Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

URGENSI TEORI PENETRASI SOSIAL TERHADAP DAKWAH


Diajukan untuk tugas mata kuliahTeori Komunikasi
Dosen Pengampu: Dr. H. M. Kholili, M. Si.

Oleh : Kelompok 1

1. Wahyu Tri Wibowo : 20202011001

2. Desi Setiawati : 20202011009

3. Hikmi Rahmiati : 20202011017

PROGRAM MAGISTER
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
1443 H/2020 M
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3

A. Teori Penetrasi Sosial............................................................................................................. 4


B. Implementasi Teori Penetrasi Sosial Terhadap Dakwah........................................................ 5

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 7

A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA

2Ii
2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat
manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya, diakui oleh hampir semua
agama, dan telah ada sejak Adam dan Hawa (Cangara, 2004:4). Dalam kehidupan sehari-hari
kita menemukan peristiwa komunikasi dimana-mana. Salah satu persoalan di dalam memberi
pengertian komunikasi, yakni banyaknya defenisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut
bidang ilmunya. Hal ini disebabkan karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi
masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa
Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2011:9).
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan,
informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, ke-
pastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang
timbul dari lubuk hati (Effendy, 2011:11).
Berbagai pakar ilmu komunikasi telah mengelompokkan pembagian komunikasi dalam
bentuk yang bermacam-macam. Diantaranya yaitu Komunikasi Intrapersonal, Komunikasi
Interpersonal, Komunikasi Kelompok, Komunikasi Massa dan Komunikasi Publik. Dalam lima
bentuk komunikasi tersebut, komunikasi yang mendekati pada makalah ini adalah Komunikasi
Interpersonal. Komunikasi Interpersonal merupakan komunikasi yang paling ampuh dalam
mempersuasi orang lain untuk mengubah sikap, opini, perilaku komunikan dan jika dilakukan
secara tatap muka langsung akan lebuh intensif karena terjadi kontak pribadi yaitu antara
pribadi komunikator dengan pribadi komunikan (Kurniawati, 2014:6). Salah satu teori
komunikasi yang tergolong sebagai teori yang berupaya menjelaskan fenomena human
communication pada level interpersonal, yaitu teori penetrasi sosial atau Social Penetration
Theory.
Teori ini dikemukakan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial
merupakan perkembangan hubungan yang bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal
menuju ketingkatan yang terdalam atau ketingkatan yang lebih bersifat pribadi. Dengan
penjelasan ini maka teori penetrasi sosial dapat diartikan juga sebagai sebuah model yang
menunjukan perkembangan hubungan yaitu proses dimana orang saling mengenal satu sama
lain melalui tahap pengungkapan informasi (Griffin, 2003:45). Teori penetrasi sosial secara
umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan
bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di
mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya (Kadarsih, 2009:53-54).
Selaras dengan itu, dakwah sendiri juga menganut proses adaptasi, karena dakwah harus
disampaikan dengan pertimbangan kondisi objek yang dihadapi atau komunitas manusia yang
menjadi sasaran pada saat dakwah itu berlangsung. Rasulullah menyebutnya sebagai bi qadri
uqulihim yakni atas dasar pertimbangan lingkungan kebudayaan masyarakat (Muhtadi & Maman,
2003:23). Eksistensi gerakan dakwah merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa
bersentuhan dengan masyarakatan tempat dakwah tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu,
secara teknis dakwah senantiasa melibatkan unsur masyarakat dengan problema yang
dihadapinya. Dengan demikian, problem masyarakat juga merupakan problem dakwah yang
dari waktu ke waktu selalu membutuhkan dinamisasi yang sejalan dengan perubahan sosial
yang juga tidak pernah berhenti (Muhtadi & Maman, 2003:15). Maka, dalam makalah ini kami
ingin menjelaskan bagaimana proses teori penetrasi sosial berlangsung dan bagaimana
penerapan teori tersebut terhadap dakwah. Mengingat teori tersebut sangat berkaitan dengan
proses dakwah yang disisi kajian komunikasi dan dakwah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori penetrasi sosial ?
2. Bagaimana variabel-variabel indikator penghubung teori penetrasi sosial?
3. Bagaimana implementasi Penetrasi Sosial terhadap Dakwah?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Teori Penetrasi Sosial.


