yang termasuk dalam push factor dan pull factor
adalah sebagai berikut:
18
1. Hal-hal yang termasuk push factor antara lain sebagai berikut:
a. Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan
pertanian
b. Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern
c. Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat
yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton
d. Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan
e. Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan
hama, kemarau panjang, dan sebagainya. Sehingga memaksa penduduk desa
untuk mencari sebuah aktivitas pemenuhan kebutuhan penghidupan lain di
kota melalui urbanisasi.

2. Hal-hal yang termasuk pull factor antara lain sebagai berikut:


a. Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa di kota banyak pekerjaan
dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan.
b. Akses terhadap layanan (pendidikan, kesehatan, fasilitas umum, dan
lainnya).
c. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan
merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
d. Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial
yang ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah
(Soekanto, 1969: 124- 125).

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun beberapa rangkuman kesimpulan dari makalah ini yakni sebagai berikut:
1) Sistem sosial adalah suatu sistem yang terdiri atas elemen-elemen sosial. Dalam
sistem sosial terdapat individu-individu yang berinteraksi dan bersosialisasi sehingga
tercipta hubungan-hubungan sosial. Keseluruhan hubungan sosial tersebut
membentuk struktur sosial dalam kelompok maupun masyarakat yang akhirnya akan
menentukan corak masyarakat tersebut. Suatu sistem sosial tidak hanya berupa
kumpulan individu.
2) Interaksi sosial merupakan salah satu wujud dari sifat man usia yang hidup
bermasyarakat sebagai anggota masyarakat, manusia tertata dalam struktur sosial atau
jaringan unsur-unsur sosial yang ada dalam masyarakat. Unsur-unsur itu mencakup
kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, d an
wewenang.
3) Individu atau kelompok cenderung menyesuaikan perilakunya dengan keteraturan
kelompok atau masyarakatnya. Struktur sosial merujuk pada suatu pola yang teratur
dalam interaksi sosial, maka fungsi pokok dari struktur sosial adalah menciptakan
sebuah keteraturan sosial yang ingin dicapai oleh suatu kelompok masyarakat.
4) Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang
mengandung dua pengertian, yaitu sebagai berikut: (1) Dalam struktur sosial terdapat
peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan. (2) Dalam
setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian.
5) Pada dasarnya, struktur sosial memiliki empat komponen atau elemen dasar, y akni
status sosial, peranan, kelompok, dan institusi yang memiliki masing-masing
keterkaitan dengan struktur sosial masyarakat.
6) Adapun hal lain yang penting dalam mempelajari struktur sosial masyarakat di
Indonesia ialah dengan memperhatikan perspektif sosiologi dalam struktur sosial
masyarakat Indonesia, struktur masyarakat majemuk di indonesia, struktur kepartaian
sebagai wujud struktur sosial masyarakat indonesia, struktur sosial dan masalah
integrasi, diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial dalam kehidupan masyarakat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kuper, Adam dan Jesica Kuper. 2000. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, terjemahan Munandar
Haris, dkk. Jakarta: RajaGrafindo Persada, halaman 1004.
Soekanto, Soerjono. 1993. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Jakarta:
Radja Grafindo.
Turner, Jonathan H. dan Alexandra Maryanski. 2010. Fungsionalisme, terjemah Anwar
Effendi, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 168.

21

Anda mungkin juga menyukai