Kasus Intoleransi
Tindakan intoleransi terhadap kelompok lain, karena perbedaan agama,
politik, keyakinan, etnis, budaya dan lain-lain, kini semakin marak di tengah
masyarakat. Akibat dari tindakan intoleransi tersebut membuat munculnya
suasana disharmoni, dan bahkan konflik antara kelompok satu dengan
kelompok lain. Tindakan saling hujat, pengerahan demo, ujaran kebencian,
saling fitnah, mangaku paling Pancasilais dan kelompok lain anti Pancasila
kini semakin merajalela di tengah masyarakat. Di tahun politik ini begitu
banyaknya fitnah dan berita bohong di media dan semakin menambah
tajamnya permusuhan antar kelompok yang berbeda kepentingan. Padahal
sejatinya masyarakat harus bisa lebih cerdas melihat kualitas berita
(informasi) agar jangan sampai terjebak pada permusuhan dan konflik. Dalam
al Qur’an disebutkan:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak meninpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS. Al Hujurat:6)
politik yang semakin tajam, antar kelompok yang berbeda aspirasi politik
saling hujat dan saling lapor. Namun tragisnya lagi-lagi politik transaksional
muncul dalam penegakan hukum. Hukum yang seharusnya adil bagi seluruh
rakyat Indonesia justru dinodai oleh politik transaksional, dengan adan
kelompok yang dicari-cari kesalahannya dan dijakdikan tersangka. Sementara
kelompok lain dibiarkan saja walaupun mereka melakukan kesalahan yang
sama. Lalu dimana aktualisasi nilai Pancasila terutama tentang keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia ?
Apa sesungguhnya yang salah dalam cara pikir dan budaya masyarakat
saat ini sehingga begitu mudah tersulut kebencian dan saling fitnah. Padahal
selama ini masyarakat Indonesia terkenal sangat toleran, rukun, pemaaf, dan
saling menghargai di tengah perbedaan yang ada. Mengapa kini muncul
fanatisme politik yang berlebihan, semangat kedaerahan yang berlebihan, dan
perdebatan yang cukup melelahkan karena perbedaan warna politik.
Perlu Keteladanan
Kalau tokoh-tokoh politik dan tokoh-tokoh agama mampu menerapkan
cara yang santun dalam berdebat dan menyikapi perbedaan pendapat tentu
tidak akan muncul tindakan intolerasi di tengah masyarakat. Kasus-kasus
intoleransi yang terjadi saat ini harus diurai dengan akal sehat dan pikiran
yang jernih demi keutuhan bangsa. Tidak boleh ada satu kelompok yang
merasa lebih Pancasilais dari kelompok lain, dan menuduh kelompok lain itu
anti Pancasila, radikal dan membuat makar. Kalau tindakan intoleransi yang
marak saat ini tidak segera diatasi dengan baik, akan bisa menjadi “bom
waktu” yang akan mengoyak semangat nasionalisme dan persatuan bangsa.
Pemerintah tentu harus mampu bertindak adil dan jujur dalam mengatasi
setiap persoalan yang ada di tengah masyarakat. Jangan ada kelompok yang
dibiarkan membuat keonaran, sementara kelompok lain dicari-cari
kesalahannya dan begitu mudah memberi label makar. Ini tentu tindakan
konyol dan akan membuat prahara bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tokoh-tokoh besar bangsa seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Jenderal
5