Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDEKATAN TERHADAP KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Tinjauan Antropologis Edward T. Hall dan William Foote Whyte

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Antar Budaya Dosen
Pengampu: Dr. Robby Habiba Abror, S.Ag, M.Hum.

Oleh :

Siti Haryati 20202011014

Anggra Agastyassa Owie 20202011015

Hikmi Rahmiati 20202011017

PROGRAM MAGISTER KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

1443 H/2020 M
A. Pendahuluan

Komunikasi selalu berperan dalam segala segi kehidupan manusia. Tidak ada
ilmu pengetahuan, pengalaman, sikap, nilai serta perilaku apalagi budaya manusia yang
dapat dilepaskan dari komunikasi. Pengetahuan serta kajian tentang manusia tidak akan
pernah lengkap apabila belum memahami aspek-aspek dalam komunikasi. Banyak dari
ilmuan yang mengkaitkan ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu yang dapat relevan dengan
kajian dibidangnya namun pada akhirnya kembali kepada disiplin ilmunya masing-
masing. Misalnya, Charles Cooley yang mendalami proses komunikasi untuk
menjelaskan organisasi sosial atau antropolog Edward Sapir yang mendalami komunikasi
untuk menjelaskan hubungan linguistik dengan antropologi. Makin banyak yang
menggali dan mengembangkan kajian terkait ilmu komunikasi dan lebih focus kepada
aspek-aspek komunikasi yanga ada.
Edward Twitchell Hall (16 Mei 1914 – 20 Juli 2009) adalah seorang antropolog
Amerika dan peneliti lintas budaya. Sejak tahun 1933-1937 Hall melakukan riset meneliti
penduduk asli Hopin dibagian barat laut Arizona. Hall berkenalan dengan tema
“prokesmik” ketika ditugaskan mengajar ketrampilan komunikasi antar budaya kepada
tenaga pelayan asing. Dalam semua pengajarannya ia memulai memperkenalkan konsep
awal yang kelak akan menjadi teori tentang proxemic, high and low context, personal
space, cultural dimensions, beyond culture, intercultural communication, dan iceberg
theory. Semua konsep Hall dapat ditelusuri melalui tiga karya utama yang ia tulis yakni
The Silent Language (1959) The Hidden Dimension (1966) dan Beyond Culture (1976).
Hall berpesan : “Belajar budaya sangat membantu kita memahami tingkat budaya dan
luasan budaya sehingga kita dapat mengontrol budaya kita sendiri”.
B. Pembahasan
Peran antropolog telah lama berpendapat bahwa pengetahuan tentang budaya itu
berharga bagi administrator, makin banyak orang dikalangan bisnis dan pemerintahan
yang mau menerima pendapat ini dengan sungguh-sungguh, mereka meminta para
antropolog untuk mendefinisikan budaya yang dapatt mereka pahami dan mereka jadikan
landasan untuk bertindak.
Bila orang awam berpikir tentang budaya, biasanya ia berpikir tentang 1). Cara
orang-orang berpakaian, 2). Kepercayaan yang merea miliki, dan 3) kebiasaan-kebiasaan
yang mereka praktekkan, tanpa menggunakan definisi yang komprehensif, kita dapat
mengakui bahwa ketiga hal tersebut merupakan aspek-aspek budaya, tapi definisi
tersebut belum menyeluruh, baik dilihat dari sudut teori ataupun dari sudut praktek.
Budaya mempengaruhi komunikasi dalam banyak hal, budayalah yang
menentukan waktu dan jadwal peristiwa-peristiwa antarpersona, tempat-tempat untuk
membicarakan topik-topik tertentu, jarak fisik yang memisahkan antara seseorang
pembicara dengan orang lainnya, nada suara yang sesuai untuk pembicaraan tertentu.
Budaya dalam hal ini, melukiskan kadar dan tipe kontak fisik yang dituntut oleh adat
kebiasaan, dan intensitas emosi yang menyertainya.

