Anda di halaman 1dari 21

ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

PERSENTASI DARI KELOMPOK KAMI AKAN DIMULAI


NAMA
ANGGOTA:
-KHAIRANI FAZLIN

-NATASHA FATIA HUMAIRA

-AKTIFIANI GEA

-WIDURI HALAWA
JUDUL PRESENTASI:

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK DI


KAMPUS
PENGERTIAN PANCASILA

Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

.
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
DI KAMPUS
ADAPUN PERAN PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK DI KAMPUS
YAITU:

Pancasila sebagai etika politik

Mahasiswa dan politik

Peran pancasila terhadap politik mahasiswa.


A. PANCASILA SEBAGAI ETIKA
POLITIK

A.1. Etika

Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaiman dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
tertentu, atau bagaiman kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran
moral (Suseno, 1987) Etika umum merupakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan
etika khusus membahas prinsip-prinsip Etika. Khusus dibagi menjadi etika individu yang membahas kewajiban
manusia terhadap diri sendiri dan etika social yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain
dalam hidup masyarakat yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus
A.2.Pengertian Politik

Pengertian politik secara sempit, yaitu bidang politik lebih banyak


berkaitan dengan para pelaksana pemerintahan Negara. Lembaga-lembaga tinggi
Negara, kalangan aktivis politik serta para pejabat serta birokrat dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara. Pengertian politik yang lebih luas,
yaitu menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang
disebut masyarakat Negara.
A.3. Pengertian Etika Politik

Etika politik bangsa Indonesia dibangun melalui karakteristik masyarakat


yang berdasarkan pancasila sehingga amat diperlukan untuk menampung
tindakan –tindakan yang tidak diatur dalam aturan secara legal formal. Karena itu,
etika politik lebih bersifata konvensi dan berupa aturan-aturan moral. Akibat
luasnya cakupan etika politik itulah maka seringkali keberadaannya bersifat
sangat longgar dan mudah diabaikan tanpa rasa malu dan bersalah. Ditunjang
dengan alam kompetisi untuk meraih jabatan (Kekuasaan) dan akses ekonomis
(uang) yang begitu kuat, rasa malu dan merasa bersalah bisa dengan mudah
diabaikan
Akibatnya terjadi dua hal :

(A).pudarnya nilai-nilai etis yang sudah ada dan

(B). tidak berkembangnya nilai-nilai tersebut sesuai dengan moralitas publik, tanpa
disadari, nilai etis politik bangsa Indonesia cenderung mengarah pada kompetisi yang
mengabaikan moral. Buktinya, semua harga jabatan politik setara dengan sejumlah uang.

Jadi pancasila sebagai etika politik berarti bahwa politik harus diselenggarakan
dengan cara yang beretika. Artinya politik juga harus memiliki nilai-nilai moral dan
hukum sesuai dengan nilai yang terdapat dalam pancasila.
A.4.Lima Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila

Pancasila sebagai etika politik mempunyai Lima prinsip. Berikut ini disusun bukan
sekedar sebuah penyesuaian dengan situasi Indonesia. Melainkan Karena pancasila memiliki
logika internal yang sesuai dengan tuntuntan-tuntuntan dasar etika politik modern.

1.Pluralisme

Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup dengan
positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda
pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme memgimplikasikan pengakuan terhadap
kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi toleransi. Pluralisme
memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.
2.Hak Asasi Manusia

Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena hak
asasi manusia menyatakan bagaimana manusia seharusnya diperlakukan dan yang tidak
perlakukan jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya
sebagai manusia. Karena itu. Hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual
dalam pengertian sebagai berikut.

A.Mutlak Karena manusia memilikinya bukan Karena pemberian Negara masyarakat,


melainkan karena ia manusia, jadi dari tangan sangpencipta.

B.Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang
modernitas dimana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan sebaliknya diancam
oleh negara modern.
3. Solidaritas Bangsa

Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup emi diri sendriri, melainkan juga demi
orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup dengan
menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu
pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembang secara melingkar, yakni
keluarga, masyarakat kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan solidaritas sebagai
manusia. Maka dalam hal ini termasuk rasa kebangsaan manusia menjadi seimbang apabila
semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.
4.Demokrasi
Prinsip ˝kedaulatan rakyat˝ menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah elit, atau
sekolompok idielogi, atau sekelompok pemangku agama berhak untuk menentukan
memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh
hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menemukan
siapa yang memimpin mereka dan kemana merakamau dipimpin. Demokrasi
adalah˝kedaulatan rakyat serta prinsip keterwakilan˝ (IM abdul karim,2007:107). jadi
demokrasi memerlukan sebuah sistim penerjemah kehendak masyarakat kedalam tindakan
politik,

Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar :


A. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM : perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip
mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.

B. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara hukum
demokratis). Maka kepastian hukum merupakan hukum hakiki dalam demokrasi (karena
mencegah pemerintah yang sewenag-wenang)
5. Keadilan Sosial

Keadilan merupakan normal moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Saat ini
moralitas masyarakat mulai adanya penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan social mencegah
bahwa masyarakat pecah kedalam dua bagian, yaitu bagian atas yang maju terus dan bagian
bawah yang paling-paling bisa service dihari selanjutnya

Tuntutan keadilan social boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksana ide-ide,
ideologi-ideologi, agama-agama tertentu tentulah keadilan sosial tidak sama dengan sosialismo.
Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan
dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarkat. Dimana perlu
diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu besifat structural, bukan individual. Artinya,
ketidakadilan tidak terletak dalam sikap kurang adil orang-orang tertentu (misalnya para
pemimpin), melainkan dalam struktur-struktur polotik, ekonomi, social budaya dan ideologis.
Struktur-struktur politik ekonomi, social, budaya, dan ideologis. Strutur-struktur itu hanya dapat
dibongkar dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas.
Ketidakadilan structural paling ditakutkan sekarang adalah sebagian besar kemiskinan.
Ketidakadilan struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang terhadap perempuan semua
diskriminasi atas dasar ras, suku, dan budaya.
B. Mahasiswa dan Politik
Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang berdasarkan keilmuannya itu seharusnya dapat
melihat segala kemungkinan yang terjadi dari penyelenggaraan negara di semua bidang. Logis
bila mahasiswa menawarkan solusi dan kritisasi terhadap penyelenggaran negara berdasarkan
kompetensinya sebagai komunitas intelektual atas dasar kepeduliannya terhadap kondisi. Sebab,
dari komunitas ini muncullah agen of control yang berkompeten dengan jumlah kuantitatif
mahasiswa Indonesia saat ini.

Sebagai Mahasiswa sudah seharusnya ikut serta membangun budaya politik partisipan
agar mampu mewujudkan masyarakat demokratis yang stabil. Sebagai generasi penerus bangsa,
generasi muda perlu memupuk kesadaran untuk belajar dan berlatih sesuai dengan tingkat dan
kemampuan dalam berbagai kegiatan politik di lingkungan masing-masing. Misalnya, peran
serta di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan negara
Peran serta dalam budaya politik partisipan, tidak dapat muncul secara instan tetapi
melalui proses yang panjang melalui sosialisasi sejak kanak-kanak, sampai dewasa bahkan
sampai tua di lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam lingkungan keluarga, peran
serta mahasiswa dalam budaya polotik partisipan dapat dilakukan dengan memahami dan
meghormati semua kedudukan anggota keluarga. Misalnya, menghormati peran ayah sebagai
kepala keluarga sesuia dengan kedudukan, kewenangan, fungsi dan tanggung jawabnya.

Dalam lingkungan kampus, dapat di wujudkan dengan partisipasi dalam kegiatan


Organisasi Eksekutif Mahasiswa (BEM). Mahasiswa dapat memberikan masukan, usul, saran
atau kritik yang membangun untuk memajukan kegiatan BEM dalam rangka penyusunan dan
pelaksanaan program-program BEM di kampus masing-masing. Dalam lingkungan masyarakat,
mahasiswa atau generasi muda dapat ikut aktif dalam kegiatan karang taruna, remaja masjid,
organisasi pemuda, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan organisasi kemasyarakatan yang
lain.

Dalam lingkungan pemerintahan negara, dapat menerapkan budaya politik partisipan


melalui pengalaman-pengalaman politik dalam kegiatan-kegiatan politik negara, misalnya
menjadi anggota atau simpatisan partai politik, menyaksikan atau mengikuti debat politik antar
elite politik melalui berbagai media, mengikuti kampanye pemilihan umum, memberikan suara
dalam pemilihan umum untuk pemilihan bupati/walikota, anggota DPRD, DPR RI, dan Presiden
C. Peran Pancasila Terhadap Politik
mahasiswa
Di era globalisasi ini, masyarakat khususnya kalangan mahasiswa banyak yang melupakan
adanya pancasila sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Padahal peran mahasiwa lah yang
sangat di perlukan oleh negeri ini untuk mengembangkan bangsanya.