2. Untuk mengetahui variabel-variabel indikator
3. Untuk mengetahui implementasi penetrasi sosial dalam dakwah

2Ii
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Penetrasi Sosial


Teori penetrasi sosial mulai dikembangkan sejak tahun 1973 oleh dua orang ahli
psikologi, Irwin Altman dan Dalmas Taylor. Mereka mengajukan sebuah konsep penetrasi
sosial yang menjelaskan babagaimana berkembangnya kedekatan hubungan. Altman adalah
profesor dibidang Psikologi di Universitas Utah sedangkan Taylor adalah Profesor dibidang
psikologi di Universitas Lincion, Pensyivania. Mereka meduka bahwa sebuah hubungan
interpersonal akan berakhir sebagai teman terbaik hanya jika mereka memproses dalam sebuah
“tahapan dan bentuk yang teratur dari permukaan ke tingkatan pertukaran yang intim sebagai
fungsi dari hasil langsung dan perkiraan” (Kadarsih, 2009:53)Teori penetrasi sosial merupakan
perkembangan hubungan yang bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal menuju
ketingkatan yang terdalam atau ketingkatan yang lebih bersifat pribadi.
Dengan penjelasan ini maka teori penetrasi sosial dapat diartikan juga sebagai sebuah
model yang menunjukan perkembangan hubungan yaitu proses dimana orang saling mengenal
satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi (Griffin, 2003:45). Irwin Altman dan
Dalmas Taylor (Kurniawati, 2014:78) mengembangkan teori penetrasi sosial untuk menjelaskan
bagaimana romantis keintiman berlangsung. Ide utama dalam penetrasi sosial teori adalah
bahwa keintiman tumbuh sebagai menembus interaksi antara orang- orang dari luar untuk
lapisan-lapisan batin kepribadian masing-masing orang. Dengan kata lain, kita harus bergerak
melampaui permukaan orang lain untuk mengenal dia cukup baik. Dalam teori penetrasi sosial
terdapat empat langkah perkembangan hubungan yaitu:
1) Tahap orientasi,( Orientation ) yang mengandung komunikasi impersonal di mana
seseorang memberitahu hanya informasi yang sangat umum mengenai dirinya sendiri.
Jika tahap ini menghasilkan reward pada partisipan mereka akan bergerak ke tahap
berikutnya dan diandaikan lapisan terluar kulit bawang. Pertukaran informasi sangat
umum antara lain seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya. Biasanya
informasi demikian kerap mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang yang baru
kita kenal.
2) Tahap eksporasi pertukaran efektif, (The Exploratory Affective Exchange) yaitu
perluasan / ekspansi awal informasi dan gerakan menuju level lebih dalam dari
disclosure itu terjadi diandaikan lapisan kulit bawang kedua. Tahap ini merupakan tahap
awal untuk memperoleh informasi yang lebih dalam, seperti makanan, musik, hobi. Jika
dirasakan akan diperoleh keuntungan maka individu tersebut akan pada tahap
berikutnya.
3) Tahap pertukaran efektif, (Affective Exchange) yang memusatkan pada perasaan
evaluatif dan kritis pada level yang lebih dalam lapisan kulit bawang ketiga. Pada tahap
ini memusatkan perasaan pada tingkat yang lebih dalam bersifat pribadi, misalnya
tentang informasi menyangkut pengalaman-pengalaman pribadi masing-masing.
Masing-masing sudah mulai membuka diri dengan informasi diri yang sifatnya lebih
pribadi, misalnya seperti kesediaan menceritakan tentang problem pribadi “curhat”.
4) Tahap pertukatran stabil atau lapisan inti bawang. (Stable Exchange) adalah keakraban
yang sangat tinggi dan mengijinkan partner untuk meramalkan setiap tindakan pihak
lain dan menanggapinya dengan sangat baik. Pada tahap terakhir ini, sifatnya sudah san-
gat intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan tindakan-
tindakan dan respon mereka masing-masing dengan baik. Infomasi yang dibicarakan
sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan, misalnya
soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi terdalam (Kurniawati, 2014:78-79)