I. Setelan Bahasa
Orang-orang amerika sering dituduh tidak cakap dalam bahasa, atau sekuranh-
kurangnya tidak tertarik mempelajari bahasa-bahasa asing. Ada sedikit bukti bahwa
suatu bangsa secara inheren lebih berbakat dalam bahasa daripada bangsa lainnya,
karena adanya kesempatan dan insentif untuk belajar.Kita tidak boleh meremehkan
kerusakan yang diakibatkan oleh kekurangmampuan kita dalam berbahasa, seperti
kerusakan hubungan dengan relasi-relasi kita seluruh dunia. Memang, bila anda tidak
dapat berbicara bahasa seseorang sangat sulit bagi anda untuk berkomunikasi
dengannya.
Meskipun bahasa-bahasa dapat dipelajari, toh kesalahan-kesalahan yang
diuraikan dalam artikel ini dapat terjadi. Perbendaharaan kata, tata bahasa, dan
fasilitas verbal tidaklah memadai. Kecuali bila orang memahami isyarat-isyarat halus
yang implis dalam bahasa, nada suara, gerak-gerik, dan eskpresi, ia tidak hanya akan
menafsirkan secara salah apa yang dikatakan padanya, iapun mungkin akan
menyinggung perasaan orang lain tanpa mengetahui bagaimana atau mengapa hal itu
bisa terjadi.
II. Apakah mereka memaksudkan apa yang mereka katakana?
Tidak dapatkah anda mempercayai apa yang seseorang katakan? Kita semua
mengakui bahwa orang itu jujur. Apa yang sering tidak kita ketahui adalah bahwa
pertanyaan ini menyangkut pengaruh-pengaruh budaya yang tidak berkaitan
dengan kejujuran atau keandalan individu.
Di Anerika serikat kita mementingkan pernyataan langsung. Orang Amerika
yang “baik” diharapkan mengatakan apa yang ia maksudkan dan memaksudkan
apa yang ia katakan. Bila mengenai hal-hal penting kita menemukan orang yang
berbicara berputar-putar dan mengelak-mengelak, kita akan cenderung
menganggapnya sebagai orang yang tak dapat diandalkan atau bahkan tidak jujur.
Dalam beberapa budaya lain, kata-kata dan makna kata-kata tersebut tidak
mempunyai hubungan langsung. Orang-orang mungkin lebih memperhatikan
konteks emosional situasi daripada memperhatikan makna kata-kata tertentu. Ini
memungkinkan mereka memberikan jawaban yang sesuai dan menyenangkan atas
suatu pertanyaan, karena jawaban yang harfiah dan faktual bisa menyinggung
perasaan atau mempermalukan. Situasi semacam ini tidaklah asing dalam budaya
Amerika.

III. Orang-orang perasa


Manusia berkomunikasi tidak dengan kata-kata saja. Nada suaranya, ekspresi
wajahnya, gerak-geriknya, semua itu mengandung makna yang perlu
diperhitungkan. Jadi tidak hanya bahasa yang dapat membingungan, tetapi juga
gerak-gerik dan isyarat-isyarat kulturat. Anggukan seseorang bisa bearti negatif
bagi orang lain. Setiap budaya memiliki rangkaianya sendiri yang kaya yang
terdiri dari tanda-tanda bermakna, lambang-lambang, gerak-gerak, konotasi
emosi, rujukan historis, respons tradisional dan juga penting diam yang
mengandung makna.
Tradisi Anglo Saxon untuk menjaga kekaleman. Orang amerika diajari oleh
budayanya untuk menekan perasaan-perasaannya. Ia dikondisikan untuk
menganggap emosi sebagai hal yang umumnya jelek dan pengendalian diri
sebagai baik.
Ditimur tengah sebaliknya, sejak masa kanak-kanak orang Arab dibolehkan,
bahkan didorong untuk menyatakan perasaan perasaanya dengan bebas. Di dunia
Arab, suara yang keras memberikan konotasi kekuatan dan ketulusan diantara
orang-orang Arab, suara lemah bisa bearti kelemahan atau tipu daya .