Mahasiswa adalah asset, cadangan dan harapan masa depan. Peran lingkungan organisasi
dikampus sangatlah mempengaruhi kualitas mahasiswa, dengan kaderisasi yang baik dan
penanaman nilai yang baik.

Kehidupan mahasiswa dikampus yang telah mengenal politik, haruslah di imbangi dengan
pendidikan politik serta pendidikan yang menjadi pegangannya dalam berpolitik di kampus.
Dalam hal ini, pendidikan pancasila lah yang dibutuhkan. Karena seperti yang kita tahu, bahwa
pancasila mencakup semua aspek kehidupan bangsa Indonesia.

Dengan berbagai corak masalah yang timbul ataupun warisan masalah dari pendahulu,
kekhawatiran, ketakutan akan problematika politik didalam dan luar kampus tentunya dapat
teratasi jika mahsiswa memahami Pancasila secara utuh serta melaksanakannya secara nyata di
kehidupan sehari-hari.
Pancasila berperan sebagai control social, memberikan batasan-batasan tertentu bagaimana
seharusnya mahasiswa bertindak di depan public. Hinnga saat mahasiswa terjun langsung dalam
pengambilan keputusan terutama pada pelaksanaanya tidak merugikan masyarakat dari kebijakan yan g
telah diambil.

Pada sila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sebagai dasar dimana dalam menjalankan politik
kampus, mahasiswa hendaklah tetap mengingat akan agama yang beragam di Indonesia, hingga saling
hormat-menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang
berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

Pada sila ke-2 “Sila Kemanusiaan Yang adil dan Beradab”, berdasarkan dalam sila ini mahasiswa
dalam etika berpolitiknyahendaklah mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesame manusia. Berpolitik dengan tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan serta berani membela kebenaran dan keadilan.

Pada sila ke-3 “Persatuan Indonesia”, dalam berpolitik mahasiswa hendaklah menempatkan kesatuan,
persatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.
Mahasiswa harus mampu menempatkan dirinya sebaik mungkin agar tidak menciptakan perpecahan antar
sesame mahasiswa dan lingkungan kampus.
Pada sila ke-4 “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan”. Nantinya disaat mahasiswa mengambil keputusan, mahasiswa
seharusnya tidak memaksakan kehendak kepada orang lain haruslah mengutamakan musyawarah
dalam mengambil keputusan dalam kepentingan bersama dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab
menerima dan melaksanakan hasil musyawarah tersebut.

Terakhir pada sila ke-5 “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Sebagai pelaku
politik di lingkungan kampus, mahasiswa harus mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur
yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong sebagaimana mahasiswa
yang semestinya. Selalu bersikap adil serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban sebagai
mahasiswa tanpa melupakan tujuan utamanya kuliah dan bersama-sama berusaha mewujudkan
kemauan yang merata dan berkeadilan social di mulai dari hal kecil di dalam kampus masing-masing.
KESIMPULAN
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
Sansekerta:panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila sebagai etika politik berarti bahwa politik harus di selenggarakan dengan cara
yang beretika. Artinya, politik juga harus memiliki nilai-nilai moral dan hokum sesuai dengan
nilai yang terdapat dalam Pancasila.

Peran Pancasila sebagai etika berpolitik mahasiswa yakni memberikan batasan-batasan


tentang bagaimana gerak-gerik mahasiswa dalam melaksanakan politiknya didalam dan diluar
lingkungan kampus yang sesuai dengan tuntutan norma-norma dalam Pancasila.

Mahasiswa mampu berpolitik dengan baik dan mengaspirasikan pendapatnya tanpa


melanggar aturan dasar negara yaitu Pancasila, hingga nantinya mewujudkan hasil keputusan
yang demokratis serta berguna bagi masyarakat dan lingkungan kampus dan masyarakarakat
pada umumnya.
SEKIAN HASIL PRESENTASI DARI
KELOMPOK KAMI

Anda mungkin juga menyukai