Proses Komunikasi

Interpersonal Variable X

Teori Penetrasi Sosial

Teori Explorasi
Teori Orientasi Teori Pertukaran Efektif 2 Tahap Pertukaran Stabil
Pertukaran Efektif 1

Dakwah Variable Y
Gambar : Proses Teori Penentasi Sosial Terhadap Dakwah.

2Ii
2
B. Implementasi Teori Penetrasi Sosial Terhadap Dakwah

Prof. H.M. arifin M.Ed. dalam bukunya Psikologi dakwah Suatu Pengantar Studi,
mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah
laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi
orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu
pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap agama sebagai message
yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan (Amin, 2009:4)
Dinamika sejarah berlangsung mengikuti zaman manusia. Sejak Nabi Muhammad SAW
menerima pesan-pesan wahyu untuk menegakkan amar ma’ruf nahyi munkar, dakwah senantiasa
menjadi pilihan yang terdepan, karena fungsi dan statusnya yang sejalan dengan pesan-pesan
tersebut. Bahkan, jauh sebelum era kerasulan nabi Muhammad SAW, sejak Adam menginjakan
kakinya dimuka bumi ini, seluruhnya utusan-Nya berperan mengembang tugas yang sama, yaitu
menegakkan kebajikan sekaligus menghapuskan kebatilan (Muhtadi & Maman, 2003:15)
Ada tiga jenis kegiatan dakwah, yaitu dengan lisan (da’wah bi al-lisan), tulisan (da’wah
bi al-kitabah), dan perbuatan (da’wah bi al-hal). Dakwah secara lisan dapat berlangsung melalui
pendekatan komunikasi interpersonal, seperti kegiatan pengajian terbatas, diskusi atau
mujadalah, dan komunikasi antarpribadi. Selain itu da’wah bil al-lisan biasa pula dilakukan oleh
juru dakwah atau dai terhadap massa dalam jumlah yang besar, seperti ceramah umum, tabligh
akbar, dan khotbah-khotbah (Muhtadi & Maman, 2003:75).
Seorang Da’i dalam aktivitas dakwahnya, hendaklah memahami karakter dan siapa yang
akan diajak bicara atau siapa yang akan menerima pesan-pesan dakwahnya. Da’i dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwahnya perlu mengetahui klasifikasi dan karakter objek dakwah,
hal ini penting agar pesan-pesan dakwah bisa diterima dengan baik oleh Mad’u. Dengan
mengetahui karakter dan kepribadian Mad’u sebagai penerima dakwah, maka dakwah akan lebih
terarah, karena tidak disampaikan secara serampangan tetapi mengarah kepada profesionalisme.
Maka Mad’u sebagai sasaran atau objek dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan
dakwah yang disampaikan oleh subjek dakwah, karena baik materi, metode, maupun media yang
digunakan dalam berdakwah tepat sesuai dengan kondisi Mad’u sebagai objek dakwah (Amin,
2009:15).
Teori penetrasi sosial bagian dari komunikasi interpersonal yang dapat membantu para
Da’i dalam proses dakwah, sehingga memberikan kekuatan tersendiri supaya pesan yang ingin
disampaikan terarah dengan baik. Contoh penerapan teori tersebut terhadap dakwah antara lain;
Ust. Abdul Somad dalam segala ilmu agama sudah tidak diragukan lagi apalagi dalam bidang
metode ceramah yang lucu sangat disukai dari kalangan masyarakat, contoh penerapan toeri
penetrasi sosial beliau ketika berdakwah diwilayah Sumatra beliau sangat diterima dan popular
di masyarakat Sumatra diandingkan Da’i yang berasal dari pulau jawa, dikarenakan masyarakat
sudah mengenal Ustadz Abdul Somad yang mana dan beliau juga berasal dari Sumatra (Riau)
disinilah penetrasi sosial terjadi jika Mad’u sudah mengenal Da’i nya dengan baik maka dakwah
yang disampaikan oleh Da’i akan bisa diterima oleh Mad’u.