IV. Menyentuh atau tidak menyentuh

Seberapa jauhkah kontak fisik sebaiknya dilakuka dalam percakapan sosial


atau percakapan bisnis? Di Amerika Serikat kita tidak menghendaki kontak fisik,
terutama di antara lelaki-lelaki dewasa. Kontak fisik paling umum adalah
berjabatan tangan, dan dibandingkan dengan orang-orang eropa, kita
melakukannya lebih sedikit.
Jabat tangan adalah bentuk sapaan atau cara menyatakan perpisahan yang
saling interpesonal di Amerika latin. Cara yang lebih ramah adalah dengan
meletakkan tangan kiri di atas bahu orang lain ketika berjabatan tangan. Cara
yang lebih intim lagi dan hangat adalah dooble abzaro dimana dua laki
berpelukan dengan meletakkan lengan mereka di atas kedua bahu masing-masing.
Ini bukan kebiasaan-kebiasaan yang sulit dilakukan, terutama karena orang
Amerika Utara dengan mudah membiarkan orang Amerika Latin untuk
mengambil inisiatif dalam bentuk kontak apapun yang lebih intim dari berjabat
tangan. Yang lebih sulit bagi Amerika Utara adalah bentuk kpntak fisik yang
kurang lazim seperti meletakkan telapak tangan pada lengan selama percakapan.
V. Orientasi Waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya
lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian lainnya merelatifkan waktu.
Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan
metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama
pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.1
Ide-ide tentang waktu tertanam dalam pada diri kita sejak kita masih anak-
anak. Bila gagasan kita tentang waktu ini bertentangan dengan perilaku orang
lain, kita bereaksi dengan marah tidak tahu pasti apa sebabnya. Bagi orang-orang
bisnis, lima konsep waktu yang penting adalah: waktu untuk bertemu, waktu
untuk berdiskusi, waktu untuk berkenalan, waktu untuk berkunjung, jadwal
waktu.2
“Kronemik” adalah studi tentang penggunaan waktu sebagai bentuk pesan
dalam komunikasi nonverbal. Kita bisa mengamati bagaimana setiap orang yang
berasal dari kelompok suku bangsa tertentu mempersepsi waktu, misalnya
struktur waktu atau reaksi terhadap frame waktu dalam komunikasi. Dalam
komunikasi lintas budaya, persepsi waktu mencakup ketepatan waktu, kesediaan
untuk menunggu atau waktu yang tepat untuk berinteraksi. Penggunaan waktu
dapat mempengaruhi gaya hidup, agenda harian, kecepatan bicara, gerakan tubuh
dan berapa lama orang dan berapa lama orang bersedia mendengarkan. Waktu
dapat digunakan sebagai indikator status.misalnya sebagian besar perusahaan
pimpinan dapat mengganggu anda setiap waktu jika dia ingin membuat pertemuan
mendadak pada jam kerja.3

VI. Tempat untuk segala sesuatu


Kita mengatakan bahwa ada saatnya dan ada tempatnya bagi segala
sesuatu, namun dibandingkan dengan dengan negeri-negeri dan budaya-budaya

1
Khoiruddin Muchtar, Iwan Koswara dkk, Komunikasi Antar Budaya Dalam Perspektif Antropologi,
Jurnal Manajemen Komunikasi, 2016. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2020
2
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Bandung 2005), hal.46.
3
Alo Liliweri, Konfigurasi Dasar Teori-teori Komunikasi Antarbudaya, (Bandung: Nusa Media, 2016)
hal.105.
lain, kita tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan tempat. Di India anda anda
tidak selayaknya bicara bisnis ketika sedang mengunjungi rumah seseorang. Bila
anda melakukannya, anda akan kehilangan kesempatan untuk mengadakan
hubungan bisnis yang memuaskan.4

VII. Nyaman dalam ruang (Jarak manusia)


Hall menggambarkan jarak interpersonal manusia (jarak relatif antar
manusia) dalam empat zona berbeda: 1) ruang intim, 2) ruang personal, 3) ruang
sosial, dan 4) ruang publik.

Horizontal

Public Space

Social Space

Personal Space
Intimate Space

Sebuah bagan yang menggambarkan jarak interpersonal manusia. Edward T. Hall menunjukan
radius dalam kaki dan meter. (Sumber gambar Google: Wikipedia)

1. Jarak intim untuk berpelukan, menyentuh atau berbisik


 Fase tertutup – kurang dari satu inci (1 hingga 2 cm)
 Fase jauh – 6 hingga 18 inci (15 hingga 46 cm)
2. Jarak pribadi untuk interaksi antar teman baik atau keluarga
 Fase tertutup – 1,5 hingga 2,5 kaki (46 hingga 76 cm)
 Fase jauh – 2,5 hingga 4 kaki (76 hingga 122 cm)
3. Jarak sosial untuk interaksi antar kenalan
4
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya,…hal.50.
 Fase tertutup – 4 hingga 7 kaki (1,2 hingga 2,1 m)
 Fase jauh – 7 hingga 12 kaki (2,1 hingga 3,7 m)
4. Jarak publik digunakan untuk berbicara didepan umum
 Fase tertutup – 12 hingga 25 kaki (3,7 hingga 7,6 m)
 Fase jauh -25 kaki (7,6 m) atau lebih.