Dengan metode penyampaian ceramah yang tegas, lantang dan lucu yang diterapkan oleh
Ustadz abdul somad belum tentu diterima oleh sebagian masyarakat Jawa, akan tetapi berbeda
jika masyarakat Sumatra yang notabenenya mereka telah mengenal Ustadz Abdul Somad
sehingga dakwah yang disampaikan beliau bisa diterima dan diterapkan dengan baik. Inilah
penting melakukan suatu proses penetrasi sosial, sebagaimana Altman Taylor menjelaskan
penetrasi sosial itu sama dengan kulit bawang dimulai dari terluar dulu baru mengenal yang lebih
jauh lebih dalam. Perlunya pengenalan, pemahaman yang merupakan tahapan dari penetrasi
sosial sendiri, ha ini untuk menghindari disinformasi atau miss komunikasi pesan dakwah dan
menimbulkan penilaian yang salah.

Contoh penerapan lainnya dalam Toeri Penetrasi Sosial terhadap dakwah seperti Da’i
atau penceramah Mamah Dedeh, beliau menjadi Representasi yaitu kaum ibu-ibu karena beliau
memahami betul sasaran dakwah. Kaum ibu-ibu ini merupakan sasaran dakwah yang pastinya
sudah dikenal karakteristiknya oleh Mamah Dedeh dan mengapa juga beliau membuat jargon
yang mudah dipahami para ibu-ibu sebagi audiensnya yaitu “Curhat Dong Mah”. Di mana
setiap audien yang mau bertanya pasti akan ditanya beliau untuk saling mengenal, selanjutnya
apa yang tanyakan atau curhatan apa dan terakhir pemahaman bersama akan jawaban yang
disampaikan beliau. Tanpa disadari inilah bukti penetrasi sosial diterapkan saat proses dakwah
disana dan terjadi tahap orientasi, pertukaran explorasi efektif, pertukaran efektif lanjut, dan
pertukaran Stabil

2Ii
2
Berbeda lagi dengan Da’i yakni, Gus Miftah ketika berdakwah dengan sasaran
masyarakat di tempat hiburan malam dan juga masyarakat di Pulau Jawa, beliau bisa diterima
oleh masyarakat tersebut. Masyarakat di tempat hiburan malam akan berbeda dengan masyarakat
pada umumnya, sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa masyarakat ini sangat jauh dari
pesan-pesan Agama. Pastinya Da’i seperti Gus Miftah mempunyai strategi, metode khusus untuk
menyampaikan pesan dakwahnya agar tidak ada penolakan. Hal ini bisa artikan terjadi proses
pengenalan, pemahaman terlebih dahulu sebelum meyampaikan pesan dakwah, agar tidak ada
suatu konflik dalam Mad’u nya. Gus Miftah adalah sosok Da’i yang bisa dikatakan populer
dikalangan masyarakat Jawa. Hal tersebutlah maka beliau mudah dalam menyampaikan pesan
dakwah kepada masyakarat tersebut. Apalagi beliau sering memakai bahasa yang sudah
dimengerti Mad’u seperti menggunakan bahasa Jawa. Ini juga yang menjadi alasan bahwa beliau
telah menerapkan teori penetrasi sosial terhadap dakwahnya.