Jarak yang mengelilingi seseorang membentuk spasi. Ruang dalam jarak


intim dan jarak personal disebut ruang personal. Ruang di dalam jarak sosial dan
di luar jarak personal disebut ruang sosial. Dan ruang dalam jarak publik disebut
ruang publik. Ruang pribadi adalah wilayah disekitar seseorang yang mereka
anggap sebagai miliknya secara psikologis. Kebanyakan orang menghargai ruang
pribadinya dan merasa tidak nyaman, marah, atau cemas saat ruang pribadinya
dirambah atau diganggu.

Mengizinkan seseorang memasuki ruang pribadi dan memasuki ruang


pribadi orang lain adalah indikator persepsi hubungan orang tersebut. Zona intim
disediakan untuk teman dekat, kekasih, anak-anak dan anggota keluarga dekat.
Zona lain digunakan untuk bercakap-cakap dengan teman, mengobrol dengan
rekan, dan dalam diskusi kelompok. Zona lebih lanjut disediakan untuk orang
asing, kelompok yang baru dibentuk dan kenalan baru. Zona keempat digunakan
pidato, ceramah dan teater; pada dasarnya jarak publik adalah kisaran yang
diperuntukkan bagi audiensi yang lebih besar.5

VIII. Pengaruh status atas komunikasi


Salah satu faktor yang mempengaruhi intensitas komunikasi adalah tingkat
status sosial. Status sosial mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan
pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang
dimiliki. Status sosial ekonomi dapat dipandang sebagai pengelompokan orang-
orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan ekonomi. Status
sosial ekonomi menggambarkan tentang kondisi seseorang atau suatu masyarakat
yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan,
pendapatan, dan pekerjaan. Pola komunikasi masyarakat tertentu merupakan
5
Teori Proksemik, diakses Pada tanggal 27 Oktober 2020. Sumber Wikipedia
bagian dari keseluruhan pola budaya.Perbedaan status dan kelas sosial
menyebabkan orang-orang yang memiliki status berbeda sulit beropini dalam
berpendapat. Dahulu orang yang memiliki status lebih rendah harus menyatakan
hormatnya kepada atasan dalam setiap bertemu. Status dan kelas sosial
menentukan apakah bisnis akan terjadi antara individu atau antara kelompok

IX. Penyesuaian diri berjalan dua arah


Orang tidak perlu menghabiskan hidupnya untuk mempelajari budaya,
karena tidak ada satupun budaya yang statis. kita perlu menggunakan
pengetahuan kita dan menyadari dampak perubahan pada diri kita dan menyadari
dampak perubahan pada diri dan belajar memanfaatkan perubahan tersebut secara
terampil

X. Konformitas atau penyesuain diri


Untuk bekerja sama dengan orang orang kita tidak perlu melakukan
konformitas (keseragaman) sepenuhnya dengan siapapun dan dari suku manapun,
karena mereka akan menganggap perilaku kita membingungkan dan tidak tulus. ia
mencurigai motif kita. Kita diharapkan untuk berbeda namun kita diharapkan
untuk menghormati dan menerima orang lain apa adanya. kita perlu menerima
fakta bahwa pendirian-pendirian kita tak selamanya benar ketimbang pendirian
orang lain.

C. Kesimpulan
Budaya mempengaruhi komunikasi dalam banyak hal, budayalah yang
menentukan waktu dan jadwal peristiwa-peristiwa antarpersona, tempat-tempat untuk
membicarakan topik-topik tertentu, jarak fisik yang memisahkan antara seseorang
pembicara dengan orang lainnya, nada suara yang sesuai untuk pembicaraan tertentu.
Dalam menyampaikan kata-kata orang-orang mungkin lebih memperhatikan konteks
emosional situasi daripada memperhatikan makna kata-kata tertentu. Manusia
berkomunikasi tidak dengan kata-kata saja melainkan dengan nada suaranya, ekspresi
wajahnya, gerak-geriknya, semua itu mengandung makna yang perlu diperhitungkan.
Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan
metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik. Hall menggambarkan jarak
interpersonal manusia (jarak relatif antar manusia) dalam empat zona berbeda: 1) ruang
intim, 2) ruang personal, 3) ruang sosial, dan 4) ruang publik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi intensitas komunikasi adalah tingkat status sosial. Orang tidak perlu
menghabiskan hidupnya untuk mempelajari budaya, karena tidak ada satupun budaya
yang statis. Untuk bekerja sama dengan orang orang kita tidak perlu melakukan
konformitas (keseragaman).

Anda mungkin juga menyukai