Oleh karena itu, ini menjadi sebuah jawaban kenapa teori penetrasi sosial tersebut
penting bagi kegiatan dakwah. Dalam penetrasi memiliki unsur yang menjadi tahapan yaitu
pertama, Tahap Orientasi (pengenalan Awal) digunakan oleh subjek dakwa yakni Da’i sebagai
pemahaman sasaran objek dakwah yaitu mad'u secara awal. Kedua Pertukaran Explorasi Efektif
atau tahap dimana dia menggali lebih dalam sasaran dakwahnya. Selanjutnya, Tahap Pertukaran
Efektif tingkat lanjut yakni digunakan dalam proses komunikasi yang lebih intim dan
menimbulkan suatu keakraban. Yang terakhir adalah Tahap Pertukaran Stabil menimbulkan
feedback yang stabil timbulnya rasa nyaman dan pemahaman antara Da'i dan Mad'u.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori yang dikemukakan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor memberika gambaran
yaitu proses dimana orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan
informasi, dan dianalogikan dengan lapisan kulit bawang dari paling luar hingga terdalam.
Tahapan tersebut antara lain; Tahap orientasi (Perkenalan secara umum) sebagai lapisan bawang
terluar, Tahap Eksporasi Pertukaran efektif gambaran mulai mencoba menggali informasi yang
lebih dalam dari sebelumnya, Tahap pertukaran efektif, (Affective Exchange) yaitu mulai terjalin
pemahanan dan komitmen bersama, Tahap pertukatran stabil atau lapisan inti bawang (Stable
Exchange) yaitu timbulnya keakraban dan kenyamanan. Jika teori penetrasi sosial ini dapat
diterapkan oleh Da’i terhadap sasaran dakwah yaitu Mad’u, niscaya proses dakwah akan berjalan
dengan efektif dan tercapailah pesan-pesan dakwah yang diharapkan.
Tahap Orientasi (pengenalan Awal) digunakan oleh subjek dakwak yakni Da’i sebagai
pemahaman sasaran objek dakwah yaitu Mad'u secara awal. Kedua pertukaran explorasi efektif
atau tahap dimana dia menggali lebih dalam sasaran dakwahnya. Selanjutnya, tahap pertukaran
efektif tingkat lanjut yakni digunakan dalam proses komunikasi yang lebih intim dan
menimbulkan suatu keakraban. Yang terakhir adalah Tahap pertukaran stabil menimbulkan
feedback yang stabil timbulnya rasa nyaman antara Da'i dan Mad'u. Mad’u sebagai sasaran atau
objek dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh subjek
dakwah, karena baik materi, metode, maupun media yang digunakan dalam berdakwah tepat dan
sesuai dengan kondisi Mad’u sebagai objek dakwah.
Tidak hanya doktrinisasi agama saja yang dikedepankan akan tetapi seorang Da'i harus
mampu mengenali, pemahami, dan juga harus mampu melakukan metode, strategi, dan cara
dakwah yang bisa diterima dengan baik oleh Mad’u nya. Problemakita yang terjadi masyarakat
juga merupakan problem dakwah yang dari waktu ke waktu, yang selalu membutuhkan
dinamisasi perubahan sosial yang juga tidak pernah berhenti.

2Ii
2
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir, 2009, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah

Buyatna, Muhammad, dan Leila Mona Ganiem, 2011, Teori Komunikasi Antarpribadi,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Cangara, Hafied, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Effendy, Onong Uchjana, 2011, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, cet. 23 . Bandung : PT
Remaja Rosdakarya

Griffin, Emory A, 2003, A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York:
McGraw-Hill,

Kadarsih, Ristina, 2009, Teori Penetrasi dan Hubungan Interpersonal, Jurnal Dakwah: UIN
SUKAVol. X No 1

Kurniawati, Nia Kania, 2014, Komunikasi Antarpribadi Konsep dan Teori Dasar,
Yogyakarta: Graha Ilmu

Laksana, Muhibudin Wijaya, 2015, Psikologi Komunikasi, cet.1.Bandung: CV Pustaka Setia

Liliweri, Alo, 2007, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Muhtadi, Asep Saeful & Maman Abd. Djaliel, 2003, Metode Penelitian Dakwah, Bandung:
CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai